Anda di halaman 1dari 30

LIMBAH MEDIS

pengertian

 Limbah medis merupakan hasil buangan suatu aktivitas layanan


medis yang menggunakan bahan bahan beracun,infeksius ,berbahaya
atau membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu
(Depkes,RI 2002)
Limbah Medis

 Limbah Rumah Sakit adalah limbah yang mencakup semua


buangan kegiatan RS dalam bentuk cair,padat maupun gas yang
dapat mengandung mikroorgnisme patogen,bahan kimia
beracun dan sebagian radio aktif ( Depkes 2006)

 Sumber limbah medis :


Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Klasifikasi Limbah Medis
 Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung didalamnya, maupun
berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

 Klasifikasi limbah medis utama :


Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi
Logam berat
klasifikasi Limbah Medis
 Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak
membutuhkan penanganan khusus, contoh : limbah
domestik, limbah kemasan non infectious
 Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah
 Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh
yang lain termasuk janin
 Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan
farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa
atau tidak diperlukan lagi
Klasifikasi Limbah Medis
 Limbah genotoksik : limbah yang mengandung
bahan dengan sifat genotoksik contoh limbah
yang mengandung obat-obatan sitotoksis (terapi
kanker

 Limbah kimia : limbah bahan kimia seperti reagen


di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan
yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan,
solven.
Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika
memiliki beberapa sifat toksik, korosif, mudah
terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi
dengan air, rawan goncangan), genotoksik
Klasifikasi Limbah Medis
 Limbah logam berat : Baterai, pecahan
termometer, tensimeter
 Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan
medis
 Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi,
gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi
pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah berpotensi menularkan penyakit
(infectious):
- jaringan dan stok dari agen infeksi dari kegiatan
laboratorium,ruang bedah atau dari autopsi pasien
yang mempunyai penyakit menular
- dari pasien yang diisolasi, atau materi yang
berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis
- materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau
sedang menderita penyakit menular
klasifikasi Limbah Medis
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit
adalah :
 Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo,
metal azide, nitro cellulose, bahan kimia
peroksida.
 Water reactive: logam alkali,reagen alkyl
lithium pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl
chloride.
 Bahan reaktif lain: asam nitrit di atas 70%,
phosphor .
 Limbah Klinis
◦ Golongan A, dressing bedah, swab, jaringan tubuh.
◦ Golongan B, syringe bekas, jarum, catridge, pecahan
gelas, dan benda tajam .
◦ Golongan C, limbah laboratorium dan post partum
kecuali yg termasuk gol A
◦ Golongan D, limbah bahan kimia dan farmasi
◦ Golongan E, pelapis bed-pan disposable, urinoir
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan
limbah infeksius yang mengandung logam berat,
antara lain mercuri (Hg).
◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah
organik yang berasal dari makanan dan sisa
makanan.
sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk
botol bekas infus dan plastik.

Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di


beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan
lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Data P2M-PL (Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan) menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk imunisasi diperkirakan
sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10
juta imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak
sekolah (BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun.

◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya


mengubah volume limbah menjadi lebih kecil.
◦ debu yang juga sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air.
◦ Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi tetap ada menjadi
sangat berbahaya karena dapat menghasilkan dioksin.

◦ Pengelolaan limbah sesuai Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang


Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan
Pengelolaan Limbah Medis
 Peraturan Mentri Lingkungan dan Kehutanan RI No P.56/Menlhk-
setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi,
kemudian pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali
(reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment).
 Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi
bahaya yang ditimbulkan.
 Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
Pengelolaan Limbah Medis
Pemisahan dan Penyimpanan Limbah
Medis
• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya
diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

• Limbah infeksius dan patologis dipisahkan tersendiri.


Kedua jenis limbah ini harus disterilisasi terlebih
dahulu.
• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam kategori
limbah umum.
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan A
 Dressing bedah dan limbah medis lainnya
ditampung dlm bak penampungan limbah medis,
dilengkapi dengan kantong plastik diikat kuat
kalau ¾ isi sudah penuh, maksimal 1 hari sekali
diangkut, dimusnahkan dgn incinerator

 Semua jaringan tubuh, seperti plasenta ditampung dalam


kantong yang tepat untuk dimusnahkan dgn incinerator

 Alat lab yang terinfeksi dimusnahkan dengan incinerator


dan incinerator dioperasikan dibawah pengawasan bagian
sanitasi Rumah Sakit
Kode Simbol/Piktogram Standard Globally
Harmonized System of Classification and
Labelling of Chemicals (GHS)
 Sampah Infeksius
Kantong berwarna kuning dengan simbol
biohazard yang berwarna hitam (international)

 Sampah Citotoksik
Kantong berwarna ungu dengan simbol limbah
sititoksik (pembelahan sel fase telofase)

 Sampah Radioaktif
Kantong berwarna merah dengan simbol trefoil
(bhs lain : trifolium, three-leaved plant
(international)

 Sampah Umum
Kantong warna hitam dengan simbol tulisan
“Domestik” warna putih
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan B
 Syringe, jarum, dan cartridge
dibuang dalam keadaan tertutup

 ditampung dalam bak tahan


benda tajam dengan interval
maksimal tidak lebih dari 1
minggu) dimusnahkan dengan
incinerator
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan C

 Pembuangan sampah medis yang


berasal dari unit patologi kimia,
haematologi, transfusi darah,
mikrobiologi, histologi dan post
partum serta unit sejenisnya
(binatang percobaan) dibuat dalam
kode pencegahan infeksi dalam lab
klinis dan ruang post mortum.
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan D

 Barang-barang yang lebih


atau produk medis baru
sebagian digunakan
dikembalikan kepada
petugas yang bertanggung
jawab di bagian Farmasi
Rumah Sakit
Pengelolaan Sampah Medis
Golongan E
 Kecuali yang berasal dari ruangan dengan risiko tinggi, isi
sampah medis golongan E ini bisa dibuang melalui saluran
air ,WC .

 Sampah yang tidak dapat dibuang melalui saluran air


hendaknya disimpan dalam bak penampungan sampah
medis dan dimusnahkan dengan incinerator
Pengangkutan Limbah Medis
 Limbah medis diangkut dengan kontainer
tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan
limbah radioaktif dengan pemisahan jenis
limbah.
 Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk mencegah
adanya limbah yang tercecer akibat
pengangkutan dan mengurangi resiko
kecelakaan saat pengiriman limbah.
Penanganan Limbah Medis
 Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur
ulang.
 Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih
dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.
 Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke
dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah asam
amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
 Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan
distilasi, ekstraksi, elektrolisis
 Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar
(insinerasi)
 Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill,
maupun didaur ulang.
Sterilisasi limbah dengan rotoclave

Rotoclave
(http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh (WHO) diantaranya :
 Pengurangan sampah yang efektif
 Lokasi jauh dari area penduduk
 Adanya sistem pemisahan sampah
 Desain yang bagus
 Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat
 Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.
 Perawatan yang teratur/periodik
 Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
Insinerator
 Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan
sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran
dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction
Efisience) yang tinggi.
 Baku Mutu DRE untuk Incinerator

No Parameter Baku Mutu DRE

1. POHCs 99.99%

2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%

3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%

4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%


Insinerator
 Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan incinerator adalah
emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk incinerator.
 Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator

No Parameter Kadar Maksimum


(mg/Nm2)
1. Partikel 50
2. Sulfur dioksida (SO2) 250
3. Nitrogen dioksida (NO2) 300
4.
Hidrogen Fluorida (HF) 10
5.
Karbon Monoksida (CO) 100
6.
Hidrogen Chlorida (HCl) 70
7.
Total Hidrocarbon (sbg CH4) 35
8.
9.
Arsen (As) 1

10. Kadmiun (Cd) 0.2


11. Kromium (Cr) 1
12 Timbal (Pb) 5
13 Merkuri (Hg) 0.2
14 Talium (Tl) 0.2
Opasitas 10%
Insinerator Maxpell
 Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku
pembakaran yang didesain secara sempurna dalam sistem
pembakaran dengan menggunakan berbagai media bahan bakar
yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun
kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan.
Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:
◦ Tidak membutuhkan tempat luas;
◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;
◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa
tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong
hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;
◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara
konstan;
◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
◦ Perawatan yang mudah dan murah;
◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan
bangunan
Skema Pengolahan Limbah Medis dengan
Insinerator Maxpell

Anda mungkin juga menyukai