Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

CA BULLI

DISUSUN OLEH
FENI NOFALIA SAFITRI
NIM 1911040092

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
A. DEFINISI

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian
menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah secara terus menerus (ilmu keperawatan, 2007)
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih
(ilmu bedah, 2008).
Tumor bulu-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non
invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-
buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah terus.

B. ETIOLOGI

1. Pekerjaan : pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)


2. Perokok : rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih : Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan karsinogen.
4. Kopi : pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.

C. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria,
dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala,
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
2. Nyeri hebat dan ketidaknyaman.
3. Batu di ginjal
4. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
5. Hematuri.
6. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
7. Mual dan muntah.
8. Diare.
9. Batu di ureter
10. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
11. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
12. Hematuri akibat abrasi batu.
13. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
14. Batu di kandung kemih
15. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuri.
16. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.

D. PATOFISOILOGI

Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan
merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran
secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe
regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program
pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus,
vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
F. FOKUS PENGKAJIAN

Aktivitas/Istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah/ nadi (nyeri, ansietas)
Eliminasi
Gejala: riwayat adanya tumor kandung kemih
Tanda : hematuria, disuria, Perubahan pola berkemih.
Makanan/Cairan
Gejala : penurunan berat badan
Nyeri/Keamanan
Gejala : nyeri saat berkemih
Penyuluhan
Gejala : riwayat keluarga tumor

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin


Ditemukan kelainan hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan
kronis atau pendesakan sel metastasis kesumsum tulang. Uremia dapat dijumpai bila
tumor menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri atau
limfadenopati.
a. Sitologi urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.
b. Cell Survey antigen study, yaitu pemeriksaan lab. Untuk mencari sel antigen
terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
c. Flow Cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urtelium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen. Pielografi intravena dan foto toraks. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai keadaan traktur urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi
ekresi ginjal,hidronefrosis,hidroureter dan filling defect pada buli-buli dan melihat
adanya regional adalah jauh.

3. Sitoskopi dan Biopsi


Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak
dilakukan,bila perlu dapat dilaukan CT-Scan.Pada pemeriksaan sistoskopi dapat dilihat
adanya tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reaksi tumor yang juga
merupakan tindakan pengobatan pada tumor tumor superfisial.

H. PENATALAKSANAAN

1. Penanganan tumor Kandung Kemih bergantung pada derajat tumornya(didasarkan pada


derajat diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local sertaada
tidaknya metastase) dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut memiliki banyak
pusat).
2. Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam
menentu bentuk terapinya.
a. Reseksi transuretra atau fulgurasi(kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang
tunggal (tumor epitel benigna). Melenyapkan tumor lewat insisi bedah dengan
menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
b. Kemoterapi topical pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa,
doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan Bacillus Calmette Guerin (BCG) untuk
meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
c. Radiasi dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroektensi Neoplasma
dan viabilitas sel-sel tumor.
d. Sistektomi dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.
Sistektomi pada laki-laki : pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus
serminalis dan jaringan vesikel disekitarnya.
e. Sistektomi pada wanita :pengangkatan kandumg kemih,ureter bagin
bawa,uterus,tuba fallopi,ovarium,vagina anterior dan uretra. Pada Tindakan Sistektomi
dilakukan Diversi Urine: Untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat
keluarnya yang baru,biasanya air kemih dialirkan kesuatu lubang didinding perut
(stoma). Selanjutnya air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong, Cara untuk
mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat,
digolongkan kedalam 2 kategori:
1. Orthotopic Neobladder
Penampung ini dihubungkan dengan uretra.Penderita diajarkan untuk mengosongkan
penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan
tekanan dalam perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra.
2. Continent Cutaneous Diversion.
Penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan
kantong luar,karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan
oleh penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut
kedalam penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine b/d dengan hematuria
2. Nyeri b/d adanya iritasi pada vesica urinaria
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya kanker pada vesica urinari
4. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada vesica urinari
5. Cemas b/d diagnosis tumor
6. Risiko infeksi b/d pembedahan
7. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).PT

EGC, Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT EGC. Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore
Sydney Toronto.

Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku kedua.

EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai