ABSTRACT
ABSTRAK
Obat tradisional menurut keputusan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun
2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional dilarang mengandung bahan kimia obat
(BKO) baik berupa hasil isolasi bahan alam atau senyawa sintetik berkhasiat obat..
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kandungan bahan
kimia obat dalam sediaan jamu. Jamu pegel linu yang digunakan pada penelitian ini
yaitu bermerk tangkur, sedangkan jamu penambah nafsu makan bermerk cleng
marem yang dibeli disekitaran pasar Ranomeeto Kendari . Dengan kriteria jamu pegal
linu paling diminati masyarakat. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk analisis
kualitatif asama mefenamat dan deksametason. Tujuan Praktikum ini adalah untuk
mengetahuhi adanya kandungan bahan kimia obat dalam sediaan jamu dan untuk
melihat nilai Rf masing-masing sampel maupun pembanding. Metode yang
digunakan yaitu Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Uv. Hasil
PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat
tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat
obat, narkotika atau psikotropika dan hewan atau tumbuhan yang dilindungi (BPOM
RI, 2006). Salah satu produk obat tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat
adalah Jamu pegel linu. Jamu pegel linu digunakan untuk menghilangkan pegel linu,
nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh
dan menghilangkan sakit seluruh badan (Wahyuni dan Tanti 2004).
Minat masyarakat yang besar terhadap produk jamu pegal linu sering kali
disalah gunakan produsen jamu yang nakal untuk menambahkan bahan kimia obat.
Pemakaian bahan kimia obat dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan fungsi
organ tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan oleh BPOM supaya tidak
beredar bahan kimia obat yang ditambahkan dalam jamu pegal linu (BPOM RI 2009).
Badan POM RI (2009) telah memberikan peringatan keras kepada produsen
jamu dan memerintahkan untuk menarik produk serta memusnahkannya,
membatalkan nomor pendaftaran produk bahkan mengajukannya ke Pengadilan.
Namun demikian berdasarkan pemantauan Badan POM RI, diantara produk produk
jamu yang mengandung BKO masih ditemukan di toko jamu. Kasus serupa terulang
pada akhir tahun 2010 dimana 46 produk jamu ditarik dari peredaran. Jamu-jamu
yang ditarik dari peredaran tersebut oleh Badan POM justru merupakan jamu-jamu
yang laris di pasaran karena efeknya yang cepat dalam mengobati berbagai penyakit
seperti pegal linu, rematik, sesak napas, masuk angin dan suplemen kesehatan.
Sekarang ini penggunaan jamu dikalangan masyarakat semakin meningkat.
Dalampenggunaannya, baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan
karena sakit. Ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai bagian dari pengobatan
tradisional, telah diterima oleh masyarakat Indonesia (Balitbangkes, 2014).
Dari sinilah muncul para oknum produsen yang tidak bertanggung jawab
menjual produk jamu palsu dikalangan masyarakat. Karena faktor kekurangan
pengetahuan masyarakat dalam hal mengenai jamu sehingga masyarakat hanya
mengkonsumsi tanpa tahu kandungan apa yang terdapat dalam jamu tersebut.
Dalam survei BPOM didapatkan jamu dengan kandungan bahan kimia obat yang
berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus (BPOM, 2011).
Dalam hal ini, akan dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi bahan
kimia obat (BKO) dalam penambah nafsu makan dengan merk Clen marem dan
jamu pegal linu yang bermerk Tangkur . Adapun bat yang digunakan sebagai
pembanding yaitu deksametason untuk penambah nafsu makan dan asam
mefenamat untuk pegal linu . Pengujian ini dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) dan metode spektrofotometri UV untuk melihat
nilai Rf masing-masing sampel maupun pembanding.
Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti
Inflamasi Non Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilic.
Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu (Gilman, et
al.,2007).
Deksametason merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid
yang mempunyai efek anti-inflamasi yang adekuat. Pemberian deksametason akan
menekan pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida dari ujung-
ujung saraf, hal tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang
mengalami proses inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh
deksametason akan menghasilkan efek analgesia melalui penghambatan sintesis
enzim cyclooksigenase di jaringan perifer tubuh. Deksametason juga menekan
mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin 1-β (IL-1
β), dan interleukin-6 (IL-6).
KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organik terutama
dalam bidang biokimia, farmasi klinis, forensik, baik untuk analisis kualitatif
dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku atau
untuk analisis kuantitatif. Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan
banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau
berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi
yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta melakukan screening sampel untuk
obat (Gandjar dan Abdul, 2007).
METODE
DAFTAR PUSTAKA