Disusun Oleh:
Elmadhita Anzani
11161137
3FA3
Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Makalah ini takkan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara
langsung maupun tidak langsung.
Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis memohon
maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga dengan adanya makalah ini
dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.
Hormat Saya,
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Momen inilah yang menjadi babak awal dibentuknya lembaga Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). LPPOM MUI
merupakan lembaga yang didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia untuk menjalankan tugas MUI
dalam menjaga ketenteranaman umat melalui mengkonsumsi makanan, obat dan kosmetika yang
jelas kehalalannya. Melalui pertemuan antara Ketua Majelis Ulama Indonesia, Menteri Agama
dan Menteri Kesehatan yang diadakan tanggal 1 Desember 1988 yang isinya memberi himbauan
kepada para produsen makanan, termasuk yang dihidangkan di hotel dan restoran agar
memproduksi, memperdagangkan dan menghidangkan makanan dan minuman yang sungguh-
sungguh bersih dari bahan-bahan haram.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme sertifikasi halal kedepan, utamanya setelah terbentuknya
BPJPH?
2. Untuk mengetahui apakah LPPOM MUI masih tetap eksis
3. Untuk mengetahui bagaimana sertifikasi sediaan farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) merupakan lembaga yang akan
dibentuk yang diberikan kewenangan untuk penyelenggaran jaminan produk halal di Indonesia.
Tujuan dari penyelenggaraan jaminan produk halal yakni untuk memberikan kenyamanan,
keamanan, keselamatan dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat. BPJPH ini
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama. BPJPH dalam
penyelenggaran jaminan produk halal memiliki kewenangan antara lain merumusan dan
mentapkan jaminan produk halal, menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria jaminan
produk halal serta menerbitkan dan mencabut sertifikasi halal dan label halal. BPJPH dalam
melaksanakan kewenangannya itu bekerjasama dengan kementerian dan/atau lembaga terkait,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH).
G. BPJPH dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan Badan Standarisasi Nasional
(BSN):
Hubungan koordinasi BPJPH dengan KAN dan BSN yakni terkait dengan standar
akreditasi dan sertifikasi. Koordinasi terkait standarisasi kehalalan suatu produk dilaku kan
dalam rangka penyusunan standar akreditasi yang akan dilakukan oleh BPJPH maupun akreditasi
terhadap LPH. Koordinasi penyusunan standarisasi prosedur/ proses sertifikasi halal,
pelaksanaan akreditasi terhadap LPH diperlukan guna memenuhi standar yang telah di tentukan
oleh BSN.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mensinergikan tugas, fungsi dan kewenangan
kementerian dan lembaga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh BPJPH. Upaya-upaya
ini perlu ditempuh untuk mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan jaminan produk halal yakni
memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan dan kepastian ketersedian produk halal bagi
masyarakat dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk. Selain itu, juga dapat
meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal.
Penyelengaraan jaminan produk halal oleh BPJPH yang efektif dan efesien tentunya akan
berimbas kepada meninggkatnya perlindungan terhadap konsumen, terutama bagi konsumen
muslim. Dengan demikian tujuan dari perlindungan konsu men dapat tercapai.
2.3 SERTIFIKASI HALAL SEDIAAN FARMASI
Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang
dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat (UU JPH, No 33/2014, Pasal 1). Produk
Halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan Syariat Islam. Status kehalalan
suatu produk dinyatakan dalam bentuk Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BP JPH) berdasarkan fatwa halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat
halal (Pasal 4, UU JPH). Pasal 4 ini mengubah praktik penyelenggaraan proses sertifikasi halal
yang bersifat sukarela (voluntary) yang dilakukan oleh MUI (sampai BPJPH terbentuk) menjadi
wajib (mandatory) yang dilaksanakan sepenuhnya oleh BPJPH. Kewajiban bersertifikat halal
untuk semua produk yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia akan dilaksanakan lima
tahun setelah diundangkannya UUJPH (tahun 2019).
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik (UU RI No 36
tahun 2009, Kesehatan).
1) Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia (UU Kesehatan)
2) Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (UU
Kesehatan).
3) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
4) Produk biologi adalah vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah dan produk
hasil fermentasi lainnya (termasuk antibodi monoklonal dan produk yang berasal dari
teknologi rekombinan DNA) yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan , penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan (Per KBPOM No HK 03.1.23.10.11.08481, tahun 2011).
5) Sediaan Farmasi (pharmaceutical dosage forms) adalah bentuk produk farmasi hasil
manufaktur suatu formulasi obat seperti tablet, kapsul, suspensi, larutan, salep, krim,
supositoria, ovula, dll.Komposisi Sediaan Farmasi :Bahan Aktif Farmasi, Eksipien (Bahan
tambahan).
Bahan Aktif Farmasi (Active Pharmaceutical Ingredient) adalah zat atau bahan yang
digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi yang memberikan aktivitas farmakologi pada
sediaan farmasi tersebut, atau Zat yang memberikan aktivitas farmakologi atau efek langsung
pada diagnosis, penyembuhan, mitigasi, pengobatan atau pencegahan suatu penyakit atau yang
mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
Bahan Eksipien adalah bahan-bahan selain bahan aktif farmasi yang terdapat dalam sediaan
farmasi dan telah dievaluasi keamanannya yang digunakan dalam suatu sistem penghantaran
obat untuk: Membantu dalam proses manufaktur sediaan farmasi. Melindungi, mendukung atau
meningkatkan stabilitas, ketersediaan hayati atau keberterimaan pasien. Membantu dalam
identifikasi sediaan farmasi. Meningkatkan sifat keamanan dan keefektifan sediaan selama
penyimpanan atau penggunaan.
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Isi makalah dan beberapa pembahasan di atas tidak sepenuhnya sempurna, untuk itu
penulis mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang baik. Harap
maklum jika terdapat adanya beberapa kejanggalan dan ketidaksempurnaan maklah. Atas
perhatianpara pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.