Anda di halaman 1dari 10

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BERBAGAI EKSTRAK BAGIAN

TANAMAN MUSACEAE

Elmadhita Anzani 1, Lia Marliani, M.Si., Apt 2


Rumpun Bidang Ilmu Biologi Farmasi
Prodi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
Jl. Soekarno Hatta No.754, Bandung

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman tanaman


buah. Tingginya keragaman tanaman buah tersebut menghasilkan berbagai
manfaat untuk kesehatan, salah satunya antioksidan. Manfaat antioksidan bagi
tubuh diantaranya untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang
diakibatkan oleh radikal bebas. Tujuan penelusuran ini dilakukan untuk
mengetahui ekstrak bagaian tanaman pisang yang memiliki aktivitas
antioksidan paling tinggi dengan menggunakan metode uji DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil). Dari berbagai ekstrak bagian tanaman pisang yang
ditinjau, ekstrak kulit pisang memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak bonggol dan jantung pisang.

Kata kunci: antioksidan, DPPH, musaceae, radikal bebas


1 PENDAHULUAN
Senyawa radikal bebas selalu terdapat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Polusi
udara merupakan salah satu contoh sumber radikal bebas. Sumber radikal bebas lainnya yaitu
racun, paparan sinar matahari berlebih, asap rokok, makanan yang digoreng, dan obat-obat
tertentu. Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Dalam tubuh, radikal bebas dapat menjadi senyawa yang sangat reaktif dengan
cara mengikat elektron molekul sel tubuh akibat adanya elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada senyawa radikal bebas (Wijaya A, 1996). Reaksi ini dapat berlangsung secara
terus menerus dalam tubuh dan mengakibatkan berbagai penyakit seperti jantung, penuaan dini,
katarak, kanker serta penyakit degeneratif lainnya. Diperlukan antioksidan untuk menangkap
atau berikatan dengan radikal bebas sehingga tidak menginduksi penyakit-penyakit tersebut
(Kikuzaki H dkk., 2005). Antioksidan termasuk senyawa pendonor elektron yang bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal sehingga
aktivitas radikal tersebut dapat terhambat. Ketidakstabilan radikal bebas dapat distabilkan oleh
antioksidan dengan melengkapi kekurangan elektron pada senyawa radikal bebas (Winarsih H,
2017). Manusia memiliki antioksidan dalam tubuh, namun jumlahnya tidak mencukupi untuk
mengatasi radikal bebas yang berlebih sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen.
Antioksidan eksogen dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya, yaitu antioksidan alami
dan antioksidan sintetik. Contoh antioksidan sintetik adalah BHA (butylated hydroxyanisole),
BHT (butylated hydroxytoluene), TBHQ (tertiary butyl hydroquinone), dan PG (propyl gallate)
(Widowati W dkk., 2005). Beberapa contoh antioksidan sintetik tersebut dapat memiliki efek
karsinogenesis sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan (Amarowicz R
dkk., 2000). Beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan yang dapat berkhasiat sebagai
antioksidan, diantaranya berasal dari golongan polifenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan β-
karoten (Hernani dkk., 2005).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam karya tulis ini disusun untuk mengetahui
potensi ekstrak dari berbagai bagian tanaman pisang seperti bonggol, jantung dan kulitnya yang
diduga memiliki aktivitas antioksidan. Beberapa jenis tanaman pisang yang dilihat aktivitas
antioksidannya, diantaranya pisang kepok (Musa paradisisaca L.), pisang mas (Musa acuminata
Colla), pisang candi (Musa paradisiaca), pisang ambon (Musa sapienum L.), pisang raja (Musa
parasidiaca Sapienum), dan pisang nangka (Musa paradisisaca Formatypicaata) dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-difenil2-pikrilhidrakzil).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pisang merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas
ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman, 2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz,
1997). Secara taksonomi, tanaman pisang temasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa sp. (Tjitrosoepomo, 2001).
Tanaman pisang termasuk dalam golongan monokotil tahunan, pohon yang tersusun atas
batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat
teratur. Tanaman pisang dikembangbiakan dengan cara vegetatif. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah
batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul
dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang
umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi. Variasi dalam kultivar pisang, diantaranya
dari warna buah, warna batang, bentuk daun, bentuk buah dan masih banyak lagi karakter yang
membedakan diantara kultivar pisang (Candra, 2003).
Pisang Kepok (Musa paradisisaca L.) memiliki bunga majemuk yang tiap kuncup bunga
dibungkus oleh jantung pisang berwarna merah kecoklatan. Jumlah buah mencapai 5-15 sisir,
buahnya merupakan buah buni, bulat memanjang dan membengkok, tersusun seperti sisir dua
baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, dan coklat. Pada umumnya pisang ini berbiji dengan
ukuran bijinya kecil, bulat, dan warna hitam Bentuk buah pisang kepok agak gepeng dan
bersegi. Karena bentuknya gepeng, ada yang menyebutnya pisang gepeng. Ukuran buahnya
kecil, panjangnya 10-12 cm dan beratnya 80-120 g. Kulit buahnya sangat tebal dengan warna
kuning kehijauan dan kadang bernoda cokelat (Suhardiman, 1997).

Gambar 1. Pisang Kepok (Musa paradisisaca L.)


(Hapsari dkk., 2015)

Pisang Mas (Musa acuminata Colla) memiliki karakteristik dasar yang mudah dibedakan
dengan pisang yang lain, karena memiliki bentuk tumbuhannya yang ramping. Tinggi tanaman
kurang dari 2,5 m, warna seludang batang semuanya berwarna hijau kekuningan dan tidak
berlilin, tepi tangkai daun melebar bersayap atau membuka tegak, daun pisang ini cenderung
berdiri tegak. Jantung berbentuk lancip, tendan berukuran kecil berorientasi horizontal atau
bersudut dengan warna bunga jantan pada umumnya berwarna putih hingga krem. Hasil panen
sedikit, dalam satu tandan menghasilkan 5 sampai 9 sisir, dengan ukuran buah kecil dan pendek.
Pisang mas ini dimanfaatkan sebagai buah meja, banyak dibudidayakan karena berkulit tipis
berwarna kuning keemasan yang menarik pada saat masak, daging buah masak berwarna krem,
kuning hingga jingga, bertekstur halus dan lembut dengan rasa yang manis dan memiliki aroma
yang wangi (Hapsari & Masrum, 2011).
Gambar 2. Pisang Mas (Musa acuminata Colla)
(Hapsari dkk., 2015)

Pisang Candi (Musa paradisiaca) memiliki tinggi pohon mencapai 3 m dengan lingkar
batang berwarna coklat muda dengan bagian atas berwarna merah jambu. Tandan buah
merunduk dengan jantung berbentuk bulat telur, kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam
berwarna merah. Sisir buah berjumlah 1-5 sisir dan tiap sisir berjumlah 10-12 buah
berpenampang segi tiga atau segi empat atau bulat berbentuk silinder berkulit tebal. Daging
buah berwarna putih atau kekuning-kuningan, pisang ini memiliki rasa yang tidak manis sampai
agak masam (Rukmana, 1999).

Gambar 3. Pisang Candi (Musa paradisiaca)


(Hapsari dkk., 2015)

Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapienum L) merupakan pisang buah meja yang
populer dan bernilai ekonomi tinggi. Karakteristik dari pisang ini memiliki rumpun sedikit
hingga sedang, batang semu cukup besar dan kokoh, berwarna hijau kekuningan, bersemu merah
dengan bercak lebar berwarna coklat hingga hitam, tidak berlilin. Tinggi tanaman mencapai 2 m.
Tepi tangkai daun melebar bersayap dengan daun lebar dan terkulai. Jantung pisang berwarna
merah kekuningan dan menggulung. Bunga jantan berwarna krem. Tandan buah berukuran
besar, berorientasi menjuntai karena berat dengan sisir buah yang simetris, berisi 5 – 12 sisir.
Buah berukuran sedang hingga besar, berbentuk melengkung, berkulit tebal, berwarna hijau
hingga kuning pada saat masak. Daging buah pisang ini berwarna krem sampai kuning dengan
rasa yang manis dan beraroma wangi (Hapsari, 2013).
Gambar 4. Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapienum L)
(Hapsari dkk., 2015)

Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum) umumnya dikonsumsi segar dengan


karakteristik morfologi buah yang mirip dengan pisang ambon tetapi memiliki kulit yang lebih
tebal. Tinggi pohon mencapai 2,6 - 3 m dengan lingkar batang berwarna hijau dengan bercak
coklat kehitaman, daun berwarna hijau, tandan buah merunduk dan berbulu halus. Jantung
pisang ini berbentuk telur dengan kelopak luar berwarna ungu dan merah sebelah dalam,
sisir buah berjumlah 6-8 sisir dan tiap sisir berjumlah 12-13 berbentuk silinder, berkulit agak
tebal 3 mm dengan ujung runcing bulat atau bersegi empat. Daging buah berwarna putih
kekuningan, kuning muda atau kemerah-merahan, tidak berbiji serta memiliki rasa agak manis
sampai manis, agak keras dan kurang beraroma (Rukmana, 1999).

Gambar 5. Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum)


(Hapsari dkk., 2015)

Pisang Nangka (Musa paradisiaca Formatypicaata) memiliki tinggi pohon 3 m dengan


lingkar batang berwarna hijau tanpa becrak coklat kehitaman, dengan daun berlapis lilin
sehingga daun sulit sobek dibandingkan dengan jenis daun pisang lainnya. Jantung pisang
nangka ini berbentuk bulat telur dengan kelopak luar berwarna ungu dan sebelah dalam
berwarna merah. Sisir buah berjumlah 5-7 sisir dan tiap sisir berjumlah 12-18 buah yang
tersusun rapat, berpenampang segi tiga atau segi empat, berkulit tebal. Daging buah putih atau
kekuning-kuningan, rasa kurang manis dan tekstur agak kasar (Rukmana, 1999).
Gambar 6. Pisang Nangka (Musa paradisiaca Formatypicaata)
(Hapsari dkk., 2015)

Selain memiliki aktivitas antioksidan pisang juga memiliki banyak kandungan dan
manfaat yang berguna bagi tubuh. Dalam buah pisang mulai dari rhizoma sampai kulit pisang
dapat kita ambil manfaatnya. Daging buahnya dapat digunakan sebagai makanan, kulit pisang
dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka pisang dengan proses fermentasi, bonggol pisang
dapat dijadikan soda sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan
sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, daun pisang yang digunakan
sebagai pembungkus makanan tradisional Indonesia, kemudian air umbi batang pisang yang
dapat digunakan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar dan air batang pisang yang
digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. Pisang juga dapat memberikan
tambahan energi langsung yang cukup banyak (Hendra, 2002).

3 METODE
Dalam karya tulis ini dilakukan pencarian pustaka, berupa pustaka primer dilakukan secara
online dengan menggunakan Google dan beberapa situs web penyedia jurnal elektronik (e-
journal), seperti Elsevier, Researchgate dan Scientific Research. Pencarian dilakukan dengan
menggunakan kata kunci “aktivitas”, “antioksidan”, “musaceae”, “activity”, “antioxidant”,
“musaceae”, dan “DPPH”. Penelusuran lebih lanjut dilakukan secara manual pada daftar pustaka
yang relevan. Pustaka yang melakukan penelitian mengenai tanaman pisang yang berkhasiat
sebagai antioksidan di Indonesia dalam 5 tahun terakhir merupakan pustaka yang diinklusi.
Jumlah jurnal yang digunakan setelah dilakukan screening menghasilkan 10 jurnal yang terdiri
dari 5 jurnal nasional dan 5 jurnal internasional.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan terhadap sampel hasil ektraksi pada masing-
masing tanaman pisang. Bagian tanaman yang digunakan adalah bonggol, jantung dan kulit
pisang. Hasil aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada beberapa tananaman pisang di
Indonesia yang ditunjukkan dengan nilai IC50 dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tanaman Pisang
Tanaman Pisang Bagian IC50 Referensi
Tanaman
Pisang Kepok Jantung 40,555 (Rollando, 2018)
(Musa paradisisaca L.)
Pisang Mas Jantung 68,742 (Hidayati D dkk.,
(Musa acuminata Colla) 2017)
Pisang Candi Kulit 40,318 (Laeliocattleya A
(Musa paradisiaca) dkk., 2013)
Pisang Ambon Kulit 54,92 (Imam Z dkk., 2011)
(Musa sapienum L.)
Pisang Raja Kulit 46,82 (Jami’ah R dkk.,
(Musa parasidiaca 2018)
Sapienum)
Pisang Nangka Bonggol 71,286 (Rahmiwati H dkk.,
(Musa paradisisaca 2016)
Formatypicaata)

Tanaman di Indonesia jumlahnya berlimpah dan memiliki kandungan yang sangat


bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu khasiat dari tanaman yang banyak
dimanfatkan oleh manusia adalah penggunaan tanaman sebagai sumber antioksidan.
Antioksidan diperlukan untuk menangkal radikal bebas yang tidak lepas dari kehidupan
sehari-hari manusia. Radikal bebas dapat berasal dari makanan, polusi udara, paparan sinar
matahari berlebihan ataupun senyawa kimia dan obat-obat tertentu.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan pada sampel berupa ekstrak tanaman pisang
antara lain bonggol, jantung dan kulit pisang. Ketiga bagian tanaman pisang tersebut
diekstraksi menggunakan teknik maserasi. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi
sangat menguntungkan, karena selain mudah dan murah, perendaman dengan pelarut tertentu,
dinding dan membran sel tanaman akan pecah akibat adanya perbedaan tekanan antara di
dalam dan di luar sel akibatnya metabolit sekunder yang terkandung pada sitoplasma dapat
terlarut dalam pelarutnya (Sukardi dkk., 2014). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
bonggol, jantung dan kulit pisang menggunakan pelarut methanol.
Sumber antioksidan alami dari tanaman dapat berupa senyawa kimia dari golongan
polifenol, flavonoid, β-karoten, vitamin C, dan vitamin E (Hernani R, 2005). Dilakukan
analisis kandungan fenol pada ekstrak tanaman pisang dan diperoleh hasil positif, begitu juga
untuk analisis kandungan vitamin C pada ekstrak tanaman pisang. Sebelum dilakukan analisis
aktivitas antioksidan secara kuantitatif, dilakukan analisis secara kualitatif dengan pereaksi
DPPH. Hasil positif adanya aktivitas antioksidan pada sampel ekstrak mengakibatkan
perubahan warna pada larutan DPPH dalam metanol dari warna ungu menjadi warna kuning.
Perubahan warna DPPH dapat terjadi karena adanya senyawa yang memberikan radikal
hidrogen kepada DPPH (1,1-difenil-2- pikrilhidrazil) sehingga tereduksi menjadi DPPH-H
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazin).
Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif untuk
mengetahui besarnya aktivitas antioksidan yang dapat dihasilkan oleh ekstrak tanaman pisang.
Pengujian ini juga dilakukan dengan metode penangkapan radikal DPPH. Digunakan metode
ini karena merupakan metode yang sederhana, mudah dilakukan, waktu analisis yang cepat,
dan sampel yang digunakan dalam jumlah yang sedikit (Hanani E dkk., 2005).
Pengukuran aktivitas antioksidan diukur pada panjang gelombang maksimum DPPH,
yaitu 517 nm (Permana D dkk., 2003). Besarnya aktivitas antioksidan ekstrak tanaman pisang
dilihat dari nilai IC50. IC50 merupakan nilai konsentrasi yang dibutuhkan oleh sampel untuk
menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin
tingginya aktivitas antioksidan. Untuk mengetahui ekstrak tanaman pisang dikatakan sebagai
antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50, kuat (50-100), sedang (100-150), dan
lemah (150-200) (Badarinath, 2010).
Aktivitas antioksidan pada kulit ekstrak pisang raja (Musa parasidiaca Sapienum)
menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 46,82 ppm yang
termasuk kedalam antioksidan yang sangat kuat dibandingkan dengan ekstrak kulit pisang
candi (Musa paradisiaca), ekstrak jantung pisang kepok (Musa paradisisaca L.), ekstrak kulit
pisang ambon (Musa sapienum L.), ekstrak jantung pisang mas (Musa acuminata Colla), dan
ekstrak bonggol pisang nangka (Musa paradisisaca Formatypicaata) dengan nilai IC50
berturut-turut adalah 40,318 ppm, 40,555 ppm, 54,92 ppm, 68,742 ppm dan 71,286 ppm.

5 SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelusuran menunjukan bahwa ekstrak kulit pisang raja (Musa
parasidiaca Sapienum) menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 sebesar
46,82 ppm yang termasuk kedalam antioksidan yang sangat kuat. Dalam pengujian aktivitas
antioksidannya, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu skrining fitokimia senyawa yang
memiliki khasiat antioksidan seperti polifenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan β-
karoten. Setelah itu dapat dilakukan aktivitas antioksidan, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif untuk mengetahui besarnya aktivitas antioksidan yang dapat dihasilkan oleh suatu
tanaman tertentu. Pengujian aktivitas antioksidan juga dapat dilakukan dengan metode lain,
contohnya metode tiosianat, untuk mendukung hasil pengujian menggunakan metode DPPH.

DAFTAR PUSTAKA
Amarowicz R, Nazck M, Shahidi F. Antioxidant activity of crude tannins of canola and
rapeseed hulls. Journal of the American Oil Chemists' Society. 2000;77 No. 9:957.
Bdarinath A, Rao K, Chetty CS. Ramkanth S. Rajan T, 7 Gnana K. 2010. A Review on In-
Vitro Antioxidant Methods. Comparisons, Correlations, and Considerations.
Internasional Journl of PharmTech Research. 1276-1285.
Candra, I. 2003. Pengaruh Jenis Pisang dan Jenis Gula Terhadap Mutu Madu Buah Pisang.
Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hanani E, Mun'im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons
Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 No. 3.
Hapsari L. & A. Masrum. 2011. Keragaman dan karakteristik pisang (Musa acuminata)
kultivar diploid AA koleksi Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional HUT
Kebun Raya Cibodas ke-159 “Konservasi Tumbuhan Tropika Kondisi Terkini dan
Tantangan ke Depan”. 7 April 2011. Kebun Raya Cibodas – LIPI. hal 225-229.
Hapsari, L. 2013. Performance of seven accessions banana cultivars triploid Musa acuminata
group (AAA) collection of Purwodadi Botanic Garden. dalam Proceeding of
Humboldt Kolleg: Synergy,Networking and The Role of Fundamental Development in
Asean in conjunction with: The International Conference on Natural Sciences
(ICONS) 2011. Shaker Verlag Publisher. Germany. hal 283-287.
Hapsari, L. dkk., 2015 Album Koleksi Pisang Kebun Pasuruan : Unit Pelaksana Teknis Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi,– LIPI.
Hendra, M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-Buahan Dan Sayuran Liar Oleh Suku
Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Institute Pertanian Bogor.
Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta Penebar Swadaya.
Hidayati, D. dkk., 2017. Pengujian Akivita Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Jantung Pisang
Mas (Musa acuminata Colla) Menggunakan Metode DPPH. Semarang : Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim.
Imam, Z. dkk., 2010. Antioksidan Bagian yang Berbeda dari Musa sapientum L.Bangladesh :
Departemen Farmasi, Stamford Universitas.
Jami’ah, R. dkk., 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Pisang Raja
(Musa Paradisiaca sapientum) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil. Kendari
: Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia.
Kikuzaki H, Hisamato M, Hirose, Akiyama K, Taniguchi H. 2002. Antioxidant properties of
ferulic acid and its related compounds. J Agric Food Chem. 50(7):2161-8.
Laeliocattleya, A. dkk., 2013. Senyawa bioaktif dan aktivitas antioksidan dari etanol dan
etimecetate ekstrak Candi Pisang (Musa paradisiaca). Malang : Departemen
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Prihatman, Kemal. 2000. Pisang (Musa spp.). BAPPENAS : Sistem Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan..
Rabani, B. 2009. Aplikasi Teknik Toping Pada Perbanyakan Benih Pisang (Musa
paradisiaca L.) Dari Benih Anakan dan Kultur Jaringan. Bogor : Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian
Rahmiwati, H. 2016. Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas Ekstrak Etanol Bonggol Pisang
Nangka(Musa Paradisiaca Formatypicaatu). Riau : Prosiding Celscitech-UMRI.
Rollando. 2018. Penelusuran Potensi Aktifitas Antioksidan Jantung Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.). Universitas Ma Chung. Malang : Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik (JIFFK).
Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang . Kanisius : Yogyakarta.
Suhardiman, P. 1997. Budi Daya Pisang Cavendish. Kanisius : Yogyakarta.
Sukardi, Pinasthika AP, Pulungan MH, Mulyadi AF. 2014. Ekstraksi Minyak Atsiri
Bunga Melati (Jasminum sambac) dengan Metode Maserasi dan Perlakuan
Pendahuluan PEF (Pulsed Electric Field) (Kajian Besar Tegangan dan Jarak
Katoda Anoda). Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian.
Swennen, R. and R. Ortiz. 1997. Morphology and growth of plantain and banana. IITA
Research Guide 66. Training Program, International Institute of Tropical Agriculture
(IITA) : Ibadan, Nigeria. 32 p.
Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
266 hal.
Widowati W, Safitri R, Rumumpuk R, Siahaan M. 2005. Penapisan Aktivitas Superoksida
Dismutase pada Berbagai Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1 190 Tanaman.
Jurnal Kedokteran Maranatha. 5 No. 1:33-48
Wijaya, A. 1996. Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan. Forum Diagnosticum,
Prodia Diagnostic Educational Services, No 1 : 1-12.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai