LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Buah Naga Super Merah
Buah naga termasuk dalam keluarga kaktus yang batangnya berbentuk
segitiga dan tumbuh memanjat. Batang tanaman ini mempunyai duri pendek
dan tidak tajam. Bunganya seperti terompet putih bersih, terdiri atas
sejumlah benang sari berwarna kuning. Buah naga merah berbentuk bulat
lonjong seperti nanas yang memiliki sirip warna kulitnya merah jambu
dihiasi sulur atau sisik seperti naga (Panjuantiningrum, 2009). Kulit buah
berwarna merah bersisik, daging buah bertekstur lunak, bertabur biji kecilkecil, dengan berat buah sekitar 500 gram per buah (Soedarya, 2013).
Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan
bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi dalam
keadaan segar. Tanaman ini merupakan tanaman memanjat yang secara
morfologi termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang
hanya memiliki akar, batang, cabang, bunga, buah, dan biji (Kristanto,
2009). Buah naga memiliki beberapa jenis, antara lain Hylocereus undatus
dengan kulit merah dan daging buah putih, Hylocereus polyrhizus dengan
kulit merah dan daging merah keunguan, Hylocereus costaricensis dengan
daging buahnya lebih merah, dan Selenicereus megalanthus dengan kulit
buah yang kuning tanpa sisik (Panjuantiningrum, 2009).
jantan) dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di
sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga dengan
demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan
tangkai bunga yang sangat pendek (Cahyono, 2009).
Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk
buah bulat agak memanjang atua bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang
berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari
jenisnya. Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3-4mm. Di sekujur kulitnya
dihiasi dengan jumbai-jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh karena
itu, buahnya disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara 80-500
gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah berserat sangat halus dan di
dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan
berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih, dan
hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan rasanya
manis sedikit masam (Cahyono, 2009).
Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah.
Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung
dimakan
tanpa
mengganggu
kesehatan.
Biji
buah
naga
dapat
Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk segar. Saat ini
konsumsi buah naga di masyarakat cukup besar karena telah diketahui
bahwa buah ini memiliki kandungan air dan mineral yang cukup banyak.
Buah naga ini juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti jelly, ice
cream, sari buah, sirup, manisan, selai, dan wine (Ide, 2009).
2. Sari Buah
Sari buah adalah salah satu produk olahan buah-buahan yang telah
lama dikenal. Kandungan gizinya yang tinggi, rasanya yang menyegarkan
serta timbulnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan
mendorong berkembangnya industri sari buah buah-buahan sebagai
pengganti minuman bersoda, kopi, atau teh. Industri sari buah buahbuahan tropis termasuk berkembang pesat beberapa tahun terakhir dengan
laju mencapai 20% per tahun (Iriani dkk., 2005).
Produk minuman sari buah (fruit juice) menurut SNI (1995) adalah
minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau
tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM HK00.05.52.4040 Tahun 2006
tentang Kategori Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah
adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang
dicuci, dihancurkan, dan dijernihkan, dengan atau tanpa pasteurisasi dan
dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sedangkan menurut Muchtadi
(1997), sari buah merupakan cairan jernih atau agak jernih, tidak
difermentasi, diperoleh dari pengepresan buah-buah yang telah matang dan
masih segar.
Tahap-tahap pengolahan sari buah secara umum adalah pemilihan dan
penentuan
kematangan
homogenisasi,
buah,
penyaringan,
pencucian
deaerasi,
dan
pengawetan,
sortasi,
dan
ekstraksi,
pembotolan
(Makfoeld, 1982). Proses pembuatan sari buah pada prinsipnya terdiri dari
ekstraksi, klarifikasi, deaerasi, pengemasan, dan pasteurisasi. Ekstraksi yang
baik dapat menghindarkan tercampurnya kotoran dan jaringan buah
sehingga flavornya tetap terjaga (Muchtadi, 1997). Hasil ekstraksi pada
buah merupakan suspensi dari partikel-partikel yang berasal dari pulp buah
tersebut. Partikel-partikel yang tersuspensi ini terdiri dari protein,
polisakarida, lemak, pektin, dan beberapa pigmen dalam buah tersebut.
Adanya proses ekstraksi pada pembuatan sari buah menyebabkan partikel
tersuspensi termasuk pektin yang menyebabkan kekeruhan pada sari buah
akan mengendap (Eskin et al., 1971). Kekeruhan sari buah dari hasil
pengepresan disebabkan oleh bahan-bahan penyusun sel buah yang tertahan
sebagai suspensi dan ada kecenderungan mengendap apabila pengadukan
dihentikan (Scoot dan Veldhius, 1965).
Menurut Pratiwi (2009), beberapa merk produk sari buah komersial
yang beredar dipasaran memiliki karakteristik yang berbeda pada nilai total
padatan terlarut, viskositas, dan pH. Ketiga variabel tersebut dapat dijadikan
10
acuan dalam sari buah yang dapat diterima dan disukai masyarakat. Data
karakterisasi sari buah komersial dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Data Karakterisasi Sari Buah Komersial
Sari Buah Komersial
pH
TPT (0Brix)
Buavita (Jeruk)
4,03
10,4
Country Choice (Jeruk)
4,19
13,0
Nutri Sari (Jeruk)
4,02
11,6
Country Choice (Guava) 4,16
10,2
Country Choice (Apel)
4,00
14,2
Jungle Juice (Sirsak)
3,36
12,4
Jungle Juice (Guava)
3,43
12,2
Berri (Mangga)
3,77
13,4
Berri (Guava)
3,77
11,0
Berri (Jeruk)
3,77
10,5
Viskositas (cP)
2,31
2,90
2,18
3,40
1,77
6,61
5,22
3,27
3,62
1,77
Satuhu
perdagangan
internasional
Menurut SNI (1995), syarat mutu untuk beberapa sari buah (sari buah
jeruk tidak beku, sari buah anggur, sari buah nanas, sari buah apel) memiliki
nilai maksimum total padatan terlarut (TPT) tidak lebih dari 200Brix.
Sedangkan TPT minuman sari buah secara umum menurut SNI (1999)
adalah 100Brix dengan nilai pH maksimal 4. Menurut Maier et al., (1997),
11
kisaran pH pada sari buah antara 3,7-4 masih dapat diterima panelis.
Viskositas pada beberapa sari buah komersial di pasaran berkisar antara
1,77-6,61 cP (Pratiwi, 2009).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
komposisi
sari
buah
erat
12
b. Pengupasan
Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan bagian buah yang
tidak dikehendaki (undesirable) maupun bahan yang tidak berguna atau
tidak dapat dimakan (unedible).
c. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan komponen dari
suatu bahan dasarnya, biasanya dilakukan dengan penekanan antara
fraksi cairan dan ampasnya, dengan atau tanpa menggunakan air yang
menghasilkan puree buah (Hariyadi, 2000).
d. Klarifikasi
Menurut Potter (1968), klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan
sisa pulp dari sari buah dengan cara penyaringan (filtrasi), pengendapan,
atau sentrifugasi. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat
terjadinya pengendapan partikel-partikel pulp setelah sari buah
dibotolkan, hal ini tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan
konsumen.
e. Pasteurisasi
Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen sehingga
produk yang dihasilkan memiliki daya simpan yang lebih lama.
Pasteurisasi biasanya dilakukan pada suhu 60-650C selama 30 menit atau
75-800C selama 15-20 detik (Ashurst, 1995).
f. Pengemasan
Setelah diperoleh sari buah hasil pasteurisasi, dilakukan hot filling
yang merupakan metode pengisian sari buah ke dalam botol kemasan
(Ashurst, 1995).
g. Penyimpanan
Sari buah yang telah dibotolkan kemudian dilakukan penyimpanan.
Penyimpanan biasanya dilakukan dalam alat pendingin sehingga produk
dapat bertahan lebih lama. Menurut Pollard dan Timberlake (1974)
dalam Hulme (1971), suhu penyimpanan yang ideal bagi sari buah adalah
1,67-4,440C.
13
Sari buah naga merupakan minuman siap saji yang kaya gizi. Produk
minuman sari buah naga dibuat melalui proses penghancuran buah naga.
Dalam pembuatan sari buah naga, digunakan jenis buah naga yang mempunyai
kandungan sari buah yang tinggi (Soedarya, 2013).
3. Klarifikasi Sari Buah
Menurut Rosaeka (2008), sari buah yang diperoleh biasanya masih
mengandung partikel padat, sehingga perlu dihilangkan agar mendapatkan
sari buah yang jernih. Penghilangan dapat dilakukan dengan penyaringan.
Pemisahan dengan didiamkan beberapa waktu akan terjadi pengendapan
padat karena adanya gaya gravitasi partikel padat, kemudian dapat diambil
bagian jernihnya. Selain itu, penyaringan dapat dilakukan dengan
menggunakan kain atau kertas saring. Beberapa cara yang digunakan untuk
penjernihan sari buah, antara lain:
a. Penambahan enzim
Perlakuan penambahan enzim dapat membantu proses penjernihan
sari buah. Enzim yang digunakan adalah pektinase, yaitu enzim yang
memecah pektin, suatu substrat polisakarida yang ditemukan di dinding
sel tumbuhan. Salah satu pektinase yang banyak digunakan secara
komersial adalah poligalakturonase. Hal ini karena pektin merupakan
suatu matriks mirip jeli yang merekatkan sel-sel tumbuhan dan
merekatkan antar dinding sel tumbuhan seperti selulosa. Oleh karenanya,
enzim ini berperan dalam proses yang melibatkan degradasi bahan yang
berasal dari tumbuhan. Penambahan enzim pektin membantu penjernihan
dalam 2 cara yaitu:
1) Enzim pektin menyebabkan koagulasi dan sedimentasi bahan-bahan
tersuspensi dan kandungan koloid yang terdapat dalam sari buah,
2) Penambahan enzim memperkecil viskositas sari buah dan sebagai
akibatnya mempermudah dan mempercepat filtrasi. Perlakuan
penambahan pektinase digunakan untuk memisahkan pektin yang
tidak dikehendaki. Depektinisasi memiliki dua pengaruh yaitu
14
atau
disentrifugasi
untuk
memisahlkan
partikel
yang
15
diberi tekanan press cairannya kental dan banyak kabut fragmen dinding sel
dan fragmen kompleks lainnya. Pemberian pektinase pada sari buah yang
berkabut keruh menurunkan viskositas dan menyebabkan partikel penyebab
keruh teragregasi dalam unit yang banyak sehingga endapannya dapat
dengan mudah dipisah dengan sentrifugasi atau ultrafiltrasi. Penjernihan
dengan pektinase memisah suspensi partikel dan membuat produk menjadi
lebih terang. Kejernihan tersebut dapat diketahui dengan alat pengukur
turbidity (Byarugaba, 2008).
Pengukuran nilai pH merupakan salah satu parameter untuk
mengetahui perubahan tingkat keasaman suatu produk (Winarno dan
Wirakartakusumah, 1974). Produk sari buah yang mempunyai tingkat
keasaman tinggi (nilai pH 4,5-5) dapat dipasteurisasi pada suhu antara 1601650F atau 71,1-73,90C (Cruess, 1971). Nilai pH mempengaruhi
pembentukan gel oleh pektin. Pektin dapat membentuk gel pada kondisi
asam tinggi (pH menurun) sehingga menyebabkan meningkatnya kestabilan
sari buah. Ketika pH terlalu tinggi (semakin basa), maka akan terjadi
pemecahan pektin oleh enzim metil esterase akan menyebabkan kekentalan
dan konsistensi sari buah menurun serta menjadi tidak stabil (Pollard dan
Timberlake, 1971).
Total padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang
terlarut dalam larutan. Komponen yang terkandung dalam buah terdiri atas
komponen-komponen yang larut air, seperti glukosa, fruktosa sukrosa, dan
protein yang larut air (pektin). Menurut Susanto (1986) yang dikutip oleh
Yusuf (2002), sebagian besar perubahan total padatan pada minuman ringan
adalah gula. Semakin tinggi konsentrasi penstabil, semakin tinggi total
padatan terlarutnya. Total padatan terlarut meningkat karena air bebas diikat
oleh bahan penstabil sehingga konsentrasi bahan yang larut meningkat.
Semakin banyak partikel yang terikat oleh bahan penstabil maka total
padatan yang terlarut juga akan semakin meningkat dan mengurangi
endapan yang terbentuk. Dengan adanya bahan penstabil maka partikelpartikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut dan tidak
16
mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter dan Hotchkiss, 1995 dalam
Kusumah, 2007).
Derajat brix adalah zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan
yang dihitung sebagai sukrosa. Derajat brix ini merupakan satuan total
padatan terlarut. Derajat brix ini mempengaruhi karakter sari buah lainnya
seperti viskositas dan transmitasi dari sari buah, dimana semakin tinggi
0
Brix maka viskositas dan transmitasi juga semakin tinggi. Pengujian 0Brix
sari
buah.
Hal
tersebut
dikarenakan
pektinase
dapat
17
18
jernih larutan maka akan semakin besar nilai transmitasinya (Ananta, 1991).
Sari buah yang mengandung pektin akan memiliki karakter yang keruh
sehingga nilai transmitasinya rendah. Dengan pengujian transmitasi pada
sari buah dapat dilihat bagaimana pengaruh dari pektinase untuk
memperbaiki karakter sari buah dari kecerahan sari buah tersebut. Pektinase
dapat meningkatkan nilai transmitasi dengan mekanisme pemotongan
pektin, pada penelitian Widowati dkk, (2013) bahwa penambahan enzim
dapat meningkatkan nilai % transmitasinya.
Sari buah dapat dijernihkan dengan menghilangkan bahan pektik
koloidal yang larut, yakni dengan menambahkan enzim pektinolitik ke
dalam sari buah dan membiarkan hasil campuran tersebut sampai seluruh
komponen senyawa koloidal pektik tersebut menggumpal. Setelah disaring
akan dihasilkan sari buah yang jernih (Winarno, 2010). Karakteristik sari
buah naga super merah cenderung keruh karena banyak padatan terlarut,
kental, dan sedikit asam. Masalah yang timbul dalam pembuatan sari buah
naga super merah adalah adanya kekentalan sari buah naga super merah
yang dapat mengganggu proses filtrasi dan mengurangi hasil rendemen sari
buah naga super merah sehingga diperlukan proses klarifikasi. Salah satu
proses
klarifikasi
yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
enzim
19
pada konsentrasi 0,09% dan Pectinex Ultra SP-L (dari Aspergillus niger)
pada konsentrasi 0,1% terbukti meningkatkan karakteristik fisikokimia yang
mengarah pada sari buah dengan hasil yang lebih tinggi, keasaman tinggi,
total padatan terlarut yang lebih tinggi, dan meningkatkan kejernihan serta
kenampakan warna sari buah. Perlakuan enzimatik juga mengurangi pH dan
viskositas sari buah. Selain itu juga meningkatkan komponen gizi dalam sari
buah seperti protein, karbohidrat, dan jumlah polifenol. Penelitian ini
menunjukkan pengaruh aplikasi pektinase pada komposisi kimia, vitamin C,
dan jumlah polifenol. Penggunaan pektinase sebagai alat bantu pengolahan
dalam produksi sari buah terbukti menjadi langkah penting dalam rangka
meningkatkan efisiensi seluruh sistem.
Proses klarifikasi juga dapat dilakukan dengan penambahan gelatin.
Gelatin berasal dari jaringan kolagen kulit hewan dan memiliki sifat mudah
terdispersi dalam air. Konsentrasi gelatin yang direkomendasikan dalam
produk minuman sari buah antara 0,5-1,5% (Koswara, 1992). Gelatin dapat
digunakan sebagai penjernih ketika gelatin tersebut didenaturasi. Denaturasi
merupakan suatu perubahan struktur sekunder, tersier, dan kuartener
terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Denaturasi protein dapat disebabkan oleh panas, pH, senyawa
kimia (urea dan garam guanidia), mekanik, dan sebagainya. Pemekaran atau
pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus
reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan
kembali pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit
ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi
sebagai suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi. Dengan
berkoagulasi gelatin dapat menjernihkan sari buah dengan menyerap
kandungan-kandungan yang dapat menyebabkan sari buah keruh seperti
tanin (Winarno, 1992). Menurut Belitz dan Grosch (1986), gelatin memiliki
gugus amino yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan cara
mengikat pektin pada sari buah. Pektin mengandung gugus metil ester yang
bermuatan negatif sedangkan gugus amino pada gelatin bermuatan positif
20
21
22
Enzim ini tersusun sekitar 376 asam amino. Membentuk struktur 10 betaheliks paralel yang sisi aktifnya pada paralel beta-sheet satu pada strands ke
4,5,6,7 dan 8 pada E carotovora sp. Enzim ini mempunyai sisi aktif berupa
asam amino Aspartat, Histidin, Glutamat, Lisin, Arginin, dan Treonin.
Enzim poligalakturonase bekerja menghidrolisis ikatan glikosidik pektat
dengan mekanisme pemisahan. Enzim poligalakturonase memiliki sifat
thermostable (tahan suhu tinggi) yaitu antara 400C-600C serta optimum pada
pH 3-6. Prinsip kerja enzim poligalakturonase yaitu menghidrolisis
ikatan glikosidik (-1,4-glikosidik) pada substansi pektin membentuk Dgalakturonat. Poligalakturonase merupakan kelompok enzim glikosilhidrolase.
Kelompok
enzim
hidrolase
polimetilgalakturonase
dan
pemotongan
poligalakturonase
(EC
substrat
3.2.1.67)
secara
dan
ekso
acak,
sedangkan
ekso
polimetilgalakturonase
23
konsentrasi enzim tetap (tertentu) harga V hampir linier dengan [S]. Pada
kondisi dimana V tidak dapat bertambah lagi dengan bertambahnya [S]
disebut kecepatan maksimum (Vmaks). Vmaks merupakan
salah
satu
24
25
perbedaan proses
26
Syarat
Tidak berwarna
Normal (dapat diterima konsumen)
16% (Maks)
3,25% (Maks)
50 mg/kg (Maks)
2 mg/kg (Maks)
30 mg/kg (Maks)
100 mg/kg (Maks)
1000 mg/kg (Maks)
27
Endapan
tersebut
akan
membawa
partikel-partikel
yang
28
29
B. Kerangka Berpikir
C. merah
Buah naga super
(Hylocereus costaricensis)
mengandung zat bioaktif
dan serat pangan
Limbah kulit
jeruk keprok
Garut
Limbah
sayuran
Dipilih gelatin
Enzim poligalakturonase
termostabil
Dipilih konsentrasi terbaik
1% dan 1,5%
Memerlukan klarifikasi
Dipilih isolat
AR2
Ditentukan konsentrasi
0,09% dan 0,1%
30
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah, enzim poligalakturonase yang
diperoleh dari limbah kulit jeruk keprok Garut dan sayuran yaitu isolat AR2
pada konsentrasi 0,09% dan 0,1% dengan gelatin pada konsentrasi 1% dan
1,5% dapat berperan pada klarifikasi sari buah naga super merah (Hylocereus
costaricensis), yaitu untuk menurunkan nilai pH, total padatan terlarut,
menurunkan nilai viskositas, dan meningkatkan nilai transmitasi pada sari buah
naga super merah sehingga diperoleh sari buah naga super merah dengan
kenampakan yang jernih dan viskositas yang rendah.
31