B. ALAT PENGERING :
Pengeringan menggunakan sumber pemanas buatan
Memerlukan tempat yang sedikit
Memerlukan waktu yang lebih pendek
Tidak terkontaminasi
Tidak terjadi fermentasi
Biaya lebih mahal
Kualitas lebih baik
Menurut Rahman dan Perera (1999), secara umum metode pengeringan pangan
diklasifikasikan menjadi pengeringan termal, dehidrasi osmotis dan dehidrasi dengan
pengeluaran air secara mekanis. Pengeringan termal menerapkan panas pada kondisi
terkendali untuk menguapkan sebagian besar kandungan air bahan. Medium pengering yang
digunakan dapat berupa udara (pengeringan adiabatis), cairan atau padatan. Pada pengeringan
osmotis, digunakan larutan untuk menarik air keluar dari bahan seperti misalnya larutan gula
(glukosa, fruktosa, dll) dan garam (natrium-klorida). Pengeluaran air secara mekanis
dilakukan dengan menggunakan gaya fisik, sehingga terjadi pemisahan antara padatan dan
cairan, misalnya dengan cara sentrifugasi.
Pengeringan memberikan manfaat lain yang penting selain melindungi pangan yang mudah
rusak. Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan sehingga biaya
pengangkutan dan penyimpanan. Pengeringan juga memudahkan penanganan, pengemasan,
pengangkutan dan konsumsi. Selam pengeringan terjadi perubahan fisik dan kimiawi yang
semuanya tidak diinginkan.
Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara
pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu
proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang
terbentuk Selama tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu
berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan
menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil terhadap
ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan
karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya. Produk yang
bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin.
Dalam pengeringan beku, perpindahan panas ke daerah pengeringan dapat dilakukan oleh
konduksi atau pemancaran atau oleh gabungan kedua cara ini. Pengawasan laju pindah panas
sangat penting adalah perlu untuk menghindari pencairan es dan dengan demikian laju pindah
panas harus cukup rendah untuk menjamin hal ini. Selain itu , untuk melakukan proses
pengeringan dalam waktu yang masuk akal, laju pindah panas haruslah setinggi mungkin.
Untuk mencapai pengeringan yang aman, perhatian yang utama ditujukan dalam perencanaan
peralatan pengeringan beku dan efisien. Faktor lain yang perlu diperhatikan bahwa suhu
permukan tidak boleh sedemikian tinggi karena akan menyebabkan kerusakan bahan pangan
pada permukaannya (Earle, 1969).
Pengertian lainnya tetntang pengeringan beku, air dihilangkan dengan mengubahnya dari
bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi.
Pengeringan beku dilakukan dalam hampa udara dan suhu sangat rendah. Pengeringan beku
ini menghasilkan produk terbaik, terutama karena pangan tidak kehilangan banyak aroma dan
rasa atau nilai gizi. Namun, proses ini mahal karena memerlukan suhu rendah maupun tinggi
dan keadaan hampa udara. Penggunaan cara ini hanya dibenarkan jika panga sangat peka
terhadap panas, dan produk yang diperoleh harus memenuhi standar gizi yang tinggi (WHO,
1988).
Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena
menjag kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik.
Perbedaan dehidrasi beku dan konvesional dapat dilihat sebagai berikut :
Dehidrasi konvensional :
-Berhasil baik bagi bahan pangan yang mudah dikeringkan, misalnya buah-buahan
-Umumnya daging tidak memuaskan
-Pengolah kontinu
-Umumnya suhu yang digunakan 1000F dan 2000F
-Biasanya pada tekanan atmosfer
-Waktu pengeringan pendek, biasanya kurang dari 12 jam
-Penguapan air dari permukaan bahan pangan
-Partikel kering padat-Densitas lebih tinggi dari bahn pangan yang asli
-Bau sering kali abnormal
-Biasanya warna lebih gelap-Rehidrasi lambat, biasanya tidak sempurna
2.Tuangkan Garam dapur kurang lebih 1 kg kedalam ember yang telah diisi air tadi
3. Aduk Garam Sampai Larut
4.Setelah garam larut, masukan satu butir telur ayam kedalam larutan garam, dan perhatikan
posisi telur :
- Jika telur masih terbenam tambahkan garam sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai telur
mengapung pada permukaan air.
- Jika telur telah mengambang pada permukaan air, artinya garam tidak perlu ditambah lagi
dan siap digunakan untuk seleksi benih.
5. Tuangkan benih kedalam larutan garam yang telah diuji tadi.
6. Diamkan sejenak
7. Benih yang mengapung adalah benih hampa sedangkan benih yang tenggelam adalah benih
yang bernas
8. Angkat benih yang hampa (mengapung) dan taruh dalam sebuah wadah, angkat benih yang
bernas (tenggelam) kemudian cuci segera sampai bersih lalu masukan kedalam
karung, diamkan benih yang bernas selama 24 30 jam.
1.
2.
3.
4.
5.
Rehidrasi pati
Rehidrasi pati adalah proses penyerapan air kembali ke dalalam bahan kering atau pati yang
sebelumnya telah mengalami gelatinisasi. Pati yang telah mnegalami gelatinisasi tersebut
dapat di keringkan , tetapi pati tersebut tidak memiliki sifat-sifat sebelum mengami
gelatinisasi dan masih mampu mneyerap air dalam jumlah yang besar. Dengan demikian
prinsip rehidrasi sama dengan proses gelatinisasi, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi
rehidrasi sama dengan faktor-faktor yang mempengeruhi gelatinisasi, yaitu, suhu, ukuran
partikel, konsentrasi, pH, dan komponen lainnya seperti gula, lemak, asam lemak, dan
protein.
Butiran pati yang telah di keringkan sampai kadar air 8-9 persen dari berat bahan akan cepat
mengalami rehidrasi ketika dicampurkan dengan air mendidih. Dan produk cepat masak
mengalami rehidrasi apabila butiran pati mempunyi ukuran yang lebih kecil serta di tambah
air mendidih pada kisaran 190oF 210oF ( 73,5-116,7oC).
Produk yang proses rehidrasinya cepat seperti: tepung sereal yang mempunyai tekstur yang
baik serta mempunyai rasa dan aroma yang baik, atau dengan kata lain mempunyai mutu
yang tinggi. Sereal yang mengalami rehidrasi, rasa dan bentuknya tidak seperti tepung tetapi
seperti bubur.