Volume 10 Abstrak: Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara. Artikel ini
Nomor 2
Halaman 342-364
bertujuan membangun konsep etika profetik dengan menggunakan ke
Malang, Agustus 2019 arifan lokal budaya Melayu. Prinsip ilmu sosial dan spirit profetik dija
ISSN 2086-7603 dikan sebagai metode. Penelitian ini menemukan konsep etika profetik
e-ISSN 2089-5879 sebagai jalan ikhtiar untuk menginternalisasikan sifat Rasul. Etika ini
berorientasi pada kesadaran tertinggi manusia, yaitu kesadaran ketu
hanan dan kenabian. Implikasinya, para pengambil kebijakan tidak ha
Tanggal Masuk: nya mengadopsi suatu standar universal yang berlaku umum. Kode etik
09 Januari 2019 juga seharusnya ditelaah lebih lanjut mengenai kesesuaian dengan nor
Tanggal Revisi: ma dan ajaran kebaikan yang telah disampaikan oleh Nabi atau Rasul
09 Agustus 2019 terdahulu.
Tanggal Diterima:
31 Agustus 2019 Abstract: : Prophetic Ethics for State Financial Managers. This arti-
cle aims to develop the concept of prophetic ethics by using local wisdom of
Malay culture. The principles of social science and prophetic spirit are used
Kata kunci: as methods. This research found the concept of prophetic ethics as an en-
deavor to internalize the nature of the Prophet. This ethic is oriented to the
kenabian, highest human consciousness, namely divine and prophetic awareness.
kesadaran ketuhanan, The implication is that policymakers not only adopt a generally accept-
kode etik ed universal standard. The code of ethics should also be explored further
about conformity with norms and teachings of goodness that have been
conveyed by previous Prophets or Apostles.
Mengutip ini sebagai: Briando, B., & Purnomo, A. S. (2019). Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Ne
gara. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 342-364.https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10020
“Kamu adalah umat terbaik yang dila- landasan tersebut tidak lain dikarenakan
hirkan untuk manusia, menyuruh ke- kegelisahan beliau terhadap memudarnya
pada yang makruf, dan mencegah dari eksistensi wahyu (lihat Kuntowijoyo, 1991).
yang mungkar, dan beriman kepada Al- Hal ini senada dengan apa yang dirasakan
lah” (QS. Ali-Imran: 110) oleh pemikir besar abad ke-20 Prancis, yaitu
Roger Garaudy. Dalam tulisan yang fenome
Kutipan ayat di atas merupakan peman nal terkait mitos dan politik Israel, Garaudy
tik semangat cendekiawan muslim tanah menekankan untuk mendobrak keterbeleng
air Kuntowijoyo dalam membangun kon guan nilai kemanusiaan di tengah-tengah
sep ilmu sosial profetik. Dari ayat tersebut masyarakat yang cenderung mendewakan
lahir landasan trilogi profetik yaitu huma rasio melalui filsafat kenabian dari Islam
nisasi, liberasi, dan transendensi. Lahirnya yang mengakui eksistensi wahyu. Biyan
342
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 343
to (2017) juga membahas hal terkait dera negara. Sebenarnya hal ini tidak menghe
jat spiritualis Nabi Muhamad yang mam rankan mengingat bahwa sebagian besar pe
pu mewujudkan eksistensi wahyu menjadi neliti etika sering menyentuh aspek praktis
kekuatan psikologis dalam melakukan refor dibandingkan filosofis. Maka, tidak mengehe
masi sosio-humanitas di tengah masyarakat rankan banyak penelitian etika dikembang
Arab jahiliyah di masa itu. Nahar & Yaacob kan secara kuantitatif. Etika merupakan aja
(2011) memperkenalkan prinsip filosofis pro ran filsafat moral yang notabene mengatur
fetik dalam beretika yaitu humanis, emansi tentang apa yang seharusnya dilakukan dan
patoris, transendental, dan teleologikal. Pro apa yang tidak. Seringkali pengelola keuang
fetik kemudian berkembang menjadi suatu an tidak mengetahui atau bahkan pura-pu
metode sebagaimana yang dilakukan oleh ra tidak tahu terkait batasan-batasan mana
Ahimsa-Putra (2016) dalam bukunya yang saja yang boleh dilakukan atau tidak dalam
berjudul “Paradigma Profetik Islam: Episte mengelola keuangan negara. Hal ini yang
mologi, Etos, dan Mode”. pada akhirnya memunculkan perilaku tidak
Dengan melihat sejarah masa lalu etis dalam mengelola keuangan, salah sa
sebenarnya para peneliti etika sebagian tunya korupsi (Briando, Triyuwono, & Irian
besar membangun nilai-nilai dan konsep to, 2017; Hooper, 2017).
berdasarkan “hukum moral” yang melatar Pada sisi lainnya, begitu banyak ok
belakanginya. Immanel Kant salah satunya, num aparatur (termasuk pengelola keuang
dalam memberikan pengertian terhadap an) yang telah menjadi hamba harta dan
“kewajiban”. Kant mengaitkannya dengan tahta dengan cara melacurkan dirinya ke
“ketentuan formal” (formal requirement), ya pada hal-hal yang bertentangan dengan pe
itu moral law. Moral law yang dikemukakan rintah aga ma. Tontonan dan suguhan be
oleh Kant memiliki makna religious. Hal ini rita terkait maraknya korupsi seolah telah
didasarkan bahwa Kant memang bera sal menjadi santapan sehari-hari di negeri ini.
dari lingkungan Kristen Protestan. Jadi, ti Hal ini bisa jadi dikarenakan miskonsep
dak mengherankan bila “moral law” yang si atas pembuat an standar etika dan kode
ia gunakan mendapat inspirasi dari etika etik. Penelitian yang dilakukan oleh Pa
Protestan (Nahar & Yaacob, 2011; Triyuwo saribu & Briando (2019) menyatakan bah
no, 2015). Kant mempercayai bahwa agama wa untuk menyusun standar etika dan kode
Kristen sebagai sumber yang mempunyai etik Aparatur Pengawas Internal Pemerintah
otoritas untuk mengetahui yang baik dan (APIP) Indonesia masih menjiplak standar
benar. Hal ini pula yang menjadi dasar kuat etika yang berlaku universal. Beberapa pe
peneliti berikutnya dalam membangun “mo nelitian menunjukkan bahwa standar etika
ral law” dengan pendekatan lain, salah sa yang berlaku universal belum tentu sesuai
tunya pendekatan ilmu pengetahuan profe dengan falsafah negara yang berketuhanan
tik atau kenabian. seperti Indonesia (Setiawan, 2016; Sitorus,
Ahimsa-Putra (2016) dan Triyuwono 2019; Suharto, 2019). Hilangnya nilai ketu
(2011) berargumentasi bahwa ilmu penge hanan dalam standar dan kode etik akan
tahuan profetik mengakui adanya sumber berakibat semakin memudarnya eksisten
pengetahuan empiris dan tidak empiris. Dari si wahyu dan lunturnya kewajiban khalifa-
ilmu tersebut kemudian dijadikan sebuah tullah fil ardh serta Abdullah. Oleh karena
formulasi praktis dalam bentuk “prophetic itu, konsep etika profetik dihadirkan dalam
law”, yang akhirnya disebut dengan nama rangka menumbuhkan kesadaran asali ma
“etika profetik”. Untuk menghasilkan keten nusia sebagai pengemban amanah dan ham
tuan etika ini, diperlukan suatu perangkat, ba Allah sesuai janji saat ruh ditiup dalam
yaitu spirit dan prinsip filosofis profetik, yang kandungan de ngan menyebut dua kalimat
menurut Al-Daghistani (2016) dan Triyuwo syahadat.
no (2015) masing-masing diklasifikasikan ke
dalam empat unsur pembentuknya, yaitu METODE
kemanusiaan, keilmuan, kehambaan, dan Penelitian ini menggunakan cara pan
kesemestaan untuk spirit profetik serta hu dang spiritualis. Paradigma ini lebih me
manis, emansipatoris, transendental, dan nekankan keutuhan sebuah konsep, yaitu
teleologikal untuk prinsip filosofis profetik. ketuhanan, kenabian, dan kebudayaan. Per
Diskursus etika dalam pelayanan pu saksian iman atas dua kalimat syahadat ser
blik jarang dibahas dan ditemui, terlebih ta budaya lokal menjadi satu kesatuan yang
menyangkut masalah pengelolaan keuangan tidak dapat dipisahkan. Di sisi lain, penggu
344 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
naan paradigma spiritualis dilakukan agar na segala sesuatu adalah bagian yang satu
konsep etika yang dihasilkan bersifat ho dengan Tuhan.
listik. Budaya Melayu yang digunakan da Analisis data adalah bagian penting da
lam penelitian ini adalah pepatah dan syair lam proses penelitian. Penelitian ini meng
lama. Dalam pepatah dan syair tersebut ter anggap bahwa peneliti adalah alat utama
kandung dimensi ketuhanan dan kemanu untuk analisis data. Analisis data seperti ini
siaan, serta merupakan rekam jejak antara sebelumnya pernah dilakukan oleh Triyu
kekuatan eksistensial manusia dan dunia wono (2015) dalam membuat konsep kinerja
di luar dirinya. Keduanya merupakan sastra klub sepakbola di Malang dan Briando, Tri
lama yang lebih menekankan aspek-aspek yuwono, & Irianto (2017) dalam membangun
terdalam dalam hubungan antara manusia infrastruktur etika pengelolaan keuangan
dengan Tuhan, sesama, serta lingkungan negara serta penelitian Umar (2014) dalam
(Briando, Triyuwono, & Irianto, 2017; Umar, mendesain konsep prophetical law untuk
2014). membangun hukum berkeadilan dengan
Alasan utama menggunakan paradigma kedamaian. Hal yang patut dicermati bah
ini adalah agar konsep etika yang dihasilkan wasannya posisi peneliti adalah sebagai alat
bersifat lebih utuh atau holistik jika diban utama. Sebagai alat utama menurut Triyu
dingkan dengan menggunakan paradigma wono (2015), peneliti harus senantiasa ber
lain. Paradigma ini lebih menekankan ke zikir, berdoa, bertafakur, serta berikhtiar
utuhan realitas. Menurut paradigma ini, se guna mendapatkan intuisi sehingga dalam
bagaimana yang diutarakan oleh Triyuwono dirinya muncul sebuah alat untuk menga
(2015) dan Umar (2014), realitas berada da nalisis data (Hidayat, 2015; Wijaya, 2010,
lam satu kesatuan. Bahkan, realitas tersebut Zein, 2015).
berada dalam satu kesatuan dengan Tuhan Pencerahan atau alat yang muncul
(Kholifatu, 2018; Santi, 2018). Alasan beri kemudian dapat berupa logika teoritis atau
kutnya adalah untuk memberikan nuansa logika spiritual. Logika teoritis diperoleh
yang berbeda dengan paradigma modernis melalui aktivitas spiritual, tetapi inspirasi
yang melihat realitas secara terpisah dengan yang diperoleh mengarahkan peneliti un
realitas yang lain. Paradigma modernis pada tuk menggunakan teori yang telah ada serta
umumnya tidak memberikan ruang sama pemikiran rasional sebelumnya (Triyuwo
sekali bagi Tuhan terlebih pada utusannya no, 2015). Sementara itu, logika spiritual
dalam menyampaikan wahyu. Oleh kare adalah logika yang muncul secara spontan
na itu, teori yang berhasil dibangun bersi melalui aktivitas spiritual yang dilakukan
fat sekuler dan jauh dari eksistensi wahyu oleh peneliti. Kedua logika ini yang kemu
(Briando, Triyuwono, & Irianto, 2017; Triyu dian peneliti gunakan untuk menganalisis
wono, 2016). Selain itu, paradigma ini mem data yang dimilikinya (Briando, Triyuwono,
berikan suatu pembelajaran bahwa berspiri & Irianto, 2017).
tual pun dapat dimulai dengan melakukan Peneliti melakukan prosedur spiritual
penelitian karena sesungguhnya belajar dan yang dikembangkan oleh Triyuwono (2015)
menuntut ilmu merupakan aktivitas spiri dengan beberapa modifikasi yang kemudian
tual seorang hamba kepada Tuhan sebagai dinamakan holistic method untuk menentu
jalan untuk kembali pada Tuhan dengan kan alat analisis yang tepat dalam penelitian
jiwa yang suci dan tenang. ini. Prosedur pertama adalah berdoa kepada
Secara umum sebuah penelitian bi Tuhan. Kegiatan ini merupakan permohonan
asanya menggunakan desain penelitian (re- ampun atas segala kekhilafan peneliti dalam
search design). Namun, dalam desain pene rangka memohon perkenan dari Sang Pemi
litian spiritualis menurut Triyuwono (2015) lik Ilmu untuk mencari alat dan metode yang
memang tidak lazim digunakan karena me sesuai dalam menganalisis data. Prosedur
rupakan desain penelitian yang berdasar kedua adalah berzikir. Prosedur ini dilaku
kan pada spontanitas spiritual. Spontanitas kan setiap waktu, baik dalam aktivitas pene
ini dapat dimiliki oleh setiap orang dengan litian maupun tidak. Prosedur ketiga adalah
kadar yang berbeda. Spontanitas ini pada berkontemplasi (tafakur). Kegiatan ini ber
dasarnya merupakan pengalaman keter tujuan melakukan telaah atas aspek yang
hubungan spiritual seseorang dengan Tu dianalisis, dibahas, dan diargumentasikan.
han dan sekitarnya. Sebagaimana dijelaskan Prosedur ter akhiradalah ikhtiar. Ikhtiar
sebelumnya bahwa segala sesuatu yang ada merupakan suatu usaha atau aktivitas yang
di dunia ini adalah satu hal yang nyata kare menunjang selama melakukan penelitian.
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 345
Interview Observation
(endeavor III) (endeavor II)
1. Corroboration
2. Getting out true Capturing local
picture culture
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan mem perintah-Mu dan menjauhi atas
perbanyak iqro’ (studi literatur), observasi segala larangan-Mu. Ya Allah,
ataupun wawancara. Adapun pejelasan leb hamba rindu kekasih-Mu, curah
ih singkat dapat dilihat pada Gambar 1. kanlah rahmat untuknya beserta
Berbagai uraian mengenai prosedur pe keluarga dan sahabatnya. Semo
nelitian (lihat Gambar 1) memberikan jalan ga hamba menjadi hamba yang
bagi peneliti memperoleh inspirasi berupa selalu berzikir kepada-Mu dan
metafora Syafaat. Artinya, metafora Syafaat bershalawat kepada kekasih-Mu,
akan digunakan sebagai alat dalam meng agar mendapat ridho dan syafaat
analisis data. Dengan kata lain, alat anali kelak di yaumil akhir, aamiin alla-
sis yang digunakan termasuk pada golongan huma amin.”
logika teoritis. Melalui logika metafora ini,
data dianalisis sedemikian rupa sehingga “Syafaat”, itulah kata yang terbesit se
pada akhirnya dapat merumuskan konsep cara spontan di kala peneliti berdoa kepa
etika profetik. Metafora tersebut kemudian da Sang Pencipta. Doa tersebut dipanjatkan
dimanifestasikan dalam sifat-sifat kenabian setelah peneliti melakukan prosedur spiritu
SAFAATMU dan disertai dengan melakukan al berzikir kepada Ilahi Robbi. Spontanitas
cross reference terhadap nilai-nilai budaya tersebut merupakan suatu logika spiritual
yang ada di masyarakat Melayu. yang peneliti dapatkan begitu saja setelah
melakukan aktivitas zikir dan doa. Kemu
HASIL DAN PEMBAHASAN dian peneliti mencoba untuk berfikir (tafak-
Di sepertiga malam penghujung Ra ur) atas apa yang akan diargumentasikan,
madhan yang penuh berkah, peneliti ber dibahas, dan dianalisis (Triyuwono, 2015).
simpuh menghadap Ilahi seraya meman Semuanya diracik menjadi satu dengan ke
jatkan puji-pujian dan doa agar diberikan pasrahan dan kesadaran mendalam kepada
kesadaran dan ampunan atas segala khilaf Tuhan agar mendapat petunjuk atau inspi
yang telah dilakukan: rasi (Briando, Triyuwono, & Irianto, 2017).
SAFAATMU sebagai sebuah interaksi.
“Ya Allah, ampunilah segala do SAFAATMU, inilah inspirasi yang diperoleh
sa-dosa hamba, ampunilah dosa setelah peneliti melakukan prosedur spiri
kedua orang tua hamba, ampuni tual zikir, doa, dan tafakur. Prinsip ini me
lah seluruh dosa para pemimpin rupakan manifestasi dari metafora syafaat
di negeri ini. Terimalah amal iba yang akan digunakan untuk menghasilkan
dah hamba selama Ramadhan ini. temuan dalam penelitian ini. Tahapan beri
Berkahilah setiap langkah ham kutnya adalah melakukan ikhtiar. Ikhtiar
ba, agar hamba menjadi manusia dilakukan dengan menambah pemahaman
yang taat, yang selalu menjaga peneliti melalui Iqro’ atau kajian literatur.
346 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
Semuanya saling berinteraksi dengan kepas secara logis berdasarkan akal semata, teta
rahan dan kesadaran mendalam sehingga pi lebih daripada itu untuk menciptakan
mendapatkan ilham atau petunjuk. Dalam kesadaran yang mendalam bahwa ilmu pe
perkataan lain, seluruh prosdur dan konsep ngetahuan bersumber seutuhnya dari Sang
yang dihasilkan merupakan anugerah yang Pemilik Ilmu, Tuhan Semesta Alam.
diberikan oleh Sang Pemilik Ilmu, Tuhan Se Spirit kemanusiaan dalam filosofi
mesta Alam, Allah Azza wa Jalla. humanis. Spirit kemanusiaan pada intinya
Melalui proses tersebut peneliti mem menyiratkan hakikat (tugas) seorang hamba
peroleh logika teoritis yang mengarahkan yang diciptakan Tuhan untuk mengemban
peneliti menggunakan teori-teori yang telah amanah. Manusia diciptakan sebagai khali-
ada sebelumnya. Dalam hal ini logika teoritis fah yang bertugas untuk mengelola dan me
untuk menganalisis data berdasarkan kaji makmurkan bumi. Khalifah memiliki makna
an literatur yang peneliti lakukan mengarah “wakil, pengelola, penguasa”. Jika disebut
pada teori ilmu sosial profetik dan spirit pro khalifatullah fil ardh memiliki makna wakil
fetik. Teori ilmu sosial profetik menurut Tri Tuhan di muka bumi (Darraz, 2012; Na
yuwono (2011) terdiri dari empat prinsip yai har & Yaacob, 2011). Hakikat khalifatullah
tu: humanis, emansipatoris, transendental tersebut kemudian dibingkai dengan filosofi
dan teleologikal. Sedangkan spirit profetik humanis. Humanis sendiri memberi makna
menurut Al-Daghistani (2016) terdiri dari sebagai sifat manusiawi yaitu sifat yang se
spirit kemanusiaan, keilmuan, kehambaan suai dengan fitrah manusia pada umumnya.
dan kesemestaan. Dengan menggunakan Praktiknya harus sesuai dengan kapabilitas
kedua logika teoritis diatas, maka perumu dan kapasitas seseorang sebagai makhluk
san prinsip etika profetik yang holistik dapat (Abdullah) yang acapkali berhubungan de
dibentuk. Inilah yang akan membedakan ka ngan sesama secara dinamis dalam setiap
jian etika yang peneliti angkat dengan kajian aktivitasnya (Triyuwono, 2015). Jika kedua
etika mainstream pada umumnya. pengertian tersebut dipadupadankan memi
Output dari logika spiritual dan teori liki makna bahwa Tuhan memberi amanah
tis tersebut peneliti namakan main princi- kepada hamba-Nya sebagai khalifah untuk
ple etika profetik SAFAATMU. SAFAATMU mengelola bumi sesuai dengan fitrahnya,
merupakan singkatan dari Shiddiq, Akh- serta selalu berinteraksi dengan sesama ma
laqul Karimah, Fathonah, Adl, Amanah, Ta- nusia secara dinamis.
bligh, Muthmainnah, dan Uswatun Hasanah. Hal ini mengindikasikan bahwa etika
Melalui sifat-sifat tersebut peneliti akan profetik tidak bersifat ahistoris, tetapi ber
melakukan analisis secara tematik yang sifat historis, dibangun berdasarkan local
pembahasannya dikaitkan dengan karakte wisdom (budaya) serta lebih membumi. Bagi
ristik sifat yang harus dimiliki aparatur orang Melayu kehidupan yang multikultur
dalam pengelolaan keuangan Negara. Pe al bukan menjadi sesuatu hal yang bersi
nelitian seperti ini pernah dilakukan se fat asin
g atau ahistoris. Beragamnya suku
belumnya oleh Triyuwono (2011) dengan bangsa dan agama merupakan suatu hal
konsep ANGELS dalam membangun sistem yang lumrah dijumpai dalam kehidupan
penilaian tingkat kesehatan bank syariah masyarakat. Secara fundamental orang
serta penelitian yang dilakukan oleh Brian Melayu memiliki kecenderungan lebih me
do, Triyuwono, & Irianto (2017) dalam me mentingkan aspek horizontal (hubungan
rumuskan infrastruktur etika MARWAHKU. kepada Tuhan). Meskipun demikian, aspek
Konsep SAFAATMU merupakan hasil vertikal (hubungan sesama manusia) tidak
interaksi yang dilakukan sedemikian rupa pula diabaikan. Tingkah laku yang selalu
dengan kesadaran dan kepasrahan menda memandang penting kedua hubungan terse
lam kepada Tuhan. Konsep ini kemudian but pada dasarnya mengacu kepada ajaran
diperkuat dengan nilai-nilai yang terdapat agama dan budaya yang mereka yakini yaitu
dalam budaya Melayu, semuanya merupa Orang Melayu selalu berpegang pada konsep
kan bentuk spontanitas yang hadir begitu pandangan hidup Hablun Minallah, Minan-
saja di benak peneliti, baik dalam bentuk nas, dan Minal alam (Esram, 2010; Hassan,
logika spiritual maupun teoritis. Inilah yang 2016; Husin, 2017).
menjadi ciri khas metode penelitian spiritual Secara umum budaya Melayu lebih
yang berbeda dengan penelitian mainstream memvisualisasikan hubungan manusia yang
pada umumnya. Dalam penelitian spiritual, bersifat kolateral, demokratis, dan membu
peneliti tidak hanya mengedepankan pikiran mi. Sikap yang dipelihara dan dijaga hing
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 347
ga saat ini lebih mengutamakan kekeluar mulia, spirit tertinggi, dan kebesaran jiwa
gaan serta persaudaraan. Rasa senasib dan melalui kebersamaan serta kegotong royong
sepenanggungan yang tumbuh dan terbina an. Orang Melayu selain menjunjung tinggi
dengan baik dikarenakan masing-masing pi semangat kegotong royongan, juga menjun
hak masih patuh menuruti norma atau adat jung nilai-nilai kebenaran dalam bertutur
pergaulan yang dilazimkan. Sikap menghar kepada sesama. Hal ini terlihat dalam ung
gai tamu merupakan contoh kongkret orang kapan: “jujur bertutur, bijak bertindak”. Mak
Melayu dalam membina hubungan antarse na yang terkandung adalah setiap ucapan
sama (hablun minannas). Dalam adat Me yang dilisankan harus dilandasi kejujuran,
layu jika seorang tamu berkunjung ke ru dan sikap yang diambil harus senantiasa
mah, tuan rumah harus memperlakukannya arif dan bijak.
dengan baik dan penuh rasa hormat, tanpa Dari apa yang telah diutarakan se
memandang apakah tamu itu pembesar sungguhnya jika orang Melayu mendapat
atau bukan, semua dijamu dan diperlaku amanah mengelola keuangan negara, maka
kan secara layak. Tuan rumah senantiasa sikap jujur ini haruslah menjadi panutan
dengan senang hati meluangkan waktunya dalam menjalankan setiap tugas dan fung
sampai sang tamu pamit dan mohon diri. sinya. Namun, dalam praktiknya, berdasar
Sikap seperti inilah yang masih peneliti ra kan fakta sebagaimana berita daring dari
sakan hingga saat ini. liputan6.com per tanggal 13 Juli 2019, ter
Dalam menjamu tamu sangat ditekan dapat delapan kepala daerah di Riau yang
kan sopan santun dan sikap merendah diri. terjerat korupsi. Mayoritas dari kedelapan
Untuk sikap merendah diri dikenal ungkap orang tersebut merupakan orang Melayu.
an berikut: “mandi berhilir-hilir, berkata ber- Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan
bawah-bawah”. Pada masyarakat Melayu ajaran dan petuah orang Melayu.
sering terlihat sikap merendah-rendah (Es Shiddiq. Nabi Muhammad SAW mem
ram, 2010; Hassan, 2016). Peneliti masih punyai sifat dan kepribadian yang mulia
sering mendengar ucapan “singgahlah ke sehingga membuat dirinya disenangi oleh
pondok kami ini”. Padahal yang dikatakan berbagai kalangan dalam berkomunikasi
pondok itu adalah sebuah rumah yang dan berhubungan dengannya. Pribadi beli
megah. Ini menggambarkan bahwa orang au yang begitu mulia dan sempurna menjadi
Melayu memiliki sikap selalu merendahkan nilai tambah sendiri oleh para pengikutnya
diri serta tidak suka memamerkan apa yang (Patmawati, 2014). Di masa mudanya suku
dimiliki. Masih sering terdengar di telinga pe Quraisy menjuluki beliau “shiddiq” dan “al-
neliti ungkapan yang diutarakan oleh orang- amin”. Beliau selalu dihormati dan dihargai
orang tua dahulu: “tak mas bungkal diasah, oleh berbagai golongan termasuk kalangan
tak kayu jenjang dikeping”. Artinya, untuk petinggi di Mekkah. Rasulullah mempunyai
menyenangkan tamu, segala yang ia miliki kepribadian luhur dalam bertutur kata dan
akan dihidangkan. Orang Melayu memiliki bertindak serta santun terhadap sesama se
anggapan bahwa memuliakan tamu adalah hingga siapa pun yang pergi menemui beliau
salah satu ajaran mulia yang dicontohkan untuk mendapat wasilah dan risalah pasti
oleh Rasulullah Muhammad SAW. akan kembali dengan keteguhan hati dan
Dari apa yang telah diutarakan terse keyakinan yang mantap (Prajawati, 2016).
but, dapat ditarik suatu simpulan bahwa Rasulullah Muhammad SAW hanya bersab
masyarakat Melayu memiliki kehidupan da atas apa yang diwahyukan. Hal ini mem
yang humanis dan manusiawi. Orang Me berikan konsekuensi bahwa semua anjuran
layu selalu menjalin hubungan yang baik dan larangan yang disabdakan pasti benar
antarsesama. Interaksi yang dilakukan pun adanya karena merupakan perwujudan ke
sesuai dengan fitrah manusia, yakni senan benaran yang berasal dari Tuhan Semesta
tiasa memberi rahmat untuk sesama. Orang Alam, Allah Allah Azza wa Jalla (Sakdiah,
Melayu memiliki anggapan bahwa hidup ti 2016).
dak dapat berjalan dengan sendiri-sendiri. Rasulullah Muhammad SAW selalu
Kehidupan harus dijalankan dengan saling berlaku adil dan tidak zholim. Beliau tidak
bersilaturahim serta tolong-menolong an hanya bertutur secara verbal, tetapi selalu
tara satu dengan lainnya sebagaimana ung ditunjukkan dengan keteladanan serta sikap
kapan yang sering dikatakan oleh Orang yang terpuji. Sabda dan titah beliau selalu
Melayu, “tak berganjak, berat sama dipikul, sejalan dengan perbuatan, tidak terdapat
ringan sama dijinjing”. Hal ini bermakna perbedaan antara keduanya. Baik tutur kata
348 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
maupun sikap dibangun melalui tindakan mengemban amanah mengelola uang rakyat,
yang juga benar adanya. Hal ini sebagaima tunaikanlah amanah tersebut de ngan se
na yang dinyatakan oleh Triyuwono (2016) baik-baiknya, buanglah segala bentuk khi
bahwa siddiq melambangkan kebenaran anat dalam menjalaninya, sampaikanlah ke
akan perkataan dan perbuatan seseorang, benaran meskipun itu merupakan hal yang
yang berarti menjauhi perbuatan dusta dan pahit. Terakhir, merupakan sesuatu yang
kesesuaian perilaku terhadap norma kebe sangat krusial adalah menjaga niat, tutur
naran sesuai ajaran Islam. Kebenaran di sini kata, fikiran dan gerak langkah dari segala
memiliki dua makna, pertama, adalah ke yang diharamkan untuk dilakukan, seperti
benaran melalui hidayah langsung dari Al perilaku fraud dan gratification (Kusdewanti
lah dan yang kedua adalah kebenaran yang & Hatimah, 2016; Sitorus, 2019).
tampak dari keselarasan antara perkataan Shiddiq, dalam hal ini sikap jujur, dapat
dan perbuatan (yang benar) sehingga tidak menjauhkan aparatur dari kecurigaan,
ada inkonsistensi di antara keduanya dalam prasangka, tanpa memiliki beban baik di
membangun sebuah realitas. awal maupun di akhir. Kuncinya sederha
Merujuk pada kejujuran tentunya ha na, “Jujur akan mengantarkan kepada ke
rus ada suatu dasar yang fundamental baikan, dan kebaikan akan mengantar kepa
dalam menjelaskan sabda kepada peng da syafaat untuk menuju Tuhan” (Sakdiah,
ikutnya agar bertindak jujur dalam setiap 2016). Jujur dalam konteks bertutur dan
situasi, kapan pun dan di mana pun itu. bertindak benar terhadap Tuhan, sesama
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ten manusia, alam semesta, dan diri pribadi.
tang penting nya berbuat jujur dan menja Dengan kejujuran serta sikap istiqomah se
di orang yang jujur di sisi Allah, yang pada orang aparatur akan dapat melewati halang
intinya menegaskan bahwa kejujuran akan an dan rintangan yang menghadang di seti
selalu membawa kita kepada kebaikan dan ap langkahnya termasuk perilaku koruptif,
rahmat, demikian pula sebaliknya (Jabbar, untuk kemudian mendapat syafaat kebaikan
2012; Said, Alam, Karim, & Johari, 2018). nabiullah yang akan mengantarkannya ke
Berdasarkan hadis di atas jika sese pada falah (kemenangan). Falah yang pa
orang telah mendapat suatu amanah peker ling hakiki adalah dapat bertatap langsung
jaan, katakanlah pengelola keuangan, maka dengan Tuhan Semesta Alam, Allah Azza wa
ia sudah semestinya melakukan upaya-upa Jalla.
ya untuk mencapai pengelolaan yang baik Akhlaqul karimah. Nabi Muhammad
seperti transparansi, akuntabilitas, respon SAW sesungguhnya diutus ke dunia sebagai
sibilitas, dan integritas atas aktivitas peker penyampai wahyu dalam rangka penyem
jaan yang dilakukannya. Hal tersebut me purnaan dan pembentukan akhlak manu
rupakan salah satu upaya untuk memelihara sia (H.R. Ahmad). Hal ini sebagaimana sab
kejujuran guna mencapai good governance danya yang berbunyi: “sesungguhnya aku
dalam tata kelola keuangan negara. Hal ini diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
rupanya resisten dengan laporan dari Komi Akhlak dalam definisi yang disampaikan Al
si Pemberantasan Korupsi (KPK) per tanggal Ghazali (1053SM-222M) seorang filsuf besar
30 Juni 2019. Tindak Pidana Korupsi terkait dalam kitabnya yang fenomenal Ihya’ Ulu-
pengelolaan keuangan negara berdasarkan middin memiliki makna sifat dan perilaku
Instansi menurut data telah berjumlah 950 yang merasuk kedalam jiwa secara konstan,
kasus. Kementerian/lembaga menduduki darinya muncul perilaku yang wajar dan
posisi paling atas dengan 347 kasus, disusul penuh dengan kasih sayang. Konstan da
kemudian oleh Pemkab/Pemkot dengan 324 lam artian dilakukan secara simultan dalam
kasus Pemerintah Provinsi 128 kasus, DPR bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi
dan DPRD 70 kasus, BUMN/BUMD 61 ka sebuah habit, tentunya sesuai Al-Qur’an dan
sus serta Komisi 20 kasus. Sunah (Khoirudin, 2014; Zulhelmi, 2019).
Seorang aparatur pengelola keuangan Khoirudin (2014) dalam artikel ilmiah
yang telah berikrar dalam sumpah jabatan nya mengenai metafisika akhlak menya
saat pertama kali dilantik wajib untuk me takan bahwa akhlak dalam perspektif Islam
nepati dan melaksanakan janji yang telah tidak terbatas pada pola hubungan vertikal
diucapkan tersebut, karena yang menjadi manusia dengan Tuhannya, melainkan dise
saksi atas ikrar sumpah tersebut tidak hanya jalankan dengan terbentuknya etika (code
manusia, tetapi langsung disaksikan Tuhan of conduct) vertikal dan horizontal antar-
Yang Mahakuasa. Setelah dipercaya untuk sesama makhluk serta alam semesta: Tu
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 349
han-manusia, manusia-Tuhan, sesama ma atau sifat yang melekat pada-Nya. Misalnya,
nusia serta dengan alam. Akhlak harus pula Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan
diyakini sebagai wujud kesemestaan dan Maha Pencipta).
totalitas melingkupi tatanan kehidupan se Kedua, Akhlaqul karimah terhadap se
cara holistik baik sikap dan amal perbuatan sama manusia. Hal tersebut dapat dilaku
(action). Persoalan akhlak dalam Al-Qur’an kan dengan memperlakukan sesama secara
menjadi prioritas utama dalam kehidupan humanis. Ini terbagi atas akhlaq terha
manusia (Sirajudin, 2013). dap keluarga, misal dengan berbudi kepa
Al-Qur’an membahas persoalan ter da orang tua, bersikap baik kepada sanak
kait akhlak, lebih banyak daripada ayat- saudara, dan akhlaq terhadap masyarakat
ayat yang berkaitan dengan peristiwa lain dengan cara suka memberikan pertolongan
nya, baik secara praktis maupun teoritis. pada orang lain di sekitar. Dengan demiki
Untuk hal praktis disinggung lebih kurang an, akan terbentuk keselarasan dan kehar
1500 ayat (Khoirudin, 2014). Akhlak bukan monisan dalam hubungan antarsesama. Hal
merupakan “ma’rifah” (mengetahui secara ini tentu saja akan menstimulasi kerukunan
mendalam), bukan “kekuatan” dan juga bu hidup berbangsa dan bernegara, terlebih ke
kan “perbuatan”. Yang lebih setara dengan hidupan masyarakat Indonesia yang plural
akhlak adalah “hal” keadaan atau kondisi dan multikultural.
dimana jiwa atau ruh memiliki potensi yang Ketiga, Akhlaqul karimah terhadap se
dapat membangkitkan kesadaraan iman se mesta. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
seorang kepada Allah SWT (Rohayati, 2011). memperlakukan lingkungan dengan baik.
Akhlak tidak mengenal dimensi ruang dan Manusia sebagai khalifah bertugas untuk
waktu, tetapi mencakup realitas yang lintas menjaga dan melestarikan alam. Dalam
batas (transendental). Membentuk akhlaqul perspektif akhlak Islam, seorang hamba
karimah memerlukan upaya spiritual yang dilarang untuk merusak lingkungan. Se
tinggi serta tekad yang bulat karena akan gala bentuk perusakan yang terjadi pada
selalu terjadi kontradiksi dengan sifat-si lingkungan wajib disikapi sebagai perusakan
fat mengutamakan diri sendiri (self interest) pada dirinya sendiri. Semua makhluk hidup
(Okura, 2013). bernyawa dan benda-benda tidak bernyawa
Tingkah laku dalam lingkup akhlak ti merupakan ciptaan Allah SWT dan menjadi
dak sekedar membahas perihal perilaku indi milik-Nya. Kesemuanya itu memiliki man
vidu per individu dalam mewujudkan keingin faatnya tersendiri serta kebergantungan pa
annya, tetapi bagaimana individu mengenal da-Nya. Kesadaran ini yang akan membuka
diri dan alam sekitarnya. Ruang lingkup mata dan hati seseorang bahwa setiap ma
akhlaqul karimah terdiri atas bebe rapa as nusia hakikatnya merupakan “umat” Tuhan
pek, dimulai dari akhlaqul karimah terha sehingga harus diperlakukan tidak seme
dap Allah, sesama manusia, semesta alam, na-mena (Khoirudin, 2014; Umar, 2014).
dan diri pribadi (Khoirudin, 2014; Rohayati, Keempat, Akhlaqul karimah terhadap
2011). Pertama, Akhlaqul karimah terhadap diri pribadi. Akhlaqul karimah terhadap diri
Allah SWT Akhlaqul karimah terhadap Allah pribadi dapat dilakukan dengan membentuk
dapat dilakukan dengan menauhidkan Allah pribadi yang memiliki sifat–sifat yang terpu
SWT. Tauhid merupakan kesaksian bahwa ji, seperti syukur, sabar, menjaga amanah,
Allah SWT adalah satu-satunya yang memi berkata benar atau jujur, menepati janji bila
liki sifat rububiyah, uluhiyah, dan asma’ si- berjanji, serta memelihara kesucian diri.
fatiyyah. Tauhid rububiyah memiliki makna Diskursus akhlak dalam kajian tertentu
bahwa Allah merupakan Tuhan yang Ahad tidak menguraikan secara gamblang an
dalam menciptakan alam semesta ini, yang tara (kehidupan) individu atau pribadi de
mengatur perjalanannya, yang memilikinya, ngan kelompok sosial (masyarakat). Hal ini
yang mematikan dan menghidupkan, serta dikarenakan ranah sosial kemasyarakatan
yang berkuasa penuh dalam mendatangkan termasuk pengelolaan keuangan di dalam
manfaat dan menimpakan mudarat (Zuhel nya merupakan satu bagian dari persoalan
mi, 2014). Tauhid uluhiyah memiliki makna mendasar konsep kepribadian dan kedirian
bahwa kewajiban beriman kepada Allah SWT (self) (Zuhelmi, 2019). Kesemuanya dilaku
sebagai satu-satunya yang patut disembah kan dalam rangka membentuk diri menjadi
(Al-Ma’bud). Tauhid asma’ sifatiyyah yaitu pribadi yang etis karena sesungguhnya Is
mengimani Allah SWT dengan segala atribut lam mengakui bahwa konsep kepribadian
350 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
atau kedirian merupakan subjek langsung seseorang, yaitu dari pandangan yang tertu
dari akhlak itu sendiri (Ruslan & Alimuddin, tup menuju pandangan utuh, sehingga akan
2012). menciptakan suatu aksi yang “merdeka”, ti
Pada akhirnya integralistik akhlak dak terbelenggu atau “terjajah” oleh jaring
merupakan landasan bagi perbuatan sese kuasa semu (Nahar & Yaacob, 2011).
orang dalam upaya membentuk insan ka Dalam konteks ini berarti etika pro
mil yang memiliki watak humanis (Malsch & fetik akan membebaskan diri dari segala
Guénin-Paracini, 2013; Stevens & Thevaran bentuk penindasan atas kuasa yang se
jan, 2010). Sesungguhnya, setiap tahapan wenang-wenang serta bersifat independent.
dan rangkaian dalam membentuk akhlaqul Hal ini tida lepas dari basis epistemolo
karimah, baik dalam bentuk anjuran (sunah) gis utama etika profetik berdasarkan kaji
maupun perintah dalam mengerjakan se an Ahimsa-Putra (2016) terdiri dari Tauhid
suatu atau untuk meninggalkan suatu per (faith), nabi (prophet), dan ilmu (knowledge).
buatan yang dilarang. Pada hakikatnya dua Ini memberikan makna bahwa etika profetik
hal tersebut merupakan sebuah upaya un sebagai pengetahuan (knowledge) dapat di
tuk meluhurkan dan menyempurnakan akh gunakan untuk mengarahkan praktik etika
lak manusia sebagai khalifatullah fil ardh. (action). Praktik etika profetik menggunakan
Budi pekerti berkaitan dengan perilaku ke bingkai keimanan atau tauhid (faith) serta
hidupan, perilaku atau akhlaq sebagai cer kenabian (prophet). Keduanya ibarat dua sisi
minan diri seseorang, jika baik perangainya koin yang tidak terpisah antara satu dengan
maka akan baik budi pekertinya. Akhlaq lainnya, sebagaimana ikrar persaksian iman
tersebut yang akan menuntun seseorang, dalam dua kalimat syahadat. Dalam per
dalam hal ini pengelola keuangan, untuk saksian iman sebagaimana dijelaskan, se
melakukan atau bertindak sesuai dengan cara filosofis etika profetik (sebagai ilmu dan
norma yang berlaku. Dengan memiliki akh- spirit) mempunyai prinsip antara lain spirit
laqul karimah menjadikan pengelola keuang kemanusiaan dalam filosofi humanis, spirit
an tidak akan mudah terombang-ambing keilmuan dalam filosofi emansipatoris, spi
mengikuti ke mana arah angin. Pengelola rit kehambaan dalam filosofi transendental,
keuangan yang telah mantap dalam akh- serta spirit kesemestaan dalam filosofi teleo
laq-nya ibarat “pondasi menara” yang kuat logikal.
tertanam, sehingga dapat mengantarkannya Dalam ajaran Melayu dikenal istilah
menjulang tinggi laksana “menara” itu untuk Lemu (ilmu), yaitu semacam penafsiran ter
semakin dekat dengan Sang Pencipta nya. hadap ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,
Sebuah menara tidak akan berdiri tegak jika berimplikasi kepada pembukaan intuisi
tidak memiliki pondasi yang kokoh. Akhlaq dan inspirasi untuk memperoleh kekuatan
yang akan menjadikan pengelola keuangan spiritual yang dapat menunjang aktivitas
memiliki pondasi yang kuat dan kokoh da mental (Burhanudin, 2018; Hassan, 2016).
lam mengelola keuangan negara. Dalam tradisi Melayu pengetahuan pertama
Spirit keilmuan dalam filosofi eman- yang diajarkan adalah pengetahuan tentang
sipatoris. Spirit keilmuan merupakan suatu gejala alam. Ini dalam budaya Melayu dise
bentuk kesadaran akan esensi ilmu pengeta but sebagai “lemu ilahiat” yaitu ilmu yang
huan. Spirit ini menyadari sepenuhnya bah men-tadabburi ayat-ayat kauniah Tuhan.
wa pemilik ilmu hakiki serta sumbernya ada Bagi orang Melayu pengetahuan mengenai
lah Allah SWT. Setiap ilmu yang bersumber gejala alam merupakan hal mutlak yang ha
dari Allah adalah mutlak kebenarannya. Ilmu rus dimiliki. Menurut mereka alam adalah
tersebut diabadikan berdasar tuntunan-Nya sumber serta “fakultas” untuk mempelajari
serta didedikasikan untuk-Nya, sesama ilmu Tuhan (Esram, 2010; Husin, 2017).
manusia, semesta alam, serta diri pribadi. Orang Melayu memiliki pemahaman
Inilah hakikat sejati spirit keilmuan (Darraz, yang begitu mendalam mengenai gejala
2012; Triyuwono, 2015). Spirit keilmuan alam. Peneliti dapat melihat dari pemaham
tersebut kemudian dibingkai dengan filoso an me reka tentang adanya musim yang
fi emansipatoris. Emansipatoris merupakan berhubungan dengan kegiatan pertanian dan
sebuah ekspresi kemerdekaan manusia dari penangkapan ikan. Pengetahuan tentang
segala bentuk penindasan ataupun eksploi bintang (astrologi) dalam hal ini wawasan
tasi baik berbentuk aksi maupun ideologi. tentang rasi bintang sebagai petunjuk arah
Tujuan emansipatoris sendiri adalah untuk dalam berlayar, serta ilmu yang mempredik
mengubah mindset atas pemikiran dan aksi si atas gerak-gerik benda langit (astronomi)
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 351
dan gejala alam mengenai musim untuk ummi, yang tidak memiliki kemampuan da
bercocok tanam telah dikuasai dengan baik lam membaca dan menulis. Maka, dapat
oleh orang Melayu (Esram, 2010). Orang Me disimpulkan bahwa ilmu Rasulullah SAW
layu menggunakan pengetahuan tentang ge merupakan pengetahuan yang tidak pernah
jala alam tersebut sebagai pemandu dalam tersentuh oleh ajaran manusia serta dia
melaut dan bercocok tanam. Tampak pada jarkan langsung oleh Allah SWT (Sakdiah,
aktivitas mereka yang selalu berlayar pada 2016). Beliau laksana “bunga” yang diberi
malam hari dengan memanfaatkan angin pupuk langsung oleh yang menciptakan
darat untuk mendorong perahu, serta meng bunga itu, yaitu Allah SWT.
gunakan petunjuk navigasi alami melalui Kecerdasan Rasulullah SAW melihat
rasi bintang sebagai petunjuk arah berlayar celah untuk menyampaikan dakwah terlihat
ke laut. Hal tersebut merupakan aksi nyata dari kepribadian beliau dalam melaksanakan
bahwa orang Melayu memiliki pengetahuan dakwahnya. Dakwah pertama dilakukan
dengan belajar pada alam. secara tertutup kepada kerabat dekat dan
Dengan memanfaatkan alam secara orang-orang yang tinggal bersamanya.
arif dan bijaksana serta mengambil hikmah Setelah itu berulah secara terang-terangan
dan pelajaran darinya (tadabur ayat kauni- Rasulullah berdakwah kepada khalayak
yah Tuhan), maka terbukalah pintu rezeki ramai, yaitu masyarakat Mekah dan kaum
dari segala penjuru, baik di darat maupun di Quraisy (Rohayati, 2011; Sakdiah, 2016).
laut, dengan terbukanya pintu rezeki, maka Dalam pola kepemimpinan yang beliau kem
tercukupilah segala kebutuhan. Untuk itu bangkan bersifat friendship system, yaitu
lah orang Melayu sangat menghormati alam sistem kapabilitas dan sistem persahabatan.
dan menjadikan alam sebagai sumber ilmu Peristiwa ini dapat dijumpai dalam prosesi
untuk kemudian dari ilmu itu diperoleh menunjuk para sahabat untuk menduduki
teknik atau cara mengolah alam, sehingga jabatan strategis tertentu dengan melihat
mereka dapat berikhtiar atau berkerja dalam kompetensi masing-masing. Ini merupakan
memenuhi kebutuhan hidup (Burhanudin, kecerdasan manajerial yang dimiliki oleh
2018). Bagi masyarakat Melayu berkerja ada baginda Nabi agar proses pemilihan dapat
lah fitrah manusia dalam berikhtiar kepada berjalan secara efektif dan efisien.
Sang Pencipta. Dengan bekerja, kebutuhan Fathonah merupakan salah satu sifat
hidup akan terpenuhi, yang pada akhirnya mulia Rasulullah, yaitu pemilik akal yang
akan membebaskan manusia dari keterpu cerdas sebagai seorang khalifah. Suatu ne
rukan serta dapat hidup secara layak (misi gara akan mencapai taraf adil dan makmur
emansipatoris) (Esram, 2010; Husin, 2017). jika pemimpinnya memiliki sikap yang bijak
Fitrah ini yang kemudian harus menjadi lan sana, wawasan yang luas, serta mengetahui
dasan dalam berpijak seorang aparatur pe mana yang benar dan salah sesuai dengan
ngelola keuangan dalam menjalankan tugas apa yang diperintahkan Tuhan. Kemam
dan fungsi mengelola keuangan Negara. puan baginda Nabi dalam menyampaikan
Fathonah. Kesuksesan baginda Nabi dakwah merupakan bukti kongkrit bahwa
sebagai seorang khalifatullah tidak terle beliau adalah seorang pemimpin yang cer
pas dari kecerdasan yang mumpuni melalui das lagi bijaksana. Hal ini senada dengan
karunia Tuhan Semesta Alam. Kecerdasan pernyataan Triyuwono (2015) bahwa Fatho-
tersebut tidak saja digunakan untuk men nah adalah suatu bentuk kebijaksanaan
jelaskan dan memahami wahyu yang disam yang direpresentasikan oleh intuisi, penge
paikan Allah SWT, tetapi juga sebagai bekal tahuan terhadap apa yang benar dan salah,
bagi baginda Nabi mendapat amanah dari Al dan kapasitas untuk berbuat adil. Maka dari
lah untuk memimpin umat. Islam sejatinya itu, kedewasaan dan pengalaman hidup di
merupakan rahmatan lil alamin. Oleh kare dalam masyarakat yang majemuk akan me
nanya, diperlukan pemimpin yang memili nguatkan kualitas kebijakasanaan itu sendi
ki pengetahuan untuk dapat memberikan ri.
pandangan, bimbingan, nasihat, dan petun Sifat utama pemimpin mestilah cerdas
juk bagi umatnya dalam memahami wahyu dan lugas sehingga mengetahui secara lebih
yang disampaikan oleh Tuhan Semesta Alam holistik atas apa yang menjadi masalah serta
(Sakdiah, 2016). Sesuai dengan bukti-bukti memahami secara tepat atas apa yang diper
otentik dan kesaksian sejarah dalam kitab buat untuk menyelesaikan permasalah
suci serta berbagai petunjuk dalam perada an itu. Hal ini juga semestinya tidak hanya
ban Islam, baginda nabi ialah seorang yang diamalkan oleh pimpinan, tetapi juga untuk
352 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
segala sumber daya yang terdapat dalam bentangkan surbannya dan meletakkan Ha
organisasi, termasuk dalam hal ini organi jar Aswad di tengahnya. Dengan sikap adil
sasi sektor publik umumnya dan pengelola yang tertanam dalam dirinya, beliau me
keuangan khususnya. Seorang pemimpin minta kepada setiap kepala suku agar ma
harus memahami dan menguasai apa saja sing-masing memegang tiap ujung surban
bagian-bagian serta tugas dan fungsi dalam dan mengangkatnya secara bersama-sama.
suatu sistem organisasi (berilmu), kemudi Ketika telah sampai di tempatnya, beliau
an menyelaraskan ilmu tersebut agar sesuai mengambil batu tersebut dengan tangannya
dengan visi dan misi yang telah ditentukan. sendiri. kemudian rasul meletakkan di tem
Dalam mengelola uang negara, pe pat yang semestinya. Senang dan puaslah
ngelola keuangan harus mengetahui jenis semua orang Quraisy atas sikap yang dilaku
dan sifat pekerjaan atau tugas yang diem kan baginda rasul pada waktu itu (Cahyadi,
bannya, serta dengan segala kapabilitas 2014; Saifullah, 2011).
dan kapasitas yang dimiliki harus mampu Dalam bidang muamalah pun Rasulul
memberikan keputusan secara tepat, benar, lah selalu berlaku adli, sebagaimana hadis
dan adil. Oleh karena itu, dapat memberi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yang pada
kan petunjuk yang baik serta terbebas dari intinya nabi melarang adanya pemalsuan,
belenggu ketidaktahuan terhadap staf pe termasuk di dalamnya mengurangi timbang
ngelola keuangan di bawahnya. Hal ini dapat an. Jika nilai-nilai ini tertanam dalam diri
dilakukan dengan mencontoh sikap fatho- pengelola keuangan negara, segala bentuk
nah yang diamalkan oleh Rasulullah Mu ketidakadilan dan kecurangan akan sema
hammad SAW, sebagaimana yang dikatakan kin terminimalisasi. Hal ini sebagaimana
juga oleh Saprin (2017) dan Mulawarman & yang disampaikan oleh Boyce (2014) bahwa
Kamayanti (2018) bahwa kesuksesan Rasu sikap dapat mempengaruhi seseorang da
lullah menjadi rahmat bagi semesta alam lam berlaku dan bertindak. Jika seseorang,
adalah terbebasnya manusia dari kejahilia katakanlah pengelola keuangan, memiliki
han serta kebodohan melalui landasan ke sikap yang terpuji dan adil, segala tindak
imanan, kasih sayang serta niat yang tulus. an dan sikapnya dalam bekerja juga akan
Dakwah Rasul bukan hanya untuk mengua mencerminkan sikap itu.
sai tampuk pemerintahan, melainkan lebih Kata adil sendiri berasal dari bahasa
pada mengajak kepada sesuatu yang benar, Arab ‘Adl yang memiliki makna sama. Se
baik, serta terbebas dari belenggu kebodo seorang dapat dikatakan adil apabila seim
han (misi emansipatoris). bang dalam menilai sesuatu, tidak berat
‘Adl. Sikap adil Rasulullah Muham sebelah kepada salah satu pihak, kecuali
mad SAW tercermin dalam kisah peletakan keberpihakannya kepada kebenaran sehing
kembali Hajar Aswad setelah renovasi ba ga tidak akan berlaku zalim. Adil merupa
ngunan Kabah selesai. Pada waktu itu ter kan salah satu tema yang menjadi concern
jadi perbedaan pendapat yang krusial di an para ulama. Adapun makna keadilan dalam
tara orang-orang Quraisy sehingga hampir perspektif lain sering dianalogikan sebagai
menimbulkan permusuhan (Cahyadi, 2014). sikap yang identik dengan suatu “ukuran”
Perselisihan pendapat tersebut berkait yang sama, bukan ganda (Mursal & Suhadi,
an dengan siapakah yang pantas dan la 2015). Lebih lanjut Shihab (2009) menya
yak meletakkan batu tersebut. Pada situasi takan adil merupakan suatu upaya dalam
yang genting itu Abu Umayyah Al Makhzu memperlakukan orang lain setara atau sama
mi seorang tokoh yang paling dituakan dan dengan perlakuan terhadap diri sendiri di
disegani oleh kaum Quraisyi tampil ke de mana seseorang tersebut memiliki hak un
pan untuk meredamkan gejolak perselihan tuk mengambil semua yang menjadi haknya,
tersebut. Abu Umayyah kemudian berka dan memberi semua yang menjadi hak orang
ta, “barang siapa yang pertama kali masuk lain tanpa zalim.
masjid melalui pintu Bani Syaibah, maka tu Shihab (2009) dalam bukunya menge
gas mulia itu akan diserahkan kepada orang nai wawasan Al-Qur’an membahas perintah
tersebut” (Saifullah, 201). dalam berlaku adil mengutip tiga kata yang
Atas ketetapan Allah ternyata Nabi terdapat dalam Al-Qur’an yakni, al-Adl, al-
Muhammad-lah yang pertama kali masuk Qisth, dan al-Mizan. Kata al-‘Adl merujuk
masjid melalui pintu itu. Ketika Rasulullah kepada makna berimbang, yang mengin
diberi tahu mengenai kabar tersebut, de dikasikan adanya beberapa pihak. Kata al-
ngan kemantapan hati segera beliau mem Qisth merujuk kepada sesuatu hal yang pa
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 353
tut dan wajar. Sementara itu, kata al-Mizan tetapi lupa kebutuhan rohani. Sementara
merujuk kepada makna alat untuk menim itu, zalim terhadap alam adalah dengan me
bang sesuatu. Ketiganya, sekalipun berbeda rusak alam serta tidak menjaganya, seperti
konteks memiliki indikasi yang sama yaitu perilaku illegal loging dan hyper exploitation
perintah untuk berlaku adil. Penjelasan kata terhadap sumber daya alam.
al-‘Adl, al-Qisth dan al-Mizan terdapat dalam Adil juga dapat diartikan sebagai ben
surat Ar-Rahman ayat 7-9 yang menyatakan tuk pembebasan. Sebagaimana diketahui
bahwa Allah telah meninggikan langit dan bahwa etika pengelola keuangan negara
meletakkan neraca keseimbangan (keadilan) yang selama ini fokus pada aspek uitilitas
serta mewajibkan penegakan keadilan dan dan materi menimbulkan efek pada ter
larangan untuk merusak keseimbangan itu pinggirkannya (atau tertindasnya) aspek-as
(Biyanto, 2017). pek nonmateri. Aspek yang tertindas atau
Keseimbangan alam diatur dan ditetap tersingkir ini diangkat dan dibebaskan un
kan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik tuk kemudian didudukkan dalam posisi
alam semesta ini. Keseimbangan tercipta yang adil sebagaimana memosisikan aspek
agar bumi dapat berputar pada porosnya, materi. Salah satu alternatif yang dapat
pergantian siang dan malam untuk keber dilakukan bisa saja dengan mengusulkan
langsungan hidup, ada matahari dan bulan akun khusus dalam postur anggaran yang
sebagai penyeimbang gravitasi dan penyubur mendukung kegiatan-kegiatan pembinaan
kehidupan. Keseimbangan (equilibrium) spiritual. Membuat perencanaan dan usul
memiliki fungsi dan peran yang sangat me an terkait mata anggaran “revolusi spiritual
nentukan kehidupan umat manusia dalam aparatur” dapat menjadi salah satu solusi
memperoleh kemenangan (Falah) (Soysa, dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan, se
2019). Falah hanya dapat dicapai jika ter perti biaya pelaksanaan zikir mingguan, bi
jadi keseimbangan dalam hidup. Sebab, ke aya binroh (bina rohani), dan biaya pengaji
seimbangan adalah sunatullah (Triyuwono, an rutin aparatur (Program Emansipasi).
2016). Spirit kehambaan dalam filosofi tran-
Kehidupan yang seimbang merupakan sendental. Spirit kehambaan, hakikat tu
bagian dari ajaran Tauhid. Islam kerap dise gas kehambaan manusia kepada Robb-nya
but sebagai umat pertengahan (Ummatan adalah menjadi rahmat bagi semesta alam
Wasathan) (Soysa, 2019). Adil memiliki tu (Al-Daghistani, 2016; Darraz, 2012). Amanat
juan agar tercipta kehidupan yang harmonis tersebut disampaikan kepada Nabi Muham
dan seimbang, mencakup secara keseluruh mad SAW sebagaimana firman Allah SWT
an antara lain keseimbangan mental dengan dalam Al-qur’an Surat Al-Anbiya ayat 107
fisik, spiritual dengan material, sosial de yang berbunyi: “Dan tiadalah kami mengu
ngan individu, serta dunia dengan akhirat. tus kamu, melainkan untuk (menjadi) rah
Keseimbangan mental dengan fisik, spiri mat bagi semesta alam”. Spirit kehambaan
tual, dan material akan menciptakan kese tersebut kemudian dibingkai dengan filosofi
jahteraan yang holistik bagi manusia. Sese transendental. Transendental berarti beri
orang yang mengabaikan aspek spiritual dan man kepada Tuhan Semesta Alam. Tujuan
berlebihan dalam mementingkan aspek ma nya sendiri adalah menambahkan dimensi
terial, hanya akan melahirkan suatu keba transendental di mana dalam dimensi ini
hagiaan semu belaka, bahkan justru dapat nilai memiliki orientasi pada duniawi atau
mengakibatkan malapetaka dalam dirinya pun ukhrowi (Nahar & Yaacob, 2015).
(Malloch, 2010). Dalam konteks ini berarti etika profetik
Adil sering dikontradiktifkan dengan tidak sekedar memberikan petunjuk tentang
makna zulm (zalim) dan itsm (dosa). Keadilan baik dan buruk, tetapi lebih pada bentuk
ataupun kezaliman bisa dilakukan baik oleh tanggung jawab seorang hamba terhadap
seseorang terhadap Tuhan, diri sendiri, mau Tuhannya, sesama manusia, diri sendiri,
pun orang lain, serta terhadap alam. Contoh serta alam sekitar. Prinsip ini yang akan
orang yang zalim terhadap Tuhan adalah mengantarkan manusia kepada derajat ter
dengan melanggar segala perintah-Nya ser tinggi, mengantarkan manusia kepada tu
ta melakukan atas apa yang telah dilarang juan sejati, yaitu kemenangan (falah) dalam
oleh-Nya, zalim terhadap diri sendiri adalah bentuk kesuksesan seorang hamba kembali
orang yang hanya mengejar dunia dan lupa pada Sang Pencipta dengan jiwa yang suci
akhirat. Sibuk mengejar kebutuhan fisik dan tenang.
354 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
Di seluruh alam Melayu yang luas, dalam kehidupan, baik agama, ekonomi, so
orang Melayu senantiasa menempatkan sial, pemerintahan, maupun politik.
hubungan vertikal (hablun minallah) sebagai Sifat amanah Nabi Muhammad SAW
bagian utama dalam menjalani hidup dan merupakan contoh kongkret bahwa beli
kehidupan (Esram, 2010; Husin, 2017). Hal au merupakan seorang hamba yang dapat
tersebut merupakan manifestasi dari keper dipercaya. Kepercayaan tercipta dengan cara
cayaan mereka terhadap suatu Dzat yang menyampaikan sesuatu dengan apa adanya,
Maha Segalanya, yaitu Dzat Tuhan Yang tanpa ditambah dan dikurang sedikit pun
Mahabesar dan Mahamulia. Dialah yang dari wahyu yang telah diperoleh. Sesuatu
wajib al-wujud yaitu wajib adanya, mustahil yang harus disampaikan kepada umat, di
tiadanya yakni Allah SWT, Tuhan Semesta sampaikan apa adanya, tidak ditambah
Alam. Dengan demikian, orang Melayu se ataupun diubah sedikit pun sesuai wahyu
lalu melakukan segala sesuatunya dengan yang didapat. Demikianlah fakta yang sebe
niat hanya semata-mata kepada Allah sesuai narnya bahwa setiap firman akan senantia
dengan fitrah manusia itu sendiri sebagai sa disampaikan oleh Rasul tidak kurang dan
makhluk ciptaan-Nya. tidak lebih sebagaimana firman yang disam
Kehidupan spiritual masyarakat Me paikan oleh Tuhan kepadanya. Bahkan, da
layu dapat dikatakan masih sangat kuat. lam peperangan sekali pun baginda rasul ti
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bah dak pernah mengambil harta dari rampasan
wa segala sesuatu pekerjaan yang boleh perang untuk kepentingan dan keuntungan
dikatakan besar selalu didahului dengan pribadinya. Beliau juga tidak pernah menye
memohon kepada Tuhan untuk memberka bar luaskan aib atau kekurangan seseorang
hi pekerjaan yang akan dilakukan tersebut yang datang meminta wasilah atau risalah
yang biasa disebut dengan “doa selamat” dalam menyelesaikan suatu perkara dan hal
(praktik transendental). Doa selamat dilaku lainnya.
kan sebagai bentuk rasa syukur dan terima Sebagai khalifah Nabi Muhammad
kasih kepada Tuhan. Peneliti juga masih SAW senantiasa memperhatikan kebutuh
menemukan adanya praktik-praktik yang an umat nya, mendengar keluh kesah dan
mempercayai adanya kekuatan lain yang harap an, serta melihat kemampuan yang
bersifat supranatural. Seperti saat akan ada pada umatnya, mulai dari potensi diri
membuang “hajat” (buang air besar atau air pribadi, potensi manusiawinya, serta poten
kecil) di tempat umum, misal di belakang si alam sekitar. Pada akhirnya, fokus utama
pohon besar, maka sebelum menuntaskan hanya pada aktivitas dakwah yang dilaku
“hajat” tersebut, orang Melayu selalu menye kan. Keimanan dan ketakwaan menjadi
but: “permisi atuk, permisi nenek, anak cucu agenda utama dalam upaya menciptakan
numpang kencing”. Hal ini semakin me sumber daya manusia yang unggul pada
nguatkan bahwa Melayu memiliki prinsip waktu itu. Sebagai khalifah atau pemimpin
transendental, yaitu prinsip yang melintas Nabi Muhammad SAW berikhtiar untuk se
batas materi dan cenderung bernuansa spi lalu berkorban dan melakukan yang terbaik
ritual (Esram, 2010; Hassan, 2016). demi kebaikan umatnya, bahkan sampai
Amanah. Jauh sebelum menjadi Rasul hembusan nafas terakhir pada akhir ha
Nabi Muhammad SAW telah lama mendapat yatnya masih memikirkan umatnya. Inilah
gelar al-Amin (yang dapat dipercaya) oleh ka bukti cinta dan kasih baginda Nabi kepada
umnya. Gelar tersebutlah yang kemudian umatnya. Pemimpin sejati selalu menguta
meninggikan derajat baginda Rasul di atas makan umat atau rakyatnya dibandingkan
nabi-nabi dan pemimpin umat terdahulu. dirinya sendiri. Hal ini menjadikan beliau
Dengan gelar ini pula, Rasulullah bertrans sangat dicintai dan dirindukan oleh umat
formasi menjadi pemimpin yang amanah, nya (Saifullah, 2011; Sakdiah, 2016).
yakni pemimpin yang bersungguh-sungguh Amanah menurut Nahar & Yaacob
dalam memikul tanggung jawab atas ke (2011) merupakan sesuatu yang dipercaya
percayaan, tugas, dan amanah yang telah kan kepada orang lain untuk dilaksanakan
diberikan Allah SWT tidak terkecuali sekecil atau digunakan sebagaimana keingin
atau seringan dan sebesar atau seberat apa anorang yang mengamanahkan. Hal ini
pun amanah itu. Amanah dalam konteks ini mengindikasikan bahwa pihak yang meneri
adalah segala sesuatu yang dipercayakan ma amanah tidak memiliki hak mutlak atas
kepada baginda rasul, meliputi segala aspek apa yang diamanahkan tersebut. Pihak yang
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 355
diberi amanah sejatinya hanya berkewajiban hak-hak Tuhan, hak-hak pribadi serta hak-
memelihara dan melaksanakan amanah hak semesta alam. Ini akan menghilangkan
dengan sebaik-baiknya atas apa yang telah suatu sikap egosentrisme, yaitu sifat yang
diamanahkan oleh pemberi amanah. Da selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat
lam hal ini Allah SWT, Tuhan Sang Pencip dari segala hal. Sifat seperti ini akan men
ta Alam Semesta adalah sebagai pemberi ciptakan aparatur-aparatur yang apatis dan
mandat mutlak yang berkuasa penuh atas egois tanpa memperdulikan kepentingan
amanah yang dibebankan kepada manusia. dan hak-hak yang lain (khianah). Amanah
Tidak ada satu pun yang dapat membantah sejatinya yang akan menjadi filter sifat-sifat
realitas ini (Triyuwono, 2016). seperti itu.
Secara garis besar Triyuwono (2015) Tabligh. Panggilan menjadi utusan Al
menyatakan bahwa ada tiga bagian uta lah bagi Nabi Muhammad SAW adalah ke
ma dalam struktur amanah, yaitu pemberi tika usia beliau menginjak 40 tahun. Ber
amanah (Allah SWT), penerima amanah (Ma temunya baginda Nabi dengan Malaikat
nusia), dan amanah itu sendiri. Tugas manu Jibril di gua Hira yang memerintahkan be
sia sebagai khalifah yang mendapat amanah liau membaca wahyu dari Allah SWT untuk
dari Allah berkewajiban menyebarkan rah pertama kalinya, merupakan suatu bentuk
mat bagi seluruh alam. Amanah merupakan pemberitahuan dan penegasan pengangkat
kewajiban umum (universal) bagi seorang an Nabi Muhammad menjadi seorang Rasul
hamba Allah tanpa ada batas ruang dan Allah (Sakdiah, 2016). Hanya ayat yang ter
waktu. Tugas tersebut harus dilandasi oleh dapat dalam kitab suci menjadi saksi nya
hal yang fundamental yakni bahwa semua ta buat umatnya sebagai pengganti nihiln
tindakan untuk menyelesaikan amanah ya simbol status atau Surat Keputusan (SK)
tersebut harus dilakukan dalam rangka yang dapat dijadikan bukti kerasulannya.
semata-mata beribadah pada Allah (Triyu Surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadi wahyu per
wono, 2016). Hal ini pulalah yang sebaik tama yang diturunkan pada tanggal 17 Ra
nya dilakukan juga oleh aparatur pengelola madhan adalah salah satu buktinya. Inilah
keuangan negara. Amanah yang telah dibe bukti baginda Nabi menjadi utusan Allah
rikan sebagai pengelola uang rakyat harus SWT. Tugas itu bermakna beliau memiliki
dilakukan dalam kerangka penyembahan kewajiban berdakwah sekaligus memimpin
dan pengabdian kepada Tuhan. Inilah haki manusia menuju ke jalan yang lurus (Pat
kat aparatur sebagai seorang hamba Tuhan. mawati, 2014).
Konsekuensi manusia sebagai peneri Salah satu predikat yang disandang
ma amanah adalah kesadaran untuk patuh, oleh Rasulullah yaitu mundhir (pemberi pe
tunduk, dan pasrah secara ikhlas kepada ringatan) (Sakdiah, 2016). Diutusnya bagin
Sang Pemberi Amanah (Allah SWT). Oleh da Nabi sebagai mundhir yakni untuk mem
karena itu, penerima amanah berkewajiban perbaiki, membimbing, serta mempersiapkan
menjalankan amanah yang dibebankan umat memperoleh kebaikan serta kebaha
dengan sebaik-baiknya, baik menyangkut giaan baik di dunia maupun di akhirat ke
hak-hak Allah, hak-hak sesama manusia, lak. Predikat mundhir yang disandang beliau
hak-hak pribadi, maupun hak-hak terhadap menuntut agar memahami dan me nguasai
alam. Amanah mengacu pada sesuatu yang segala kabar yang disampaikan untuk dapat
layak dipercaya. Ini adalah sifat di mana se dijadikan sumber utama dalam berdakwah
seorang mendapat kepercayaan oleh orang serta untuk menyampaikan risalah dan tun
lain karena ia dipercaya mampu mengem tunan tersebut kepada seluruh umat ma
ban amanah yang telah diberikan. Triyu nusia tanpa terkecuali. Sebagai orang yang
wono (2016) menyatakan bahwa sifat dapat beriman sudah menjadi kewajiban bagi kita
dipercaya adalah suatu kondisi di mana sebagai umatnya untuk meyakini bahwa
seseorang telah mendapat kepercayaan dari Tuhan telah mengirimkan beberapa utusan
orang lain karena kompetensi, kapasitas, (Nabi dan Rasul) dari golongan sendiri un
dan kejujurannya. tuk memberi petunjuk serta menyampaikan
Jika pengelola keuangan melakukan hukum-hukum yang berkenaan dengan per
hal yang sama, akan tumbuh suatu ke buatan yang diperintahkan serta dilarang
sadaran bahwa dalam mengemban amanah, oleh-Nya (Patmawati, 2014).
amanah sejatinya memiliki konsekuensi Konsep dakwah yang dilakukan Rasu
terhadap pemenuhan kebutuhan dan hak- lullah berasal dari hasil pembelajaran dan
hak orang lain termasuk dalam konteks ini berfikir cerdas atas beberapa peristiwa yang
356 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
akan dan telah terjadi serta melakukan ob pun instruksi tersebut merupakan perintah
servasi terhadap kondisi dan situasi yang langsung yang diberikan oleh pimpinan di
ada. Di samping itu, Rasulullah juga sangat atasnya. Aparatur hanya memiliki kewa
memperhatikan konsep yang logis dan tera jiban menghamba kepada Allah, bukan ke
tur secara seksama dalam mengungkapkan pada pimpinan. Sebagaimana ungkapan isti
permasalahan yang hendak disampaikan. lah yang terkenal berikut, “kul al-haq walau
Ketika baginda Nabi akan berdakwah, beli kaana murran”, sampaikanlah kebenaran
au pada awalnya selalu menentukan loka itu walaupun pahit rasanya.
si yang aman serta memanggil orang-orang Spirit kesemestaan dalam filosofi
terpilih untuk kemudian disampaikan dak teleological. Spirit kesemestaan sejatinya
wah kepadanya, kemudian baru beliau me merupakan perangkat nilai atau ruh yang di
ngungkapkan persoalan yang berterima se gunakan untuk menentukan baik buruknya
cara umum sehingga tidak diperselisihkan dampak gagasan, aktivitas, dan keilmuan
oleh siapa pun (Patmawati, 2014; Sakdiah, terhadap situasi dan kondisi lingkungan
2016). Hal ini merupakan cara yang efektif alam (Ahimsa-Putra, 2016). Spirit ini me
dalam memperkenalkan suatu ajaran baru rupakan manifestasi dari Surat Al-Qashash
kepada para pengikutnya. ayat 77 yang secara tegas melarang manu
Tabligh merupakan sifat mulia yang sia berbuat kerusakan di muka bumi kare
dimiliki Rasulullah Muhammad SAW. Cara na Allah SWT sesungguhnya tidak menyukai
dan metode dakwah yang digunakan beli orang-orang yang berbuat kerusakan. Spi
au dapat kita tiru dan teladani. Objek dak rit kesemestaan tersebut kemudian dibing
wah pertama adalah keluarga terdekat, baru kai dalam filosofi teleologikal. Teleologikal
kemudian berdakwah ke segala penjuru memberikan suatu dasar pemikiran bahwa
(Patmawati, 2014). Sebelum memberikan ri etika bukan hanya ilmu yang mempelajari
salah, beliau terlebih dahulu yang mengerja salah-benar dan buruk-baik dalam praktik
kannya. Sifat ini merupakan senjata dakwah nya, tetapi juga memiliki tujuan transen
karena apa yang disampaikan merupakan dental sebagai bentuk pertanggungjawaban
suatu kebenaran untuk kepentingan umat manusia terhadap penciptanya, sesama ma
dan menegakkan agama Allah. Tabligh se nusia, alam semesta, serta diri pribadi (Na
sungguhnya berkaitan dengan sikap keter har & Yaacob, 2011).
bukaan (transparansi) dalam penyampaian Dalam konteks ini berarti etika profe
suatu informasi (Sakdiah, 2016). Salah satu tik bertujuan mengantarkan seorang ham
ciri tabligh adalah keberanian menyatakan ba pada tujuan hakikat kehidupannya yaitu
kebenaran meskipun memiliki konsekuen falah (kemenangan). Di samping itu, konsep
si yang tidak ringan melalui perasaan cinta etika yang dibangun tidak hanya sekedar
yang mendalam serta niat yang mulia. Tin instrumen “mati” yang digunakan sebagai
dakan tersebut disampaikan sebagai ben panduan penyusunan kode etik, tetapi se
tuk pencerahan (Dreßler, 2019). Hal terse bagai bentuk instrumen “hidup” yang dapat
but selaras dengan pernyataan Triyuwono mengarahkan manusia pada hakikat ke
(2016) bahwa Tabligh adalah suatu upaya hidupan yang sejati, yakni sebagai hamba
untuk menyampaikan kebenaran dengan allah (abdillah) serta pemegang amanah Al
cara yang baik, penuh kasih, pembelajaran lah (khalifatullah).
yang baik, dan niat yang tulus, serta cita-ci Orang Melayu mempercayai ekistensi
ta yang luhur. Usaha ini, tentunya, didorong dua alam, yaitu alam nyata dan alam ruh.
oleh motivasi spiritual untuk memberikan Alam nyata dengan segala wujudnya seperti
pencerahan kepada masyarakat demi men bumi, dengan segala benda-benda yang ter
ciptakan lingkungan sosial dan spiritual dapat di atas dan di bawah bumi serta la
yang baik. ngit dan segala isinya dipandang oleh orang
Hal ini pula yang sebaiknya dimiliki Melayu memiliki fungsi dan peran untuk
oleh para aparatur pengelola keuangan. Se kepentingan kehidupan manusia. Dalam
orang pengelola keuangan harus berani un perjalanan kehidupan itu orang Melayu te
tuk menyatakan kebenaran meskipun itu lah menggunakan alam nyata sesuai dengan
memiliki konsekuensi yang berat salah sa kebutuhannya. Lautan, sungai, gunung,
tunya tidak disukai oleh pimpinan. Pengelola daratan, tumbuhan, hewan, dan lain-lain
keuangan harus berani untuk mengatakan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
tidak jika diinstruksikan untuk melakukan hidupnya. Hal ini dikenal oleh orang Melayu
tindakan yang mengarah pada fraud, walau sebagai “rimba kepungan sialang” (Burha
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 357
nudin, 2018; Husin, 2017). Orang Melayu buatan yang dilarang oleh-Nya (Gitosaroso,
memiliki pandangan bahwa kesalahan me 2015).
manfaatkan sumber daya alam akan me Gitosaroso (2015) kemudian me
nimbulkan malapetaka. Oleh karena itu, nyatakan bahwa terdapat indikator dalam
dikatakan bahwa mereka yang hidup dari mencapai tahap muthmainnah, antara lain
sumber alam wajib menjaganya tanpa meru memiliki kemantapan iman terhadap kebe
sak dan zalim dalam peraktiknya. naran Tauhid; memiliki keyakinan menda
Muthmainnah. Rasulullah Muham lam bahwa dunia hanya merupakan per
mad SAW senantiasa disebut memiliki jiwa singgahan sementara serta meyakini bahwa
yang muthmainnah, yaitu jiwa yang senan kehidupan yang sebenarnya adalah akhirat;
tiasa jujur terhadap Tuhannya (Patmawa memiliki ketenteraman jiwa karena selalu
ti, 2014). Rasulullah adalah manusia yang ingat kepada Allah. Sementara itu, Haro
telah memperoleh rahmat berupa nur qalb maini (2018) menyatakan bahwa seseorang
sehingga tumbuh perangai yang baik dan yang telah mencapai tahapan muthmainnah
jauh dari perangai yang buruk. Beliau dapat mempunyai ciri-ciri berpikiran terbuka, se
menjadikan dirinya memiliki jiwa yang te lalu bersyukur, dapat dipercaya, dan penuh
nang serta tidak terombang-ambing oleh rasa kasih sayang.
syahwat nafsu duniawi. Jiwa yang tenang Faktor internal dan eksternal akan
adalah kondisi tertinggi dari perkembang menuntun seorang hamba dalam mencapai
an spiritual seorang hamba Allah (Riyadi, tahap muthmainnah sehingga menumbuh
2017). Jiwa ini adalah jiwa yang senatiasa kan sifat-sifat ilahiyah. Jika ruh merasa ya
ingat dan percaya bahwa Allah adalah robb- kin akan kebesaran dan kekuasaan Allah
nya, merasa tenang dalam menjalankan se SWT, ia akan mendapatkan ketenangan ba
gala perintah-Nya, serta memiliki keyakinan tin dan kemantapan iman; Faktor eksternal
yang mendalam bahwa kelak akan berjumpa dapat berupa hidayah dan petunjuk dari Al
dengan-Nya di hari akhir. Triyuwono (2015) lah SWT. Hidayah dari Allah dapat menja
menyatakan bahwa muthmainnah adalah di jalan seorang hamba menemukan esensi
keberhasilan atau kemenangan (falah) seo dirinya. Manusia jika hanya mengandalkan
rang hamba kembali kepada Sang Pencipta kapasitas dan kapabilitas pribadinya tanpa
dengan jiwa yang suci dan tenang. hidayah dari Allah akan sangat sulit dalam
Untuk sampai ke tahapan muthmain- mencapai tahap muthmainnah. Muthmain-
nah seorang hamba harus mengetahui ter nah adalah jiwa yang senang kepada Tu
lebih dahulu unsur-unsur pembentuknya. hannya dan ridho terhadap lingkungan seki
Mujiburrahman (2017) berargumentasi bah tarnya, termasuk manusia dan alam sekitar.
wa ekuilibrium fisik dan ruh pada manusia Diri muthmainnah akan melihat dunia se
merupakan syarat utama untuk mencapai bagai “fakultas kehidupan”. Apa yang diper
muthmainnah. Fisik, bagi pemilik jiwa yang oleh di dunia hanya sebagai bentuk ujian
tenang, akan selalu memperhatikan keseha dan cobaan dari Tuhan (Gitosaroso, 2015;
tan jasmani dengan cara memenuhi segala Ruslan & Alimuddin, 2012).
kebutuhan fisiologis dengan cara dan jalan Hal itu pula yang akan membawa pe
yang halal. Ruh, seseorang yang memiliki mahaman seseorang tentang realitas. Da
jiwa yang suci selalu memenuhi kebutuhan lam tradisi Islam diakui adanya tingkatan
spiritualnya dengan berpegang teguh pada diri dalam memahami suatu realitas, yaitu
ajaran Tauhid yakni dengan cara mendekat beturut-turut dari yang paling bawah hingga
kan diri pada Sang Pencipta melalui ibadah yang paling atas antara lain al-nafs al-am-
dan amal sholeh, serta menjauhi segala per marah, al-nafs-al-lawwamah, dan al-nafs-
358 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
al-muthmainnah. Secara rinci, pemahaman pun. Beliau adalah manusia yang kepriba
manusia dapat ditelaah pada Tabel 1. diannya dinyatakan Allah SWT melalui fir
Tabel 1 secara berturut-turut menujuk mannya sebagai sosok pribadi yang sangat
kan posisi “diri” atau jiwa seseorang. Dimu agung (QS. Al-Qalam:4). Keagungan Rasulul
lai dari posisi pertama, dalam tingkatan ini lah, menjadikan pribadinya menjadi pribadi
jiwa seseorang hanya ditujukan untuk me yang paripurna. Meskipun sebagai umatnya
menuhi nafsu syahwatnya (animal instinct). tidak dapat memiliki pribadi yang agung se
Pada posisi kedua, jiwa sudah mempraktik bagaimana yang telah difirmankan oleh Al
kan nilai ketuhanan, tetapi masih ada ke lah SWT, kita wajib untuk berikhtiar dalam
cenderungan untuk mengikuti nafsu diri. mewujudkan pribadi yang meneladani sega
Posisi ketiga merupakan posisi puncak. Da la perilaku dan sifat yang telah Rasulullah
lam tingkatan ini jiwa telah berada pada po Muhammad SAW contohkan.
sisi tertinggi. Pada kondisi ini sesungguhnya Uswatun Hasanah, itulah gelar baginda
diri telah mencapai fitrahnya yang suci. Nabi Muhammad SAW. Dalam diri beliau ter
Dalam praktik mengelola keuangan dapat sumber segala ilmu dan pengetahuan
negara, sudah selayaknyalah seorang penge yang dapat mengantarkan seorang hamba
lola keuangan memiliki tingkatan diri pada menjadi insan kamil (Patmawati, 2014). Ra
posisi puncak atau muthmainnah. Pada posi sululullah juga dapat dijadikan role model
si ini pengelola keuangan mempunyai kredi dalam pengembangan “genetika” profetik
bilitas yang tinggi dalam mengendalikan se (kenabian), pengembangan diri, pencarian
tiap situasi dan memosisikan diri nya pada jati diri, citra diri, hakikat diri, pendewasaan
puncak kesadaran tertinggi secara spiri diri, serta hal-hal lain yang dapat dijadikan
tual. Untuk dapat mencapai tingkatan ini, teladan dari pribadi beliau (Saifullah, 2011).
seorang pengelola keuangan harus dapat Teladan dalam term Al-Qur’an disebut
menanamkan dengan baik dalam “diri” nilai- dengan istilah “uswah” dan “iswah” atau
nilai keimanan dan ilmu pengetahuan. Nilai- dengan kata “al-qudwah” dan “al-qidwah”
nilai tersebut kemudian diinternalisasikan yang bermakna suatu kondisi di kala se
dalam sikap yang terpuji dan mulia. Oleh orang hamba mangikuti yang lainnya, apa
karena itu, pada kondisi tersebut, pengelola kah dalam hal kebaikan ataupun kejelekan.
keuangan sejatinya telah kembali pada fi Kata “uswah” senantiasa bersandingan de
trahnya yang suci. ngan sesuatu yang berkonotasi positif yakni
Dengan demikian, segala perilaku yang “hasanah” (baik) dan suasana kegembiraan
condong pada jiwa ammarah, seperti sikap yaitu bertemu dengan Sang Pencipta (Pat
egoistik, destruktif, dan materialistik se mawati, 2014; Saifullah, 2011). Allah SWT
bagai faktor pendorong terjadinya tindakan mengutus Rasulullah Muhammad SAW un
fraud dengan sendirinya dapat difiltrasi. Wa tuk menjadi teladan bagi semesta alam, se
laupun dalam praktiknya pengelola keuang bagai hadiah terindah bagi manusia, yaitu
an secara umum sering berada pada posisi sebagai seorang penuntun yang sempurna
jiwa lawwamah, dalam posisi ini pengelola dalam mencapai kegembiraan yang hakiki
keuangan dapat berperilaku terpuji atau yaitu bertemu dengan Sang Khaliq.
tercela. Ketika diri telah berperilaku baik, Fitrah manusia sejak dilahirkan ada
maka dia telah menginternalisasikan nilai- lah ia sudah membutuhkan panutan dan
nilai ke-Tuhanan. Sebaliknya, jika nilai-nilai contoh dalam segala urusannya. Selain itu,
ketuhanan lemah, akan gagal dalam me dalam diri tiap pribadi juga telah diberi ke
ngendalikan diri dari perbuatan tercela atau mampuan dasar untuk mencari suri tau
kembali pada posisi terendah, yaitu jiwa ladan agar dapat menjadi penerang menuju
ammarah. Inilah kemudian yang akan men jalan kebenaran dalam mengarungi samudra
jadi benteng bagi pengelola keuangan un kehidupan. Agama, adat istiadat, bahasa,
tuk dapat mencapai derajat tertinggi dalam pemikiran, dan gambaran tentang akhlak
berikhtiar. dan moral atau etika semuanya terbentuk
Uswatun hasanah. Rasulullah Mu melalui contoh dan teladan yang didapat
hammad SAW merupakan insan dengan kan dari aktivitas dan pengaruh yang dipan
kepribadian yang mulia. Tidak ada satu pun carkan oleh panutan tersebut (Patmawati,
yang dapat menandingi dan menyamai sosok 2014). Islam sebagai agama yang diridhoi
kepribadiannya (Patmawati, 2014). Rasulul telah memiliki panutan dalam diri seorang
lah senantiasa akan menjadi inspirasi dan Rasulullah Muhammad SAW dalam menjala
panutan bagi umatnya dalam bidang apa ni setiap sendi nafas kehidupan. Dalam diri
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 359
pribadi beliau telah tertanam contoh terbaik didik tentang hidup sederhana dengan cara
dari manusia yang selalu mematuhi dan rido terhadap apa yang telah dikaruniakan
mengaktualisasikan segala perintah Allah oleh Sang Pemberi Rezeki; Ketiga, Qudwah
dalam kehidupan sehari-hari melalui kesa Tawadhu’, seorang pimpinan harus men
daran Ilahinya (Saifullah, 2011). jauhi sikap ujub (besar kepala) dan rendah
Dalam aktivitas pelayanan sektor pu hati dalam berperilaku ; Keempat, Qudwah
blik keteladanan merupakan metode ter Syaja’ah, yaitu seorang pemimpin harus be
baik untuk membentuk watak aparatur. rani melangkahkan kaki untuk maju ke de
Keteladanan dapat dicontohkan oleh se pan menyatakan sesuatu yang sebenarnya,
orang pimpinan yang memiliki kepribadian serta berani mengambil risiko dengan tetap
mulia dalam aktivitas kesehariannya. Hal berpegang teguh atas perintah Ilahi; dan Ke
itu dikarenakan pemimpin merupakan fi lima, Qudwah al hasan al Siyasah, seorang
gur nyata dalam setiap aktivitas bawahan pimpinan melakukan aktivitasnya secara
nya (Makin, 2018; Wieringa, 2014). Dari sini teratur, sistematik, dan intensional dalam
dapat terlihat bahwa keteladanan memiliki rangka mendorong aparatur untuk berperan
peran yang urgent terhadap perilaku apara lebih aktif (siyasah) dalam membangun in
tur. Jika seorang pimpinan adalah orang stitusi agar bermanfaat untuk sesama, diri
yang dapat dipercaya serta amanah selayak pribadi, dan semesta alam.
nya kepribadian yang dimiliki oleh Rasulul Dengan meneladani Rasulullah, berar
lah, maka bawahan akan mengikuti pribadi ti seorang individu, termasuk aparatur pe
seperti itu pula, begitupun jika sebaliknya. ngelola keuangan, telah menanamkan “roh”
Munculnya perilaku koruptif pengelola spiritualitas Rasulullah ke dalam dirinya.
keuangan negara dikarenakan sebagian be Spiritualitas Rasul adalah spiritualitas yang
sar aparatur tidak mengetahui tentang haki hidup dan menyatu dengan kongkrit meli
kat manusia itu diciptakan dan ke mana tu puti hubungan spiritual terhadap Tuhan,
juan akhir manusia akan berlabuh (Briando, sesama manusia, semesta alam, serta diri
Triyuwono, & Irianto, 2017). Orientasi materi pribadi yang telah menjadi pola dasar dan
yang begitu kuat mengungkungi aparatur da nafas kehidupan beliau, sehingga mewujud
lam bertindak dan bersikap membuat mere dalam setiap gerak dan langkah kehidupan
ka lupa akan kewajiban sebagai khalifatullah nya (Dreßler, 2019). Spiritualitas bukan ha
fil ardh (pengemban amanah di muka bumi) nya dalam bentuk ritual-ritual formal ke
dan hamba Allah, atau sebagaimana yang agamaan semata, tetapi terealisasi dalam
disebut Mulawarman & Kamayanti (2018) aktivitas sosial dan kehidupan sehari-hari
sebagai Abdullah. Ia menyebutkan bahwa antarsesama dan alam sekitarnya (Pat
khalifatullah harus berdampingan dengan mawati, 2014; Sakdiah, 2016). Dalam dunia
Abdullah. Manusia harus menyadari bahwa tasawuf, substansi Rasulullah menjadi kun
Allah adalah tujuan akhir dan menentukan ci untuk memahami dan sekaligus mema
sehingga manusia harus patuh dan taat suki spiritualitas sejati atau disebut dengan
pada kehendak-Nya. Untuk mencapai dera istilah maqamat yaitu kualitas atau tingkat
jat ini, tentu saja pendekatan etika tidak ha spiritual tertinggi seorang hamba Allah.
nya terbatas pada suatu konsep benar atau Implikasinya, rasa cinta kepada Allah
salah, tetapi harus dapat menyadarkan pada tidak bisa dikatakan sempurna jika tidak
hakikat hidup dan kehidupan, yaitu kemba memiliki kecintaan kepada Rasulullah, de
li kepada Tuhan dengan jiwa yang suci dan ngan meneladani pribadi beliau. Kedua rasa
tenang. cinta ini menjadi suatu hakikat menuju Tu
Kitab Tarbiyah al-aulad fi al-Islam me han dan tidak dapat terpisah layaknya ikrar
nyatakan bahwa ada beberapa tahapan yang yang terucap dalam dua kalimat syahadat.
bisa dipedomani untuk menjadi teladan Pada akhirnya kedua cinta itu akan melebur
mulia dalam hidup dan kehidupan, antara menjadi satu dan menjadikan diri pribadi
lain dengan cara berikut. Pertama, Qudwah dapat mencintai semesta alam, baik alam
Al-Ibadah, pembinaan ketaatan beribadah dunia maupun alam akhirat. Inilah hakikat
merupakan aktivitas utama yang harus menjadikan Rasulullah Muhammad SAW se
dilakukan oleh seorang pimpinan terhadap bagai uswatun hasanah.
bawahannya; Kedua, Qudwah Zuhud, se Etika profetik sebagai jalan mem-
orang pimpinan yang menduduki posisi pun peroleh syafa’at Nabi. Kata syafa’at ber
cak ia harus tahu hak dan kewajibannya. asal dari bahasa Arab yang memiliki mak
Dia harus memiliki sikap zuhud, yaitu men na “genap” sebagai lawan kata dari ganjil,
360 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
Etika Profetik
asumsi ini berasal dari pemikiran bahwa munya kepada yang tingkat rohaninya ma
pemberi syafa’at bertujuan menggenapkan sih rendah. Syafa’at hanya diberikan kepada
orang yang berdoa. Melalui syafa’at, jumlah ahli Tauhid yang mati dalam akidah Tauhid
pemohon menjadi genap, dan permohonan dan melafazkan “La ilaha Illallah, Muham-
doa dari orang yang meminta diperkuat oleh madur Rasulullah”. Sementara itu, untuk
kemuliaan pemberi syafa’at. Syafa’at juga posisinya terbagi menjadi dua, yakni pem
dapat berarti pertolongan, tegasnya memo beri syafa’at dan penerima syafa’at. Para
hon pertolongan kepada Allah SWT agar se Nabi dapat dikatakan sebagai golongan yang
genap umat manusia diberi keampunan dan paling berhak memberi syafa’at, sedangkan
kemuliaan. Pertolongan diberikan kepada golongan yang telah diizinkan oleh Allah
seluruh hamba yang berbuat baik. Syafa’at mendapat syafa’at adalah sebagai penerima.
sebagaimana dijelaskan oleh Yulianto (2014)
dibagi dalam dua jenis, yaitu langsung dan Gurindam Profetik
tidak langsung. Syafa’at langsung dirasakan Barangsiapa memulai langkah
oleh seorang hamba di alam dunia, sedang dengan nama Allah
kan tidak langsung ditangguhkan hingga akanlah selalu mendapat rahmat
hari akhir. dan barokah
Syafa’at didapat jika orang yang me Beribadahlah atas persaksian
minta berhak mendapatkannya karena te iman kepada Allah dan Rasulullah
lah melaksanakan segala perintahnya ser karena kita adalah penerima
ta menjauhi segala larangan-Nya. Syafa’at amanah sebagai khalifatullah
sepenuhnya hanya milik Allah, tetapi tidak Indahnya hidup dengan penuh ke
menutup kemungkinan bahwa ada pemberi sadaran Ketuhanan dan Kenabian
syafa’at selain dari-Nya. Pemberi syafa’at agarlah jiwa dan badan senantia
selain-Nya adalah orang-orang yang di sa diberi marwah dan keyakinan
ridhai dan diizinkan Allah. Adapun pemberi Hendaklah menerjemahkan du
syafa’at yang selain dari-Nya antara lain nia, menuju akhirat
Syafa’at Malaikat, yaitu berupa bisikan ke Muhammad Rasulullah, penun
pada manusia untuk berbuat baik dan doa; tun sejati umat
Syafa’at Nabi Muhammad SAW, yaitu berupa Dengan Tauhid Islam, ikrar iman
pertolongan dihari akhir; Syafa’at para Nabi dalam syahadat bertahta ikhsan
dan Rasul, yaitu upaya Nabi membebaskan Itulah wujud insan, yang akan
manusia dari dosa; dan Syafa’at Kaum yang mendapat syafaat di hadapan
beriman dan beramal shaleh yaitu syafa’at Apabila Nur Ilahi telah terpatri
yang berasal dari alim ulama yang tinggi il dan nubuah nabi telah merasuk
Briando, Purnomo, Etika Profetik bagi Pengelola Keuangan Negara 361
Makin, A. (2018). ‘Not a Religious State’: A Riyadi, A. K. (2017). The Concept of Man
Study of Three Indonesian Religious in Ahmad Asrori’s Anthropology of
Leaders on the Relation of State and Re Tasawuf. Journal of Indonesian Is-
ligion. Indonesia and the Malay World, lam, 11(1), 223-246. https://doi.
46(135), 95-116. https://doi.org/10.10 org/10.15642/JIIS.2017.11.1.223-246
80/13639811.2017.1380279 Rohayati, E. (2011). Pemikiran Al-Ghazali
Malloch, T. (2010). Spiritual Capital and tentang Pendidikan Akhlak. Jur-
Practical Wisdom. Journal of Management nal Ta’dib, 14(1), 93–112. https://
Development, 29(7), 755–759. https:// doi.org/10.1061/(ASCE)0733-
doi.org/10.1108/02621711011059194 9410(1991)117
Malsch, B., & Guénin-Paracini, H. (2013). Ruslan, M., & Alimuddin, A. (2012). Makrifat
The moral Potential of Individualism Akuntansi, Determinasi Puncak Per
and Instrumental Reason in Account jalanan Spiritualitas Akuntansi: Suatu
ing Research. Critical Perspectives on Tinjauan Ontologis. Jurnal Akuntansi
Accounting, 24(1), 74-82. https://doi. Multiparadigma, 3(3), 357-367. https://
org/10.1016/j.cpa.2012.01.005 doi.org/10.18202/jamal.2012.12.7167
Mujiburrahman, M. (2017). Perjumpaan Said, J., Alam, M., Karim, Z., & Johari, R.
Psikologi dan Tasawuf Menuju Inte (2018). Integrating Religiosity into Fraud
grasi Dinamis. TEOSOFI: Jurnal Ta- Triangle Theory: Findings on Malaysian
sawuf dan Pemikiran Islam, 7(2), Police Officers. Journal of Criminologi-
273-294. https://doi.org/10.15642/ cal Research, Policy and Practice, 4(2),
teosofi.2017.7.2.261-282 111-123. https://doi.org/10.1108/
Mulawarman, A. D., & Kamayanti, A. (2018). JCRPP-09-2017-0027
Towards Islamic Accounting Anthro Saifullah, M. (2011). Etika Bisnis Islami
pology: How Secular Anthropology Re dalam Praktik Bisnis Rasulullah. Wal
shaped Accounting in Indonesia. Jour- isongo: Jurnal Penelitian Sosial Keag-
nal of Islamic Accounting and Business amaan, 19(1), 127-156. https://doi.
Research, 9(4), 629-647. https://doi. org/10.21580/ws.19.1.215
org/10.1108/JIABR-02-2015-0004 Sakdiah. (2016). Karakteristik Kepemim-
Nahar, H. S., & Yaacob, H. (2011). Ac- pinan dalam Islam (Kajian Historis Fi
countability in the Sacred Context. losofis) Sifat-Sifat Rasulullah. Jurnal
Journal of Islamic Accounting and Busi- Al-Bayan, 22(1), 29–49. https://doi.
ness Research, 2(2), 87-113. https:// org/10.22373/albayan.v22i33.636
doi.org/10.1108/17590811111170520 Santi, S. (2018). Syekh Siti Jenar: Peralihan
Okura, M. (2013). The Relationship between Diskursus Kajian Tasawuf di Indonesia
Moral Hazard and Insurance dari Era Modern ke Postmodern. Eso-
Fraud. Journal of Risk Finance, terik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf, 4(2),
14(2), 120-128. https://doi. 278-297. https://doi.org/10.21043/
org/10.1108/15265941311301161 esoterik.v4i2.4048
Pasaribu, P. Y., & Briando, B. (2019). Inter- Saprin, S. (2017). Tasawuf sebagai Etika
nalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembebasan; Memosisikan Islam se
Penyusunan Kode Etik Aparatur Pen bagai Agama Moralitas. Kuriositas:
gawas Internal Pmerintah (APIP). Jur- Media Komunikasi Sosial dan Kea-
nal Ilmiah Kebijakan Hukum, 13(2), gamaan, 10(1), 83-90. https://doi.
245–264. http://doi.org/10.30641/ke org/10.35905/kur.v10i1.587
bijakan.2019.V13.245-264 Setiawan, A. R. (2016). Mempertanyakan
Patmawati. (2014). Sejarah Dakwah Rasu- Nilai-nilai Pancasila pada Profesi
lullah SAW di Mekah dan Madinah. Akuntan: Bercermin pada Kode Etik
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, 8(2), 1-17. IAI. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 1(1),
https://doi.org/10.24260/al-hikmah. 1–21. https://doi.org/10.23887/jia.
v8i2.75 v1i1.9980
Prajawati, M. (2016). Implementasi Motif Shihab, M. Q. (2009). Wawasan Al-Qur’an.
Sosial dan Motif Religius terhadap Kin Bandung: Mizan.
erja (Perpektif Maqashid Al-Syari’ Ah). Sirajudin. (2013). Interpretasi Pancasila
Iqtishoduna, 1(1), 1-10. https://doi. dan Islam untuk Etika Profesi Akun
org/10.18860/iq.v1i1.3696 tan Indonesia. Jurnal Akuntansi Multi-
364 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 342-364
paradigma, 4(3), 456–466. https://doi. Umar, N. (2014). Konsep Hukum Modern:
org/10.18202/jamal.2013.12.7209 Suatu Perspektif Keindonesiaan, Inte
Sitorus, J. H. E. (2019). The Romance of Mo- grasi Sistem Hukum Agama dan Sistem
dern Accounting Education: An Im Hukum Nasional. Walisongo: Jurnal Pe-
pact from Positivism and Materialism. nelitian Sosial dan Keagamaan, 22(1),
Global Business and Economics Review, 157–180. https://doi.org/10.21580/
21(1), 78-95. https://doi.org/10.1504/ ws.22.1.263
GBER.2019.096858 Wieringa, E. (2014). Does Traditional Islamic
Soysa, I. D. (2019). Is Islam Compatible Malay Literature Contain Shi‘itic El
with Free-Market Capitalism? An Em ements? ‘Ali and Fātimah in Malay
pirical Analysis, 1970-2010. Politics Hikayat Literature. Studia Islamika, 3(4),
and Religion, 12(2), 227-256. https:// 93-111. https://doi.org/10.15408/sdi.
doi.org/10.1017/S1755048318000780 v3i4.795
Stevens, D. E., & Thevaranjan, A. (2010). A Wijaya, A. (2010). Menimbang Kembali
Moral Solution to the Moral Hazard Paradigma Filsafat Islam dalam Bangu
Problem. Critical Perspectives on Ac- nan Keilmuan Islam Kontemporer. Ulu-
counting, 24(1), 74-82. https://doi. muna: Journal of Islamic Studies, 14(1),
org/10.1016/j.cpa.2012.01.005 121-144. https://doi.org/10.20414/
Suharto, B. (2019). Islam Profetik: Misi Pro- ujis.v14i1.230
fetik Pesantren sebagai Sumber Daya Yulianto, R. (2014). Tasawuf Transformatif
Ummat. TADRIS: Jurnal Pendidikan sebagai Solusi Problematika Manusia
Islam, 14(1), 96-114. https://doi. Modern dalam Perspektif Pemikiran
org/10.19105/tjpi.v14i1.2409 Tasawuf Muhammad Zuhri. TEOSOFI:
Triyuwono, I. (2011). ANGELS: Sistem Pe- Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam,
nilaian Tingkat Kesehatan (TKS) 4(1), 56-87. https://doi.org/10.15642/
Bank Syari’ah. Jurnal Akuntansi Mul- teosofi.2014.4.1.56-87
tiparadigma, 2(1), 1–21. https://doi. Zein, A. (2015). Makna Zikir Perspektif Mu-
org/10.18202/jamal.2011.04.7107 fassir Modern di Indonesia. ISLAMI-
Triyuwono, I. (2015). Salam Satu Jiwa CA: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 503-
dan Konsep Kinerja Klub Sepak Bola. 527. https://doi.org/10.15642/islami
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(2), ca.2015.9.2.503-527
290–303. https://doi.org/10.18202/ Zulhelmi, Z. (2019). Metafisika Suhrawardi:
jamal.2015.08.6023 Gradasi Essensi dan Kesadaran Diri.
Triyuwono, I. (2016). Taqwa: Deconstructing Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin,
Triple Bottom Line (TBL) to Awake Hu Pemikiran, Dan Fenomena Agama, 20(1),
man’s Divine Consciousness. Pertanika 102-115. https://doi.org/10.19109/
Journal of Social Sciences & Humanities, jia.v20i1.3602
24(7), 89–104.