Anda di halaman 1dari 2

Hidup Damai dalam Keragaman

Indonesia, negara yang terkenal akan kekayaan dan keragamannya. Keragaman tersebut
terdiri dari keragaman suku, budaya, adat istiadat, ras, agama, dan lain-lainnya. Setidaknya ada
sekitar 300 etnis seperti Melayu, China dan Arab, 1.340 suku bangsa seperti Batak, Jawa dan
Dayak, 6 agama resmi yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu
Cu yang ada di Indonesia. Walaupun begitu, semua keragaman tersebut dapat disatukan dalam
naungan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Keragaman berarti adanya perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang ada tersebut dapat
menjadi anugerah ataupun bahkan menjadi ancaman bagi Indonesia. Anugerah karena
keragaman dan perbedaan tersebut membuat Indonesia berwarna dan dapat membuat kita bangga
akan Indonesia. Ancaman karena keragaman dan perbedaan tersebut dapat rawan memunculkan
musibah seperti konflik-konflik di Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sikap yang tepat
untuk menghadapi keragaman dan perbedaan ini yaitu sikap toleransi.
Arti kata toleransi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sifat atau sikap
toleran dan arti kata toleran menurut KBBI adalah bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Jadi, sikap toleransi berarti sikap saling menghargai terhadap suatu perbedaan yang ada. Bentuk-
bentuk toleransi ini dapat berupa toleransi terhadap perbedaan agama, toleransi terhadap
perbedaan daerah, suku, atau ras, toleransi terhadap perbedaan bangsa, toleransi terhadap
perbedaan kepercayaan/agama, toleransi pendapat atau pilihan, dan toleransi terhadap perbedaan
status. Dengan adanya toleransi maka negara Indonesia akan damai sejahtera walau dalam
perbedaan karena toleransi merupakan salah satu kunci utama dalam memelihara perdamaian
dan menjauhi konflik dalam kehidupan bermasyarakat (Yusuf, 2013).
Akan tetapi, saat ini masih banyak orang yang belum mengerti dan mempunyai rasa
toleransi ini. Banyak konflik di Indonesia yang terjadi karena kurangnya rasa toleransi (intoleransi)
tersebut. Konflik intoleransi yang sering terjadi tersebut adalah konflik yang menyangkut agama.
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kasus intoleransi di Indonesia merupakan kasus
intoleransi terhadap perbedaan agama. Kasus intoleransi ini sering terjadi karena adanya orang-
orang yang menganggap agamanya sajalah yang benar dan tidak mau menghargai ataupun
menghormati agama yang lain. Contoh kasus intoleransi terhadap perbedaan agama yang terjadi
di Indonesia yang baru ini terjadi pada tahun 2018 antaran lain, yaitu pura di Lumajang yang di
rusak oleh orang tak dikenal, penyerangan ulama di Lamongan, persekusi terhadap biksu
Mulyanto Nurhalim di Tanggerang, ancaman bom di kelenteng Kwan Tee Koen Karawang, dan
yang paling terbaru adalah kasus pengeboman 3 gereja yang ada di Surabaya.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal 28E ayat (1) dituliskan bahwa,
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Kemudian pada UUD 1945 Pasal 28E ayat
(2) juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu
dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (1) juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi
manusia dan pada Pasal 29 ayat (2) juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduknya untuk memeluk agama. Dari pasal-pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa
negara Indonesia sangat menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh sebab itu, kita
sebagai warga negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada
diantara kita demi menjaga keutuhan dan persatuan negara dan menjunjung tinggi sikap saling
toleransi antar umat beragama.
Dalam mencapai toleransi beragama tersebut dapat kita wujudkan dengan beberapa hal
seperti memahami perbedaan yang ada antar agama, menghormati dan menghargai perbedaan
antar agama tersebut, saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan, dan lain sebagainya.
Dengan sikap toleransi ini maka kerukunan dan perdamaian antar umat beragama pun dapat
tercapai serta persatuan dan kesatuan negara Indonesia juga dapat tetap terjaga.
Selain toleransi terhadap perbedaan agama, hendaklah kita juga untuk bisa bertoleransi
dalam perbedaan-perbedaan lainnya. Keragaman atau perbedaan tersebut ada bukanlah untuk
memecah belahkan Indonesia, tetapi untuk mengajarkan kita agar dapat damai bersatu dan
menghargai segala keragaman dan perbedaan yang ada. Kita hidup di Indonesia, negara yang
memiliki banyak keragaman, negara yang tidak berdiri ataupun dimiliki oleh satu ras, suku,
agama, atau apapun juga. Seperti yang pernah diungkapkan oleh presiden kita, Ir. Soekarno, pada
pidatonya di Surabaya tanggal 24 September 1955 bahwa Indonesia adalah milik semua, “Negara
Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik
sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang
sampai Merauke!” Dalam kata-kata Ir. Soekarno tersebut pun juga sangat jelas bahwa dia sangat
mengutamakan persatuan dalam bangsa ini dan ia menolak sikap-sikap intoleran. Oleh sebab itu
marilah kita menjaga perdamaian, persatuan, dan kesatuan Indonesia ini dengan memiliki rasa
toleransi dalam kebhinekaan.

Anda mungkin juga menyukai