Anda di halaman 1dari 2

Nama : Margarettha Roselyn Sibarani

NIM : 17/410118/TK/45475

Prodi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Permasalahan Lingkungan di Kota Pontianak

Kota Pontianak merupakan ibukota provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini
dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Di utara kota Pontianak,
tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis
khatulistiwa. Selain itu, kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di
Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota
Pontianak itu diabadaikan dalam lambang Kota Pontianak. Kota ini memiliki luas wilayah
107,82 kilometer persegi dan letak Geografis : 00 02’ 24” – 00 01’ 37” LU dan 1090 16’ 25”
– 1090 23’ 04” BT.

Setiap kota pasti memiliki permasalahan sendiri, satu di antara permasalahan yang
ada itu adalah permasalahan lingkungan. Begitu pula dengan kota Pontianak. Adapun
permasalahan lingkungan tersebut antara lain :

a. Pencemaran Sungai Kapuas


Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Kalimantan, dan sekaligus sungai
terpanjang di Indonesia dengan panjang mencapai 1.143 km. Sayangnya, sungai yang
bengitu panjang dan menjadi satu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat ternyata airnya sangat keruh dan sanitasinya
tidak baik serta semua limbah masuk ke dalam Sungai Kapuas. Padahal Sungai Kapuas
memiliki fungsi yang begitu banyak bagi masyarakat sekitar seperti air minum, MCK,
irigasi, perkebunan maupun untuk transportasi.
Dalam beberapa tahun terakhir Sungai Kapuas tercemar logam berat dan berbagai jenis
bahan kimia. Hal ini disebabkan dari berbagai aktivitas penambangan emas dan perak
secara ilegal di bagian tengah sungai. Selain itu, Sungai Kapuas juga tercemar oleh limbah
industri, limbah kotoran hewan, limbah rumah tangga, radio aktif, kimia anorganik dan
organik, dan lain-lain.
b. Pencemaran dan Sedimentasi Parit
Kota Pontianak merupakan kota yang dilintasi oleh ratusan parit (kanal). Dengan
ketinggian kota Pontianak yang hanya 0 m-1 m dari permukaan laut dan sebagian
wilayahhnya merupakan wilayah rawa gambut, keberadaan parit sangat membantu
menjaga sirkulasi air dengan lancar sehingga banjir dan genangan air tidak terjadi. Tetapi
sebagian parit di Kota Pontianak keberadaannya cukup memperihatinkan karena tingkat
sendimentasi dan pencemaran sangat tinggi seperti parit Tokaya Ujung, Banser, Paret
Besa, Sungai Jawi dan lain-lain.
Pencemaran parit-parit ini disebabkan limbah industri dan limbah rumah tangga.
Pecemaran parit menyebabkan pencemaran Sungai Kapuas juga karena parit-parit ini akan
bermuara di Sungai Kapuas.
c. Banjir Musiman
Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi di Pontianak setiap menjelang akhir
tahun. Daerah di Pontianak yang sering mengalami banjir adalah daerah Tanjung Raya,
sekitar Pasar Flamboyan, TPI dan masih banyak lainnya. Kondisi ini di akibatkan oleh
curah hujan yang tinggi, meluapnya Sungai Kapuas, global warming yang mengacaukan
iklim, pelebaran jalan yang mengakibatkan parit menjadi sempit, banyak masyarakat yang
masih membuang sampah ke parit-parit sehingga saluran air tersumbat, banyaknya
pembalakan liar dan perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
Banjir ini juga terjadi karena daerah daerah serapan air sudah dialihfungsikan
menjadi bangunan bangunan.

Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pontianak
https://dokumen.tips/documents/permasalahan-kota-pontianak.html
http://obsessionnews.com/ekosistem-sungai-kapuas-terancam-punah/
http://borneoclimatechange.org/berita-1146-sindementasi-dan-penyemaran-ancaman-
keberadaan-parit-kota-pontianak

Anda mungkin juga menyukai