Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session

Dengue Hemoraghic Fever


(Demam Berdarah Dengue)

Oleh

Ameliora Restky Sayety 1840312226


Putri Nirmala Dewi 1840312309
Diana Ismail 1840312744
Annisa Anggriana Marwin 1840312728

Preseptor
dr. Fitria Rahmadani, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T


dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah case report session dengan
judul “Demam Berdarah Dengue” Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas
kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Achmad
Mochtar, Bukittinggi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada preseptor dr.
Fitria Rahmadani, Sp.A yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan makalah ini.

Bukittinggi, 25 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Daftar isi Ii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Batasan masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

1.5 Metode penulisan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defenisi
2.2 Etiologi dan Transmisi

2.3 Epidemiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
2.6 Kriteria Diagnosis

2.7 Tatalaksana

BAB 3. LAPORAN KASUS

BAB 4. DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue Hemoraghic Fever (DHF) atau disebut Demam berdarah dengue


(DBD) adalah penyakit infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk yang
menyebabkan komplikasi yang berat. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor
utama yang mentransmisikan virus yang menyebabkan dengue. Virus ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang sudah terinfeksi.1
Infeksi virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga
dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai
negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. Penyakit
Dengue ditemukan terutama di daerah tropis dan sub tropis dengan sekitar 2,5
milyar penduduk yang mempunyai risiko dan hampir terjangkit penyakit ini.
Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue yang
500.000 diantaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari pasien rawat
inap adalah anak-anak.2
DBD sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. World Health Organization (WHO) memerkirakan 50 juta
infeksi dengue terjadi setiap tahunnya dan sekitar 2,5 miliar penduduk dunia
tinggal di daerah endemik dengue.1 Lebih dari 100 negara DBD menjadi penyakit
endemik seperti Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik
Barat memiliki angka tertinggi kasus DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia
Tenggara dan pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih
dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 2,35 juta kasus di
Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat.3Tahun 2015 tercatat
sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1.229 orang
diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita
meninggal dunia pada tahun 2014. 3

1
DBD memiliki manifestasi klinis yang sama dengan demam dengue, tetapi
ditambah dengan tanda kegagalan sirkulasi dan perdarahan yang dapat
menyebabkan kematian. Gejala klinik di antaranya demam tinggi, nyeri kepala
berat (retroorbital), kemerahan pada wajah, nyeri otot, nyeri sendi, mual dan
muntah, nafsu makan menurun dan nyeri abdomen akut. Manifestasi perdarahan
yang serius dapat berupa epistaksis, perdarahan gusi, petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, dan perdarahan vagina.Karakteristik DBD utama adalah
kebocoran plasma yang ditandai dengan gangguan sirkulasi berupa hipotensi,
takikardi, sempitnya tekanan nadi dan tertundanya pengisian kembali kapiler.4

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai definisi, etiologi dan transmisi,


epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi dan manifestasi klinis, kriteria diagnosis
dan penatalaksanaan dari Demam Berdarah Dengue.4

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi dan


transmisi, epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi dan manifestasi klinis, kriteria
diagnosis dan penatalaksanaan dari Demam Berdarah Dengue.
1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan


pengetahuan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.

1.5 MetodePenulisan

Metode penulisan dari makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka


dengan mengacu kepada berbagai literatur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk. Virus Dengue memiliki empat serotipe virus dengue
yaitu DENV-1, -2, -3, dan -4 yang berasal dari genus flavivirus dan famili
flaviviridae. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor utama yang
mentransmisikan virus yang menyebabkan dengue. Virus ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk betina yang sudah terinfeksi. 5
2.2 Etiologi dan Transmisi

Virus dengue (DENV) merupakan virus ssRNA kecil dan terdiri dari
empat serotipe berbeda (DENV-1 sampai -4).Virus ini masuk kepada genus
flavivirus dan famili flaviviridae. DENV-2 dan DENV-3 disebut juga sebagai
genotip orang Asia sering berhubungan dengan penyakit yang lebih berat. Setelah
terinfeksi, virus kemudian masuk ke sirkulasi darah manusia selama 2 hingga 7
hari, kemudian mengalami gejala sistemik berupa demam. Manusia yang telah
terinfeksi virus, virus dapat ditransmisikan kepada manusia lainnya melalui
nyamuk Aedes setelah gejala pertama muncul (4-5 hari, maksimal 12 hari) 1

Penelitian menunjukkan bahwa genus Aedes, terutama nyamuk Aedes


aegypti dan Aedes albopictus, telah beradaptasi untuk tinggal di dekat area tempat
tinggal manusia dan menjadi transmisi penularan demam berdarah. Nyamuk
beraktivitas pada siang hari dan lebih suka manusia daripada hewan lain. Aedes
aegypti menghisap darah manusia tertinggi yaitu 76,9%, diikuti oleh nyamuk
Aedes albopictus (75%) dan Aedes vittatus (33%) 6
2.3 Epidemiologi
Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan faktor-
faktor risiko yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, kelembaban, tingkat
urbanisasi dan pengendalian vektor di daerah perkotaan. Sebelum tahun 1970,
hanya sembilan negara yang mengalami epidemi dengue. Saat ini, dengue
endemik terjadi pada lebih dari 100 negara di kawasan Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Wilayah Amerika, Asia

3
Tenggara dan Pasifik Barat merupakan daerah dengan dampak terparah.1 Di
Indonesia, infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk,
jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya makin meningkat. Pada tahun
2015, terdapat sekitar 126.675 penderita di 34 provinsi dengan 1.299 diantaranya
meninggal dunia.3
2.4 Patofisiologi

Infeksi virus dengue berhubungan dengan faktor virus, pejamu dan


lingkungan. Faktor virus yaitu serotipe, jumlah, dan virulensi. Faktor pejamu yaitu
genetik, usia, status gizi, penyakit komorbid dan interaksi antara virus dan
pejamu. Kemudian faktor lingkungan berupa musim, curah hujan, suhu udara,
kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, dan kesehatan lingkungan.7

Sel imun yang berperan pada infeksi virus dengue yaitu sel dendrit,
monosit / makrofag, sel endotel dan trombosit. Interaksi tersebut akan
menimbulkan pengeluaran sitokin inflamasi, aktivasi sistem komplemen, serta
aktivasi sel T yang jika pembentukan terjadi secara berlebihan menimbulkan
tanda dan gejala infeksi virus dengue. Respon imun humoral diperankan oleh
limfosit B dengan menghasilkan antibodi spesifik terhadap virus dengue. Antibodi
tersebut akan bereaksi untuk melawan virus dengue. Dengue punya serotipe yang
antigenik berbeda. Respon imun seluler yang berperan terhadap infeksi dengue
adalah Limfosit T. Sel T spesifik untuk infeksi dengue dan menimbulkan respon
beragam berupa proliferasi sel T, menghancurkan sel terinfeksi dengue, serta
memproduksi berbagai sitokin. Produksi sitokin yang berlebihan ini akan memacu
respon inflamasi dan meningkatkan permeabilitas sel endotel vaskular. 7

Patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan


antara DD dan DHF yaitu :

1. Volume plasma
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan
membedakan antara DD dengan DBD ialah peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia, serta diatesis hemoragik. Pada kasus berat, syok terjadi secara

4
akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada
kasus syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai akibat kebocoran
plasma ke daerah ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa) melalui
kapiler yang rusak.7

2. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada
sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan
mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesens dan nilai normal biasanya tercapai 7-10 hari
sejak permulaan sakit. Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya
megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit. Dugaan mekanisme lain
trombositopenia ialah depresi fungsi megakariosit. Penyebab peningkatan
destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi
penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan sel
endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secara
terpisah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.7

3. Sistem koagulasi dan fibrinolisis


Kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD. Masa
perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, masa tromboplastin parsial
yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan menurun, termasuk
faktor II, V, VII, VIII, X dan fibrinogen. Pada kasus DBD berat terjadi
peningkatan fibrinogen degradation products (FDP). Penelitian lebih lanjut faktor
koagulasi membuktikan adanya penurunan aktifitas antitrombin III. Di samping
itu juga dibuktikan bahwa menurunnya aktifitas faktor VII, faktor II dan
antitrombin III tidak sebanyak seperti fibrinogen dan faktor VIII. Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa menurunnya kadar fibrinogen dan faktor VIII tidak
hanya diakibatkan oleh konsumsi sistem koagulasi, tetapi juga oleh konsumsi

5
sistem fibrinolisis. Kelainan fibrinolisis pada DBD dibuktikan dengan penurunan
aktifitas a-2 plasmin inhibitor dan penurunan aktifitas plasminogen.7

4. Sistem komplemen
Penelitian sistem komplemen pada DBD memperlihatkan penurunan kadar
C3, C3 proaktivator, C4, dan C5, baik pada kasus yang disertai syok maupun
tidak. Terdapat hubungan positif antara kadar serum komplemen dengan derajat
penyakit. Penurunan ini menimbulkan perkiraan bahwa pada dengue, aktivasi
komplemen terjadi baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif. Aktivasi ini
menghasilkan anafilaktoksin C3a dan C5a yang mempunyai kemampuan
menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler, pengurangan volume
plasma, dan syok hipovolemik. Bukti-bukti yang mendukung peran sistem
komplemen pada penderita DBD ialah (1) ditemukannya kadar histamin yang
meningkat dalam urin 24 jam, (2) adanya kompleks imun yang bersirkulasi
(circulating immune complex)) baik pada DBD derajat ringan maupun berat, (3)
adanya korelasi antara kadar kuantitatif kompleks imun dengan derajat berat
penyakit. 7

6
Gambar 2.1 Patofisiologi DBD 8
2.5. Manifestasi Klinis
Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis, terdapat
spektrum manifestasi klinis yang luas, setelah masa inkubasi penyakit mulai
dengan tiba-tiba dan diik uti oleh tiga fase – febris, kritis dan penyembuhan6
a. Fase febris
Pasien biasanya akan mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Fase ini
biasanya berlangsung kira-kira 2 – 7 hari diikuti oleh muka kemerahan, eritema
pada kulit, nyeri pada badan, myalgia, atralgia dan nyeri kepala.Beberapa
pasien mungkin mengalami suara serak, faring dan konjungtiva
hiperemis.Anoreksia, mual dan muntah sering terjadi.Sangat sulit membedakan
dengue secara klinis dengan demam non dengue pada fase ini. Tes tourniquet
yang positif akan meningkatkan kemungkinan diagnosis dari dengue.
Gambaran-gambaran klinis tersebut tidak bisa membedakan antara kasus berat
dan yang tidak sehingga pemantauan tanda-tanda bahaya serta parameter klinik

7
lainnya penting untuk diketahui dan diperhatikan.Manifestasi perdarahan
ringan seperti petekie atau perdarahan mukosa mungkin dapat ditemukan.9
b. Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
defervescence) ditandai dengan :

 Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar


 Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada dinding
kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus = RLD) dan
ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
 Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma.3
 Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi
≤20 mmHg, dengan peningkatan tekanan diastolik. Akral dingin, capillary
refill time memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat
badan/jam), sampai anuria.
 Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat
segera diatasi.

c. Fase penyembuhan(convalescence, recovery)


Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan
kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala
umum dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent
petechial rashseperti pada DD.9

8
Gambar 2.2. Grafik perjalanan klinis infeksi dengue

Infeksi virus dengue dapat terjadi asimptomatik atau demam yang tidak
khas, demam dengue atau demam berdarah dengue (DBD) termasuk Sindrom
syok dengue. Infeksi oleh satu streotipe virus memberikan imunitas seumur hidup
untuk seretipe virus tersebut dan imunitas jangka pendek kepada serotipe lain.
Manifestasi klinis tergantung strain virus dan faktor host seperti umur dan
8
immunitas.

Gambar 2.3. Klasifikasi derajat keparahan DBBD

9
2.5.1 Undifferentiated Fever

Bayi, anak dan dewasa yang terinfeksi dengan virus dengue, terutama yang
baru pertama kali terinfeksi (infeksi dengue primer) dapat muncul sebagai demam
yang tidak dapat dibedakan dengan infeksi virus lain. 8

2.5.2 Dengue fever

Manifestasi klinis dapat berupa demamdemam bifasik dengan nyeri


kepala,nyeri otot, nyeri sendi,rashes, leukopenia, dan trombositopenia. Kadang
ditemukan perdarah gastrointestinal, hypermenorrhea dan masiv epistaksis.9

2.5.3 Dengue Shock Syndrome (DSS)

Dengue shock syndrom adalah bentuk dari syok hipovolemik dikarenakan


adanya kebocoran plasma dan permeabilitas vaskuler yang meningkat secara
kontinu. Syok dibagi menjadi beberapa tahap: 9

a. Stage initial, yaitu mekanisme terkompensasi menggambarkan tekanan darah


yang masih normal, takikardi, takipneu tanpa peningkatan aktivitas, dan
vasokonstriksi di perifer dapat dilihat dari capillary refill time > 2 detik dan
melemahnya denyut nadiperifer.
b. Syok hipovolemik yang semakin parah, pada tahap ini manifestasi klinis yang
terlihat adalah takikardi dan vasokonstriksi di perifer, ekstremitas menjadi
dingon dan sianosis. Oleh karna syok hipovelemik dalat menyebabkan asidosis
metabolik maka tubuh mengkompensasi dengan pernafasan kusmaul. Akhirnya
terjadi fase dekompensasi, menjadi hipotensi. Pada bayi dan anak-anak status
mental sulit untuk dinilai, biasanya anak akan mengalamiletargi.
c. Prolonged hypotensive shock dan hipoksia mengarahkan menjadi asidosis
metabolik berat, kegagalan organ, yang akan menjadi perjalanan klinis yang
buruk. Jika perdarahan aktif terjadi, di sertai dengan trombistopenia, hipoksia
dan asidosis maka akan terjadi kegagalan organ multipel dan DIC berat.

10
2.5.4 Expanded Dengue Syndrom
Pasien DHF dengan manifestasi tidak lazim dapat merupakan bentuk lain
dari prolonge shock dengan kegagalan organ atau pasien dengan komorbid atau
koinfeksi. 8

2.6 Diagnosis

2.6.1 Demam Dengue

Diagnosis demam dengue ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan


laboratorium. Diagnosis ini ditegakkan jika ditemukan gejala demam + dua
atau lebih tanda dan gejala lain, seperti :4
- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus- menerus, bifasik
- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie,purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena, maupun uji
tourniquet positif
- Nyeri kepala, mialgia,artalgia, nyeri retroorbita
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar
rumah.
- Leukopenia <4.000/mm3
- Trompositopenia < 100.000/mm3

2.6.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)


Diagnosis ditegakkan jika ditemukan demam disertai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia.
Manifestasi klinis DBD :
- Demam 2-7 hari yang timbul mendaak,tinggi,terus-menerus (kontinua)
- Manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarah gusi, hematemesis dan aau melena maupun
uji tourniquet yang positif
- Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbotal
- Dijumpai kasus demam berdarah dengue baik di skolah, rumah atau
sekitar rumah

11
- Hepatomegali
- Trombositopenia <100.000/mm3
- Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala :
 Peningkatan nilai hematokrit, > 20% dari pemeriksaan awal atau
dari data populasi menurut umur
 Ditemukan adanya efusi pleura,asites
 Hipoalbumin,hipoproteinemia

Untuk membedakan demam dengue dari demam berdarah dengue adalah


peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Perbedaan kriteria klinis dan
laboratorium pada demam dengue dan demam berdarah dengue dapat terlihat pada
tabel 2.1. 10
Tabel 2.1. Kriteria klinis dan laboratorium infeksi dengue. 8
DF/DHF Derajat Tanda dan gejala Laboratorium
DF Demam disertai minimal Leukopenia (jumlah
dengan 2 gejala leukosit ≤4000 sel/mm3)
- Nyeri kepala - Trombositopenia
- Nyeri retro-orbital (jumlah trombosit
- Nyeri otot <100.000 sel/mm3)
- Nyeri sendi/ tulang - Tidak ada bukti
- Ruam kulit makulopapular perembesan plasma
- Manifestasi perdarahan
- Tidak ada tanda
perembesan plasma

DHF I Demam dan manifestasi Trombositopenia


perdarahan (uji bendung <100.000 sel/mm3;
positif) dan tanda perembesan peningkatan hematokrit
plasma ≥20%
DHF II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia
perdarahan spontan <100.000 sel/mm3;

12
peningkatan hematokrit
≥20%
DHF/DSS III Seperti derajat I atau II Trombositopenia
ditambah kegagalan s <100.000 sel/mm3;
sirkulasi (nadi lemah, tekanan peningkatan hematokrit
nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, ≥20%
gelisah, diuresis menurun
DHF/DSS IV Syok hebat dengan tekanan Trombositopenia
darah dan nadi yang tidak <100.000 sel/mm3;
terdeteksi peningkatan hematokrit
≥20%
*DHF Grade III& IV = DSS

2.7 Tatalaksana

Dalam tatalaksana kasus DHF terdapat dua keadaan klinis yang perlu
diperhatikan: 8
Sistem triase yang harus disosialisasikan kepada dokter yang bertugas di
IGD atau puskesmas, dalam sistem triase dapat dipilah pasien dengan warning
sign dan pasien yang dapat berobat jalan, namun memerlukan observasi lebih
lanjut. 8

Gambar 2.4. Alur triase yang dianjurkan

13
Mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok pada DBD dapat dilakukan
dengan mengenali tanda dan gejala bahaya yang mendahului syok (warning sign).
Tanda bahaya dapat dilihat dari klinis dan laboratorium. 8
Klinis :
- Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
- Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
- Muntah yang menetap
- Letargi, gelisah
- Perdarahan mukosa
- Pembesaran hati
- Akumulasi cairan
- Oligouria
Laboratorium :
- Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan purunan cepat jumlah
trombosit
- Hematokrit awal tinggi

Orang tua pasien rawat jalan diberikan edukasi : 8


- Anak harus istirahat
- Cukup minum, selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan
elektrolit, air tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi BAK tiap 4-6
jam.
- Parasetamol 10mg/KgBB/X diberi bila suhu >380c dengan interval 4-6 jam,
hindari pemberian aspirin/NSAID/Ibuprofen. Berikan kompres hangat.
- Pasien rawat ajalan harus kembali berobat setiap hari dan dinilai oleh
petugas kesehatan sampai melewati fase kritis
- Pasien harus segera dibawa ke RS bila terdapat satu atau lebih tanda : nyeri
perut dan nyeri tekan abdomen, muntah yang menetap, letargi, gelisah/
rewel, tangan dan kaki dingin atau lembab, anak tampak lemas,
perdarahan (BAB hitam,sesak napas,tidak buang air kecil (BAK) > 4-6
jam atau kejang)

14
Terapi cairan selama periode kritis diberikan dengan pemberian cairan
kristaloid kecuali pada bayi < 6 bulan diberikan sodium chloride 0.45%.
pemberian cairan koloid hanya diberikan kepada pasien yang tidak menunjukkan
perbaikan setelah pemberian kristaloid yang adekuat atau pasien dengan
kebocoran plasma yang masiv. Volume cairan diberikan sebanyak kebutuhan
maintenance + 5% dehidrasi dengan kecepatan tetes per menit sesuai umur (Tabel
2.2) untuk memenuhi volume intravascular dan sirkulasi yang adekuat. Pada
pasien obesitas jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan berat badan
ideal (Tabel 2.2). Terapi cairan pada pasien shock harus diberikan < 24 jam
sementara pada pasien tanpa shock boleh diberikan lebih lama namun tidak lebih
dari 60 jam.8

Tabel 2.2 Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal

Tabel 2.3. Kecepatan pemberian cairan pada anak dan dewasa

15
Gambar 2. 5. Rate of infusion in non-shock cases (DHF grade I-II)8

Gambar 2. 6. Rate of infusion in shock cases (DHF grade III-IV/ DSS)8

16
Tatalaksana kasus DSS dengan dasar pemberian cairan yang adekuat dan
monitor kadar hematokrit. Apabila shock belum teratasi selama 2x30 menit
pastikan apakah terdapat perdaraha aktif dan transfusi PRC merupakan pilihan.
Gambar 2.7 Flow chart penggantian volume cairan pada DSS

Pemantauan selama perawatan : 11

1. Tanda klinis yang harus dimonitor dan dievaluasi untuk menilai hasil
pengobatan.

a. Apakah syok telah teratasi dengan baik


b. Adakah pembesaran hati
c. Tanda perdarahan saluran cerna
d. Tanda ensefalopati
2. Kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12
jam.
3. Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung, dan
jumlah perdarahan.

17
4. Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan transfusi
darah apabila diperlukan.

Faktor risiko terjadinya komplikasi11 :


1. Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok atupun tanpa
syok.
2. Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut.
3. Edem paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan.

Tanda- tanda penyembuhan: 12


1. Frekuensi nadi,tekanan darah dan frekuensi napas stabil
2. Suhu badan normal
3. Tidak dijumpai perdarahan baik ekstrenal maupun internal
4. Nafsu makan membaik
5. Perbaikan klinis yang jelas
6. Jumlah urin yang cukup
7. Tidak ada muntah atau nyeri perut
8. Kadar hemotokrit stabil pada kadar basal
9. Ruam konvalesens, ditemukan pada 20-30% kasus

Kriteria memulangkan pasien11:


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit > 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distres pernapasan yang disebabkan oleh efusi pleura atau
asites

18
BAB 3

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : MA

Umur : 10 tahun 6 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku bangsa : Minang

Pekerjaan : Pelajar SD

Seorang pasien laki-laki berumur 10 tahun 6 bulan masuk ke IGD RSAM


Bukittingi pada tanggal 23 Desember 2019 dengan:

Keluhan utama : Tangan dan kaki teraba dingin sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, demam naik
turun, hilang timbul,tidak menggigil, tidak berkeringat, dan tidak disertai
kejang. Demam naik terutama pada sore hingga malam hari, dan turun
pada pagi hari.
 Nyeri perut dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
terutama dirasakan di ulu hati.
 Nyeri kepala dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
diseluruh kepala, hilang timbul.
 Nyeri dibelakang mata dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
 Mual dan muntah ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi
muntah 3 kali, berisi apa yang dimakan. Muntah terjadi saat pasin demam
tinggi. Muntah disertai darah tidak ada.
 Buang air besar encer, sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi
tiga kali sehari, konsistensi cair, darah dan lendir tidak ada.

19
 Tangan dan kaki teraba dingin sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Perdarahan mulut, gusi, dan saluran cerna tidak ada.
 Sesak napas, batuk dan pilek tidak ada
 BAK ada, warna dan jumlah biasa
 Riwayat sering menggantung pakaian dibelakang pintu ada.
 Riwayat membersihkan bak mandi 1 kali 2 minggu.
 Tidak ada riwayat bepergian ke daerah lain.
 Pasien rujukan dari RS swasta dengan DHF grade III, lah dilakukan
loading cairan RL 500 cc, Telah dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil
Hb = 18,9 gr/dl, Ht = 55,2%, Tc = 66.000/mm3, Leukosit 6300 /mm3.
 Sebelumnya pasien pernah berobat ke puskesmas 5 hari yang lalu,
mendapat obat tetapi keluarga lupa apa obat yang diberikan, dan keluhan
demam berkurang setelah minum obat tetapi setelah itu demam tinggi
kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu :

 Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.


Riwayat Persalinan :
- LahirHamil : Cukup Bulan 38-39 minggu
- Cara Lahir : Normal
- Ditolong Oleh : Dokter
- Berat Lahir : 2400 gram
- Panjang Lahir : 38 cm
- Saat Lahir : Menangis Kuat
- Kesan : Usia Kehamilan Cukup Bulan, Anak lahir normal
Riwayat Makanan dan Minuman
 Bayi : ASI : 6 bulan Susu formula : 6 bulan- 4 tahun
Buah, Biskuit : 6 bulan Bubur susu : 6 bulan
Nasi tim : 8 bulan
 Anak : Makanan utama : Nasi 3x /hari, menghabiskan 1 porsi

20
Daging : 2 x/minggu
Ayam : 3 x/minggu
Ikan : 2 x/minggu
Telur : 3 x/minggu
Sayur : 1 x/minggu
Buah : 1 x/minggu
Kesan : Gizi kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/Umur Booster/Umur
BCG 2 bulan
DPT : 1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Polio : 1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Hepatitis B : 1. 0 bulan
2. 1 bulan
3. 6 bulan
Haemofilus influenza B :
1. 2 bulan
2. 4 bulan
3. 6 bulan
Campak 9 bulan 18 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap dan sesuai waktu.

21
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Riwayat Umur Riwayat gangguan Umur


pertumbuhan & perkembangan
perkembangan mental
Ketawa 3 bulan Isap jempol -
Miring 3 bulan Gigit Kuku -
Tengkurap 4 bulan Sering mimpi -
Duduk 8 bulan Mengompol sampai usia 40
Merangkak 10 bulan Aktif sekali bulan
Berdiri 12 bulan Apatik -
Lari 18 bulan Membangkang -
Gigi pertama 6 bulan Ketakutan -
Bicara 18 bulan Pergaulan jelek -
Membaca 24 bulan Kesukaran belajar -
Prestasi di Sekolah - -

Kesan : Perkembangan anak sesuai

Riwayat keluarga :
Ayah Ibu
Nama : Sulaiman Zurail
Umur : 50 tahun 49 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Petani IRT
Penghasilan : Rp. 1.000.000 -
Perkawinan : Pertama Pertama
Penyakit yang pernah diderita :Tidak Ada Tidak Ada

22
Saudara Kandung Umur Keadaan sekarang
1. Laki-laki 24 tahun sehat
2. Perempuan 23 tahun sehat
3. Perempuan 22 tahun sehat
4. Perempuan 15 tahun sehat
5. Laki-laki 8 tahun Pasien
Riwayat Perumahan dan Lingkungan

Rumah Tempat Tinggal : Rumah Permanen

Sumber Air Minum : galon

Buang Air Besar : Toilet Dalam Rumah

Pekarangan : cukup luas

Sampah : Dijemput Petugas Pengumpul Sampah

Kesan : Higiene dan sanitasi baik

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 80/50 mmHg

Nadi : 94 x/ menit

Nafas : 22 x/ menit

Suhu : 37oC

Tinggi Badan : 130 cm Berat Badan : 24 kg

BB/U : 24/28 x 100% = 85 %

TB/ U : 130/139 x 100% = 93,5 %

BB/TB : 24/33 x 100% = 72,7%

23
Gizi : gizi kurang

Kulit : pucat (-), sianosis (-), rumple leed (-)

Kepala : normocephal, simetris

Rambut : hitam, tidak mudah di cabut

Mata : konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-)

Telinga & Hidung : tidak ada kelainan, epistaksis (-)

Mulut : mukosa bibir dan mulut basah

Leher : JVP 5-2 cmH2O

Dada :

Inspeksi : normochest,simetris, retraksi (-)

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : sonor kiri dan kanan

Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : teraba ictus cordis di 1 jari medial dari linae mid clavicula
sinistra RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : supel, hepar teraba 2 jari dibawah arkus kosta dan 2 jari di
bawah prosesus xiphoideus, lien tidak teraba

24
Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Alat kelamin : tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas :

Atas : akral dingin, CRT > 2 detik


Bawah : akral dingin, CRT > 2 detik
Pemeriksaan Laboratorium :

 Darah :
Hb :16,8 g/dL
Leukosit :5.260 /mm3
Trombosit :63.000 /mm3
Ht :45,1 %
Kesan :trombositopenia
Pemeriksaan Urinalisis (24 Desember 2019)
Makroskopis
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Warna Kuning
Kekeruhan Negatif
BJ 1,030
pH 6
Mikroskopis
Leukosit 0/ LPB
Eritrosit 0/ LPB
Silinder Negatif
Kristal Negatif
Epitel Gepeng +
Kimia
Protein Negatif
Glukosa Negatif
Bilirubin Negatif

25
Urobilinogen Positif
Kesan : Dalam batas normal

Diagnosa kerja :

- Dengue Haemoragic Fever grade III

Tatalaksana :

 IVFD Ringer Laktat 7 cc/kgBB/jam


 Paracetamol 3×250mg
Pemeriksaan Anjuran
 Cek DPL ulang berkala
 Pemeriksaan IgG dan IgM anti dengue
Edukasi :
 Tirah baring
 Minum air putih cukup, boleh ditambah dengan minuman lain seperti jus
buah, dll.
 Melakukan 3M+ (Menguras bak mandi, menutup tempat penampungan
air, menngubur sampah, memakai kelambu/obat nyamuk).

26
Folow up tanggal 23 Desember 2019
S/:
 demam tidak ada, kejang tidak ada, muntah tidak ada,
 nyeri perut tidak ada,
 perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada,
 sesak nafas tidak ada.
 BAK ada, jumlah cukup
O/:
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : sadar
 Frek nadi : 106 x/menit
 TD : 103/74 mmHg
 Frekuensi nafas : 25 x/menit
 Suhu : 370C.
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Paru : vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada.
 Jantung : irama teratur, bising tidak ada.
 Abdomen : distensi tidak ada, hepar teraba 2 jari dibawah
arkus kosta dan 2 jari di bawah prosesus xiphoideus dan lien tidak
teraba,BU (+) normal.
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
 Kulit : rumple leed (-)
Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 23-12-2019, jam 05.35
Hb = 17 mg/dl
Leukosit = 5.570 /mm3
Trombosit = 52.000 /mm3
Hematokrit = 45,3 %
Kesan : trombositopenia

27
Tanggal 23-12-2019, jam 16.58
Hb = 17,5 mg/dl
Leukosit = 7.940 /mm3
Trombosit = 32.000 /mm3
Hematokrit = 46,3 %
Kesan : trombositopenia

A/ DHF Grade III (syok sudah teratasi)


P/ IVFD RL 5 cc/kgbb/jam
Paracetamol 3×250mg

Folow up tanggal 24 Desember 2019


S/:
 demam tidak ada, kejang tidak ada, muntah tidak ada,
 nyeri perut tidak ada,
 perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada,
 sesak nafas tidak ada.
 BAK ada, jumlah cukup
O/:
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : sadar
 Frek nadi : 90 x/menit
 TD : 100/60 mmHg
 Frekuensi nafas : 26 x/menit
 Suhu : 36,50C.
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Paru : vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada.
 Jantung : irama teratur, bising tidak ada.
 Abdomen : distensi tidak ada, hepar teraba 2 jari dibawah
arkus kosta dan 2 jari di bawah prosesus xiphoideus dan lien tidak
teraba,BU (+) normal.

28
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
 Kulit : rumple leed (-)

Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 24-12-2019, jam 05.39
Hb = 16,3 mg/dl
Leukosit = 8.950 /mm3
Trombosit = 22.000 /mm3
Hematokrit = 44,4 %
IgG anti dengue : Reaktif
IgM anti dengue : non reaktif
Kesan : trombositopenia
A/ DHF Grade III (syok sudah teratasi)
P/ IVFD RL 3 cc/kgbb/jam
Paracetamol 3×250mg
Folow up tanggal 25 Desember 2019
S/:
 demam tidak ada, kejang tidak ada, muntah tidak ada,
 nyeri perut tidak ada,
 perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada,
 sesak nafas tidak ada.
 Anak sudah mau makan.
 BAK ada, jumlah cukup
O/:
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : sadar
 Frek nadi : 88 x/menit
 TD : 100/60 mmHg
 Frekuensi nafas : 28 x/menit
 Suhu : 36,50C.
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Paru : vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada.

29
 Jantung : irama teratur, bising tidak ada.
 Abdomen : distensi tidak ada, hepar teraba 2 jari dibawah
arkus kosta dan 2 jari di bawah prosesus xiphoideus dan lien tidak
teraba,BU (+) normal.
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
 Kulit : rumple leed (-)
 BB : 26 kg

Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 25-12-2019, jam 05.38
Hb = 14,3 mg/dl
Leukosit = 8.880 /mm3
Trombosit = 35.000 /mm3
Hematokrit = 38,2 %
Kesan : trombositopenia
A/ DHF Grade III (syok sudah teratasi)
P/ IVFD RL 3 cc/kgbb/jam
Paracetamol 3×250mg

30
BAB 3

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berumur 10 tahun masuk ke IGD RSAM


Bukittingi pada tanggal 22 Desember 2019 dengan keluhan demam sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya dibawa ke RS swasta dan
ditegakkan diagnosis DHF grade III, telah dilakukan loading cairan RL 700 cc. di
IGD didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, tekanan darah 80/70
mmHg, suhu 37,8 C, nadi 110x/menit, napas 28x/menit.Telah dilakukan
pemeriksaan lab dengan hasil Hb = 18,9 gr/dl, Ht = 55,2%, Trombosit =
66.000/mm3, Leukosit 6300 /mm3.
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan utama pada pasien berupa
kaki dan tangan teraba dingin sejak 4 jam sebelum masuk RS. Pada infeksi
dengue dengan gejala klinis ekstremitas yang teraba dingin merupakan tanda
telah terjadinya syok pada pasien, dimana syok pada infeksi dengue terjadi akibat
peningkatan permeabilitas kapiler yang disertai dengan perembesan plasma, dan
umumnya terjadi pada fase kritis yaitu hari sakit ke 4-5.3 Sebelumnya pasien
demam tinggi, terus-menerus, tidak menggigil dan tidak kejang. Demam
didefinisikan sebagai peningkatan temperatur tubuh lebih dari 37,5 C akibat
peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus yang disebabkan oleh pirogen,
baik endogen yang berasal dari dalam tubuh sendiri maupun eksogen, seperti
bakteri, virus, jamur.
Pola demam dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pada pasien
ini didapatkan demam tinggi tiba-tiba, terus menerus, tidak menggigil, tidak
berkeringat, dan tidak disertai kejang. Hal tersebut dapat menyingkirkan
kemungkinan demam akibat penyakit lain seperti demam pada malaria. Demam
pada infeksi virus dengue menunjukkan demam yang umumnya timbul mendadak,
tinggi (39ᵒC - 40ᵒC), terus-menerus (pola demam kurva kontinua), bifasik dan
biasanya berlangsung antara 2-7 hari.3 Berdasarkan hasil anamnesis juga
ditemukan adanya keluhan nyeri perut, terutama diulu hati. Nyeri abdomen
merupakan tanda bahaya yang paling sering ditemukan pada DBD. Tanda bahaya
lain pada pasien ini adalah muntah yang menetap ketika terjadi demam tinggi. 8

31
Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, sadar, tekanan darah
80/50 mmHg, nadi 94x/ menit, nafas 22x/ menit, suhu 37oC, kulit teraba dingin,
dan terdapat hepatomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium darah ditemukan
trombositopenia. Hal-hal di atas memenuhi kriteria diagnosis DBD berdasarkan
WHO tahun 2011 dimana pada pasien ini terdapat dua kriteria klinis dan satu
kriteria laboratorium. DBD derajat III ditegakkan karena memenuhi klasifikasi
DBD menurut WHO tahun 2011 yaitu didapatkannya kegagalan sirkulasi. 8
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan laboratorium di IGD RSAM
Bukittinggi didapatkan hasil Hb 16,8 g/Dl, Ht: 45,1% leukosit 5260/mm3,
trombosit 63.000/mm3., Sebelumnya, di RS Madina hasil laboratorium didapatkan
hasil Hb 18,9 g/Dl, Ht: 55,2 % leukosit 6300/mm3, trombosit 66.000/mm3Dari
hasil laboratorim didapatkan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Pada demam berdarah dengue dapat terjadi trombositopenia dan
peningkatan hematokrit. Pemeriksaan nilai hematokrit dan jumlah trombosit
menjadi indikator diagnosis DBD. Nilai hematokrit akan meningkat
(hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah, sedangkan jumlah
trombosit akan menurun (trombositopenia) akibat supresi sum-sum tulang dan
munculnya antibodi terhadap trombosit Trombositopenia dan gangguan fungsi
trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan. Virus dengue
dapat menyebabkan peningkatan destruksi trombosit yang menyebabkan
pendeknya masa hidup trombosit dan meyebabkan peningkatan megakariosit
muda dalam sumsum tulang, lebih lanjut fungsi trombosit pada DBD terbukti
menurun yang disebabkan oleh proses imunologis yaitu adanya kompleks imun
dalam darah. Parameter kebocoran plasma sebagai diagnosis DBD menurut WHO
tidak hanya peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga penurunan nilai
hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan juga menjadi indikator
diagnosis.13
Dari pemeriksaan antropometri pada pasien ini didapatkan tinggi badan :
130 cm, berat badan : 24 kg, BB/U: 85 %, TB/U:93,5 %, BB/TB:72,7 %.
Presentase BB/TB digunakan untuk menilai status gizi. Pasien ini memiliki status
gizi kurang. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah sesuai dengan tata laksana
DBD yaitu terapi suportif. Pada pasien ini tujuan utamanya adalah untuk

32
mengatasi syok dan mencegah terjadinya syok berulang, mengatasi dan mencegah
perdarahan spontan. Terapi yang diberikan yaitu pemberian IVFD RL 10 cc/
kgBB/ jam, dan banyak minum. Setelah ada perbaikan cairan dikurangi secara
bertahap, dilanjutkan dengan observasi vital sign, Hb dan Ht, trombosit setiap 24
jam. Terapi dan observasi klinis dilanjutkan sampai keadaan umum pasien stabil.
Disamping tatalaksana medikamentosa, yang juga penting adalah
bagaimana mengedukasi pasien dan keluarga. Infeksi dengue merupakan suatu
penyakit tropis yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Hal ini
dikarenakan lingkungan yang tidak bersih dan banyak genangan air merupakan
tempat yang sangat baik untuk perkembangan nyamuk Aedes aegypti, sebagai
vector penularan infeksi dengue. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan usaha
pencegahan infeksi dengue dengan cara membersihkan lingkungan sekitar.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan 3M+ yaitu menguras bak
mandi, menutup penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
menggunakann obat nyamuk dan kelambu saat tidur.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Dengue control. What is Dengue : WHO ;


2016. https://www.who.int/denguecontrol/disease/en/. Diakses 23
Desember 2019.
2. Hadinegoro SRS. New dengue case classification. Dalam: Hadinegoro SR,
Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG, penyunting. Pendidikan
kedokteran berkelanjutan LXIII update management of infection diseases
abd gastrointestinal disorder. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI – RSCM ; 2012. hal.16-17
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi DBD di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI ; 2016 . hal.2-4.
4. Hadinegoro R. S., Moedjito Ismoedijanto, Chairulfatah Alex. Pedoman
Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Edisi ke-1.
Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2014. hlm. 56-61.
5. Central for Disease Control and Prevention U.S Department of Health and
Human Services. Dengue and dengue hemorrhagic fever. San Juan: U.S
Department of Health and Human Services ; 2008. hal.1.
6. Sanyaoulu S, et al. Global Epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever:
An Update. Journal of Human Virology & Retrovirology; 2017. hal 5-6.
7. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tata
Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Terbitan UKK infeksi dan
Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Eds 1 ; Jakarta : 2014.
8. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemoragic Fever : WHO ; 2011.
http://www.who.int/tdr/dengue-diagnosis.
9. World Health Organization . Handbook for Clinical Management of
dengue: WHO; 2012.
10. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar infeksi &pediatri
tropis. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2010. h.155-181.

34
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Badan Penerbit IDAI: 2009.
12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku PedomanDiagnosis dan Tatalaksana
Infeksi Virus Dengue pada Anak. Badan Penerbit IDAI: 2014
13. Rasyada A, Nasrul E, Edward Z. Hubungan nilai hematokrit terhadap
jumlah trombosit pada penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

35

Anda mungkin juga menyukai

  • Soial Kuis 2
    Soial Kuis 2
    Dokumen3 halaman
    Soial Kuis 2
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ilmiah
    Tugas Ilmiah
    Dokumen4 halaman
    Tugas Ilmiah
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Soial Kuis 2
    Soial Kuis 2
    Dokumen3 halaman
    Soial Kuis 2
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Soial Kuis 2
    Soial Kuis 2
    Dokumen3 halaman
    Soial Kuis 2
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Soal Latihan 2
    Soal Latihan 2
    Dokumen2 halaman
    Soal Latihan 2
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ilmiah
    Tugas Ilmiah
    Dokumen4 halaman
    Tugas Ilmiah
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Kuis
    Kuis
    Dokumen4 halaman
    Kuis
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Soal Kuis
    Soal Kuis
    Dokumen3 halaman
    Soal Kuis
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • KOMPLIKASI
    KOMPLIKASI
    Dokumen4 halaman
    KOMPLIKASI
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Lapkas DHF Bukit
    Lapkas DHF Bukit
    Dokumen17 halaman
    Lapkas DHF Bukit
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen3 halaman
    Anatomi
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Agenesd
    Agenesd
    Dokumen33 halaman
    Agenesd
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • KOMPLIKASI
    KOMPLIKASI
    Dokumen4 halaman
    KOMPLIKASI
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Metode Kontrasepsi Padang Minggu 4 5
    Metode Kontrasepsi Padang Minggu 4 5
    Dokumen13 halaman
    Metode Kontrasepsi Padang Minggu 4 5
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Mantap
    Mantap
    Dokumen19 halaman
    Mantap
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Lapkas DHF Bukit
    Lapkas DHF Bukit
    Dokumen17 halaman
    Lapkas DHF Bukit
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • CSS Ilas Amel - Perawatan Luka SC Dan Nifas
    CSS Ilas Amel - Perawatan Luka SC Dan Nifas
    Dokumen33 halaman
    CSS Ilas Amel - Perawatan Luka SC Dan Nifas
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • INFERTILITAs
    INFERTILITAs
    Dokumen29 halaman
    INFERTILITAs
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Draft Oke
    Draft Oke
    Dokumen2 halaman
    Draft Oke
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • CSS Inversio Uteri Bukittinggi
    CSS Inversio Uteri Bukittinggi
    Dokumen19 halaman
    CSS Inversio Uteri Bukittinggi
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Metode Kontrasepsi
    Metode Kontrasepsi
    Dokumen31 halaman
    Metode Kontrasepsi
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • PPK-edit FINAL PDF
    PPK-edit FINAL PDF
    Dokumen566 halaman
    PPK-edit FINAL PDF
    Nurul Laili Nahlia
    Belum ada peringkat
  • Metastasis
    Metastasis
    Dokumen35 halaman
    Metastasis
    Agung T Prakoso
    100% (5)
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Diskusi
    Diskusi
    Dokumen3 halaman
    Diskusi
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • DISKUSI Jurnal
    DISKUSI Jurnal
    Dokumen1 halaman
    DISKUSI Jurnal
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Torticollis and Face Turns
    Torticollis and Face Turns
    Dokumen3 halaman
    Torticollis and Face Turns
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Peran Kader Muda
    Peran Kader Muda
    Dokumen1 halaman
    Peran Kader Muda
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat
  • Soal 3
    Soal 3
    Dokumen1 halaman
    Soal 3
    Ameliora Restky
    Belum ada peringkat