PENDAHULUAN
1
tersebut akan dibandingkan sehingga diketahui besar daya dukung pada masing
masing metode dan juga diharapkan akan diperoleh daya dukung pondasi tiang
pancang yang paling aman serta menguntungkan dari masing-masing
penyelidikan lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh daya dukung yang baik
dimana hasilnya dipakai untuk mendesai pondasi yang aman dan ekonomis.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
2.2 Jenis pondasi tiang pancang
5
bearing pile karena tekanannya relatif kecil.
Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam
transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang
pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat
jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture
(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah
8
dan keadaan kelembaban tanah (moisture content).
Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya
sirkulasi air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung
oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang
terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan
terletak di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung
oksigen, maka lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali
pada tiang pancang baja.
9
Gambar 2.3 Tiang Pancang Baja
10
2.4 Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)
Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul
(hammer), leader, tali atau kabel dan mesin uap.
Ada beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan. Pada
umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan tanah
pondasi hingga pada masalah pemilihan peralatan.
1. Pemilihan peralatan
Alat utama yang digunakan untuk memancangkan tiang-tiang pracetak
adalah penumbuk (hammer) dan mesin derek (tower). Untuk
memancangkan tiang pada posisi yang tepat, cepat dan dengan biaya yang
rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih dengan teliti agar sesuai
dengan keadaan di sekitarnya, jenis dan ukuran tiang, tanah pondasi dan
perancahnya. Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan alat penumbuk
adalah kemungkinan pemancangannya dan manfaatnya secara ekonomis.
Karena dewasa ini masalah-masalah lingkungan seperti suara bising atau
getaran tidak boleh diabaikan, maka pekerjaan seperti ini perlu digabungkan
dengan teknik-teknik pembantu lainnya walaupun sebelumnya telah
ditetapkan salah satu cara pemancangan.
11
2. Pergerakan tanah pondasi
Pemancangan tiang akan mengakibatkan tanah pondasi dapat bergerak
karena sebagian tanah yang digantikan oleh tiang akan bergeser dan
mengakibatkan bangunan - bangunan yang berada di dekatnya akan
mengalami pergeseran juga.
3. Kerusakan tiang
12
2.6 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Data Lapangan
2.6.1 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil sondir
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.A....................................................................................................................(1.1)
dimana :
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan ujung tiang
tergantung pada tipe tiang.
𝛂
𝐅 = 𝐪𝐜𝐚 (𝐛𝐚𝐬𝐞) 𝐟 ...........................................................................................(1.3)
𝐬
dimana :
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 1.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
14
diberikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Faktor empirik Fb dan Fs
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen
dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
15
2. Metode Langsung
Dimana :
𝒒 𝒄 𝒙𝒑 𝑱𝑯𝑳𝒙𝑲
𝑸 𝒖 𝑰𝒋𝒊𝒏 = 𝟑
+ 𝟓 𝒕..................................................................................(1.5)
S16
Dimana :
Dari hasil uji sondir ditunjukkan bahwa tahanan ujung sondir ( harga tekan
konus ) bervariasi terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan harga q c untuk
daya dukung diujung tiang kurang tepat. Suatu rentang disekitar ujung tiang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan daya dukungnya.
Menurut Meyerhoff
q p = q c → Untuk keperluan praktis.
Dimana :
q p = Tahanan ujung ultimate.
q c = Harga rata – rata tahanan ujung konus dalam daerah 2D dibawah ujung
tiang.
17
2.7 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil SPT
dimana :
Qp = Tahanan ujung ultimate ( kN )
2.7.2 Tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah non – kohesif
Qs = 2* N-SPT*p*Li...........................................................................(1.7)
dimana:
Li = Panjang lapisan tanah (m)
p = Keliling tiang (m)
dimana :
Ap = Luas penampang tiang (m2)
cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10
18
2.7.4 Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif cu
Qs = α* cu*p* Li......................................................................................(1.9)
dimana:
α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10
P = Keliling tiang (m)
2.8.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Parameter Kuat
Geser Tanah
19
Untuk tanah kohesif :
dimana :
𝐩𝐚
𝛂 = 𝟎, 𝟐𝟏+, 𝟐𝟓 ........................................................................(1.11)
𝐜𝐮
dimana :
dimana :
20
Vesic (1967) mengusulkan korelasi antara φ dan Nq*
seperti terlihat pada Gambar II.19 berikut ini :
Qs = f i. Li . p................................................................................(1.13)
dimana :
21
BAB III
METODEPENELITIAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23