Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia teknik sipil, semua bangunan konstruksi akan bertumpu pada
pondasi sebagai penopang struktr di atasnya. Pondasi suatu struktur didefinisikan
sebagai bagian dari struktur tersebut yang mengalami kontak lngsung dengan
lapisan tanah. Fungsi dari pondasi adalah untuk mentranfer beban-beban dari
struktur atas ke lapisan tanah dibawahnya. Ada beberapa jenis pondasi yang
digunakan untuk struktur bangunan salah satunya yang sering digunakan adalah
pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang merupakan bagian dari jenis pondasi dalam yang
banyak digunakan. Dalam merencanakan pondasi dalam, terdpat beberapa metode
perhitungan untuk menentukan kapasitas daya dukung pondasi dalam. Setiap
perhitungan memiliki kelebihan dan kekurangan. Masing-masing metode tersebut
memberikan nilai daya dukung yang beragam untuk data peyelidikan tanah yang
sama. Adapun hal tersebut terjadi karna sifat, kondisi dan karakteristik tanah yang
berbeda beda untuk setiap lokasi penyelidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk kontruksi beban ringan dan kondisi lapisan tanah permukaan cukup
baik, biasnya jenis pondasi dangkai sudah memadai. Tetapi untuk konstruksi
beban berat biasanya jenis pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal. Oleh
sebab itu penggunaan pondasi dalam dipergunakan untuk suatu konstruksi
bnaguna dimana beban struktur cukup besar sehingga tanah yang mempunyai
daya dukung terletak pada tempat yang dalam.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besar daya dukung tiang pancang
pada masing-masing hasil penyelidikn tanah dari sondir, hasil penyelidikan
lapangan dari SPT dan hasil penyelidikan laboratorium. Semua hasil perhitungan

1
tersebut akan dibandingkan sehingga diketahui besar daya dukung pada masing
masing metode dan juga diharapkan akan diperoleh daya dukung pondasi tiang
pancang yang paling aman serta menguntungkan dari masing-masing
penyelidikan lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh daya dukung yang baik
dimana hasilnya dipakai untuk mendesai pondasi yang aman dan ekonomis.

1.3 Tujuan Penelitian


Ada pun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Menghitung daya dukung tiang pancang dari hasil sondir, standart
penetrsasi test dan parameter kuat geser tanah.
2. Membandingkan hasil daya dukung tiang pancang dari metode
penyelidikan.
3. Menghitung kapasitas kelompok ijin tiang.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Sebagai bahan refrensi.
2. Untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

1.5 Ruang Lingkup dan batasan Penelitian


Pada penelitian ini banyak permasalahan yang dapat ditinjau dan dibahas,
maka sangatlah perlu suatu pembatasa masalah. Namun pada penelitian ini
permasalahn yang ditinjau hanya di batasi pada:
1. Hanya di tinjau pada tiang pancang tegak lurus.
2. Hanya ditinjau pada jenis tiang pancang beton pracetak.
3. Tidak meninjau akibat gaya horizontal.

1.6 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini dilakukan bebrapa cara untuk mengumpulkan data
yang mendukung penelitian ini. Beberapa cara yang dilakukan antara lain:
2
a. Metode observasi
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis
pondasi tiang pancang diperoleh dari hasil survey langsung kelokasi proyek
Mesjid Agung Serdang Bedagai.
b. Pengambilan data
Pengambilan data yang diperlukan dalam perencanaan diperoleh
dari PT. Kanza Sejahtera selaku konsultan manajemen konstruksi yang
bersangkutan berupa data hasil sondir, hasil SPT dan data laboratorium.
c. Melakukan studi kepustakaan
Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
ditinjau untuk penelitian.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Tiang Pancang


Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari
kayu, beton dan baja yang berbentuk langsing yang dipancang hingga tertanam
dalam tanah pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan atau
mentransmisikan beban dari struktur atas melewati tanah lunak ke lapisan tanah
yang keras(Prasetio, 2006). Hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban
sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap
lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang. Distribusi muatan vertical
dibuat dengan menggunakan gesekan, atau tiang pancang apung. Kebanyakan
tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang
dicor setempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor
tanah.
Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah,
tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang
pancang akan dipancang miring. Sudut kemiringan yang dicapai oleh tiang
pancang tergantung dari pada alat pncang yang digunakan serta disesuaikan
dengan perencanaannya.
Tiang pancang pada konstruksi pondasi mempunyai bebrapa jenis, baik dari
segi jenis tiangnya maupun dalam pelaksanaan ( pembuatan ) pondasi tiang
tersebut.
Pada perencanaan pondasi tiang pancang, kekuatan pondasi antara lain
ditentukan oleh kapasitas daya dukung sebuah tiang, dan kapasitas daya
dukung tiang pancang tersebut umumnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah
dalam mendukung tiang yang dibebani dan pada kekuatan tiang itu sendiri dalam
menahan serta menyalurkan beban diatasnya.

4
2.2 Jenis pondasi tiang pancang

2.2.1 Tiang pancang kayu


Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-
cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan
pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang
runcing(Prasetio, 2006). Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong
untuk maksud- maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek
dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala
ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang
terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau
tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam
penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama
dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu
terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang
selalu berganti-ganti.

a. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :

 Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam


pengangkutan;
 Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk
pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang
pancang beton precast;
 Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat
masuk lagi ke dalam tanah;
 Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end

5
bearing pile karena tekanannya relatif kecil.

b. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :


 Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang
terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya
untuk penggalian.
 Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relative
kecil di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau
beton, terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan
turun.
 Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ( gravel ) ujung
tiang pancang kayu dapat dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula
ujung tiang tersebut merenyuk. Apabila tiang kayu tersebut kurang
lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan
penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.

 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif


dan jamur yang menyebabkan kebusukan.

Gambar 2.1 Tiang Pancang Kayu


2.2.2 Tiang Pancang Beton
Tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan
beton ( bekisting ), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan di
pancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap
sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka
tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat
untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini
dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk
transport.

a. Keuntungan pemakaian tiang pancang beton

 Tiang pancang beton ini mempunyai tegangan tekan yang besar,


hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
 Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile
maupun friction pile.
 Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka
air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan
galian tanah yang banyak untuk poernya.
 Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
sspengaruh air maupun bahan-bahan yang korosif asal beton cukup
tebal untuk melindungi tulangannya.

b. Kerugian tiang pancang beton


 Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena
itu pondasi ini di buat di lokasi pekerjaan.
 Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini
berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang
beton ini dapat dipergunakan.
7
 Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan
lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.
 Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang
pancang ini tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang
tersedia maka untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan
memerlukan alat penyambung khusus.

Gambar 2.2 Tiang Pancang beton

2.2.3 Tiang pancang baja

Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam
transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang
pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat
jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture
(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah
8
dan keadaan kelembaban tanah (moisture content).

Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya
sirkulasi air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung
oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang
terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan
terletak di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung
oksigen, maka lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali
pada tiang pancang baja.

a. Keuntungan pemakaian tiang pancang baja


 Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan;
 Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang
tinggi;
 Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya
patah.

b. Kerugian pemakaian tiang pancang baja :

 Tiang pancang ini mudah mengalami korosi;


 Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus
tanah keras dan yang mengandung batuan, sehingga diperlukan
penguatan ujung.

9
Gambar 2.3 Tiang Pancang Baja

2.3 Pemancangan tiang pancang

Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk


menempatkan tiang pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai
perencanaan(Prasetio, 2006). Pada umumnya pelakasanan pemancangan dapat
dibagi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah pengaturan posisi tiang pancang,
yang meliputi kegiatan mengangkat dan mendirikan tiang pada pemandu rangka
pancang, membawa tiang pada titik pemancangan, mengatur arah dan kemiringan
tiang dan kemudian percobaan pemancangan.
Setelah selesai, tahap kedua adalah pemancangan tiang hingga mencapai
kedalaman yang direncanakan. Pada tahap ini didalam pencatatan data
pemancangan, yaitu jumlah pukulan pada tiap penurunan tiang sebesar 0, 25 m
atau 0, 5 m. Hal ini dimaksudkan untuk memperkirakan apakah tiang telah
mencapai tanah keras seperti yang telah direncanakan. Tahap terakhir biasa
dikenal dengan setting, yaitu pengukuran penurunan tiang pancang per - pukulan
pada akhir pemancangan. Harga penurunan ini kemudian digunakan untuk
menentukan kapasitas dukung tiang tersebut.

10
2.4 Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)

Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat


pancang. Pada dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
2. Single - acting hammer
3. Double - acting hammer

Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul
(hammer), leader, tali atau kabel dan mesin uap.

2.5 Hal - Hal yang Menyangkut Masalah Pemancangan

Ada beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan. Pada
umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan tanah
pondasi hingga pada masalah pemilihan peralatan.

1. Pemilihan peralatan
Alat utama yang digunakan untuk memancangkan tiang-tiang pracetak
adalah penumbuk (hammer) dan mesin derek (tower). Untuk
memancangkan tiang pada posisi yang tepat, cepat dan dengan biaya yang
rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih dengan teliti agar sesuai
dengan keadaan di sekitarnya, jenis dan ukuran tiang, tanah pondasi dan
perancahnya. Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan alat penumbuk
adalah kemungkinan pemancangannya dan manfaatnya secara ekonomis.
Karena dewasa ini masalah-masalah lingkungan seperti suara bising atau
getaran tidak boleh diabaikan, maka pekerjaan seperti ini perlu digabungkan
dengan teknik-teknik pembantu lainnya walaupun sebelumnya telah
ditetapkan salah satu cara pemancangan.
11
2. Pergerakan tanah pondasi
Pemancangan tiang akan mengakibatkan tanah pondasi dapat bergerak
karena sebagian tanah yang digantikan oleh tiang akan bergeser dan
mengakibatkan bangunan - bangunan yang berada di dekatnya akan
mengalami pergeseran juga.

3. Kerusakan tiang

Pemilihan ukuran dan mutu tiang didasarkan pada kegunaannya dalam


perencanaan, tetapi setidaknya tiang tersebut harus dapat dipancangkan
sampai ke pondasi. Jika tanah pondasi cukup keras dan tiang tersebut cukup
panjang, tiang tersebut harus dipancangkan dengan penumbuk (hammer)
dan tiang harus dijaga terhadap kerusakan akibat gaya tumbukan dari
hammer.

Gambar 2.4 Proses Pemancangan Tiang Pancang

12
2.6 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Data Lapangan
2.6.1 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test


(CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau
sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat
dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus- menerus dari permukaan
tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah
dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam
perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam
merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dar tiang pancang
sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung
ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :

Qu = Qb + Qs = qbAb + f.A....................................................................................................................(1.1)

dimana :

Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.


Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.

Perencanaan pondasi tiang pancang dengan Sondir


diklasifikasikan atas beberapa metode diantaranya :
13
14

1. Metode Aoki dan De Alencar

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung


ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb)
diperoleh sebagai berikut :
𝐪𝐜𝐚 (𝐛𝐚𝐬𝐞)
𝐪𝐛 = ...................................................................................(1.2)
𝐅𝐛

dimana :

qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan ujung tiang
tergantung pada tipe tiang.

Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

𝛂
𝐅 = 𝐪𝐜𝐚 (𝐛𝐚𝐬𝐞) 𝐟 ...........................................................................................(1.3)
𝐬

dimana :

qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masinglapisan sepanjangtiang.


Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang.
F = Faktor empirik tahan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang

Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 1.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
14
diberikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Faktor empirik Fb dan Fs

Tipe Tiang Pancang Fb Fs


Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Sumber : Titi & Farsakh, 1999

Tabel 1.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah


αs
αs (%) αs (%)
Tipe Tanah Tipe Tanah Tipe Tanah
(%)
Lempung
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 2,4
berpasir
Lempung
Pasir berlanau
Pasir kelanauan 2,0 2,8 berpasir 2,8
dengan lempung
dengan lanau
Pasir kelanauan Lempung
dengan 2,4 Lanau 3,0 berlanau 3,0
lempung dengan pasir
Pasir Lanau
Lempung
berlempung 2,8 berlempung 3,0 4,0
berlanau
dengan lanau dengan pasir
Pasir Lanau
3,0 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempung
Sumber : Titi & Farsakh, 1999(Prasetio, 2006)

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen
dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.

15
2. Metode Langsung

Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya :


Meyerhoff, Tomlinson, Begemann.
Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Qu = q c x A p + JHL x K t........................................................ ....... (1.4)

Dimana :

Qu = Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang.

q c =Tahanan ujung Sondir (Perlawanan penetrasi Konus pada kedalaman yang


ditinjau).

Dapat digunakan faktor koreksi Meyerhoff :

q c 1 = Rata-rata PPK (q c ) 8D diatas ujung tiang

q c 2 = Rata-rata PPK (q c ) 4D diatas ujung tiang

JHL = Jumlah hambatan lekat.


K t = Keliling tiang.
A p = Luas penampang tiang.

𝒒 𝒄 𝒙𝒑 𝑱𝑯𝑳𝒙𝑲
𝑸 𝒖 𝑰𝒋𝒊𝒏 = 𝟑
+ 𝟓 𝒕..................................................................................(1.5)

S16
Dimana :

Q u Ijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang pancang.


qc = Tahanan ujung sondir dengan memakai faktor koreksi Begemann.
JHL = Jumlah hambatan lekat ( total friction ).
Kt = Keleling tiang.
Ap = Luas penampang tiang.
3 = Faktor keamanan untuk daya dukung tiang.
5 = Faktor keamanan untuk gesekan pada selimut tiang.

Dari hasil uji sondir ditunjukkan bahwa tahanan ujung sondir ( harga tekan
konus ) bervariasi terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan harga q c untuk
daya dukung diujung tiang kurang tepat. Suatu rentang disekitar ujung tiang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan daya dukungnya.
Menurut Meyerhoff
q p = q c → Untuk keperluan praktis.

q p = ( 2/3 – 3/2 ) q c.......................................................................................(1.6)

Dimana :
q p = Tahanan ujung ultimate.
q c = Harga rata – rata tahanan ujung konus dalam daerah 2D dibawah ujung
tiang.

17
2.7 Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil SPT

2.7.1 Daya dukung ujunga tanah pada tanah non-kohesif

Qp = 40*N-SPT*Lb/D*Ap ≤ 400* N-SPT* Ap

dimana :
Qp = Tahanan ujung ultimate ( kN )

Ap = Luas penampang tiang pancang ( m2 )

2.7.2 Tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah non – kohesif

Qs = 2* N-SPT*p*Li...........................................................................(1.7)

dimana:
Li = Panjang lapisan tanah (m)
p = Keliling tiang (m)

2.7.3 Daya dukung ujung tiang pada tanah kohesif cu


- Untuk tiang pancang dan tiang bor

Qp = 9* cu* A........................................................................................... (1.8)

dimana :
Ap = Luas penampang tiang (m2)
cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10

18
2.7.4 Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif cu

Qs = α* cu*p* Li......................................................................................(1.9)

dimana:

α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10
P = Keliling tiang (m)

Li = Kanjang lapisan tanah (m)

2.8 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Data


Laboratorium

2.8.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Parameter Kuat
Geser Tanah

Berdasarkan hasil pemeriksaan tanah melalui beberapa percobaan


akan didapatkan nilai berat isi tanah (γ), nilai kohesif tanah (c) serta nilai
sudut geser tanah (φ).

Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada


tanah pasir dan silt didasarkan pada data parameter kuat geser tanah,
ditentukan dengan perumusan sebagai berikut :

1. Daya dukung ujung pondasi tiang pancang (end bearing).

19
Untuk tanah kohesif :

Qp= Ap . cu . Nc* ............................................................................(1.10)

dimana :

Qp = Tahanan ujung per satuan luas, ton.


Ap = Luas penampang tiang pancang, m.
m2. cu = Undrained cohesion, ton/m2.

Nc* = Faktor daya dukung tanah, untuk pondasi tiang pancang


nilai Nc* = 9 (Whitaker and Cooke, 1966).
Untuk mencari nilai cu (Undrained cohesion), dapat
digunakan persamaan di bawah ini:

𝐩𝐚
𝛂 = 𝟎, 𝟐𝟏+, 𝟐𝟓 ........................................................................(1.11)
𝐜𝐮

dimana :

α* = Faktor adhesi = 0,4


pa =Tekanan atmosfir = 1,058 ton/ft2 = 101,3 kN/m2

Untuk tanah non kohesif :

Qp= Ap . q' (Nq* - 1)......................................................................(1.12)

dimana :

Qp= Tahanan ujung per satuan luas, ton.


Ap= Luas penampang tiang pancang , m2.
q'= Tekanan vertikal efektif, ton/m2.
Nq* = Faktor daya dukung tanah.

20
Vesic (1967) mengusulkan korelasi antara φ dan Nq*
seperti terlihat pada Gambar II.19 berikut ini :

Gambar 1.5 𝑁𝑄 *(Versic,1967)

2. Daya dukung selimut tiang pancang (skin friction).

Qs = f i. Li . p................................................................................(1.13)

dimana :

fi= Tahanan satuan skin friction, ton/m2.


Li= Panjang lapisan tanah, m.
p = Keliling tiang, m.
Qs = Daya dukung selimut tiang, ton.

21
BAB III
METODEPENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional (survei) studi kasus
tentang daya dukung tiang pancang pada proyek mesjid Agung Serdang Bedagai.

3.2 Lokasi penelitian


Penelitian tugas akhir ini berlokasi dijalan lintas Medan-Tebing Tinggi,
Kab. Serdabg Bedagai

3.3 Metode penelitian


Dalam penlitia ini dilaksanakan studi tentang daya dukung tiang pancang
pada proyek Mesjid Agung Serdang Bedagai (studi kasus)

3.4 Teknik pengumpulan data


1. Data primer
Digunakan untuk mendapatkan data yang berasal dari pengamatan atau
responden secara survei langsung ke lapangan. Terpadu.Pengumpulan
data primer menggunakan metode wawancara dan. wawancara yang
dilakukan diwilayah studi ditujukan oleh petugas yang bekerja di sekitar
lokasi proyek dengan tujuan mendapatkan informasi berupa data hasil
sondir, hasil SPT dan data laboratorium.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara mencari
data-data yang telah tersedia di lembaga atau instansi yang terkait, serta
kajian pustaka sebagai referensi dalam penulisan tugas akhir.

22
DAFTAR PUSTAKA

Prasetio, A. B. (2006). Tugas Akhir Tugas Akhir. (November 2017), 1–11.


wlesh, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta. Das, M. B., 1941, Principles of Foundation Engineering Fourth Edition,
Library of Congress

Cataloging in Publication Data.

Hardiyatmo, H. C., 1996, Teknik Pondasi 1, PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai