Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu unsur pokok atau komponen yang penting dalam
dunia transportasi, dimana jalan berperan sebagai penghubung yang juga melintaskan
semua kendaraan yang melewati sebuah kota, baik itu jalan yang memisahkan antar
desa, antar kota, maupun jalan yang menghubungkan bebrapa propinsi (jalan antar
propinsi). Tanda jalan merupakan komponen yang penting dalam transportasi yaitu
karena bahwa dinamika kendaraan dalam transportasi akan terhenti jika ada sebuah
rintangan di dalamnya dimana tidak ada jalan yang melewatinya. Oleh karena itu jalan
merupakan unsur pokok yang sangat vital dalam bidang transportasi, kekacauan akan
terjadi dimana-mana, disegala aspek kehidupan jikalau dalam sebuah jalur transportasi
tidak dilengkapi dengan jalan. Semua kendaraan akan terhenti jika terdapat sebuah
rintangan, dan efeknya akan merambat disegala aspek kehidupan, baik itu pada sektor
ekonomi, bisnis, social, kesejahteraan, dan masih banyak lagi masalah yang akan
timbul jika dinamika transportasi yang sedang berjalan tiba-tiba terhenti karena tidak
adanya jalan.
Keadaan geografis Indonesia yang mempunyai banyak sekali sungai, jurang,
atau bahkan lembah, dua buah kota seperti itu sangat membutuhkan sekali jalan untuk
melengkapi atau untuk memenuhi kebutuhan dinamika transportasi, dimana jalan akan
melintaskan kendaraan melewati rintangan tersebut. Baik itu dengan membuat
terowongan maupun jalan yang berkelok yang melintasi atau mengikuti alur kontur
bukit tersebut.

Dengan melihat kontribusi jalan yang sangat memegang peranan penting dalam
dunia transportasi seperti diatas, maka diperlukan sebuah usaha untuk mempelajari
mengenai seluk-beluk jalan. Karena tidak sedikit pelaksanaan jalan yang ada
mengalami kerusakan akibat sesuatu hal, seperti jalan yang ambles atau rusak yang
mungkin mengakibatkan jatuhnya korban, dan terputusnya akses jalan untuk masuk ke
wilayah tersebut, sehingga dengan terhentinya dinamika transportasi / kendaraan
tersebut akan juga mengganggu sector-sektor lainnya, misalnya pengiriman bahan
makanan ke suatu wilayah akan berhenti karena truk yang membawa logistic terhenti
karena tidak bisa melintasi sungai, atau seseorang akan berpergian dengan
menggunakan kendaraan akan mengalami kesulitan.
Didalam pembuatan Laporan Perhitungan Perencanan Geometrik Jalan ini,
terdapat Gambar – gambar Perencanaan, diantaranya :
 Trase Jalan
 Potongan Memanjang
 Potongan Melintang
 Diagram Superelevasi
 Lengkung Horizontal
 Lengkung Vertikal
Dalam Laporan Perhitungan Perencanan Geometrik Jalan ini kami juga
paparkan volume pekerjaan, dimana ada galian dan timbunan.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah merencanakan Jalan yang benar sesuai dengan kebutuhan dan
fungsi jalan ?

C. Batasan Masalah
a. Tidak menjelaskan tentang Produksi Peralatan Berat atau semacamnya.
b. Tidak meninjau besarnya anggaran biaya yang diperlukan.

D. Tujuan
a. Untuk mengetahui kondisi baik yang sesuai dengan kebutuhan dan Fungsi Jalan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Jalan Raya

Jalan adalah suatu struktur yang melintaskan kendaraan dengan melintasi segala
rintangan yang ada di sampingnya dan memberikan kenyamanan saat perjalanan. Alur
jalan dapat diperuntukan untuk : lalu lintas umum, pejalan kaki, atau alur air.
Komponen jalan terdiri dari : daerah manfaat jalan, daerah milik jalan dan
daerah pengawasan jalan.
Didalam perencanaan geometrik jalan raya perlu sekali memperhatikan faktor
– faktor yang mempengaruhinya, diantaranya :
 Lalu-lintas
Masalah lalu lintas mencakup beberapa hal, seperti :
 Volume Lalu-Lintas
Adalah jumlah lalu lintas perhari dalam satu tahun, dengan jalan pengamatan
atau survey. Disamping jumlahnya perlu diketahui juga penyelidikan lapangan
terhadap jenis kendaraan untuk mendapatkan LHR.
 Sifat dan Komposisi Lalu-Lintas
Sifat lalu lintas meliputi lambat dan cepatnya kendaraan yang bersangkutan,
sedangkan komposisi lalu – lintas adalah menggambarkan jenis kendaraan yang
melaluinya serta kelompok-kelompok (kelas) kendaraan yang melewati sebuah
jalan termasuk sifat kendaraan yang berupa beban kendaraan.

 Kecepatan Rencana Lalu-lintas


Kecepatan merupakan faktor utama dari segala macam transportasi. Kecepatan
yang dipergunakan oleh pengemudi tergantung dari : pengemudi dan kendaraan
yang bersangkutan, sifat fisik jalan, cuaca, dan adanya gangguan dari kendaraan
lain.
Yang dimaksud dengan kecepatan rencana adalah kecepatan maksimum yang
diizinkan, sehingga tidak berbahaya bagi keselamatan. Suatu jalan yang ada
didaerah datar tentu saja mempunyai kecepatan rencana yang lebih tinggi dari
pada jalan yang berada di pegunungan.
 Topografi dan keadaan fisik.
Topografi juga mempunyai peranan penting dalam menentukan lokasi jalan dan
pada umumnya mempengaruhi perencanaan alignment geometrik jalan, seperti
landai dan penampang melintang.
 Standard Jarak pandang dan jarak menyiap.
 Kapasitas
Kapasitas suatu jalan adalah kemampuan jalan untuk menampung lalu-lintas
kendaraan yang meliputi kapasitas dasar, kapasitas rencana, dan kapasitas mungkin.
 Alignment horizontal maupun Alignment Vertikal.
2. Alinyemen Horisontal

Alinyemen horisontal (trase suatu jalan) adalah garis proyeksi sumbu jalan yang
tegak lurus pada bidang peta. Trase jalan yang dimaksud pada bidang gambar / peta,
biasanya disebut gambar situasi jalan, dengan secaran umum manunjukan arah dari
jalan yang bersangkutan. Pengetahuan mengenai trase jalan tidak hanya penting
dalam perencanaan, tetapi juga diperlukan untuk menunjang administrasi, misalnya
dalam penetapan daerah – daerah penguasaan, analisa kecelakaan dan lain
sebagainya.
Trase tersebut berupa susunan dan potongan – potongan garis lurus, umumnya
disebut degan istilah “tangen”, dan satu sama lainnya dihubungkan denan garis
lengkung. Garis lengkung tersebut biasa disebut sebagai tikungan atau lengkung
Horisontal.
Bagian yang sangat kritis pada alinyemen Horisontal adalah bagian tikungan.
Hal ini dikarenakan, adanya gaya yang melemparkan kendaraan keluar daerah
tikungan, yang disebut “centrifugal”.
Perencanaan tikungan diarahkan untuk dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan. Kenyamanan yang dimaksudkan, bahwa tdak adanya gangguna
psikologis terhadap penumpang, sedangkan keamanan dimaksudkan, bahwa
kendaraan yang melewati tikungan tidak ada gangguan kecelakaan. Oleh
karenanya, harus dipertimbangkan tentang hal – hal sebagai berikut : Lengkung
Peralihan, Bentuk tikungan, Kemiringan melintang Jalan (Superelevasi),
pelebaran jalan dan kebebasan kesamping.

Lengkung Peralihan
Perubahan arah yang harus diikuti oleh suatu kendaraan, yang lewat dari bagian
lurus kesuatu tikungan jalan yang lengkungngannya berupa busur lingkara, secara
teoritis harus dilakukan secara mendadak yaitu dari jari – jari (R) yang besarnya
tak terhingga. Langsung ke suatu harga R yang tertentu. Hal ini merupakan suatu
yang sulit untuk terjadi karena untuk membuat suatu belokan dari roda depan
kendaraan, pengemudi memerlukan suatu jangka waktu tertentu, yang berarti pula
memerlukan suatu jarak tertentu. Kendaraan yang berjalan pada tikungan dengan
jari – jari tertentu tersebut, menerima suatu gaya sentrifugal yang tertentu pula.
Maka timbulnya gaya ini secara mendadak yang hanya pada suatu titik, juga
merupakan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Oleh karenannya, pengemudi
dalam gerakannya memasuki suatu tikungan akan membelokan kendaraanya secara
berangsur – angsur, yaitu dari sudut belokan nol, sampai dengan sudut belokan
maksimum sesuai dengan tikungan yang bersangkutan. Dengan demikian, besrnya
gaya sentrifugal akan bertambah secara berangsur – angsur.
Maka dalam penetapan lengkung peralihan, dan yang selanjutnya diapakai
sebagai standar perencanaan adalah yang ditempuh secara kompromistis antara
pertimbangan – pertimbangan teori dan praktis. Istilah “peralihan” dalam hal ini
dimaksudkan untuk menyatakan peruabahan secara berangsur – angsur, dari tak
terhingga pada mermulaan lengkung sampai mencapai jari – jari tertentu yang sama
besarnya dengan jari – jari busur lingkaran yang bersangkutan.
Manfaat adanya lengkung peralihan pada tikungan adalah sebagai berikut :
1. Memungkinkan pengemudi untuk mengikuti lajur yang telah disediakan,
tanpa mengganggu lajur lainnya yang berada disampingnya. Dan gaya
sentrifugal akan dapat berubah secara berangsur – angsur selama kendaraan
bergerak pada lengkung tersebut.
2. Mempertinggi keamanan dan kemantapan jalnnya kendaraan.
3. Memungkinkan untuk mengadakan perubahan secara berangsur – angsur,
dari lereng melintang jalan maksimum sebagaimana diperlukan, sesuai
dengan gaya sentrifugal yang terjadi.
4. Memungkinkan peralihan secara teratur dalam mengadakan pelebaran
perkerasan yang diperlukan, khusunya pada tikungan – tikungan ynag
tajam.
5. Memperindah bentuk jalan yang bersangkutan.
BAB III
DATA PERENCANAAN

A. PERAN DAN FUNGSI JALAN

(Berdasarkan standart Bina Marga Direktorat Pembinaaan Jalan Kota, maret 1992)
Pada perencanaan geometrik jalan ini klasifikasi jalan yang diambil Jalan Arteri, kelas
dengan Tipe kelas I yakni Standart menegah keatas bagi jalan dengan 2 lajur, menghubungkan
kota jenjang kesatu,yang terletak berdampingan,atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
B. STATUS JALAN
Status jalan telah di tentukan yaitu Jalan Arteri. Menghubungkan kota jenjang
kesatu,yang terletak berdampingan,atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
kota jenjang kedua.
BERDASARKAN FUNGSI (UU.No.13/1980 & PP.No.26/1985)
Spesifikasi Jalan Arteri:
1. Lebar badan jalan min 7 m,
2. Kapasitas VLHR antara 3.000 – 10.000 smp/hr.
3. Lalu – lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang – alik, lalu lintas lokal
dan kegiatan lokal.

C. KONDISI MEDAN
D. KECEPATAN RENCANA
( Sesuai Dengan Klasifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Jalan )

Fungsi Kecepatan Rencana , VR , Km/Jam

Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70

Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50

Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30

Catatan:
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan
dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan
tersebut tidak lebih dari 20 Km/jam

Sumber : Tata Cara Pelaksanaan Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997


( Buku: Konstruksi Jalan Raya buku 1 geometrik jalan, Karangan: Ir. Hamirman
Saodang MSCE )

Berdasarkan ketentuan dimana kecepatan rencana harus dibuat minimal 70 km/jam ( dari
ketentuan jalan arteri primer ). Karena jalan yang saya rencanakan berada pada daerah datar
,maka kecepatan rencana dibuat antara 70 – 120. Kecepatan rencana saya buat 80 km/jam.
E. POTONGAN MELINTANG
a) Badan Jalan :
Berdasarkan ketentuan dari jalan lokal primer dimana “badan jalan
minimum 6,00 m”, dan lebar jalur ideal 7 m, maka Badan Jalan dibuat 7 m.
Menggunakan 1 jalur 2 lajur 2 arah (2/2TB).
b) Bahu Jalan :

Berdasarkan tabel di atas pada Jalan Arteri minimum lebar bahu jalan sebesar
1,5 m. Maka pada perencanaan ini bahu jalan rencana sebesar 2 m.

Anda mungkin juga menyukai