Anda di halaman 1dari 25

0

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua factor
tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina servik (Sarwono Prawiroharjop,2002).
Penyebab dari KPD adalah Ketegangan rahim berlebihan (overdistensi)
seperti pada kehamilan ganda, hindramnion, gemeli, ataupun tumor. Kelainan
letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul). Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
Dalam proses persalinan normal, ketuban akan pecah secara spontan
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban tersebut terjadi
tekanan pada fleksus hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum
uterosakralis dan akan merangsang terjadinya reflek mengedan. Sedangkan
pada kasus ketuban pecah dini disebabkan oleh karen berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin.
Penatalaksaan yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan
pembedahan Sectio Cesarea adalah suatu tindakan persalinan dimana janin
dikeluarkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2000).

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui definisi KPD
1.2.2 Untuk mengetahui etiologi KPD
1.2.3 Untuk mengetahui patofisiologi KPD
1.2.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis KPD
1.2.5 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan KPD
1.2.6 Untuk mengetahui instek dan opstek Sectio Caesar
1

BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian KPD
2

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-


tanda persalinan mulai, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya tanda
persalinan. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua factor
tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina servik (Sarwono Prawiroharjop,2002).
2.2 Etiologi
1. Ketegangan rahim berlebihan (overdistensi) seperti pada kehamilan
ganda, hindramnion, gemeli, ataupun tumor.
2. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang.
3. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul).
4. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
5. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.
6. Kehamilan preterm.
7. Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya.
2.3 Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Janin mudah diraba.
3. Pada saat VT selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
5. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
3.4 Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
membrane fatal akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang.
3

Membrane yang mengalami rupture premature ini tampak memiliki defek


fokal dibanding kelemahan menyeluruh. Daerah dekat pecahnya
membrane ini di sebut “restictred zone of extrem alterad morphologi”
yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan
kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa.
Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakaan
daerah breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara
singkat adalah akibat penuruna kandungan kolagen dalam membrane
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini
pretern terutama pada pasien risiko tinggi, mekanisme terjadinya ketuban
pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Dalam proses persalinan normal, ketuban akan pecah secara spontan
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban tersebut terjadi
tekanan pada fleksus hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum
uterosakralis dan akan merangsang terjadinya reflek mengedan.
Sedangkan pada kasus ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin
atau dapat juga karena kedua faktor tersebut (syaifudin,2011)
3.5 Komplikasi KPD
1. Pada Ibu
a. Persalinan Prematur
b. Infeksi intrapartal/dalam persalinan misalnya, Korioamnionitis,
Endometritis. ka terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah
maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat
mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
c. Infeksi puerperalis/ masa nifas
d. Dry labour/Partus lama
e. Perdarahan post partum
4

f. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)


g. Morbiditas dan mortalitas maternal
2. Pada Janin
a. Infeksi: Septikemia, Pneumonia, Omfalitis, Meningitis.
b. Gawat janin: Hipoksia Dan Asfiksia akibat dari
oligohidramnion yang menekan tali pusat. Hipoksia dan
Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry
labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral
palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
c. Distosia ( partus Kering). Pengeluaran cairan ketuban untuk
waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau
persalinan kering
d. Sindroma Deformitas Janin. Terjadi akibat oligohidramnion.
Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT)
e. Tali pusat menumbung (prolaps tali pusat).
f. Prematuritas. Masalah yang dapat terjadi pada persalinan
prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome,
hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of
premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing
enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),
hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
g. Morbiditas dan mortalitas perinatal.
3.6 Penatalaksanaan KPD
1. Konservatif
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5
hari.
5

e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan


memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru
janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-
tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi
atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
2. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.
a. Induksi atau akselerasi persalinan.
b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus
berat ditemukan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ledok ombo jember
Nomor register : 276129
Diagnosis medis: G2P1 39 mg + KPD
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien belum pernah melakukan operasi SC
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit seperti darah tinggi,
6

diabetes, dan penyakit pernapasan.


4) Keluhanutama
Klien mengatakan takut akan operasi
5) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti dirinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada dasarnya dalam pemeriksaan fisik menggunakan pendekatan secara
sistematik yaitu: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1)Keadaanumum
Tanda-tanda vital
Tekanan darah 120/80 mmhg, Nadi 92 x/menit, Respiratori rate 22
x/menit, suhu 36,5 °C
2)Kesadaran
GCS : 456
3)Pemeriksaan head totoe
a) Kepala dan rambut
Bentuk kepala semetris , rambut panjang. bersih
b) Wajah
Warna kulit sawo matang, ekspresi wajah cemas.
c) Mata
Bentuk bola mata simetris,tidak ada gerakan kelainan pada bola
mata.
d) Hidung
Semetris, bersih.
e) Telinga
Simetris, bersih dan tidak ada kelainan fungsi pendengaran.
f) Mulut danbibir
Bibir simetrs, mukosa lembab, bersih.
g) Gigi
Jumlah gigi tidak lengkap, kurang bersih, tidak ada peradangan
pada gusi.
7

h) Leher
Posisitrakea tidak deviasi,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau
vena jugularis.
i) Integumen
Warna sawo matang, bersih, turgor kembali 1 detik, tekstur kulit
kenyal dan lembab.
j) Thorax
Semetris, perkusi sonor, ekspansi dada simetris, tidak ada suara
ronchi dan whezzing.
k) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, asites, nyeri tekan.
l) Ektremitas atas danbawah
Semetris, tidak ada oedema, pergerakan normal dan tonus otot 5555

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Cemas berhubungan dengan ancaman pada status terkini: prosedur
pembedahan (SC)
Intra Operasi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(trauma jaringan, kulit tidak utuh)
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi (SC)
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan paparan lingkungan (pendingin
ruangan)

Post Operasi
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
8
9

C. Rencana Keperawatan
NoDiagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

Pre Operasi
1 Cemas berhubungan NOC : Kontrol Cemas Kriteria hasil : NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
dengan ancaman Tujuan : Setelah dilakukan a. Monitor intensitas 1. Sediakan informasi yang selama perawatan yang
pada status terkini: tindakan keperawatan kecemasan sesungguhnya meliputi didapatkan pasien
prosedur diharapkan kecemasan b. Rencanakan strategi diagnosis, treatment dan 2. Memberikan rasa
pembedahan hilang atau berkurang. koping untuk prognosis nyaman
mengurangi stress 2. Tetap dampingi kien 3. Memberikan rasa
c. Gunakan teknik relaksasi untuk menjaga nyaman pada pasien
untuk mengurangi keselamatan pasien dan 4. Mengurangi ansietas
kecemasan mengurangi
d. Kondisikan lingkungan 3. Instruksikan pasien
nyaman untuk melakukan ternik
relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
Intra Operasi
1 Resiko infeksi
NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak
Tidak menunjukkan tanda-tanda 1. Pantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Rawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
10

dengan protap
2 Resiko kekuranganNOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
volume cairan
Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Catat intake dan output cairan
berhubungan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab 2. Monitor status hidrasi 2. Antisipasi tanda
dengan kehilangan cairan tubuh pasien b. Tidak terjadi demam, seperti membran dehidrasi
cairan adekuat. TTV normal mukosa, nadi, tekanan 3. Mengatur balance
darah dengan cepat. cairan
3. Beri cairan yang sesuai
dengan terapi
Post Operasi
1 Nyeri berhubunganNOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
dengan prosedur
Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
bedah mengalami nyeri, antara tanda-tanda nyeri 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
lain penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Berikan analgesia sesuai
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan
seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
2
3 Resiko infeksi
NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 5. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak
Tidak menunjukkan tanda-tanda 5. Pantau tanda / gejala infeksi
dengan luka post mengalami infeksi atau infeksi infeksi 6. Mencegah invasi
operasi tidak terdapat tanda-tanda 6. Rawat luka operasi mikroorganisme
infeksi pada pasien. dengan teknik steril 7. Mencegah inos
7. Memelihara teknik 8. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
11

pengunjung
8. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap

D. Implementasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
Pre Operasi
1 Cemas berhubungan NOC : Kontrol Cemas Kriteria hasil : NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
dengan ancaman Tujuan : Setelah dilakukan a. Memonitor intensitas 1. Menyediakan informasi selama perawatan yang
pada status tindakan keperawatan kecemasan yang sesungguhnya didapatkan pasien
terkini: prosedur diharapkan kecemasan b. Merencanakan strategi meliputi diagnosis, 2. Memberikan rasa
pembedahan hilang atau berkurang. koping untuk mengurangi treatment dan prognosis nyaman
stress 2. Tetap mendampingi kien 3. Memberikan rasa
c. Menggunakan teknik untuk menjaga nyaman pada pasien
relaksasi untuk keselamatan pasien dan 4. Mengurangi ansietas
mengurangi kecemasan mengurangi
d. Mengkondisikan 3. Menginstruksikan pasien
lingkungan nyaman untuk melakukan ternik
12

relaksasi
4. Membantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
Intra Operasi
1 Resiko infeksi
NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak
Tidak menunjukkan tanda-tanda 1. Memantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Merawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Menganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
2 Resiko kekurangan NOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
volume cairan Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Mencatat intake dan cairan
berhubungan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab output 2. Antisipasi tanda
dengan cairan tubuh pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam, 2. Memonitor status hidrasi dehidrasi
kehilangan TTV normal seperti membran mukosa, 3. Mengatur balance
cairan nadi, tekanan darah cairan
dengan cepat.
3. Memberi cairan yang
sesuai dengan terapi
Post Operasi
1 Nyeri berhubungan NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
dengan prosedur Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
bedah mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Memberikan pereda nyeri memperparah nyeri
penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
13

diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri


pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Memberikan analgesia
sesuai ketentuan
3. Mencegah adanya
gerakan yang
mengejutkan seperti
membentur tempat tidur
4. Mencegah peningkatan
TIK

3 Resiko infeksi
NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak
Tidak menunjukkan tanda-tanda 1. Memantau tanda / gejala infeksi
dengan luka post mengalami infeksi atau infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
operasi tidak terdapat tanda-tanda 2. Merawat luka operasi mikroorganisme
infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Mengganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
14

E. Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau
berkurang.
2. Pasien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
pasien.
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh pasien adekuat.
4. Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang
dapat diterima
5. Pasien mengalami stress minimal pada sisi operasi

BAB 4
PEMBAHASAN
A. Definisi

Sectio Cesarea adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).
15

Sectio Cesarea adalah suatu tindakan persalinan dimana janin dikeluarkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2000).

B. Etiologi

Etiologi dari operasi ini adalah kelainan dalam bentuk janin (bayi terlalu besar,
gawat janin, janin abnormal, bayi kembar), kelainan panggul, hambatan jalan
lahir, kehamilan dengan komplikasi atau penyakit menular (Sarwono, 2009).

C. Indikasi Seksio Cesaria


1. Klien dengan kehamilan post date.
2. Klien dengan panggul sempit.
3. Klien dengan pre eklampsia.
4. Klien dengan plasenta previa totalis.
5. Klien dengan kehamilan primitua.
6. Klien dengn arrest dilatation.
7. Power: kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran.
8. Passanger: keadaan janin.
9. Passage: keadaan panggul.

D. Tujuan
1. Mengatur secara sistematis alat-alat di meja instrument.
2. Memperlancar handling instrument.
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument selama opersi.

E. Persiapan Lingkungan
1. Mengatur dan mengecek fungsi couter, mesin suction, lampu operasi, meja
operasi, meja mayo dan suhu ruangan.
2. Memasang perlak dan doek pada meja operasi, sarung meja mayo,
mempersiapkan linen steril dan instrument yang akan digunakan.
3. Menempatkan tempat sampah pada tempat yang sesuai sehingga mudah
digunakan.
16

F. Persiapan Pasien
1. Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian khusus
masuk kamar operasi.
2. Pasien dan keluarga telah memberika informed consent.
3. Mengatur posisi supine (terlentang) di meja operasi.
4. Melepas perhiasan dan gigi palsu.

G. Persiapan Alat

Alat Steril

a) Set dasar

No. Nama Instrument Jumlah


1 Washing dan dressing forcep ( desinfeksi klem) 1
2 Duk klem (towel clamps) 5
3 Dissecting forcep (klem chirrugies) 2
4 Tissue forcep (pinset anatomis) 2
5 Klem pean sedang/besar 2/2
6 Klem kocker lurus 2
7 Scalp blade & handle (hand vat mess) no. 4 1
8 Gunting metzenboum 1
9 Gunting jaringan kasar 1
10 Gunting benang 1
11 Nald voeder 2
12 Langen back 1

b) Instrument tambahan
17

No. Nama Instrumen Jumlah


1 Ring klem 2
2 Peritoneum klem 4
3 Haak SC 1
4 Ring klem 4

c) Instrumen penunjang
1. Instrument penunjang steril

No. Nama Instrumen Jumlah


1 Kabel couter / selang suction 1/1
2 Waskom besar 1
3 Kom besar / kecil 1/1

2. Instrument penunjang ON steril

No. Nama Instrumen Jumlah


1 Electro Surgical Unit (ESU) 1
2 Plate diatermi 1
3 Mesin anestesi 1
4 Mesin suction 1
5 Meja operasi 1
6 Meja instrument/meja mayo 1/1
7 Lampu operasi 1
8 Tempat sampah 1
9 Troli tempat baskom 1
10 Tiang infuse 1
11 Infant warmer 1
12 Suction bayi 1
13 02 bayi 1
18

d) Set linen

No. Nama Instrumen Jumlah


1 Glown/baju 5
2 Duk besar 4
3 Duk sedang 4
4 Duk kecil 4
5 Sarung meja mayo 1
6 Handuk 6

e) Bahan habis pakai

No. Nama Instrumen Jumlah


1 Upad steril / on steril 3/1
2 Handscoon 6,5/7/7,5/8 (sesuai kebutuhan) 4/4/4/2
3 Mess no. 20 1
4 Spuit 10 cc 1
5 Aquadest steril 1 liter
6 Catheter no. 16 1
7 Urobag 1
8 Kassa besar (big kassa) 5 buah
9 Kassa sedang 20 buah
10 Deepers 5 buah
11 Alkohol 70% Secukupnya
12 Povidone iodine 10% Secukupnya
13 Hypafix Secukupnya
14 T-Plain 2-0/1 1/1
15 T-Vio 1 1
16 T-Cromic no 1/ T-Mono 3.0 1/1
17 EMP / Connection suction 1
18 Handtowel 1
19 Sofratul 1
20 Aquagell 1
19

H. Instrumentasi Teknik
1. Pasien datang, cek kelengkapan pasien, timbang terima dengan petugas
premedikasi.
2. Menulis Identitas pasien di buku register dan buku kegiatan.
3. Bantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah dialasi.
4. Dilakukan pembiusan (Regional Anastesi)
5. Lakukan Sign In
6. Atur posisi pasien/ pasien diposisikan terlentang (supine).
7. Pasang chateter no. 16 cabang 2 dan pasang urobag fiksasi dengan aquadest
10cc.(jika perlu)
8. Pasang plat diatermi dibawah pada paha kanan pasien.
9. Perawat sirkuler mencuci area operasi dengan cairan hibiscrub, lalu keringkan
dengan duk kecil.
10. Perawat instrumen melakukan cuci, memakai gaun operasi danmemakai
sarung tangan steril.
11. Perawat instrumen membantu memakaikan gaun operasi dan sarung tangan
steril kepada tim operasi.
12. Antisepsis area operasi dengan povidone iodine 10 % dalam cucing yang
berisi deppers/kasa (3 lembar) dengan mengguanakan desinfeksi klem oleh
asisten operator dan melakukan drapping.

Melakukan drapping:

 Pasang U-pad di atas simfisis pubis.


 Pasang duk sedang (2) untukmenutupi bagian bawah dan atas.
 Pasang duk besar (2) untuk samping kanan dan kiri, fiksasi dengan doek
klem (4).
 Pasang duk kecil (1) diatas simfisis pubis.
13. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat area operasi, pasang kabel
couter dan slang suction, ikat dengan kassa lalu fiksasi dengan duk klem.
Pasang canule suction, cek fungsi kelayakan couter dan suction, kemudian
lakukan Time Out.
14. Sebelum memulai operasi, operator memimpin doa terlebih dahulu.
15. Memberikan pinset chirurgis (1) kepada operator dan asisten untuk menandai
daerah insisi.
16. Berikan handvat mess no.4 dalam bengkok dan pinset chirrugi pada operator
untuk insisi kulit.
20

17. Berikan pinset chirrugi dan kassa kering pada asisten untuk rawat perdarahan
dengan couter dan disuction.
18. Berikan mess no. 20 pada operator untuk membuka fasia.
19. Berikan gunting kasar dan pinset chirrugi pada operator untuk memperlebar
fasia.
20. Fasia diperlebar hingga tampak musculus rectus abdominalis, otot displit /
dibuka secara tumpul dengan mengguanakan tangan ditarik kesamping kanan
dan kiri sampai keliatan peritoneum lalu berikan timan.
21. Berikan double pinset anatomis pada operator dan asisten dan gunting
metzemboum pada operator untuk membuka peritoneum kemudian diperlebar
mengikuti garis insisi kulit dengan menggunakan gunting metzemboum.
22. Rongga abdomen terbuka.
23. Pasang Haak SC.
24. Lakukan bladder flap (bila perlu).
25. Insisi pada SBR (kurang lebih 1 cm pada plica vesica urinaria) dengan mess
20
26. Lakukan suction.
27. Insisi diperlebar secara tumpul dengan tangan operator.
28. Tampak lapisan amonion menonjol, berikan kocker pada operator untuk
melakukan omniotomy, kemudian lakukan suction.
29. Insisi diperlebar ke lateral secara tumpul dengan mess no.20.
30. Tangan kiri operator meluksir kepala bayi.
31. Tangan kanan membuka jalan lahir.
32. Asisten mendorong fundus uteri.
33. Minta anestesi untuk injeksi oxcitosyn.
34. Kepala lahir, operator melahirkan bahu depan kemudian ditarik kemudian
lahirkan badan bayi.
35. Resusitasi bayi dengan dilap kassa basah.
36. Kemudian lahirkan bayi.
37. Berikan suction untuk menyedot perdarahan.
38. Berikan 2 klem dan gunting untuk memotong tali pusat bayi diserahkan
kepada petugas perinatologi.
39. Berikan bengkok untuk tempat plasenta.
40. Berikan 2 ring klem memegang insisi segmen bawah rahim.
41. Berikan deppers membersihkan uterus dari sisa-sisa plasenta.
42. Berikan hacting set dengan benang cromic no 2 untuk menjahit sudut uterus.
43. Berikan hacting set dengan benang monosyn 1 untik menjahit endometrium
dan sebagian myometri.
44. Berikan hacting set dengan benang croomic 2 untuk mrnjahit
retroperitoneum.
45. Berikan mikulitz 4 buah untuk menjepit peritoneum.
21

46. (Evaluasi perdarahan), jika masih terjadi perdarahan perawat menyiapkan


jahitan.
47. Menghitung dan mengeluarkan kassa besar dan instrument.
48. Berikan cairan NaCl 0,9% (bila perlu) untuk mencuci intra abdomen.
49. Lakukan Sign Out.
50. Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis. Berikan nald voeder dan
pinset anatomi dengan benang plain mo 1 dan jarum round sedang pada
operator untuk menutup peritoneum, kemudian dilanjut dengan otot, berikan
klem bengkok dan gunting benang pada asisten.
51. Berikan kocker 2 pada operator untuk menjepit ujung kanan dan kiri fasia dan
jahir dengan benang safil 1 dilanjutkan dengan jahit lemak dengan benang
plain 2-0 jarum round. kemudian tutup kulit dengan monosyn 3-0 dijahit
subkutikuler.
52. Setelah selesai dijahit bersihkan luka dengan kassa basah dan keringkan
dengan kassa kering, kemudian berikan sufratule dan tutup dengan hypafix.
53. Operasi selesai, bereskan semua alat instrument, selang suction, dan kabel
couter dilepas.
54. Bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadine yang masih menempel
dengan menggunakan handtowel dan keringkan.
55. Pindahkan pasien ke brankart dan dorong ke ruang recovery dengan petugas
anaesthesi.
56. Semua instrument didekontaminasi, dicuci, dibersihkan dan dikeringkan,
kemudian diinventaris dan di set kembali, dibungkus dengan kain siap
disterilkan.
57. Inventaris bahan habis pakai (mengisi depo alkes).
58. Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan
alat-alat yang dipakai pada tempatnya.
22

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN
Dengan memahami pembahasan Sectio Caesare dengan komplikasi KPD kita
diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik serta dapat
melakukan teknik instrument dalam melakukan tindakan Sectio caesare.
23

DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby:
Elsevier.

Carpenito, L.J. 2003.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.

Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby:
Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan materniti. Jakarta:


SalembaMedika.

NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


EGC.

Ramamurthi, Ravi, et al. 2007. Textbook of Operative Neurosurgery. New Delhi: BI


Publications.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume 8.


Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
24

Anda mungkin juga menyukai