Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

S DENGAN TUMOR PHYLLODES

DENGAN TINDAKAN SIMPLE MASTEKTOMI

Di Instalasi Bedah Sentral

MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS PRAKTIK PELATIHAN BASIC

SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSES 2019 DENGAN

MUHAMMAD SAFARI, S. Kep, Ners

OLEH:

DINI AYU LESTARI

HIPKABI PENTAGON 20th BSCORN

PELATIHAN SCRUB NURSE KAMAR BEDAH

RSD Dr. SOEBANDI JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang atas rahmat-nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “asuhan keperawatan Ny. S
dengan tumor phyllodes dengan tindakan simple mastektomi”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
1. Muhammad Safari, S. Kep, Ners selaku Pembimbing materi pelatihan ini
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan
pengarahan rangka penyelesaian penyusunan laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan pelatihan angkatan 20.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Amiin YaaRobbal ‘Alamiin.

Jember, 13 November 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor phyllodes merupakan lesi fibroepitel yang jarang terjadi. Penyebab
pasti dari tumor phyllodes dan hubungan dengan fibroadenoma masih belum
jelas.Tumor phyllodes memiliki ukuran rata-rata 4 cm namun dapat tumbuh lebih
besar dengan batas yang terus meluas.Limfadenopati aksila bisa diidentifikasikan 10
hingga 15 % tapi hanya < 1 % positif memiliki nodus patologis (Khanna, 2013).
Pada tahun 1774 Tumor phyllodes pertama kali digambarkan sebagai
fibroadenoma raksasa. Pada tahun 1827 Chelius merupakan orang yang pertama kali
menggambarkan tumor ini. Pada tahun 1838 Johannes Muller adalah orang pertama
yang menggunakan istilah phystodes cystosarcoma. Tumor phyllodes diyakini
sebagai tumor jinak hingga tahun 1943, saat Cooper dan Ackerman menyatakan
bahwa tumor ini memiliki potensi keganasan (Khanna, 2013).
Badan WHO mensubklasifikasikan tumor phyllodes secara histologi jinak,
batas, atau ganas sesuai dengan batas tumor, pertumbuhan stroma yang berlebih,
nerkosis tumor, atypia seluler, dan jumlah mitosis(Khanna, 2013).
Tumor phyllodes terjadi pada wanita dengan usia antara 45 hingga 49 tahun
dan jarang terjadi pada remaja dan orang tua. Tumor payudara yang terjadi pada
wanita 0,3 hingga 0,5% adalah tumor phyllodes dan insiden yang terjadi sekitar 2,1
juta kasus.(Khanna, 2013).
Mayoritas tumor phyllodes merupakan tumor jinak (35 % hingga 64 %) dan
sisanya dibagi antara subtipe garis batas dan ganas. Istilah tumor phyllodes mewakili
berbagai penyakit fibroephitel dan komponen epitel dengan komponen stromal
membuat tumor phyllodes berbeda dengan sarcoma stroma lainnya(Khanna, 2013).
Diagnose patologi pra operasi yang akurat memungkinkan untuk
perencanaan bedah yang benar dan menghindari operasi ulang, baik itu untuk
mencapai eksisi yang luas atau untuk mengulangi kekambuhan tumor berikutnya
(Khanna, 2013).
B. Rumusan Masalah
Laporan kasus ini disusun untuk menjelaskan “Asuhan Keperawatan Ny. S
dengan Tumor Phyllodes dengan tindakan Simple Mastektomi”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah mengerti dan memahami


“Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Tumor Phyllodes dengan Tindakan Simple
Mastektomi”

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Bagi penulis sendiri, hasil karya tulis dapat digunakan sebagai pengalaman yang
nyata tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengaan Tumor Phyllodes
dengan Tindakan Simple Mastektomi”
2. Bagi klien dan keluarga, dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu
memahami “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengaan Tumor Phyllodes dengan
Tindakan Simple Mastektomi”
3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, sebagai referensi dan tambahan
informasi dalam peningkatan dan mutu pendidikan di massa depan.
4. Bagi Rumah Sakit, hasil laporan kasus diharapkan menjadi informasi dalam
saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pasien
rumah sakit yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tumor phyllodes adalah tumor makroskopik menyerupai daging dengan
gambaran leaflike pada potongan melintang biasa juga disebut giant fibroadenoma
(zainuddin, 2014).

B. Anatomi Mammae
Struktur anatomi payudara
1. Korpus (badan payudara)
Korpus payudara adalah bagian melingkar yang mengalami pembesaran
pada payudara atau bisa disebut dengan badan payudara. Sebagian besar badan
payudara terdiri dari kumpulan jaringan lemak yang dilapisi oleh kulit (Deswani,
2018).

2. Areola
Areola merupakan bagian hitam yang mengelilingi putting susu. Ada
banyak kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar susu. Kelenjar sebasea
berfungsi sebagai pelumas pelindung bagi areola dan puting susu. Bagian areola
inilah yang mengalami pembesaran selam masa kehamilan dan menyusui (Deswani,
2018).
Di bagian dalam areola, terdapat saluran-saluran melebar yang disebut sinus
laktiferus. Sinus laktiferus ini yang bertugas untuk menyimpan susu dalam payudara
ibu selama masa menyusi sampai akhirnya dikeluarkan untuk bagi. Sel yang
berperan dalam pergerakan areola selama masa menyusui disebut sel myoepithelial,
gunanya untuk mendorong keluarnya air susu (Deswani, 2018).

3. Putting susu
Puting susu terletak dibagian tengah areola yang sebagian besar terdiri dari
serat otot polos, berfungsi untuk membantu putting agar terbentuk saat distimulasi.
Selama masa pubertas anak perempuan, pigmen yang berada di puting susu
dan areola akan meningkat (sehingga warnanya jadi lebih gelap) dan membuat puting
susu semakin menonjol (Deswani, 2018).

4. Jaringan adipose
Sebagian besar payudara terdiri dari jaringan adipose. Jaringan adiposa
menentukan perbedaan ukuran pada payudara wanita satu dengan yang lainnya.
Jaringan ini juga memberikan konsistensi yang lembut pada payudara (Deswani,
2018).

5. Lobulus, lobus, dan saluran susu


Lobules merupakan kelenjar susu, salah satu bagian dalam penyususn
korpus atau badan payudara, yang terbentuk dari kumpulan-kumpulan alveolus
sebagi unit terkecil produksi susu. Lobules yang terkumpul kemudian membentuk
lobus, dalam satu payudara wanita umumnya terdapat 12-20 lobus. Lobus dan
lobules dihubungkan oleh saluran susu yang membawa susu bermuara ke putting
susu (Deswani, 2018).

6. Pembuluh darah dan kelenjar getah bening


Pembuluh darah dan kelenjar getah bening juga merupakan bagian yang
menyusun payudara. Selain terdiri dari kumpulan lemak, pada payudara juga terdapat
kumpulan pembuluh darah yang berguna untuk menyuplai darah. terutama pada ibu
hamil dan menyusui, darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan payudara
kemudian pembuluh darah di payudara bertugas memasok nutrisi yang dibutuhkan
untuk produksi asi (Deswani, 2018).
Sementara getah bening adalah cairan yang mengalir melalui jaringan yang
disebut sistem limfatik dan membawa sel-sel yang membantu tubuh untuk melawan
infeksi. Saluran getah bening mengarah ke kelenjar getah bening yang berukuran
kecil yang merupakan bagian dari sistem limfatik (Deswani, 2018).
Kelenjar getah benig terletak di beberapa bagian tubuh seperti di ketiak,
dada, rongga perut, dan di atas tulang selangka. Pada kasus kanker payudara, sel
yang menyebabkan kanker bisa masuk melalui pembuluh darah atau saluran getah
bening. Jika kanker telah mencapai titik ini, kemungkinan besar sel kanker telah
menyebar ke bagian tubuh lain (Deswani, 2018).

C. Etiologi
Saat ini, etiologi pasti dari tumor phyllodes dan hubungannya dengan
fibroadenoma yang sudah ada sebelumnya (de novo) masih tidak jelas (zainuddin,
2014).

D. Patofisiologi
Tidak seperti payudara karsinoma, tumor phyllodes mulai di luar saluran
dan lobulus, di jaringan ikat payudara, yang disebut stroma yang mencakup jaringan
lemak dan ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan pembuluh darah dan
getah bening di payudara. Selain sel stroma, tumor phyllodes juga dapat mengandung
sel dari saluran dan lobules (khanna, 2013).

E. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO membagi tumor phyllodes kedalam kategori
jinak, batas, dan ganas berdasarkan derajat atypia seluler stroma, aktivitas mitosis per
10 medan daya tinggi, derajat pertumbuhan berlebih stroma, tumor nekrosis, dan
penampilan tepi
Kriteria Jinak Batas Ganas
Stromal Minimal Moderate Marked
cellularity and
atypia
Stromal Minimal Moderate Marked
overgrowth
Mitoses/10 high 0-4 5-9 ≥10
power field
Tumor margins Wel circumscribed Zone of Infiltrative tumor
with pushing tumor microscopic margins
margins invasion around
tumor margin
Klasifikasi menurut azzopardi et al dan salvadori et al
Tipe histology
Kriteria
Jinak Perbatasan Ganas
Tumor margins Pushing ↔ Infiltrative
Stroma cellularity Low Moderate High
Mitotic rate (per 10
<5 5-9 ≥10
hpf)
Plemorphism Mild Moderate Severe

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak
nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba-tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar dalam
beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor phyllodes berupa
benjolan lunak dan bulat, mirip fibroadenoma, namun berukuran besar (>2-3
cm). Tumor dapat terlihat jelas jika cepat membesar. Pembesaran cepat tidak selalu
mengindikasikan sifat ganas. Terlihat mengilat dengan permukaan kulit seperti
teregang disertai pelebaran vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang tidak
tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi jaringan. Walaupun
perubahan kulit seperti layaknya pada tumor payudara selalu menunjukkan tanda-
tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor phyllodes; borok pada kulit dapat
terjadi pada jenis lesi jinak,borderlineataupun ganas. Retraksi putting tidak umum
terjadi. Ulserasi mengindikasikannekrosis jaringan akibat penekanan tumoryang
besar(zainuddin, 2014).
Menurut jurnal ISRN Surgery:

1. Kulit di atas tumor besar mungkin memiliki pembuluh darah lebar dan
perubahan warna biru.

2. Fiksasi pada kulit dan otot pectoralis telah dilaporkan, tetapi ulserasi jarang
terjadi.
3. Lebih sering ditemukan di kuadran luar atas dengan kecenderungan yang sama
terjadi pada kedua payudara.

4. Tumor phyllodes jarang yang bilateral.

5. Ukuran rata-rata tumor phyllodes adalah sekitar 4 cm. 20% tumor tumbuh lebih
besar dari 10 cm (tumor phyllodes raksasa). Tumor ini dapat mencapai ukuran
hingga 40 cm.

6. Sebagian besar pasien memiliki riwayat fibroadenoma.

7. Limfadenopati aksila dapat diidentifikasikan hingga 10-15% dari pasien tetapi


<1% memiliki nodus positif patologis (khanna, 2013).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Pemeriksaan mammografi menunjukkan pencitraan dengan bentuk bulat
atau berlobus, batas tergas, struktur internal yang heterogen, dan septasi internal
yang tidak meningkat(khanna, 2013).
2. Ultrasonografi
Bentuk bulat dengan batas halus tepi ekologen dan gema internal tingkat
rendah homogeny(khanna, 2013).
3. Ultrasonografi dopler warna
Ciri-ciri yang menunjukkan sifat ganas, jika:

a. ditandai hypoechogenisitas,
b. bayangan akustik posterior,
c. margin tumor tidak jelas.
d. nilai RI yang lebih tinggi (indeks resistensi),
e. peningkatan PI (indeks pulsasi),
f. peningkatan Vmax (kecepatan aliran puncak sistolik)
g. Ini menunjukkan massa oval atau lobulated dengan batas bulat.
h. Halo radiolusen dapat terlihat di sekitar lesi karena kompresi di sekitarnya.
i. Kalsifikasi kasar (tetapi jarang terjadi mikrokalsifikasi ganas). (khanna,
2013).

4. MRI

1. Bentuk bulat atau berlobus dan margin yang jelas.


2. struktur internal heterogen / septations nonenhancing,
3. menunjukkan sinyal hypointense pada gambar T1-weighted,
4. menunjukkan sinyal hyper / isointense pada gambar T2-weighted,
5. pola peningkatan kontras:
a. lesi jinak : peningkatan awal yang lambat dengan fase tertunda persisten;
b. lesi ganas:
1) peningkatan awal yang cepat dengan fag dataran tinggi,
2) peningkatan awal yang cepat dengan fenomena wash-out (khanna,
2013).

5. Pemeriksaan patologis/histologis
Karena kedua tumor phyllodes dan fibroadenoma termasuk dalam spektrum
lesi fibroepithelial, diagnosis sitologis akurat tumor phyllodes dengan aspirasi jarum
halus bisa menjadi sulit. Secara sitologis, seringkali lebih mudah untuk membedakan
tumor phyllodes jinak dan ganas daripada memisahkan tumor phyllodes jinak dari
fibroadenoma (khanna,2013).

H. Penatalaksanaan
1. Management bedah
Studi menunjukkan tidak ada perbedaan antara operasi konservatif payudara
dan mastektomi dalam menunjukkan kelangsungan hidup bebas dari metastasis
tumor, namun insiden menunjukkan kekambuhan lokal baerasal dari operasi
konservatif payudara (khanna, 2013).
Tumor harus direseksi dengan margin minimal 1 cm terutama di garis batas
tumor ganas. Tindakan ini dapat dilakukan dengan lumpektomi atau mastektomi,
tergantung ukuran tumor payudara. Pada tumor phyllodes jinak yang tampak seperti
fibroadenoma dilakukan eksisi lokal dengan kebijakan “awasi dan tunggu”. Dengan
pendekatan seperti itu, tingkat kelangsungan hidup dapat mencapai 4 % hingga 96 %.
Eksisi tumor phyllodes ganas harus dilakukan pertimbangan. Karena tumor
phyllodes mengalami penyebaran hematogen, pasien dengan metastase kelenjar
getah bening <1% pembarsihan aksila rutin tidak dianjurkan. Diseksi aksila
diperlukan ketika secara histologis sel-sel ganas positif (khanna, 2013).

2. Terapi adjuvant
Peran radioterapi dan kemoterapi tetap tidak pasti, tetapi hasil radioterapi
dan kemoterapi untuk jaringan lunak menunjukkan bahwa pelaksanaannya dalam
kasus tumor phyllodes ganas menunjukkan hasil yang menggembirakan (khanna,
2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Richard J. Barth Jr menunjukkan bahwa
reseksi margin-negatif dikombinasikan dengan radioterapi adjuvant adalah terapi
yang efektif untuk mengontrol lokal tumor garis batas dan phillodes ganas. Di MD
Anderson Cancer Center, radioterapi direkomendasikan hanya untuk kasus-kasus
dengan margin bedah positif atau hampir positif dan kasus-kasus tertentu yang
prosedur bedah selanjutnya tidak dapat dilakukan.

I. Mastektomi
1. Pengertian
Mastektomi adalah sebuah prosedur pembedahan untuk pengangkatan
payudara, baik itu salah satu atau keduanya. Prosedur mastektomi biasanya
melakukan pengangkatan sebagian atau seluruh jaringan payudara (Gonzales, 2019).
2. Macam-macam mastektomi
Menurut breastcancer.org yang diakses pada tahun 2019 ada lima jenis
mastektomi, yaitu:
a. Mastektomi sederhana (simple mastektomi)
Masktektomi sederhana dilakukan oleh dokter bedah dengan mengangkat
seluruh payudara namun tidak dilakukan diseksi kelenjar getah bening aksila, tidak
ada otot yang diangkat di bawah payudara.
Simple mastektomi biasanya dilakukan pada pasien dengan area karsinoma
ductal in situ dan pasien yang ingin melakukan mastektomi profilaksis
(pengangkatan payudara untuk mencegah terjadinya kembali kanker payudara)
b. Mastektomi radikal termodifikasi
Mastektomi radikal termodifikasi dimana dokter bedah mengangkat seluruh
payudara, diseksi kelenjar getah bening aksila dan tidak ada otot dari bawah
payudara yang diangkat.
Mastektomi radikal biasanya dilakukan pada pasien dengan kanker
payudara invasive yang memutuskan untuk melakukan mastektomi radikal
termodifikasi untuk memeriksa kelenjar getah beding dengan pengambilan sebagian
kelenjar getah bening sehingga membantu untuk mengidentifikasi apakah sel kanker
mungkin sudah menyebar ke luar daerah payudara.
c. Mastektomi radikal
Mastektomi radikal dilakukan oleh dokter bedah dengan mengangkat
seluruh payudara dan kelenjar getah bening seluruhnya dan juga mengangkat otot-
otot dinding dada di bawah payudara.
Mastektomi radikal direkomendasikan ketika kanker payudara telah
menyebar ke otot-otot dada di bawah payudara.
d. Mastektomi partial
Mastektomi partial adalah pengangkatan bagian kanker dari jaringan
payudara dan beberapa jaringan normal sekitarnya.
e. Mastektomi subkutan (nipple-sparing)
Mastektomi subkutan adalah semua jaringan payudara diangkat, tetapi
puting tidak dilakukan pengangkatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
No.Register : 271XXX
Alamat : Kampung Baru - Kalisat
Diagnose Medis : Tumor Phyllodes
Tanggal MRS : 10 November 2019
Tanggal pengkajian : 12 November 2019
Ruang : Pre operasi
B. Pre Operatif
Pengkajian

1. Keluhan utama : Pasien mengeluh takut akan dilakukan operasi dan


takut bila tidak memiliki payudara lagi.

2. Riwayat penyakit : Tidak ada

3. Riwayat operasi : Tidak ada

4. Riwayat alergi : Tidak ada

5. Persiapan darah : 2 Kolf PRC

6. Jenis operasi : Bersih

7. Tanda-tanda vital : TD: 115/68 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 15 x/


menit, suhu: 36,5oC

8. Prosedur operasi : Simple mastektomi

9. Riwayat psikososial

a. Status emosional : Tenang

b. Tingkat kecemasan : Cemas

c. Skala kecemasan
□ 0 = Tidak Cemas

□ 1 = Mengungkapkan kerisauan

□ = Tingkat perhatian tinggi

□ = Kerisauan tidak berfokus

□ = Respon simpati-adrenal

□ = panik

Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien cukup
2) Kesadaran
GCS 456
3) Pemeriksaan head to toe
(1) Kepala dan rambut
Simetris, tidak ada krepitasi, tidak ada benjolan, dan rambut bersih.
(2) Wajah
Wajah simetris, tidak ada lesi pada wajah, tampak tegang, dan gelisah
(3) Mata
Tidak odem, pupil isokor, reflek cahaya positif, menghindari kontak
mata dengan tim operasi
(4) Hidung
Simetris, dan tidak ada perdarahan pada hidung
(5) Telinga
Tidak ada gangguan pendengaran pada pasien
(6) Mulut dan bibir
Mulut kering, tidak sianosis dan tidak ada reflek muntah
(7) Leher
Tidak ada jejas dan tidak ada pergeseran trakea.
(8) Mammae
Kulit nampak mengilat dengan permukaan kulit teregang dan nampak
borok kulit
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS:Pasien mengeluh takut akan Ansietas kurang
dilakukan operasi pengetahuan
tentang
DO: Wajah tegang, menghindari kontak
pembedahan yang
mata dengan tim operasi, TD: 115/68
akan dilaksanakan
mmHg, Nadi : 84 x/menit, Skala
dan hasil akhir
kecemasan 1.

2. DS: takut bila tidak memiliki payudara Gangguan perubahan dalam


lagi. body penampilan
DO : Wajah tegang, dilakukan operasi
image sekunder
simple mastektomi
Diagnosa Keperawatan : - ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir

Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan


sekunder

Rencana Keperawatan

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan


yang akan dilaksanakan dan hasil akhir
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
NOC : Pengurangancemas NIC : Ansiety Control
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam 1. Bantu pasien mengekspresikan perasaan
tingkat kecemasan pasien marah, kehilangan, dan takut.
berkurang atau hilang. 2. Kaji tanda ansietas verbal dan
Kriteria hasil : nonvervbal.
 Pasien menyatakan kecemasan 3. Jelaskan tentang prosedur pembedahan
berkurang sesuai jenis operasi.
 Pasien mampu mengenali 4. Beri dukungan prabedah.
perasaan ansietasnya 5. Beri lingkungan yang tenang dan
 Pasien dapat mengidentifikasi suasana penuh istirahat.
penyebab atau faktor yang 6. Tingkatkan kontrol sensasi pasien.
memengaruhi ansietasnya 7. Orientasikan pasien terhadap prosedur
 Pasien kooperatif terhadap rutin dan aktivitas yang diharapkan.
tindakan 8. Beri kesempatan pada pasien untuk
 Wajah pasien tampak rilek mengungkapkan ansietasnya.

Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji secara verbal dan non verbal respon
keperawatan selama 1x24 jam klien terhadap tubuhnya
diharapkan Citra Tubuh klien 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
meningkat dengan Kriteria Hasil : 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
 Body image positif kemajuan dan prognosis penyakit
 Mampu mengidentifikasi 4. Dorong klien mengungkapkan
kekuatan personal perasaannya
 Mendiskripsikan secara faktual 5. Fasilitasi kontak dengan individu lain
perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial

Implementasi keperawatan
Implementas
NIC : Ansiety Control
1. membantu pasien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
2. Mengkaji tanda ansietas verbal dan nonvervbal.
3. Menjelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis operasi.
4. Memberi dukungan prabedah.
5. Memberi lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
6. Meningkatkan kontrol sensasi pasien.
7. Mengorientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
8. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.

1. Mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Memonitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Menfasilitasi kontak dengan individu lain
Evaluasi

1. Pasien kooperatif dalam tindakan perioperatif dan menunjukkan


berkurangnya tingkat ansietas seperti wajah tidak tegang lagi, adanya
kontak mata yang baik terhadap tim operasi.

2. Pasien mampu menerima tindakan operasi yang dilakukan dan berlapang


dada dengan keadaannyas

C. Intra Operatif
Pengkajian

a. Pembedahan dimulai jam : 13.45 wib

b. Anggota tim terdiri dari : Operator, asisten 1, perawat instrument 1


dan perawat instrument 2, perawat sirkuler, dokter anastesi, asisten anastesi.

c. Tindakan operasi : Simple mastektomi

d. Antibiotik profilaksis : Sudah diberikan 1 jam sebelum insisi.

e. Catatananestesi : Pasien ASA 2

f. Antisipasi kehilangan darah : Ada

g. Peralatan instrument : Steril sesuai indicator dan tidak ada masalah


pada peralatan dan jumlah kasa yang disiapkan 60 lembar

h. Kasa yang terpakai : 50 lembar

i. Foto-foto pasien : Sudah ditampilkan

j. Jenisanestesi : General Anastesi

k. Posisioperasi : Supine

l. Alat-alat penunjang : Mesin Conecting, ESU,


mesin monitoring, lampu operasi dan bor.
m. Suhu ruangan : 20,5o C

n. Kelembapan udara : 64%

o. Tindakan aseptic tim operasi : Baik

p. Tanda-tanda vital : TD: 125/78 mmHg, N: 78 x/ menit

q. Macam operasi : Bersih

r. Urgensi operasi : Elektif

Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: - Resiko Area pembedahan
DO: infeksi
1. Dilakukan tindakan operasi
Cranioplasty autograft
2. Klasifikasi luka : Bersih
3. Kelembapan udara : 64%

2. DS: - Resiko Paparan


DO: suhu ruangan 20,5o C hipotermi lingkungan dingin
3. DS : - Resiko Tindakan
DO : Pasiendilakukangeneral cedera pembedahan
anastesi

Diagnosa keperawatan:

1. Resiko infeksi yang berhubungan dengan area pembedahan


2. Resiko hipotermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang dingin
3. Resiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan

Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
No
Keperawatan Hasil
1. Resiko infeksi yang NOC :Infection NIC :Infection Control
berhubungan dengan Control 1. Kaji suhu badan
area pembedahan Setelah dilakukan pasien dan tanda
pembedahan tindakan keperawatan, vital
diharapkan tidak 2. Pertahankan teknik
terjadi infeksi pada aseptif, kebersihan
klien dengan kriteria tangan atau
hasil: melakukan cuci
1. Klien tidak tangan bedah
menunjukan 3. Batasi pengunjung
adanya tanda-tanda bila perlu
infeksi 4. Mengkaji warna,
2. Tidak ada turgor, kelenturan
gangguan serta suhu kulit,
gastrointestinal membran mukosa
3. Respirasi dalam terhadap kemerahan
batas normal (16- dan panas
24 x/menit) 5. Monitor tanda dan
4. Suhu dalam batas gejala infeksi
normal (36,5oC - sistemik dan lokal.
37,5 oC) Evaluasi keadaan
pasien terhadap
tempat-tempat
munculnya infeksi
dilakukannya
tindakan operasi
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik
sesuai ketentuan
2 Resiko hipotermi bd NOC : NIC : Temperatur
paparan lingkungan Thermoregulation regulation
dingin Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
tindakan keperawatan, vital terutama pada
diharapkan tidak suhu
terjadi hipotermi pada 2. Monitor warna kulit
klien dengan kriteria 3. Tingkatkan intake
hasil: cairan
1. Temperatur suhu 4. Selimuti pasien untuk
dalam batas normal mencegah hilangnya
(36,5oC-37,5oC) panas tubuh
3 Resiko cedera bd NIC: Risk Kontrol NIC : Enverionment
tindakan Safety management
pembedahan Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
tindakan keperawatan yang aman untuk
selama 1x 24 jam klien
diharapkan klient tidak 2. Identifikasi kebutuhan
mengalami cedera keamanan klien,
dengan kriteria hasil : sesuai kondisi fisik
1. Klien bebas dari 3. Hindarkan lingkungan
cedera yang berbahaya
memberikan
potitioning yang tepat
4. Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
aman
5. Kontrol lingkungan
kamar operasi

Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan

NIC :Infection Control


1. Mengkaji suhu badan pasien dan tanda vital
2. Mempertahankan teknik aseptif, kebersihan tangan dengan melakukan cuci
tangan bedah
3. Membatasi pengunjung bila perlu
4. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu kulit, membran mukosa
terhadap kemerahan dan panas
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Evaluasi keadaan
pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat dilakukannya
tindakan operasi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai ketentuan
NIC : Temperatur regulation
5. Memonitor tanda-tanda vital terutama pada suhu
6. Memonitor warna kulit
7. Meningkatkan intake cairan
8. Menyelimuti pasien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
NIC : Enverionment management
6. Menyediakan lingkungan yang aman untuk klien
7. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai kondisi fisik
8. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya memberikan potitioning yang
tepat
9. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman
10. Mengontrol lingkungan kamar operasi

Evaluasi Keperawatan

1. Selama operasi berlangsung tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi dan


tim operasi memperhatikan tehnik aseptic untuk mencegah terjadinya
infeksi di kemudian hari
2. Tanda-tanda vital pasien menunjukkan kestabilan selama operasi dan
tidak ada tanda-tanda terjadinya hipotermi
3. Tidak ada tanda-tanda terjadinya cedera, dan tim operasi juga sangat
menjaga keamanan pasien. Seperti: sebelum pemakaian esu dicek apakah
terjadi konsleting ataupun kerusakan pada alat esu, tim operasi juga
memperhatikan keaman potitioning selama operasi berlangsung, dan
penghitungan alat serta kasa yang terpakai.

D. Post Operatif

Pengkajian

a. Pasien pindah ke : Recovery room yang didamping oleh perawat


anastesi pada jam 14.15 WIB

b. Keluhan saat di RR : Pasien masih belum sadar dari pengaruh general


anastesi

c. Keadaanumum : Sedang dan masih terpasang trakeoustube

d. Kesadaran : Somnolen

e. TTV : Suhu 36,1 0C , Nadi 80 x/mnt, TD 125/78 mmHg,


RR 15x/menit

Analisa Keperawatan
No. Data Masalah Etiologi
1. DS:- Ketidakefektifan disfungsi
DO:pasien tidak sadar efek bersihan jalan neuromuskular
anastesi dan masih terpasang napas
2. trakeostube.
DS : - Resiko jatuh medikasi :
DO: Pasien masih dalam pengaruh
pengaruh general anastesi dan general
Pemindahan ke RR masih di anastesi
dampingi perawat anastesi

Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi


neuromuscular

2. Resiko jatuh berhubungan dengan medikasi : pengaruh general anastesi

Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
No
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektif NOC :Status NIC :Manajemen Jalan Napas
an bersihan Pernapasan: Tindakan:
jalan napas b/d Kepatenan jalan napa 1. Observasi suara napas
disfungsi Setelah dilakukan tambahan
neuromuskular tindakan 2. Observasi status pernapasan
keperawatan pasien dan oksigenasi
menunjukkan bersihan 3. Ganti kassa di mulut pasien
jalan napas yang dan bersihkan saliva yang
efektif dengan kriteria ada
hasil: 4. Posisikan pasien untuk
1. Tidak ada suara memaksimalkan ventilasi
napas tambahan 5. Usahakan sebelum
2. Tidak ada akumulasi memindakan pasien ke RR
saliva berlebihan pastikan pasien sudah
3. Pasien mampu mampu bernapas spontan
bernapas spontan atau terpasang trakeostube

2 Resiko jatuh NOC: Safety NIC : Management


bd medikasi : behavior: lingkungan : keamanan
pengaruh pencegahan jatuh: 1. Identifikasi kebutuhan
general dengan indikator: keamanan pasien
anastesi 1. Mengoreksi 2. Identifikasi lingkungan yang
penggunaan membahayakan keamanan
peralatan 3. Pindahkan bahaya dari
2. Menerapkan lingkungan pasien
precaution saat 4. Modifikasi lingkungan untuk
melakukan meminimalkan bahaya dan
pengobaatan yang resiko
meningkatkan 5. Sediakan peralatan protektif
resiko jatuh 6. Bantu pasien yang belum
adekuat melakukan
mobilisasi
7. Berikan edukasi kepada
anggota keluarga tentang
faktor resiko yang
meningkatkan potensi jatuh
dan bagaimana cara
mengurangi resiko tersebut

Implementasi keperawatan
Rencana Tindakan

NIC :Manajemen Jalan Napas


Tindakan:
1. Mengobservasi suara napas tambahan
2. Mengobservasi status pernapasan dan oksigenasi
3. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Mengusahakan sebelum memindakan pasien ke RR pastikan pasien sudah
mampu bernapas spontan atau terpasang trakeostube
NIC : Management lingkungan : keamanan
1. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien
2. Mengidentifikasi lingkungan yang membahayakan keamanan
3. Memindahkan bahaya dari lingkungan pasien
4. Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
5. Menyediakan peralatan protektif

Evaluasi Keperawatan
1. Pasien masih belum bisa bernafas spontan dan masih terpasang
trakeostube selama perjalanan ke ruang recovery room
2. Pasien yang dipindahkan ke ruang recovery room tidak mengalami cedera
ataupun jatuh dan selama perjalanan ke ruang recovery room didampingi
oleh perawat anastesi dan bed pasien terdapat pagar pengaman.
PROSEDUR TINDAKAN

Pre operatif
A. Hand Over
1. Pengecekan inform konsen sudah ditandatangani oleh keluarga dan saksi-saksi.
2. Pengecekan administrasi, meliputi:
a. Surat ijin operasi
b. Surat ijin anastesi
c. Hasil laboratorium dan penunjang lainnya
B. Ruang Pre operatif
1. Pasien yang tiba di ruang operasi dipersilahkan/dibantu untuk mengganti baju
operasi dan memakai topi bedah kemudian pindah ke brankar.
2. Kemudian cek tanda-tanda vital
3. Kemudian pasien dibimbing untuk melakukan do’a
4. Setelah melakukan do’a pasien kemudian ditransfer dengan branchard ke kamar
operasi yang didampingi oleh transporter dan perawat.

Persiapan ruangan

1. Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin couter, bed
operasi, lampu, meja instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar
operasi
2. Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo

3. Memberi alas underpad pada bagian kepalapasien

4. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya


Situation
Pasien elektif
Background
1) Diagnosa Pra Operatif : Tu Phyllodes
2) Rencana operasi : total paroidektomi
3) RPD : Tidak ada
4) Alergi : Tidak ada
5) Darah : PRC 2 kolf
6) Informed Consent : Ada
7) Konsultasi : Jantung dan Anestesi sudah dilakukan
8) Foto : Ada
9) Pemeriksaan Lab : Ada
10) Alat bantu : Tidak ada
11) Vital Sign : TD: 115/68 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 15 x/
menit, suhu: 36,5oC
12) Kesadaran : compos mentis (4:5:6)
13) Keluarga : Menunggu di ruang tunggu.

Sign In

1. Apakah pasien telah dikonfirmasi nama, lapangan operasi, prosedur, dan informed
consent?
□ Sudah
□ Belum
2. Apakah lapangan operasi sudah diberi tanda?
□ Sudah
□ Tidak perlu
3. Apakah mesin anastesi dan premedikasi telah diperiksa?
□ Ya
4. Apakah alat pulse oksimetri yang terpasang pada pasien berfungsi dengan baik?
□ Ya
5. Apakah pasien memmiliki riwayat alergi/infeksi/HIV/hepatitis/TB?
□ Ya…….
□ Tidak
6. Kesulitan menjaga jalan nafas atau resiko aspirasi?
□ Ya, dan tersedia peralatan dan bantuan
□ Tidak
7. Resiko kehilangan darah > 500 ml (7ml/kg pada anak)?
□ Ya, dan dua VI line/akses sentral dan cairan telah disiapkan
□ Tidak

Persiapan pasien
1. Perawat kamar operasi memeriksa kesesuaian identitas pasien dengan
menanyakan nama sekaligus mengecek gelang identitas pasien
2. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan status pasien termasuk di
dalamnya persetujuan informed consent
3. Pasien dipastikan dalam keadaan bersih, yaitu mandi sebelum dilaksanakan
pembedahan
4. Perhiasan pasien dilepas semua baik cincin atau jam tangan dan gigi palsu bila
ada
5. Perawat memindahkan pasien dari brankard ke bed operasi dengan posisi
supinasi.

Set Instrumen
Alat on steril di ruangan

Set Ruangan Jumlah


Meja Operasi 1
Meja Mayo 1
Meja Besar 1
Suhu Ruangan 18-220c
Kelembapan Ruangan 60%
Suction 1
Esu 1
Mesin Anestesi 1
Papan Tulis 1
Lampu Operasi 1
Tempat Sampah 3

Antiseptic
Antiseptic Jumlah
Povidone Iodine 10% +/- 50 cc
Drapping
Bahan Jumlah
Doek Steril
1. Doek Besar 2 Buah
2. Doek Kecil 3 Buah

Gowning
Bahan Jumlah
Gowning 4 Buah

Gloving
Jenis/Ukuran Jumlah
Gloving
1. Glove (handscoon) Ukuran 6,5 2
2. Glove (handscoon) Ukuran 7 3

Alat steril
1) Set instrumen
Set Dasar Jumlah
Sponge holding forcep (Ballanger) 1
Towel forceps (Backhaus) 6
Surgical scissors (Nelson Metzenbaum) 1
Surgical scissors (Deaver) 2
Needle holder (Brown) 2
Tissue forcep(Dissecting Forceps) 3
Tissue forcep (Chirurgische) 2
Retractor (Volkman) 2
Hemostatic forceps (Pean) 6
Hemostatic forceps (Kocher) 2
Scalpel handle (Fig 3) 1
Scalpel blade no 10 1
Receptacles (Cucing) 2
Receptacles(Bengkok) 1
Retractor (Parker Langen Beck) 2
Rectangle klem 1

2) Bahan Habis Pakai


NO JENIS/UKURAN JUMLAH
1 Scalpel blade no 10 1
2 underpad 1
3 Nacl 0,9% 2
4 Syringe 10 cc 2
5 Aqua for injection 1
6 Selang suction connecting 1
7 Surgipen 1
8 Canul suction 1
9 Suture Side 2.0/3.0 2/2
10 Plester 10 cm
11 Apron 4
12 Suture Nylon 2/0, 3/0 2-2
13 Suture Vycril2/0, 3/0 2-2

Antiseptic
Antiseptic Jumlah
Povidone Iodine 10% +/- 50 cc

Drapping
Bahan Jumlah
Doek Steril
1. Doek Besar 2 Buah
2. Doek Kecil 3 Buah
Gowning
Bahan Jumlah
Gowning 4 Buah

gloving
Jenis/Ukuran Jumlah
Gloving
3. Glove (handscoon) 2
Ukuran 6,5
4. Glove (handscoon) 3
Ukuran 7

Intra Operatif

1. Pasien dilakukan pembiusan dengan General anastesi


2. Kemudian perawat kamar bedah melakukan skin preparation.
3. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning, dan gloving. Kemudian
membantu tim bedah lain untuk melakukan gowning dan gloving.
4. Perawat instrumen dan asisten melakukan drapping area operasi lapis demi lapis
sampai sebatas area operasi dan fiksasi dengan towel forceps (backhaus).
5. Operator melakukan antisepsis dengan Povidone Iodine 10%
6. Setelah di berikan antisepsis perawat melakukan drapping dengan kertas, duk
kecil diletakkan di bawah tangan kiri pasien lalu duk besar di bagian dada ke
kepala dan dada ke kaki dan samping kanan kiri duk kecil kemudian di klem
dengan towel forceps (backhaus)
7. Siapkan surgipen dan connecting suction
8. Timeout
□ Konfirmasi : apakah seluruh anggota tim telah memperkenalkan nama
□ Konfirmasi : nama pasien, prosedur, dan dimana insisi akan dilakukan
Terhadap ahli bedah
1) apakah antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit terakhir
□ sudah
□ belum
□ tidak perlu
antisipasi langkah kritis
2) Adakah keadaan kritis/langkah yang tidak rutin?
□ Tidak
□ Iya
3) Adakah antisipasi kehilangan darah?
□ Tidak
□ Ya (PRC 2 Kolf)
Terhadap anastesi
4) Adakah kondisi khusus pada pasien?
□ Tidak
□ Ya (ASA 2)
Terhadap tim perawat
5) Apakah semua peralatan sudah steril sesuai indicator?
□ Tidak
□ Ya
6) Adakah masalah pada peralatan?
□ Tidak
□ Ada
7) Apakah foto-foto pasien yang penting telah ditampilkan?
□ Sudah
□ Tidak
8) Berapa julah kasa yang disiapkan?
60 lembar
9. Operator melakukan set marking menggunakan cairan povidon iodine pada
daerah yang akan diinsisi
10. Operator melakukan insisi dengan mes nomor 15 menggunakan scalpel handle
no 3 sampai jaringan fat (lemak).
11. Perawat instrumen memberikan surgipen kepada operator dan asisten 1
retractors volkman (hakta jamgigi 4)
12. Jika ada perdarahan rawat perdarahan dengan hemostatic forceps dan surgipen
serta suction untuk menghisap asap dari surgipen maupun darah yang
menghalangi lapang pandang.
13. Lakukan eksisi sampai tumor terangkat dengan menggunakan rectangle klem
untuk memisahkan jaringan tumor.
14. Setelah tumor terangkat lakukan irigasi dengan NaCl 0.9 %.
15. Kemudian suction cairan NaCl 0,9% hingga bersih kemudian lakukan rawat
perdarahan jika masih terdapat perdarahan.
16. Sign out.
1) Perawat secara lisan menyampaikan
□ Nama dari prosedur
Simple mastektomi
□ Apakah instrument, alat habis pakai (kasa) dan jarum tlah dihitung
□ Tidak
□ Ya
□ Jumlah kasa yang dipakai
60 lembar
□ Labeling dari specimen (baca label specimen dengan keras termasuk
nama pasien)
□ Adakah masalah tehadap peralatan yang dipakai
□ Tidak
□ Ya
Terhadap ahli bedah, anastesi dan perawat
□ Adakah hal yang penting untuk pulih, sadar dan perawatan pasien telah
diperlihatkan?
□ Tidak
□ Ya
17. Pasang drain no 14 dan fiksasi dengan suture side 2-0
18. Jahit jaringan lemak menggunakan suture vicryl 2-0
19. Jahit kulit dengan suture nilon 3-0
20. Bersihkan area operasi dengan kasa basah NaCl 0.9% dan keringkan dengan
kasa kering
21. Berikan povidon iodin pada luka jahit tutup dengan kasa kering dan kemudian
ditutup dengan plester.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Identitas klien
Pengkajian sebagai langkah awal dalam proses keperawatan telah dilakukan
di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember pada tanggal 10
November 2019. Pada pengkajian identitas didapatkan umur klien adalah 45 tahun,
jenis kelamin perempuan. Secara teori menurut khanna (2013) tumor phyllodes
rentan terjadi pada wanita dan berusia 45 hingga 49 tahun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa teori dan fakta lapangan sudah sesuai.

B. Riwayat penyakit dahulu


Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu klien tidak memiliki riwayat
penyakit apapun. Sedangkan secara teori menurut zainuddin (2014), etiologi dari
tumor phyllodes masih tidak jelas apakah ada hubungannya tumor phyllodes dengan
fibroadenoma yang sudah ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori dan fakta
lapangan sesuai.

C. Manifestasi Klinis
Pada tumor phyllodes yang terjadi pada klien nampak mengilat dengan
permukaan kulit teregang dan nampak borok kulit. Secara teori menurut zainuddin
(2014), tumor phyllodes terlihat kulit mengilat dengan permukaan kulit seperti
teregang disertai pelebaran vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus Pada kasus-
kasus yang tidak tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi
jaringan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori dan fakta lapangan sudah sesuai.
D. Penatalaksanaan
Pada penanganan tumor phyllodes yang terjadi pada klien dilakukan operasi
mastektomi. Secara teori menurut khanna (2013), penatalaksanaan tumor phyllodes
dilakukan managemen bedah konservatif payudara dan mastektomi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa teori dan fakta lapangan sudah sesuai.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, baik secara teoritis maupun secara
tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Diagnosa keperawatan yang
berhubungan pada pasien ada 7 diagnosa keperawatan, yaitu ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan dan hasil
akhir, gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder, resiko infeksi berhubungan dengan area pembedahan, resiko hipotermi
berhubungan dengan paparan lingkungan dingin, resiko cedera berhubungan dengan
tindakan pembedahan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
disfungsi neuromuscular, dan resiko jatuh berhubungan dengan medikasi: pengaruh
general anastesi
Intervensi dan implementasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan
dengan kondisi pasien saat pre, intra dan post operasi. Adapun evaluasi yang
dilakukan selama pemberian asuhan keperawatan sudah sesuai dengan intervensi
yang disusun oleh penulis.

B. Saran

1) Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui cara menjaga luka operasi dan selalu
memperhatikan petunjuk dokter/perawat serta dukungan keluarga sangat penting
dalam proses penyembuhan pada pasien dengan diagnosa skull defect

2) Perawat

Perawat maupun tim medis lainya harus terampil dalam melakukan asuhan
keperawatan perioperative dan harus memperhatikan konsep aspetik serta
keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6960993/11_212Tumor_Phyllodes_JURNAL

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3615633/

deswani. 2018. Asuhan keperawatan prenatal dengan pendekatan neurosains.


Malang. Wineka media

https://www.medicalnewstoday.com/articles/302035.php

Anda mungkin juga menyukai