OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764
OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764
i
LEMBAR PERNY AT AAN BEBAS PLAGIAT
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii ii
Laporan Tugas Akhir ini oleh Nm Fajm:wnti May:asa:ri NIM AOAOl.50764 dengan
judul "iAsuhan Kepwawalan ptida Paste» Demensia dengan Gtm'ggUan Pola
Tithu di Griya Asi11' Lawang" te~ah disetujui oleh pr:mbunbing studi kasus
progrmn. studm D m Kept1mwatan Sek,olah Tin.ggi nmu Kesehatan Kendedes
Malang pad!a :
Hari - : ~\a.sq
Tmggal : .tt ~~\!~~~ a-o \I
iii
LELMEMBABRAPRENPGE
NESGAEHSAANHAN
HHarai ri
: TaTnagnggaglal
:
DDisaishakhakna
noloelheh: :
(…………… ) 30 - o 8 ~ o'>ol~
NNs.sS. iStiitKi Khohloiflaihfa, hS, Tanda Tangan ( (……………) )
.SK.Kepe.p• .M, M.K.eKpep TaTnadnadaTaTnagn
NNIDIND.N0. agnan
7027620660863803101
PePnegnugjiujIi I
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kendedes Malang
iviv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
Mayasari, Nur Fajarwati. 2018. Nursing Care for Dementia Patients with
Sleeping Disorder at Griya Asih Lawang. . Final Project Report of
Nursing Diploma III Study Program of Kendedes Health Sciences
Malang. Counselor I: Ns. Eny Rahmawati, M. Kep.; Counselor II: Ns.
Dwi Nur Rahmantika, M. Kep.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan
Kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan tugas akhir
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan
Pola Tidur di Griya Asih Lawang Kabupaten Malang”sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
Diploma III Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
Penulis menyadari bahwa proposal laporan tugas akhir ini tidak mungkin
selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan.Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Ucapan terima kasih terutama
ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
1. dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG (K) Pembina Yayasan Kendedes Malang
yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
2. drg. Suharwati ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan
kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
3. dr. Endah Puspitorini, MscIH., DTMPH., selaku PLH Ketua Yayasan
Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal
laporan tugas akhir.
4. Ns. Chinthia Kartiningtias, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Ns. Eny Rahmawati, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Ns. Afiatur Rohimah, S.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Orang Tua dan saudara, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
proposal laporan tugas akhir ini dapat selesai pada waktunya.
8. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Agustus2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................. v
ABSTRACT……………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR.......................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
viii
1.5.2 Bagi Praktis ....................................................... 6
2.2.6 WOC............................................................... 21
....................................................................... 26
ix
2.4 Konsep Tidur.............................................................. 35
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
2.4.7
2.5.1
2.5.2
2.5.3
2.5.4
2.5.5
3.3 Partisipan................................................
x
3.9 Etika Penelitian .......................................................... 74
4.1 Hasil
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
4.2.5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Bagan 3.1
Bagan 4.1
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
xiii
............................................................................................ 93
............................................................................................ 95
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lawang
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan
(Santoso&Ismail, 2013).
aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun
mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah
dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak,
1
2
untuk mengatur pola tidur, sehingga penderita mengalami gangguan pola tidurnya.
Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu
fungsi mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik tersebut
demensia. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan
demensia dan di Indonesia pada tahun 2015 lansia yang menderita demensia
diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam sepuluh Negara dengan
demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2015 dan usia diatas 60 tahun
(Dinkes provinsi jawa timur, 2014). Data lansia yang berada di Griya Asih
Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia dan terdapat yang mengalami tanda
pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan memori, risiko jatuh,
defisit perawatan diri, gangguan pola tidur. Tetapi peneliti lebih tertarik
kegangguan pola tidur karena jika tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai
gejala salah satunya terdapat kantung mata, tidak konsen dalam bekerja. Dampak
pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru
kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu
membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan;
sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2014).
kogntif yang buruk akan memperbesar resiko fungsi kogntif yang buruk dan
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu
aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif
dari tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari
organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia seperti penyakit demensia
pada lansia atau sering dikenal oleh orang awam sebagai penyakit pikun.
Gangguan tidur yang disertai gangguan kognitif salah satunya disorientasi waktu
menyebabkan penderitaan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain. Gangguan pola tidur yang sering terjadi pada
usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika terbangun di
Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Pada usia 65
gangguan tidur dan dua pertiga dari mereka yang tinggal di tempat perawatan
usia lanjut juga megnalami gangguan pola tidur. Pada usia lanjut tersebut
tentunya ingin tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator
kebahagiaan dan derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan tidur
yang lain dapat dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan mental
(Prayitno, 2013). Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang
signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya
pola tidur yang terjadi pada lansia dengan gangguan kognitif adalah karena
sehingga kwalitas tidurnya pun terganggua juga inilah yang dinamakan gangguan
pola tidur pada lansia dengan gangguan kognitif. Sulitnya kemampuan tidur
pola tidur yang bernama nukleus preoptic ventrolateral seiring usia bertambah.
penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Disini peran perawat sendiri adalah
memberikan asuhan keperawatan pada lansia seperti melakukan intervensi yang
sesuai dengan keluhan yang dialami lansia sehingga keluhan lansia dapat teratasi
diharapkan kualitas hidup lansia dapat meningkat dan para lansia bisa hidup
produktif diusia senja mereka. Disini perawat juga memberi dukungan dalam
1.4 Tujuan
1) Bagi Peneliti
pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
5) Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
2013).
macam factor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
8
9
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
2013).
lanjut meliputi:
1) Perubahan Fisik
2) Perubahan Psikososial
gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak
karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat timbul kesepian
Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga
muskuloskeletal, dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat
panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada orang di
2.2.1 Definisi
timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai
dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar,
Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat
belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori
terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan
secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering
bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif.
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
2.2.2 Klasifikasi
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer.
5) Kehilangan inisiatif.
a) Stadium I (amnesia)
2. Amnesia menonjol
b) Stadium II (bingung)
2. Episode psikotik
3. Agresif
4. Salah mengenali keluarga
4. Inkontinensia urin
b. Demensia Vascular
darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat
2. Menurut usia
mental.
terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur
anatomisnya :
baik.
suportivitas.
berkesinambungan, inkoheren.
2. Moderat
hidup mandiri.Hanya hal – hal yang sangat penting yang masih dapat
dipertahankan.
3. Severe
2.2.3 Etiologi
1. Penyakit alzaimer
2014)
(Nugroho, 2014)
2014)
6. Neurotransmitter
Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala
Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala
Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa”
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
20
20
2012).
5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
2.2.5 Patofisiologi
Demensia sering terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu
pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses
penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka
sering kali menutup – nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal
yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang
– orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa
bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan
Asetilkoin menurun
Risiko Gangguan
jatuh pola tidur
2. Imaging
scan.
5. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari /
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain
1. Farmakoterapi
Memantine
dengan stroke.
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
a. Diet
4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk
(Harrisons,2014):
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
2.3.1 Definisi
memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari
kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal
yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian otak
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem
dalam tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi
kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya
2014).
1. Orientasi
tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih
2. Atensi
3. Bahasa
a. Kelancaran
b. Pemahaman
c. Pengulangan
d. Penamaan
4. Memori
recall, yaitu :
(Tambunan, 2013).
5. Visuospasial
6. Fungsi eksekutif
7. Fungsi konstruksi
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
Karena tidak ada penyebab secara yang pasti dari gangguan kognitif dan
gejalanya pun berbeda – beda dari setiap penderitanya, maka tak ada obat
oleh penyedia layanan kesehatan yang berbed a, mulai dari dokter sampai pekerja
2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau
tertentu.
ingatan.
(making self understood) dan makan (eating). Tiap kategori dibagi dalam 7
grup, dimana pada skala nol (0) dinyatakan intact sampai skala enam (6)
dinyatakan sebagai gangguan fungsi kognitif yang sangat berat (very severe
penilaian fungsi kognitif yang akurat dan penuh arti pada populasi dalam
recall
makan (eating)
status kognitif dan status mentalpada usia lanjut (Kochhann dkk. 2013).
Sebagai satu penilaian awal, pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling
banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah tes yang
paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup
a. Normal 24 – 30.
No Aspek Kognitif
1 Orientasi
2 Regristrasi
5 Bahasa
Total
Interpretasi hasil :
2.4.1 Definisi
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat
berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu proses yang sangat
penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini
begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali
(Castro, 2014).
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa
tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk
dkk, 2014).
Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-
organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali
selama tidur dan penurunan laju metabolik basal penyimpanan persediaan energi
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan sistem saraf pusat, saraf perifer,
tidur tergantungg dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular Activating System (RAS) di batang otak diyakini mempunyai sel khusus
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial
cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata
gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat
dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam
keadaan tidur. Tanda tidur NREM adalah mimpi yang berkurang, keadaan
dan gerakan mata lambat (Kaplan dkk, 2010). Biasanya tidur pada malam
hari itu adalah tidur NREM. Tidur saat ini sangat dalam, tidur penuh dan
1. Tahap I
mudah.
2. Tahap II
3. Tahap III
4. Tahap IV
Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan
mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah
total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
1. Lingkungan
2. Kelelahan
3. Penyakit
yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan
normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu
4. Gaya hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum
dapat tidur.
40
40
memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering kali
6. Merokok
yang tidak perokok. Dengan menahan tidak merokok setalah makan malam
orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola
Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu
1. Insomnia
baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia
inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa
2. Hipersomnia
merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya
berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegilasahan,
kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan
metabolisme.
3. Parasomnia
praktikus.
4. Narkolepsia
ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sitem sarap pusat.
d. Terganggu pernafasan
f. Merasa kedinginan
g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasa kesakitan
j. Alasan lain :
Bagaimana anda
9 menilai kualitas tidur anda sebulan ini ?
Komponen
Kualitas Tidur
secara subyektif
Durasi Tidur G
(lamanya waktu
tidur) a
m
b
Skor Latensi Tidur ra
a
Latensi Tidur n
(waktu yang diperlukan untuk memulai tidur)
k
e
Efesiensi
tidur
s
Rumus: i
m
Jumlah lama tidur p 100%
memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini
tidur terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor
5-8 adalah pertanyaan tertutup dan masing-masing mempunyai rentang
Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7,
sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai mencapai 15-21.
2.4.7 Penatalaksanaan
1) Terapi musik
2014).
tidak menyenangkan.
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
“Terapi Musik”
PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawa
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau
indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggi
6 Jelaskan tujuan, prose
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan k
8 Menanyakan keluhan
9 Jaga privasi klien. Me
10 Menetapkan perubaha
11 Menetapkan ketertarik
12 Identifikasi pilihan mu
13 Berdiskusi dengan kli
musik.
14 Pilih pilihan musik ya
15 Bantu klien untuk mem
16 Batasi stimulasi ekster
telepon selama mende
17 Dekatkan mp3 musik
18 Pastikan mp3 dan perl
19 Dukung dengan headp
20 Nyalakan musik dan l
21 Pastikan volume musi
22 Hindari menghidupkan
lama.
23 Fasilitasi jika klien ing
musik atau bernyanyi
24 Hindari stimulasi mus
25 Menetapkan perubaha
26 Menetapkan ketertarik
27 Identifikasi pilihan mu
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan
29 Simpulkan hasil kegia
30 Berikan umpan balik p
31 Kontrak pertemuan se
32 Akhiri kegiatan denga
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 Catat hasil kegiatan di d
catatan keperawat
- Nama Px, Umu
- Keluhan utama
- Tindakan yang
- Lama tindakan
- Jenis terapi mu
- Reaksi selama,
- Respon klien.
- Nama perawat
- Tanggal pemer
2.5 Konsep Keperawatan
2.5.1 Pengkajian
1. Aktifitas istirahat
1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti pu
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tid
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, mele
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan katete
6. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya s
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari pir
Keterangan :
No
1. Mengontrol BAB
2. Mengontrol BAK
3.
4. Toileting
5.
6.
7. Mobilisasi / berjalan
8. Berpakaian
10.
TOTAL
No Item Keseimbangan
50
50
1. Duduk ke berdiri
4. Berdiri ke duduk
5. Berpindah
6. Berdiri dengan
menutup mata
3. Integritas ego
dengan diare.
5. Hygene
menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada
6. Neurosensori
7. Kenyamanan
8. Interaksi sosial
tepat.
9. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas
apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.
Gejala klinis :
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,
konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit
kepala.
teratur.
1) Data subyektif
2) Data obyektif
3) Diagnosa keperawatan
a) Risiko Jatuh
yang komplek
e) Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan (disorientasi waktu,
lingkungan, tempat)
NO
1. Kerusakan
Memori Definisi: ketidakmampuan mengingat
( Nanda, 2015) Batasan Karakteristik :
1. Ketidakma mpuan melakukan keteram
a
2. Ketidakma mpuan mempelaja ri infor
3. Ketidakma
mpuan mempelaja ri keterampil an ba
4. Ketidakma mpuan mengingat informa
5. Keidakma mpuan mengingat perilaku
6. Ketidakma
mpuan
mengingat peristiwa
mpuan menyimpa
n informasi
8. Lupa melakukan perilaku pada waktu
9. Mudah lupa
NO
2. Defisit perawatan
diri (mandi)
Batasan karateristik:
1. Ketidakma mpuan membasuh tubuh
2. Ketidakma mpuan mengingat waktu u
3. Ketidakma mpuan mengambil pealata
60
60
Faktor yang
berhubungan :
1. Gangguan neuromusk ular
2. Gangguan kognitif
3. Kelemahan
NO
3 Ketidakefektifan
koping
NO
Definisi :
Interupsi jumlah waktu dan kualitas akibat faktor e
Faktor Resiko
1. Kesulitan jatuh tertidur
2. Ketidakpua san tidur
3. Menyataka n tidak
merasa
cukup tidur
4. Perubahan pola tidur normal
NO
5 Risiko jatuh
Definisi : Peningkata
n kerentanan untuk jatuh yang
Faktor Resiko
1. Dewasa
a. Usia 65 tahun atau lebih
b. Riwayat jatuh
c. Prosthesis eksremita s bawah
an alat bantu
2. Lingkungan
a. Lingkung an yang tidak terorganis
b. Ruang yang memiliki pencahay aan
3. Fisiologis
as bawah c. Arthritis
2.5.4 Implementasi
2013).
telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan
berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang
kondisi klien.
lain-lain.
sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik
kliet saat ini, perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lainnya dan
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu (Parwoto, 2015). Studi kasus
ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi asuhana keperawatan pada klien
lansia dengan demensia disertai gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
menjelaskan istilah – istilah kunci yang menjadi focus studi kasus. Beberapa
timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai
2. Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu
(Harsono, 2014).
3.3 Partisipan
69
70
70
Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah dua
klien yang memiliki masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama.
Partisipan atau unit yang diteliti dalam studi kasus ini klien demensia dengan
1. Inklusi
2. Ekslusi
tanggal 20 Juli s/d 3 Agustus 2018 dengan responden para lansia penghuni Griya
Asih Lawang.
1. Wawancara
sehari-hari yang dilakukan klien sebelum sakit dan pada saat sakit.
Sumber data dapat diperoleh dari ungkapan secara langsung yang
wajah klien , pola aktivitas sehari-hari klien, tanda- tanda vital klien
dan juga fungsi dari organ-organ klien masih berfungsi dengan baik
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi
utama yaitu klien, perawat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
kebenaran dari temuan data yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
Analisa Data
Penarikan kesimpulan
Penyajian data
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
identitas dari klien serta surat informed consent yang telah disetujui
responden.
4. Kesimpulan
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2014):
a. Partisipasi klien
c. Komitmen
d. Prosedur pelaksanaan
f. Manfaat
g. Kerahasiaan
3. Confidentiality (kerahasian)
4. Justice (keadilan)
perawat bekerja untuk klien yang benar sesuai hukum, standar praktek
5. Veracity (Kejujuran)
6. Beneficence
penelitian dan harus dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah
7. Nonmaleficience
dirugikan.
BAB IV
4.1 Hasil
Lawang. Didalam Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang ini
menampung anak yatim atau yatim piatu dan juga lansia atau disebut dengan
panti werdha dengan sistem rumah asuh atau pendampingan saja. Griya Asih
Lawang terdiri dari bangunan asrama panti werdha, bangunan anak yatim,
2
bangunan aula, perkantoran dan rumah dinas dengan luas 6000 m dengan
personil organisasi sebanyak 21 orang dengan tugas yang telah dibagi masing-
4.1.2 Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas Klien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Status pernikahan
Agama
Pekerjaan
Suku bangsa
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
77
78
78
b. Status kesehatan
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit
Sekarang
Riwayat Penyakit
Dahulu
Sering Riwayat
Penyakit Keluarga
c. Genogram
Klien 1
Ket :
: perempuan
: laki-laki
X : meninggal
: menikah
X X X X X X : penderita / klien
Klien 2 Ket :
: perempuan
: laki-laki
X : meninggal
: menikah
X X X X X : penderita / klien
d. Pola kesehatan
POLA
KESEHATA N
Pola Nutrisi
Pola
Eliminasi
Pola
Istirahat/tidur
Pola Personal
Hygiene
80
80
Pola Aktifitas
Ketergantung
an
e. Pemeriksaan fisik
Suhu
Nadi
Tekanan Darah
Pernafasan
GCS
TB
BB
Keadaan Umum
Kepala
Ekspresi wajah
Rambut
Kulit Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Asimetris/simetris
Pembesaran
kelenjar lymfe
Pemeriksaan Thorak
Pulmonum
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cardiovaskular
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Inguinal – Geeatalia
dan Anus
Kekuatan otot
Rentang gerak
Deformitas
Tremor
Edema kaki
Gaya Berjalan
f. Psikososial
No Keterangan
2 Hubungan dengan
orang lain
3 Peran dalam
kelompok
4 Kesedihan yang
dirasakan
5 Stabilitas emosi
No Instrumen
1.
2. Barthel indeks
3.
4.
5.
No
1. Ds : klien mengatakan
sering lupa
Do:
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisn
2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberik
3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor
2. Ds :Klien mengatakan
sering terbangun pada malam hari karena ingin ke kamar
Do :
1. Klien sering terbagun malam hari
No
1 Ds : klien
mengatakan sering lupa
Do:
1. Klien saat menjawab pertanyaan s
2. Klien
bertanya nama peneliti berulang- ula
3. Hasil dari pengkajian MMSE den
22 (sedang)
2 Ds :Klien
mengatakan sering terbangun pada malam hari
Do :
1. Klien tampak susah mengawali untuk
mukanya
sering dibuka dan ditutup
2. Terdapat
kantung mata
3. Saat pagi klien tampak sering men
4. Saat duduk di kursi roda klien sering ertid
6. Hasil dari pengkajian PSQI 1
3 Ds : klien
mengatakan kaku di lutut dan susah digerakkan
2 2
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
Tanggal muncul
Klien 1
Klien 2
4.1.5 Intervensi
Tabel 4.10 Intervensi klien I
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum
Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien
setelah intervensi
1) Sangat terganggu
a) Tidak dapat memproses informasi atau bahkan
b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. Td
2) Terganggu
a) Hanya informasi yang sangat sederhana yang d
b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibutu
3) Cukup terganggu
a) Susah memproses informasi yang sederhan
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan
4) Sedikit terganggu
a) Dapat memproses informasi yang bersifat sederh
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan ban
5) Normal
a) Dapat memproses informasi dengan baik
Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara mandiri.
Tabel 4.11 Intervensi klien II
1. Risiko jatuh
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x kunjungan dala
Dengan kriteria hasil :
1. Mematuhi saat beraktivitas menggunakan alat bantu
2. Beraktivitas secara dibantu orang lain
minimal.
NOC : Kejad.an jatuh
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Susah saat X √
2 susah saat X √
3
kesulitan X √
melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum interv
Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu
a) Susah saat berdiri: tidak dapat berdiri
b) Susah saat berjalan : tidak dapat berjalan sepenuhnya
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari :diba
2) Terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: diabn
3) Cukup terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: diabn
90
90
4) Sedikit terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan mengunakan
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan
alat bantu saja
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: m
5) Tidak terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri sendiri dengan alat b
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan sendiri tanpa alat ban
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari : t
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum interv
Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah menggunakan gambar dengan
intervensi cara yang tepat( mengunakan
1) Sangat terganggu simbol, gambar, tulisan )
a) Tidak dapat memproses informasi atau 11) Kolaborasi dengan perawat
bahkan tidak ada informasi yang dapat yang lain agar selalu
diingat atau diproses. memantau klien dan
b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. mengingtkan klien
Tdak dapat melakukan sama sekali 12) Kolaborasi dengan tim medis
kegiatan sehari-hari. lainnya
2) Terganggu
a) Hanya informasi yang sangat sederhana
yang dapat diterima oleh klien.
b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dibutuhkan bantuan dari orang lain secara
maximal.
3) Cukup terganggu
a) Susah memproses informasi yang
sederhana tetapi masih ada informasi
yang dapat diterima.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain secara
minimal
4) Sedikit terganggu
a) Dapat memproses informasi yang bersifat
sederhana.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain atau hanya
dengan alat bantu.
5) Normal
a) Dapat memproses informasi dengan baik
Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara
mandiri.
93
93
4.16 Implementasi
Kunjungan ke 1
2018
Jam Implementasi
19.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri
2. Mengukur TTV
a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan
3. Mengkaji pola tidur
a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur
b. Mencatat mulai jam berapa mulai
tidur
c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur
d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan
4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
tidur
a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing,
lelah.
5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari
a. Peneliti mencatat mulai jam berapa
klien terbangun
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan
klien saat akan tidur
b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok
c. Klien lebih suka menghadap tembok saat tidur
d. Klien saat tidur lebih suka menyalahkan lampu kamar
7. Memberikan terapi relaksasi
a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur
b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada
c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
Tabel 4.13 Implementasi klien I
Kunjungan ke 1
2018
Jam Implementasi
09.0 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
0 kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri
2. Memonitor daya ingat klien
a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien
3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan
a. Berbicara sedikit keras dan jelas
b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara
4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang
harus dilakukan oleh klien
a. Melakukan kontrak dengan klien
5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress
a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien
6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien
a. Peneliti melakukan pendampingan
senam otak
7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat
a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
Risiko Jatuh
Kunjungan ke 1
Jam Implementasi
10.00 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh a. Melihat klien tremor
2. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka )
a. Melihat kondisi lingkungan dari
klien
3. Mendorong klien untuk menggunakan tongkat atau alat p
a. Klien menggunakan kursi roda
4 Membantu toilet seringkali, interval dijadwalkan
a. Klien memakai pempers
5 Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien
a. Aktivitas klien dalam pengawasan
Kunjungan ke 1
2018
Jam Implementasi
19.30 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri
2. Mengukur TTV
a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan
3. Mengkaji pola tidur
a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur
b. Mencatat mulai jam berapa mulai
tidur
c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur
d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan
4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
tidur
a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing, lelah.
5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari
a. Peneliti mencatat mulai jam berapa
klien terbangun
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan
klien saat akan tidur
b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok
c. Klien lebih suka saat memulai tidur mukanya tertutup oleh kertas
7. Memberikan terapi relaksasi
a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur
b. Peneliti mengajarkan mengurangi
minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari
c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
Tabel 4.16 Implementasi klien II
Kunjungan ke 1
2018
Jam Implementasi
09.0 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
0 kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri
2. Memonitor daya ingat klien
a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien
3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan
a. Berbicara sedikit keras dan jelas
b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klie
4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien
a. Melakukan kontrak dengan klien
5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress
a. Peneliti melakukan 45 menit
setiap kali pertemua dengan klien
6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien
a. Peneliti melakukan pendampingan senam otak dan
100
1001
tepat
asi tentang
a keklien
4.17 Evaluasi
Kunjungan ke 1
1
1 1
2
2 2
3
3 3
4
4 4
Kunjungan ke 1
Kunjungan ke 1
S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya saja diawasi oleh orang lain
O:
1. K/U baik
2. Kesadaran compos mentis
3. Klien selalu diawasi oleh orang lain
4. Klien berusia lanjut
5. Skore BBS 9
6. Kekuatan otot
5 5
2 2
NOC : Kejad.an jatuh
No Indikator
2 Kesulitan 1 2
melakukan
3 kegiatan dasar 2 3
hidup sehari-hari
Kunjungan ke 1
1
2
2
3
3
4
4
No Indikator
1 Waktu tidur
2 Kualitas tidur
3
Teknik relaksasi
4 Lingkungan
Kunjungan ke 1
1.2 Pembahasan
4.1.6 Pengkajian
Pada kasus yang dikelola peneliti, klien 1 berusia 75 tahun, berjenis kelamin
perempuan dan klien 2 berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan pada tanggal 2
juli 2018 peneliti melakukan pengkajian dasar pada klien dan juga pengkajian tentang
kemampuan kognitif klien menggunakan MMSE dan didapatkan total skor 19 yang
menurut kriteria tergolong gangguan kognitif sedang, keluhan klien : klien mengeluh
sering lupa terhadap informasi yang diterimanya dan susah untuk mengingatnya.
Sedangkan klien 2 klien mengalami demensia dengan hasil pengkajian MMSE dengan
hasil 22 dan termasuk gangguan kognitif sedang hasil pengkajian pada tanggal 2 Juli
2018 adalah klien mengatakan lupa dengan informasi yang didapatkan bahkan untuk
mengingat nama saja klien mengalami kesulitan. Menurut teori memang benar
seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan
(Turana, 2015).
Gangguan pola tidur merupakan salah satu dampak dari demensia yang tidak
tertangani, dan fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Gangguan pola
tidur sering terjadi pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan
jika terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali. Dan melakukan pengkajian
tentang gangguan pola tidur menggunakan PSQI dan didapatkan total skor 21 untuk
klien 1 yang menurut kriteria tergolong gangguan kualitas tidur buruk, keluhan klien :
sering terbangun dimalam hari biasa sampai 1-2x dalam semalam. Sedangkan untuk
klien 2 PSQI dan didapatkan total skor 19 yang menurut kriteria tergolong gangguan
kualitas tidur bruk, keluhan klien : sering terbangun dimalam hari, saat tidur kedua
klien lebih suka menyalakan lampu kamarnya, untuk klien 1 kebiasaan sebelum tidur
adalah klien lebih suka tidur lebih ketengah kemudian menghadap tembok, sedangkan
untuk klien 2 kebiasaan sebelum tidur menutupi mukanya deangan kertas. Dalam
penelitian Ernawati, Ahmad Syauqy, Siti Haisah ini diperoleh lansia bisa tidur dalam
waktu 30-60 menit. Sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan
matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic
ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat
Hasil dari pengkajian pada kedua klien terdapat tanda dan gejala yang sesuai
dengan masalah keperawatan yang diangkat oleh peneliti yaitu gangguan pola tidur.
Pada Ny. L ditandai dengan data subyektif klien mengeluh sering terbangun dimalam
hari dan sulit untuk mengawali tidur malam yang didapatkan data objektif pada Ny. L
tampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantung mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Selain melalui pengkajian dasar
peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan PSQI dan
didapatkan skor 21 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola tidur
buruk. Pada Ny. Y didapatkan data subyektif klien mengatakan kalau tidur malam
untuk mengawali tidur susah. Data objektif pada Ny. Y tampak sering terbangun pada
malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien
tampak ingin tidur, saat pagi hari tampak tertidur dikursi rodanya. Selain melalui
pengkajian dasar peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan
PSQI dan didapatkan skor 19 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola
tidur buruk. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi
secara optimal (Haryati, 2013). Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang
individu (Harsono, 2014). Diagnosa prioritas kedua yang diangkat adalah gangguan
pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan karena pada lansia sering
neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic ventrolateral
seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat disebabkan
klien tersebut yaitu kerusakan memori dengan pengkajian MMSE untuk klen 1 terdapat
skore 19 sedangkan untuk klien 2 terdapat skore MMSE 22 yang artinya kedua klien ini
didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan
(Turana, 2015). Menurut riset benar memang hal ini berhubungan dengan proses
degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia,
maka tidak salah jika lansia lebih banyak mengalami gangguan kognitif.
110
1101
Untuk diagnosa prioritas pada klien ke-2 adalah risiko jatuh diagnosa ini tidak
dialami oleh klien ke-1 dengan didapatkannya data klien pemeriksaan BBS sedang
dikarenakan peneliti mengambil responden lansia usia 70-80 tahun yang rentan sekali
mengalami jatuh. Risiko jatuh sering diwaspadai saat lanjut usia selain dari faktor usia
juga karena penurunan fungsi organ tubuh yang sangat berbeda jauh dari fungsi organ
pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan
tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan
3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola
tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang
diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan
perencanaan antara lain:Kaji pola tidur dengan cara observasi, Monitoring TTV, Beri
edukasi pentingnya kebutuhan tidur, Kaji pola tidur dengan cara observasi,
Monitoring kenyamanan setelah tidur, Observasi sering terbangun pada malam hari,
Ciptakan lingkungan yang aman, Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih
dan nyaman, Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman, Berikan terapi
keperawatan yang berpedoman pada NIC. Rencana Keperawatan pada gangguan pola
tidur baik, waktu tidur lebih lama. Saat intervensi dilaksanakan banyak perbedaan
teori dengan lapangan sehingga peneliti memodifikasi yang sesuai dengan keadaan
klien. Menurut riset juga tidak mudah menemukan kasus yang sesuai dengan teori
4.1.9 Implementasi
tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan mencapai status kesehatan klien (Wijaya, 2013), pada penelitian ini
peneliti menggunakan terapi musik selama 30 menit sebelum tidur kepada klien yang
diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat
berkurang. Peneliti sering kehilangan data dikarenakan beberapa faktor salah satunya
adalah lingkungan sehingga klien meskipun sudah mendengarkan terapi musik tetapi
masih sulit mengawali tidurnya. Dari riset yang menjadi acuan peneliti ini terdapat
perubahan hormon saat lansia sehingga dapat mengganggu kualitas tidurnya, jadi
tidak salah jika sudah dilaksanakan terapi tetapi tetap mengalami gangguan pola
tidur.
meninggkatkan kognitif klien, dilakukan ±15-30 menit setiap pagi. Peneliti hanya
mendampingi saat senam otak dan mengarahkan gerakan yg ditirukan lewat video
yang diputar, yang lebih membutuhkan pengarahan adalah pada klien ke-2 karena
melakukan kolaborasi seperti pemberian obat dari dokter atau ahli medis lainnya.
Selain itu tidak dilakukan semua perencanaan karena sesuai dengan kondisi klien dan
lingkungan.
jatuh terdapat pemeriksaan BBS terdapat skore 9 yang artinya klien harus memakai
kursi roda. Kebetulan klien sudah memakai kursi roda peneliti hanya mengajarkan
posisi duduk di kursi roda dengan baik, dan penggunaan kursi roda dengan benar.
4.1.10 Evaluasi
Ny. L didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh sering terbangun pada malam
hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. L klien nampak
sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong
mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil
data subjektif klien masih mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah
mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak terbangun pada malam
hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien
tampak ingin tidur. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur.
Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data klien masih sering terbangun pada malam
hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak
terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata,
saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur
tetapi masih mengalami gangguan pola tidur dikarenakan lingkungan nya karena
teman satu kamarnya sering berbicara keras sehingga klien merasa sulit untuk tenang
susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. Y klien nampak susah
mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong
mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur
dikursi roda. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien masih
mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak susah
mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong
mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur
dikursi roda. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur dengan
bantuan peneliti atau asisten peneliti. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data
klien masih susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak
susah mengawali tidurnya di malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, sering tertidur di kursi roda.
Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur dibantu oleh peneliti atau asisten
peneliti.
Pada klien gangguan kognitif dengan gangguan pola tidur selain dilakukan
senam otak juga dilakukan terapi musik untuk mengatasi gangguan pola tidurnya,
tidurnya terutama dimalam hari. Usia lanjut sendiri merupakan hal yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri
dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015) pada usia
lanjut terjadilah penurunan kognitif yang dipengaruhi oleh adanya perubahan pada
struktur dan fungsi organ otak yang menyebabkan seorang lansia akan sering lupa.
Diusia lanjut juga sering terjadi kasus gangguan pola tidur karena adanya disorientasi
Penyakit demensia sendiri tidak dapat disembuhkan karena penyakit ini diengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain usia. Pada usia lanjut kemampuan kognitif maupun
motorik menurun dan hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak bisa disembuhkan.
Terapi musik sendiri dilakukan untuk merelaksasi fikiran saja sehingga lebih tenang
yang muncul pada kedua klien tidak dapat teratasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
tidak tercapainnya masing-masing indikator yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini
disebabkan karena terapi musik haruslah dilakukan secara rutin setengah jam
sebelum tidur, sedangkan untuk kedua klien ini peneliti mengobservasi selama 14
hari tetapi masih sering lupa untuk dilaksanakan oleh klien, dan terdapat satu faktor
yang tidak terkaji yaitu sering BAK pada malam hari pada klien ke-1 sehingga pola
1.1 Kesimpulan
1.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 2 juli 2018 . Klien 1
menderita demensia dengan gangguan pola tidur dan didapatkan data subjektif klien
sering megeluh lupa akan informasi yang didapatnya dan susah mengigat informasi,
dan mengeluh susah mengawali tidur pada malam hari dan sering terbangun dimalam
hari. Data objektif yang di dapatkan klien tampak bingung, klien tampak sering
menguap dipagi hari, klien tampak sering terbangun pada malam hari bias sampai 1-
2x/malam, terdapat kantong mata, klien dalam pengawasan saat melakukan kegiatan
diagnonsa demensia dan gangguan pola tidur didapatkan data subjektif klien
mengatakan susah dalam mengingat informasi dan susah untuk mengawali tidurnya
saat malam hari. Data objektif yang di dapatkan, keadaan klien tampak bingung saat
di beri informasi, klien saat malam hari tampak susah untuk mengawali tidurnya, saat
pagi hari klien sering menguap, klien saat pagi hari tampak sering tertidur dikursi
rodanya. Klien dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.
115
116
1161
Dari hasil pengkajian pada Ny. L dan Ny. Y didapatkan diagnosa keperawatan
yang muncul adalah: risiko jatuh, gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan
pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan
tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan
3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola
tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang
diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan
perencanaan antara lain: 1. Kaji pola tidur dengan cara observasi 2. Monitoring TTV
3. Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur 4. Kaji pola tidur dengan cara observasi
hari 7. Ciptakan lingkungan yang aman 8. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang
bersih dan nyaman 9. Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 10.
1.1.4 Implementasi
Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi musik kepada klien yang
diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat
untuk melakukan terapi musik sebelum tidur selama setengah jam melakukan terapi
musik yang fungsinya untuk merelaksasi fikiran agar lebih mudah memulai tidur,
klien 2 jam 18.30 mengobservasi klien, melakukan pengkajian dan bina hubungan
1.1.5 Evaluasi
Evaluasi yang diberikan pada klien 1 dan 2 yang telah dilakukan implementasi
maka didapatkan klien 1 Ny. L dengan data subjektif : klien masih susah mengawali
tidurnya dimalam hari, dan untuk terapi musiknya dapat dilakukan klien secara
mandiri dengan tetap diobservasi peneliti. Data objektif pada Ny. L klien sudah dapat
melakukan terapi musik secara mandiri meskipun kadang lupa untuk dilakukan dan
klien masih dalam pengawasan orang lain saat melakuka aktivitas, Sedangkan
evaluasi Ny. Y dengan data subjektif : tidurnya mulai bias agak sore an. Data obektif
: klien melaksanakan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti dan
klien masih dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.
1.2 Saran
Diharapkan klien mampu melakukan terapi musik sebelum memulai tidur secara
rutin untuk mencapai hasil yang maksimal meskipun masih membutuhkan bantuan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan latihan ini sebagai salah
atau teknik terapi dalam membantu penderita demensia untuk mengatasi gangguan
Eprints.undip.ac.id/44525/3/Danu_kumajaya_22010110110028_BAB_II.pdf
Pratiwi. 2013. Pola komsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat
2018
Prawoto, Edy.2015. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah : studi kasus program
Verhey & de vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention
on informal caregives. Diakses maret 2017.Diakses Desember 2017.
www21.ha.org.hk/sub/EM/files/Dementia-Indonesia.pdf?ext=.pd Halim,
Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapimusik dalam dunia kesehatan.
www.tempo.co.id/medika. Diakses juli 2018.Pandoe, Wing. 2006. Musik terapi.
JADWAL PENELITIAN
NO URAIAN
Ma Jang,
Respond
en
Kepada :
Yth.Bapak/Ibu
Ditempat
Dengan hormat,
Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Kendedes Malang, dengan ini saya :
Malang,
Hormat saya,
A. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
b) Saat Pengkajian :
C. STATUS KESEHATAN
1. Penyakit yang pernah dialami :
( ) Kecelakaan :
( ) Operasi :
( ) Penyakit :
2. Alergi :
3. Imunisasi :
4. Kebiasaan :
A. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
2. Pola Eliminasi
3. Pola Istirahat /
4. Pola Personal
5. Pola Aktivitas
6. Ketegantungan
Frekuensi / pola
Porsi yang dihabiskan
Komposisi menu
Nafsu makan
Jenis minuman
Frekuensi / Pola
POLA ELIMINASI
1. BAB (Buang Air Besar)
POLA ELIMINASI
Frekuensi / Pola
Konsistensi
Kesulitan
Frekuensi / Pola
Konsistensi
Kesulitan
Tidur Siang
Tidur Malam
Mandi
Keramas
Gosok gigi
H. POLA KOMUNIKASI
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
GCS :
TTV :
TD : RR :
Nadi : Suhu :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
b. Mata :
c. Hidung :
d. Mulut :
e. Telinga :
f. Leher :
3. Dada
Jantung :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Paru :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
5. Abdomen
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
b. Anus :
7. Ekstremitas
Edema :
Kekuatan Otot :
8. Kulit dan Kuku
a. Kulit :
b. Kuku :
1. Pengkajian Fungsional Klien
a. Pengkajian KATZ
KATZ Indeks
No
1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggu
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak m
7. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaska
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagi
8. Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot, memakai pempers
9. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangk
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih perpind
0. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter,p
1. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring da
Keterangan :
No
1. Mengontrol BAB
2. Mengontrol BAK
3.
4. Toileting
11.
12.
14. Berpakaian
15. Naik turun tangga
16.
TOTAL
NilaiADL : 20 : Mandiri
a. Psikososial
No Keterangan
1 Komunikasi
dengan orang lain
2 Hubungan dengan
orang lain
3 Peran dalam
kelompok
4 Kesedihan yang
dirasakan
5 Stabilitas emosi
2 Regristrasi
4 Mengingat
5 Bahasa
Total
Interpretasi hasil :
Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Gambaran kesimpulan kuesioner kualitas tidur
Komponen
Kualitas Tidur
secara subyektif
Durasi Tidur
(lamanya waktu tidur)
Latensi Tidur
(waktu yang diperlukan untuk memulai tidur)
Efesiensi
tidur
Rumus:
Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin
buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki nilai
validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga memiliki
kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang diperoleh kurang benar
terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor 5-8 adalah pertanyaan tertutup
lebih dari 3 kali seminggu. Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila
skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai
mencapai 15-21.
4. Pemeriksaan BBS
0 : kebutuhan membantu untuk duduk.
~
2 : dapat berpindah dengan pengawasan.
\
1 membutuhkan satu orang untuk
membantu
y
3 dapat berdiri 10 detik dengan
pengawasan.
\
2: tidak dapat mengambil tetapi mencapai
2-Scm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga
keseimbangan secara bebas.
~ ()
14. Berdiri
3 ()
40 ..9
Total skor : 56
Interpretasi
41-56 : mandiri/independen
ANALISA DATA
No
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Klien 1
Klien 2
RENCANA KEPERAWATAN
1.
3.
4.
Implementasi
Kunjungan ke 1
2018
Jam Implementasi
EVALUASI
Kunjungan ke 1
S :
O :
No Indikator
A :P :
Lampiran 8
“Terapi Musik”
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan me
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dap
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan nam
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya t
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebel
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan den
10 Menetapkan perubahan pada perilaku da
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi r
1 , ~t>-N
.2. l
I
~ tJ1- ... .2D 1'l3
Tett\~\ m4$\~ \/
). .
Tvfi~'d-~ (
1-J... r- D1- ,. 20t'b
LI J
g. ~e-lt~VI I u J
g.; -07 -~&
~. ~tC\k~
au . . vt- - 20
ib I I,\
\/
re; . ~b~
~ r-
4 -11)(b
ll
/
I .2-01~ \.,\ J
~n,V,,
~. Lb "-01-- r-
1, JUM1 Utt
L l-l
l.../'
~ ~ O'?- mW
~4w I L~
. i. d-i .- b'1- J.-6'> 1,,1t>
..............
M"1n*~ I 11 J
~. 1.9 ~ 61- ,_
lP·
~J> l( J
Cw\!\ I
~-Df --~J)
u . lt~elos,a /
- o:r . . ;.t)ti 4 J
IL'
01,
"°'w-ctt I . ~\1)
\) v
~I
\~ . ~ ,. cJt - JO/O ~' J
~ls I \,..
-.../'
~4 . ~ r- 01 -c9l>li
Tandatangan Perawat
Lampiran 10
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 12
33
Lampiran:
FORM KEWAJIBAN KONSULTASI MAHASISWA LAPORAN TUGAS AKHIR
(Diii- KEP.ITWATAN)
Data Pemblmblng I :
Nama Pembimbing I :
m . Cn'f ~ o-n «I(;\ w-c.o.-n , M . \<"e.p
NJDN /NIP Pembimbinz 1• : o~ "-'609 7~0~
Ala mat/ Telp. Pembimbing :
(B9J . g4;e, t:o888
Data Mahaslswa Blmbingan :
Nama Lengkap
NIM
Klas
TEMA TOPIK PENELITIAN ~wpV\ \')~e"-.~(..\ . ~o,.n
JUDUL KTI -'-----'~-=.-'"--'-----\--'<t-=---'----J-,-1\.~UO.~~ ~\Af t{.1
~°'V\°" ""~--~-')tiyCAQ_A~\V. \\\etlc1J'"> ·
Nl-.-~.-). ~-1/~r11( It41~ ;· . ·1 - Jam - MATER! PEMBAhASA_N_ ,_~~T_A_N,_D_A_T_A_N_G·A--N---,
r
ar I: onsu t<onsultasl PEMBIMBING I
' iT - -~eni n
!. ~€\a~ / t'i' -(£ ,.;.ofb /D.00 -ff).fo Ate- LLJU.n
"°b4 Ioi r Cf> -JOti 09. 3b - '° ~ ~ --I cJ
L~.
Data Pemblmblng II :
Nama Pemblmblng II
(dlsertal zelar lenakac)
:
rt{' · Dtci. f'Nr ~~1m01rtnl<'O\, M . \<e.p ·
NIDN /NIP Pemblmb~ :
Alamat / Telp. Pemblmblng :
68c;7- 2>310 C?j-8; I
Data Mahasiswa Bimbingan:
Nama Le ngkap :
Hur ta"') C\r w-at1 Mqyctrori
·--
---1 i
~··~~
NIM : AOA D 150 'tG4
Klas : 1<~nori
TEMA I TO PIK PENELITIAN .
~
~ole-1
tt
en &:\Cl." So.f\01"'1\lCl.t1
1ic\ut' di 6Tl ci I
t
Jam T.\NDA TANGAN
~_1.-r--H-ar_l_/T_g_l~K-o-ns_u_~_ra_s_i--t-K-o-n-s-u-l~-s-l-~-=--:-:~M~A~T~E~R~l·P~E-M'B'A~H~A7SA~N=-=--,------:-t--P-E~M~B~l7M-B-l-N-G-ll--jj
f/L_: J
l
t----;-------·-----+-------l------------------ --------~
I
--1
r--;-----·----r--------+--------------------+-------------J
_
J
I
, ,_
I
'----'-----------J'-------'--------------
Lem bar l{unjungan Ylaii.12 dibawa setiap konsultasi derigan pembimbing.
Mclakukan penglsian dan Tnndatangan tidak sesuai dengan kunjungan ke pa d a Perub irnbing /Tanpa
sepengetahuan Pernblmblng (Pemalsuan) dlanggap sebagai Pelanggaran Hukurn d a n akan
dlkenakan sanksl hukum kepada mahaslswa yan~ bersangkutan.