Khotbah
Khotbah
Keadaan damai adalah karunia Allah, di mana tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman,
tenteram, dan tenang. Sedangkan sejahtera adalah suasana aman sentosa dan makmur, selamat
terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Keadaan ini menjadi harapan setiap insan
ciptaan TUHAN, sekalipun berbeda suku, agama, etnis, bahasa, dalam Negera Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam Perjanjian Baru keadaan damai tidak hanya berarti, hubungan rukun antar bangsa ( bnd.
Lukas. 14:32) tapi suara keadaan yang harus ada dalam jemaat (bnd. Roma 14:9) dan juga dalam
hubungan dengan orang yang berada di luar jemaat (Ibrani 12:4). Jadi warga gereja terpanggil untuk
menghadirkan damai sejahtera dalam jemaat dan masyarakat. Karena itu berdasarkan Zakharia 8:1-
19 telah dipilih tema minggu ini : Menabur Damai Sejahtera, Menuai Berkat.
PEMBAHASAN TEMATIS
Zakharia bin Berekhnya bin Ido (Za. 1:7), seorang imam yang bersama-sama Zerubabel bin Sealtiel
pulang dari pembuangan di Babel. Ia memimpin pembangunan kembali kota Yerusalem dan Bait
Allah yang dihancurkan oleh Babel tahun 580 SM. Pembangunan dimulai tahun 538 SM, sempat
terhenti tapi dilanjutkan tahun 520. Saat itu Zakharia bersama dengan Hagai memotivasi dan
mendesak pemimpin dan sisa bangsa Yehuda untuk menyelesaikannya. Motivasi untuk menyelesaikan
pembangunan bukan berita utama dalam Zakharia 8, tapi yang terutama adalah keadaan damai
sejahtera yang diterima bangsa itu. Bahkan di dalam menerimanya, ada panggilan kudus yang harus
“diam” di tengah-tengah Yerusalem. Kehadiran Tuhan di Sion dan Yerusalem menjadi jaminan pasti
hadirnya damai sejahtera yang sangat lama dirindukan. Yehuda menyadari, tatkala Tuhan
meninggalkan tempat-tempat itu, semua harapan kandas, mereka menjadi tawanan di pembuangan,
bahkan Yerusalem sebagai kota kudus, dihancurkan musuh menjadi puing-puing, namun Zakharia
menyampaikan, sebagaimana disebutkan dalam ayat 2, bahwa ketika Tuhan kembali ke Sion maka
Yerusalem akan disebut “Kota Setia” dan gunung Sion dikatakan “Gunung Kudus”. Sebutan ini
menunjuk pada keadaan damai sejehatera di mana Tuhan datang mencurahkan berkat-berkat-Nya.
Gambaran hadirnya damai sejahtera itu : (1) keamanan penduduk terjamin di mana “kakek-kakek”
dan “nenek-nenek” duduk di jalan-jalan Yerusalem sambil memegang tongkat, serta anak-anak
bermain-main dengan aman di situ, (2) kehidupan ekonomi sejahtera : pohon anggur akan memberi
buahnya dan tanah akan memberi hasilnya dan langit akan memberi air embunnya. Keadaan ini akan
disebut orang sebagai “hal ajaib”, orang menjadi takjub dan heran. Tetapi di hadapan Tuhan keadaan
ini adalah hal yang biasa jika Tuhan melakukannya. Zakharia menyampaikan bahwa keadaan damai
sejahtera yang penuh dengan hal-hal ajaib yang diterima dan disaksikan mereka, semuanya itu ada
maksud dan tujuan dari Tuhan. Mereka tidak akan menjadi kutuk, tapi diubahklan Tuhan menjadi
berkat bagi bangsa-bangsa. Untuk melakukan tugas menjadi berkat, mereka tidak perlu “menjadi
takut” (ayat 13 dan 15) kepada bangsa-bangsa di sekitar mereka, terutama kepada Babel yang
pernah menghancurkan mereka. Seruan Zakharia ini berhubungan dengan suasana politik pasca
pembuangan di mana kekuatan Babel mulai pudar, bahkan kekuatan baru yang muncul justru telah
Bagaimanakah tugas untuk menjadi berkat ? Berkatalah benar seorang kepada yang lain (ayat 16a),
laksanakanlah hukum yang mendatangkan damai (ayat 16b), janganlah merancang kejahatan di
Tindakan-tindakan yang menyenangkan TUHAN menjadikan orang yang menerimanya juga mendapat
berkat-berkat dari Tuhan. Dan larangan yang bersumber dari sikap hati, jika larangan ini diikuti bukan
saja mendatangkan ketenangan bagi yang bersangkutan tapi memberi berkat bagi orang lain.
sehingga keselamatan bagi orang percaya berlangsung sampai kedatangan-Nya kembali. Banyak
peristiwa alam yang sudah terjadi di negeri ini, telah membawa kita semua dalam pergumulan. Tetapi
tindakan kasih Tuhan nyata melalui semua pihak yang menolong termasuk peran gereja dalam
menebar kasih, damai dan ketenteraman yang telah dirasakan setiap orang, tanpa dibatasi
perbedaan. Kasih menembusi setiap perbedaan dan menjadi perekat yang ampuh bagi bangsa dan
negara Indonesia.
Dalam kehidupan berjemaat, semua terpanggil membangun Bait Allah, baik secara fisik maupun
rohani. Secara fisik adalah bangunan gedungnya, tapi secara rohani yaitu pembangunan umat yang
harus mengalami revolusi mental, dengan rajin berdoa dan beribadah, melakukan puasa, berani
merubah pola pikir dan karakter yang tidak benar menjadi karakter Kristus yang penuh damai. Matius
5:9 berkata: “ Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah”. Orang yang membawa damai membenci kejahatan serta menghindari karakter yang dibenci
Allah, seperti: berbohong dan menyebarkan berita palsu (Hoax), bersaksi dusta, bertindak tidak adil,
Revolusi mental adalah tindakan gereja dalam perannya menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah,
antara lain: Orang mau menciptakan damai, diwujudkan dalam berdamai dengan Allah, diri, sesama
dan lingkungan di mana ia hadir dan berkarya. Siapa yang menabur angin, menuai badai. Siapa
menabur kebencian, menuai bencana (malapetaka) dan siapa menabur damai sejahtera, menuai
Janji pemulihan telah di alami umat dalam diri Yesus Kristus yang telah datang mengerjakan karya
keselamatan untuk menebus umat-Nya dan memberi damai sejahtera dan sukacita. Respon kita
mengisi pemulihan dari Allah harus melalui berbagai karya nyata untuk mewujudkan kehidupan damai
dan harmoni.
1. Apa janji Allah dan apa yang harus dibuat Yehuda yang terbuang menurut Zakharia 8:1-
19?
2. Bagaimana peran gereja dalam merespon pemulihan Allah di tengah kehidupan berbangsa
dan bernegara?
Usaha pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan
bermartabat.
Ses.Doa Mohon Tuntunan Roh Kudus: NNBT No 13 Ya Allah Bapa Ya Yesus Tuhan
Berilah Yang Baik: KJ No. 439 Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu
ATRIBUT :
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang