Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di indonesia masih sering terabaikan. Hal ini masih ditunjukan dengan tingkat kecelakaan yang tinggi pada tenaga kerja di indonesia. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dindonesia masih diperkirakan dalam keadaan rendah, padahal tenaga kerja merupakan faktor penting dalam perusahaan, karena perusahaan tidak mungkin bisa lepas dari tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja. Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja, terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja, dalam istilah ekonomi, diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa Negara dapat mencapai 4 persen dari produk nasional bruto (PNB). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sering terjadi dikarenakan program dari keselamatan dan kecelakaan kerja (K3) tidak berjalan dengan baik. Hal ini berdampak pada produktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan kerja di akibatkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia meliputi tindakan yang kurang aman dilakukan dari manusia misalnya sengaja melanggar peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diwajibkan atau kurang terlatihnya manusia itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan meliputi keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang dapat membahayakan menyangkut antara lain peralatan atau mesin yang digunakan untuk bekerja. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjannya dengan membuat segala aturan tentang kesehatan dan keselamatan kerjanya yang dilaksanakan dan ditaati oleh tenaga kerja dan pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dalam menyelesakan pekerjaanya. Tenaga kerja yang sehat akan produktif, sehingga diharapkan produktifitas tenaga kerja meningkat. Pelatihan Hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI meliputi kunjungan ke Perusahaan PT. Martina Berto, tbk. Yang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2019, perusahaan tersebut bergerak di bidang industri kosmetik, berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Melalui hasil pengamatan secara objektif dan subjektif yang dilakukan di PT. Martina Berto, tbk. Yang disusun dalam laporan ini kami, dokter muda Universitas Trisakti menyampaikan hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan produktivitas
1.2.2 Tujuan Khusus
Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja Mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan pada perusahaan sebagai bagian dari K3
1.3 Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. Sarana dan Prasarana. Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan paramedis Perusahaan). Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja). 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan). Berkala (sekali dalam setahun atau lebih). Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko yang diterima). Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun). 3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K). 4. Pelaksanaan Gizi Kerja. Kantin / ruang makan Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja. Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja. Pengelola dan Petugas Katering. 5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi. Prinsip Ergonomi: Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja. Efisiensi Kerja. Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja Faktor Manusia dalam Ergonomi. Beban Kerja : Mengangkat dan Mengangkut. Kelelahan. Pengendalian Lingkungan Kerja. 6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)
1.4 Dasar Hukum
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut : UU No.I tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi paramedik perusahaan Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola makanan bagi tenaga kerja Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 609 tahun 2012 tentang pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. PP No. 44 tahun 2005 tentang penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kecelakaan. 1.5 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan
Dr. HC. Martha Tilaar mengawali usaha dengan membuka salon
kecantikan pada tahun 1977. Selain itu beliau terus menimba ilmu tentang kecantikan dan perawatan tubuh ke pusat kecantikan di Amerika dan Eropa. Hal inilah yang membangkitkan semangat dan kesadaran beliau bahwa bahan baku yang berasal dari Indonesia jika diolah dengan baik dan professional dapat menghasilkan kosmetika alami dan jamu tradisional yang dapat mempercantik wanita Indonesia dan dunia secara holistic. Setelah sukses dalam bisnis salon kecantikan dengan beberapa salon di Jakarta, Ibu Martha Tilaar mendirikan sekolah kecantikan Puspita Martha yang mencetak ahli kecantikan, penata rias, penata rambut dan terapis. Salon dan sekolah tersebut dioperasikan dibawah bendera PT Martha Beauty Gallery. Kesuksesan tersebut mendorong Ibu Martha Tilaar memulai untuk memproduksi kosmetika dan jamu dan mendirikan PT Martina Berto pada tanggal 1 Juni 1977 dengan mitra usaha yaitu Bapak Bernard Pranata (alm) dan Ibu Theresia Harsini Setiady. Adapun merk pertama yang diproduksi dan dipasarkan adalah“Sari Ayu Martha Tilaar”sebagai kosmetika alami yang berkonsep holistik, dengan laboratorium praktek di salon dan sekolah kecantikan tersebut. Hal ini menyebabkan produk-produk Sari Ayu Martha Tilaar selalu berkiblat kepada pendidikan dan layanan konsumen yang praktis dan mudah diterapkan. Karena sambutan pasar yang tinggi maka pada tanggal 22 Desember 1981 didirikan pabrik modern yang pertama PT Martina Berto di Jl. Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Dengan berjalannya waktu, pabrik kekurangan kapasitas produksi, kemudian pada tahun 1986 didirikan pabrik ke dua di Jl. Pulokambing II/1, Kawasan Industri Pulo Gadung dengan konsentrasi pada kosmetika kering, semi padat dan jamu sedangkan pabrik yang pertama dikonsentrasikan pada produk kosmetika cair. Pada periode 1988 - 1994 Perseroan melahirkan merekmerek kosmetika baru seperti Cempaka, Martina, Pesona, Biokos Martha Tilaar, Caring Colours Martha Tilaar dan Belia Martha Tilaar untuk mengantisipasi permintaan pasar yang meningkat. Produk-produk ini telah membantu menyerap kapasitas pabrik cukup besar. Perubahan strategis berikutnya setelah tahun 2000 adalah penataan ulang atas merek-merek, yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu: merek-merek yang berlabel “Martha Tilaar” dengan lisensi dari Dr. Martha Tilaar dan keluarga, dan merek-merek yang tetap menjadi hak intelektual Perseroan seperti “Cempaka” dan “Pesona”. Periode 1993 - 1995 Perseroan mengakuisisi beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik, yaitu PT Cedefindo (CDF), PT Kurnia Harapan Raya (KHR) dan PT EstrellaLaboratories (Estrella). Untuk mencapai efisiensi produksi pada periode 1995 - 1996 Perseroan melakukan proses restrukturisasi usaha dan relokasi pabrik. Perkembangan strategis berikutnya dalam periode 2001 - 2009 antara lain, pemetaan ulang merek-merek di segmen yang berbeda. Pada tahun 2011, Perseroan melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia, dengan melepaskan 1/3 (sepertiga bagian) dari seluruh saham dicatatkan dan disetor penuh kepada public. Pada tahun 2013, Perseroan mendirikan pabrik kemas untuk memenuhi kebutuhan bahan kemas produk pareto Perseroan. Pada tahun 2016, Perseroan membeli merek Rudy Hadisuwarno untuk kategori kosmetika dan perawatan tubuh. Visi dan Misi perusahaan Visi: - Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa yang termuka di dunia dengan produk yang bernuasa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan teknologi modern, penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainya. Misi: - Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan standar mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan menengah-bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek mampu mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang dimasukinya - Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi yang seimbang,termasuk konsumen dan para penyalur produk - Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis - Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan produktif sebagai bagian dari aset Perseroan - Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang esien dan efektif di seluruh unit dan fungsi usaha - Menerapkan ‘’Good Corporate Governance’’ secara konsisten demi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders) - Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang saham - Mengembangkan pasar internasional kosmetika, produk spa dan herbal dengan fokus jangka menengah di kawasan Asia Pacic dan fokus jangka panjang di pasar global dengan produk danmerek pilihan
Alamat Perusahaan: di Jl. Pulo Kambing II no 1, Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta Timur Jumlah Pegawai Perusahaan : Jumlah total pegawai perusahaan adalah ± 1200 orang pekerja Jam Kerja: Jam kerja pegawai dibagi menjadi 2 shift utama o Factory : Jam Kerja : 07.30 – 14.30 Shfit I dan Shift II 15.30 – 22.00 o Office : Jam Kerja : 08.00 - 16.30 Asuransi Pegawai : BPJS Ketenagakerjaan, Asuransi Komersial, dan BPJS Kesehatan Kelembagaan P2K3 : Perusahaan ini memiliki kelembagaan P2K3 Dokter Perusahaan : Perusahaan ini memiliki 1 dokter perusahaan, 1 perawat dan 1 apoteker. Alur Produksi Rencana produksi bulanan dihitung oleh bagian PPIC. Dari rencanap roduksi ini bagian produksi akan menghitung jumlah jam orang yang diperlukan berdasarkan standar jam orang yang telah ditetapkan oleh bagian IE (Industrial Engineering). Jam orang adalah jumlah jam produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan. Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku menggunakan dokumen PWO (Proccess Work Order). Gudang akan menyiapkan kebutuhan sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar Petunjuk Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator dan pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting, atau segala perbaikan yang tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika terjadi kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan yang dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang menggunakan dokumen PCO (Packing Order) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas). Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.
Gambar 1. Alur Produksi
Referensi 1. International Labor Organization. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 5th ed. Jakarta: ILO. 2013 2. Selviana, Pentingnya K3 ( keselamatan dan kesehatan kerja) dalam meningkatkan produktifitas kerja. Fakultas psikologi universitas persada indonesia. 2017; 10(3)