Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

I. PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN STRES DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI

MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMP UNISMUH

MAKASSAR

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan kepribadian seorang remaja mempunyai arti

yang khusus, dan masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam

rangkaian proses perkembangan seseorang. Anak remaja sebetulnya tidak

mempunyai tempat yang tidak jelas. Ia tidak termasuk golongan anak-anak,

tetapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja

ada diantara golongan anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu

untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi

tersebut, maka mereka masih dalam golongan kanak-kanak, mereka harus

bisa menemukan tempat dalam masyarakat (Nirwana, 2011).

Stres, aktivitas fisik dan tekanan psikis memiliki peran yang besar

dalam penyebab terjadinya dismenorea. Faktor psikososial dalam hal ini

adalah stres yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kejadian dismenorea tersebut (Tambayong, 2000). Stres dan kesehatan yang

rendah, seperti anemia dapat memperburuk kejadian dismenorea.


Pendidikan dan faktor psikis sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Nyeri

dapat muncul atau diperberat oleh keadaan psikis penderita (Icesma, 2013).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium ) yang

disertai dengan pedarahan dan terjadi setiap bulannya. Seorang wanita

memiliki dua ovarium yang masing-masing menyimpan 200.000-400.000

sel telur yang telah matang (folikel). Menstruasi biasanya datang sebulan

sekali dengan siklus yang variatif dari 28-35 hari (Mansur & Budiarti,

2014).

Nyeri haid atau dismenorea merupakan masalah umum yang sering

dikeluhkan oleh wanita yang mengalami menstruasi. Hal ini merupakan

permasalahan ginekologikal utama yang paling sering dikeluhkan.

Dismenorea juga dapat didefinisikan sebagai rasa nyeri saat menstruasi yang

mencegah wanita untuk beraktivitas secara normal (Beckmen et al, 2010).

Faktor terjadinya adalah keadaan psikis dan fisik seperti stres, shock,

penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan

kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Nyeri yang dimulai saat onset

(pertama kali menstruasi) umumnya akan semakin memburuk ketika stres

(Uzelac, 2005). Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin, sehingga

dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat

menstruasi atau dismenorea (Hawari, 2008).

Remaja wanita yang mengalami nyeri menstruasi paling sering

terjadi pada usia 14-19 tahun. Remaja wanita yang tinggal di pondok

pesantren setiap hari harus menjalani rutinitas yang padat dan serba apa
adanya yang menuntut mereka untuk dapat agar lebih mandiri. Tingkat

kemandirian mempengaruhi tingkat aktivitas fisik yang beragam mulai dari

aktivitas fisik ringan, sedang, sampai berat.

Angka kejadian nyeri haid didunia sangat besar. Rata-rata lebih dari

50% perempuan di setiap negara mengalaminya. Angka kejadian nyeri haid

berkisar 45-95% (Amerika, ovemer 2006) dikalangan wanita usia produktif.

Sebuah studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di

amerika serikat, melaporkan prevalensi nyeri mestruasi 59,7% dari mereka

yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Kejadian ini

menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah. Hampir 2/3 remaja

post menarche di Amerika serikat mengalami nyeri menstruasi, 10% dari

mereka begitu menderita sehingga tidak masuk sekolah, sehingga

menstruasi merupakan penyebab utama absensi pada remaja wanita. Dalam

studilongitudinal di Swedia melaporkan nyeri menstruasi pada wanita yang

berusia 19 tahun mencapai 90% dan pada wanita yang berusia 24 tahun

mencapai 67% pad usia 19-21 tahun mencapai 80%, dimana di antaranya

15% membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-

obat penyangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau tidak masuk sekolah dan

hampir 40% memerlukan pengobatan medis.

Angka kejadian menstruasi primer di Indonesia mencapai 54,89%

sedangkan sisanya adalah penderita tipe skunder, yang menyebabkan

mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan

kualitas hidup pada masing-masing individu. Nyeri haid menyebabkan


gangguan aktivitas sehari-sehari dan harus absen dari sekolah 1-7 hari setiap

bulannya pada 15% responden berusia 15-17 tahun. Remaja yang

mengalami nyeri menstruasi berat mendapat nilai yang rendah (6,5%),

menurunnya konsentrasi (87,1%) dan absen dari sekolah (80,6). Sekitar

50% dari wanita yang sedang haid mengalami nyeri haid dan 10% nya

mengalami gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat yang

banyak (Proverawati & Misaroh, 2009).

Salah satu penyebab dismenore adalah faktor psikis. Salah satu

faktor psikis tersebut adalah stres (Wijayanti, 2009). Stres dapat

mengganggu kerja sistem endokrin. Sistem endokrin terganggu ketika

endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang

menyebabkan kontraksi otot-otot polos sehingga dapat menyebabkan rasa

sakit saat menstruasi atau dismenore (Anurogo, 2011).

Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hampir 10% remaja yang

mengalami nyeri haid akan absen rata-rata 1-3 hari perbulan atau ketidak

mampuan remaja melakukan aktivitas sehari-hari akiat nyeri hebat (Sulastri,

2006).

Data yang diperoleh dari SMP Unismuh Makassar 2018 mengatakan

bahwa hampir 50% siswi remaja putri yang menstruasi mengalami nyeri

haid perbulan dan sekitar 10% remaja akan absen sekolah jika mengalami

keluhan nyeri menstruasi. Rata-rata semua remaja mengalami nyeri pada

hari menstruasi. Siswi yang mengalami nyeri biasanya merasakan nyeri

sebelum menstruasi datang, saat menstruasi hari pertama, kedua ketiga dan
seterusnya. Upaya penangan nyeri haid dilakukan oleh sebagian siswi

adalah mengoleskan minyak kayu putih pada daerah yang nyeri, minum

obat pengurang rasa nyeri dan baring.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan stres dan aktivitas fisik dengan nyeri menstruasi di SMP Unismuh

Makassar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah

penelitian yang diangkat yaitu, adakah Hubungan Stres dan Aktivitas Fisik

dengan Nyeri Menstruasi di SMP Unismuh Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Stres dan Aktivitas Fisik dengan Nyeri

Menstruasi di SMP Unismuh Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan stres dengan nyeri menstruasi

b. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan nyeri menstruasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi
Menjadi masukan bagi para pembaca dan meningkatkan pengetahuan

khususnya mahasiswi perawat tentang keluhan nyeri menstruasi.

3. Manfaat Praktis

Sebagai wahana penulis untuk menyumbangkan dan memperdalam

penelitian kesehatan serta pengalaman berharga dan memperluas wawasan

tentang nyeri menstruasi.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi,

sehingga dapat mengenali dan mengetahui mengenai nyeri menstruasi

sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktifitas pendidikan dan

pekerjaan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Keluhan Nyeri Menstruasi

1. Pengertian Nyeri Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium ) yang

disertai dengan pedarahan dan terjadi setiap bulannya. Seorang wanita

memiliki dua ovarium yang masing-masing menyimpan 200.000-400.000 sel

telur yang telah matang (folikel). Menstruasi biasanya datang sebulan sekali

dengan siklus yang variatif dari 28-35 hari (Mansur & Budiarti, 2014).

Nyeri menstruasi atau dismenorea merupakan masalah umum yang

sering dikeluhkan oleh wanita yang mengalami menstruasi. Hal ini

merupakan permasalahan ginekologikal utama yang paling sering


dikeluhkan. Dismenorea juga dapat didefinisikan sebagai rasa nyeri saat

menstruasi yang mencegah wanita untuk beraktivitas secara normal

(Beckmen et al, 2010). Faktor terjadinya adalah keadaan psikis dan fisik

seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun,

kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Nyeri yang

dimulai saat onset (pertama kali menstruasi) umumnya akan semakin

memburuk ketika stres (Uzelac, 2005). Stres dapat mengganggu kerja sistem

endokrin, sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan

rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea (Hawari, 2008). Remaja wanita

yang mengalami nyeri menstruasi paling sering terjadi pada usia 14-19

tahun. Remaja wanita yang tinggal di pondok pesantren setiap hari harus

menjalani rutinitas yang padat dan serba apa adanya yang menuntut mereka

untuk dapat agar lebih mandiri. Tingkat kemandirian mempengaruhi tingkat

aktivitas fisik yang beragam mulai dari aktivitas fisik ringan, sedang,

sampai berat.

Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian

bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga

berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak

dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah

ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, I & Wahyu P,

2013).

Gangguan sekunder menstruasi yang sering dikeluhkan adalah nyeri

sebelum,saat,atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya


hormon prostagladyn yang membuat otot uterus berkontraksi. Bila nyerinya

ringan masih bisa beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri yang

terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu

melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan

didaerah perut bagian bawah, pinggangang bahkan punggung (Sukarni, I &

Wahyu P, 2013).

2. Etiologi nyeri menstruasi

Setiap bulan, lapisan sebelum dalam dari kandungan (endometrium)

terbentuk dalam persiapan untuk suatu kemungkinan kehamilan. Setelah

ovulasi, jika telur tidak dibuahi oleh sebuah sperma, tidak ada kehamilan

yang berakibat dan lapisan kandung kandungan sekarang tidak lagi

dibutuhkan. Tingkat-tingkat hormon-hormon estrogen dan progesterone

seorang wanita turun, dan lapisan kandungan menjadi membengkak dan mati.

Ia kemudian dilepaskan dan akan diganti dengan suatu lapisan baru pada

siklus bulanan berikutnya. Ketika lapisan kandungan yang lama mulai terurai,

senyawa-senyawa molekul yang disebut prostaglandins dilepaskan. Senyawa-

senyawa ini menyebabkan otot-otot kandungan untuk berkontraksi. Ketika

otot-otot kandungan berkontraksi, mereka menyempitkan suplai darah

(vasoconstriction) ke endometrium. Penyebab nyeri bermacam-macam bisa

karena penyakit (radang panggul), endometriosis, tumor, atau kelainan uterus,

selaput darah atau vagina tidak berlubang, sterss atau cemas yang berlebihan,

sistem saraf, vasopresin. Penyebab lain dari nyeri diduga terjadinya


ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ

refroduksi (Sukarni, I & Wahyu P, 2013).

3. Derajat nyeri

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Nyeri secara

klinik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan.

Menurut Manuaba (2010), nyeri dibagi , yaitu:

a. Nyeri ringan

Nyeri yang berlangsung beberapa saat dapat melanjutkan kerja sehari-hari.

b. Nyeri sedang

Pada nyeri sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri,

tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

c. Nyeri berat

Nyeri berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan

dapat disertai sakit kepala, diare dan rasa tertekan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenore menurut Arulkumaran

(2006) antara lain:

1) Faktor menstruasi

a) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden

dismenorenya lebih tinggi.

b) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan

siklus yang panjang mengalami dismenore yang lebih parah.


2) Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal

ini menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah

pertama kali melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat

keparahan.

3) Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal

itu juga terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah,

kemungkinan karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk

penjelasan itu masih kurang.

4) Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral

sebaiknya dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau

memperburuk kondisi. Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi

lainnya dapat mempengaruhi nyeri dismenore.

5) Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan

endometriosis dengan dismenore primer.

6) Faktor psikologis (stres)

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid,

mudah timbul dismenore. Selain itu, stres emosional dan ketegangan

yang dihubungkan dengan sekolah atau pekerjaan memperjelas

beratnya nyeri.

5. Penanganan nyeri

a. Secara Farmakologis
Menurut Potter & Perry (2005), upaya farmakologis yang dapat

diakukan dengan memberikan obat analgesic sebagai penghilang rasa

sakit, penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui

intervensi farmakologis, Dilakukan kolaborasi dengan dokter atau

pemberi perawatan utama lainnya pada pasien pemberian obat-obatan

yang dapat menurunkan nyeri dan menghamat produksi prostaglandin

dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi dan

menghamat reseptor nyeri.

Menurut Menurut Smeltzer & Bare (2002), penangan nyeri haid

primer adalah:

1) Penanganan dan nasehat

Penderita perlu dijelaskan bahwa nyeri pada saat haid

adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan,

hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,

pekerjaan, kegiataan, dan lingkungan penderita. Salah satu

informasi yang perlu dibicarakan yaitu mengenai makanan sehat,

istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna, serta

psikoterapi.

2) Pemberian obat analgesik

Dimasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat

diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyeri hebat

diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut

bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik yang sering


diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fansentin, dan paten

yang kafein. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain

novalgin, ponstan dan sebagainya.

b. Secara non farmakologis

Menurut Smeltzer & Bare (2002), penanganan nyeri secara non

farmakologis terdiri atas:

1) Stimulasi dan massase

Massase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Massase dapat

membuat pasien lebih nyaman karena massase membuat relaksasi

otot.

2) Terapi es dan panas

Terapi es dan panas menurunkan dan memperkuat

sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera

dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai

keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat

penyembuhan.

3) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang

menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan

gambar atau fhoto dengan kertas, mendengar musik dan bermain

satu permainan.
4) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan

ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas

abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas

dalam contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan).

6. Pencegahan

Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) adalah

a. Menghindari stres

b. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,

memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna

c. Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang

cenderung asam dan pedas

d. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan

tidak menguras energi secara berlebihan

e. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8

jam sehari Lakukan olahraga ringan secara teratur

f. Pengobatan seperti Pengobatan herbal, Penggunaan suplemen,

Perawatan medis, Relaksasi, Hipnoterapi.

B. Tinjauan tentang Stres dan Aktivitas Fisik

1. Pengertian Stres

Stres adalah reaksi dari tubuh terhadap lingkungan yang dapat

memproktesi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan

yang membuat kita tetap sehat. Stres adalah kondisi hidup yang tidak
menyenangkan dimana manusia melihat manusia adalah tuntutan dalam

suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan mereka untuk

memenuhi tuntutan tersebut. Pandangan dari Patel (1996), stres merupakan

reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh

berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-

tantangan yang penting ketika dihadapkan pada ancaman, atau ketika

harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak ada realistis dari

lingkungan Nasir dan Muhith, 2011 dalam Wahyuni 2015).

Stres adalah keadaan psikologis yang melibatkan kognisi dan

emosi. Stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,

misalnya objek lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara objektif

adalah berbahaya. Stres juga bisa juga diartikan sebagai tekanan,

ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar

diri seseorang. Stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap

rangsangan atau tekanan. Stres merupakan reaksi adaptif, bersifat sangat

individual, sehingga stres bagi sesesorang belum tentu sama tanggapannya

bagi orang lain (Dr.Jenita, 2017)

Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang

memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan

seseorang untuk menanganinya (coping)”.Stres juga bisa diartikan

sebagai,keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang

mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat

orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak


nyata, antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis,

psikologis dan sosial yang ada padanya (Santrock, 2013 dalam

Musrifawana, 2017).

2. Jenis Stres

Dr.Jenita (2017) ada dua jenis stres, yaitu:

a. Stres akut, stres ini dikenal juga dengan fight or flight response. Stres

akut adalah respons tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau

ketakutan. Respon stres akut yang segera dan intensif di beberapa

keadaan, dapat menimbulkan gemetaran. Namun masalah terjadi ketika

stres akut menimbun, hal ini akan mendorong terjadinya masalah

kesehatan seperti sakit kepala dan insomnia.

b. Stres kronis, stres kronis ini lebih sulit dipisahkan atau diatasi daripada

stres akut, tapi efeknya lebih panjang dan lebih problematik.

3. Gejala Stres

Menurut tokoh Caary cooper dan Alison Straw (dalam Dr.Jenita,

2017) gejala-gejala stress yaitu:

a. Dalam aspek fisik. Napas memburu, mulut dan tenggorokan kering,

tangan lembab, panas, otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,

letih tak beralasan, gelisah.

b. Dalam aspek perilaku.Bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham,

gagal, tidak menarik, tidak semangat, susah konsentrasi.

c. Dalam aspek watak dan kepribadian. Berlebihan berhati-hati, panik,

pemarah, kurang PD.


4. Cara mengatasi stres

Menurut Agus Hardjana (dalam Fachriani, 2014) ada dua cara

mengatasi stres, yaitu:

a. Mengatasi secara negatif, seperti lari ke tempat-tempat hiburan

(bioskop, diskotik), minum-minuman keras, makan banyak, minum

obat penenang, gelisah, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan

dan acuh tak acuh, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.

b. Mengatasi stres secara positif

1) Tindakan langsung (direct action), berbuat yang nyata secara

khusus dan langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari

ilmu atau kecakapan baru.

2) Mencari informasi dengan pengetahuan yang membuat stres

sehingga dapat mengetahui dan memahami situasi stres yang

dialami.

3) Berpaling pada orang lain, misalnya orang tua, saudara,

sahabat.

4) Menerima dengaan pasrah, yaitu berusaha menerima

peristiwa atau keadaan apa adanya, karena dengan cara

apapun kita tidak dapat mengubah sumber penyebab stresnya,

kita hanya bisa melepaskan emosi dan mengurangi

ketegangan seperti menangis, berteriak atau melucu, bisa juga

melakukan tindakan meloncat-loncat, memukul-mukul meja

atau berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar.


5) Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi

kognitif atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi

stres yang dialami, berupa strategi merumuskan kembali

secara kognitif.

5. Dampak stres

Dr.Jenita (2017) dampak yang dipengaruhi oleh stres, yaitu:

a. Dampak bagi spiritualitas, adalah dapat menghilangkan keyakinan dan

keimanan yang terdapat di dalam diri kita. Stres yang tidak terkontrol

akan mengganggu spiritualitas berupa kemarahan kepada Tuhan yang

berujung pada sifat-sifat negatif yang muncul pada individu.

b. Dampak bagi tubuh, yaitu orang-orang yang mudah terserang stres

sangat mudah terserang berbagai penyakit fisik. Stres yang tidak

dikelolah dengan baik akan menimbulkan dampak seperti

terganggunya dampak hormonal, kerusakan vitamin dan mineral serta

melemahnya sistem kekebalan tubuh. Keadaan stres akan merangsang

pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan, sehingga jantung

akan berdebar lebih cepat dan keras.

c. Efek bagi imunitas, yakni stresor dapat menjadi stimulus yang

menyebabkan aktivasi, resisten dan ekshausi. Sinyal stres dirambatkan

mulai dari sel di otak (hipotalamus dan pituitari), sel di adrenal

(korteks dan medula) yang akhirnya disampaikan ke sel imun. Tingkat

stres yang terjadi pada jenis dan subset sel imun, akan menentukan

kualitas modulasi imunitas, baik alami maupun adaptif.


6. Sumber stres

Dr.Jenita (2017) sumber stres terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Diri sendiri

Sumber stres dalam diri sendiri, pada umumnya dikarenakan konflik

yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda.

b. Keluarga

Sementara itu stres yang bersumber dari masalah keluarga, dapat

terjadi karena adanya perselisihan masalah keluarga, masalah

keuangan, serta adanya tujuan yang berbeda di antara anggota

keluarga.

c. Masyarakat dan lingkungan

Pada sisi lain, masyarakat dan lingkungan juga menjadi salah satu

sumber stres. Kurangnya hubungan interpersonal, serta kurang adanya

pengakuan di masyarakat, merupakan penyebab stres dari lingkungan

dan masyarakat.

2. Aktivitas Fisik

a. Pengertian

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilan otot rangka yang

memerlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi

salah satu faktor risiko independen dalam suatu penyakit kronis yang bisa

menyebabkan kematian secara globa. (WHO 2008)

Aktivitas fisik merupakan rangkaian gerakan otot yang menghasilkan

energi dari pembakaran kalori. Menurut saran dokter, aktivitas fisik sebaiknya
dilakukan setiap harinya agar tubuh tetap sehat dan terjaga staminanya. Dengan

begitu kita bisa menjalankan berbagai kegiatan sehari-hari dengan semangat. Lain

halnya jika kita jarang melakukan aktivitas fisik, hal tersebut justru akan

menurunkan stamina tubuh dan kita akan menjadi lebih rentan terkena resiko

penyakit.

. b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja yang

kegemukan atau obesitas, berikut ini beberapa faktor tersebut:

1. Umur

Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai

maksimal pada usia 21-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas

fungsional dari seluruh tubuh, kira – kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila

rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki – laki hampir sama

dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki – laki biasanya

mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

3. Pola Makan

Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila

jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa

mudah lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau

menjalankan aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan yang berlemak juga

banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari ataupun


berolahraga, sebaiknya makanan yang akan di konsumsi dipertimbangkan

kandungan gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi namun tidak

dapat dikeluarkan secara maksimal.

4. Penyakit Atau Kelainan Pada Tubuh

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,

hemoglobin/sel darah dan serat otot. Bila ada kelainan pada tubuh seperti di

atas akan mempengaruhi aktivitas yang akan di lakukan. Seperti kekurangan

sel darah merah, maka orang tersebut tidak di perbolehkan untuk melakukan

olah raga yang berat. Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam melakukan

aktivitas fisik.

c. Jenis-Jenis Aktivitas Fisik

Menurut Nurmalina (2011) aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga

tingkatan, aktivitas fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:

1. Aktivitas Ringan

Hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan

perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance). Pengeluaran kalori pada

aktivitas ringan, yaitu 2,5 s/d 4,9 kcal per menit. Contoh: berjalan kaki, menyapu

lantai, mencuci piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les

di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas main play station, main

komputer, belajar di rumah, nongkrong, tidur. Kegiatan ringan yang dilakukan

pelajar atau mahasiswa seperti ini dapat di jumpai saat mereka mendapatkan libur,

karena kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kegiatan di rumah.

2. Aktivitas Sedang
Membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama

atau kelenturan (flexibility). Pengeluaran kalori pada aktivitas ringan, yaitu 5 s/d

7,4 kcal per menit. Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan

hewan peliharaan, bersepeda, bermain musik, jalan cepat, mengerjakan tugas

kuliah, mencuci baju.

3. Aktivitas Berat

Biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan

(strength), membuat berkeringat. Pengeluaran kalori pada aktivitas ringan, yaitu

7,5 s/d 12 kcal per menit. Contoh: berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri

(misal karate, taekwondo, pencak silat) dan outbond. Kegiatan ini sering

dilakukan beberapa mahasiswa untuk meluangkan waktunya atau hanya sekedar

menyalurkan hobi yang dimilikinya. Ada juga beberapa mahasiswa yang memilih

meluangkan waktunya untuk melakukan perkerjaan tambahan di luar rumah.

d. Efek aktivitas fisik pada sistem reproduksi wanita

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan

mudah. Aktifitas fisik tidak harus dalam bentuk olahraga berat untuk

meningkatkan derajat kesehatan, melainkan dapat berupa aktivitas saat di tempat

kerja, dalam perjalanan, melakukan pekerjaan rumah dan olahraga rekreasi.

Aktivitas fisik dapat meningkatkan ataupun menurunkan resiko terjadinya

gangguan menstruasi, bergantung pada intensitasnya. Semakin tinggi frekuensi

dan intensitas aktivitas fisik, maka risiko terjadinya gangguan menstruasi akan

meningkat. Aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas sedang dapat

menurunkan risiko terjadinya gangguan menstruasi


Olahraga dapat menjadi salah satu intervensi untuk mengurangi risiko

kejadian dismonera. Olahraga dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan

aliran darah kebagian pelvis dan juga akan mestimulasi endorfin yang berperan

sebagai analgesik non spesifik. Olahraga dapat mengurangi stres, lelah, dan mood

depresi yang biasanya dapat terjadi pada dismonera.

Aktivitas fisik berperan penting dalam usaha pencegahan penyakit tidak

menular. Terutama pada negara berkembang yang sebagian besar dari total

pengeluaran energi masyarakatnya digunakan dalam bekerja dan transportasi

daripada olahraga rekreasi. Olahraga teratur dapat mengatasi dismenorrhea,

mencegah obesitas, mengurangi risiko kanker payudara.

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen

dan variabel independen.

a. Stres dan Aktivitas fisik

Dalam penelitian ini variabel Independennya adalah stres dan

aktivitas fisik. Dimana, Stres dan aktivitas fisik memiliki peran yang besar

dalam penyebab terjadinya nyeri menstruasi. Remaja wanita yang

mengalami nyeri menstruasi paling sering terjadi pada usia 14-19 tahun.

Remaja wanita yang tinggal di SMP Unismuh Makassar setiap hari harus

menjalani rutinitas yang padat, sistem belajar Full time dari jam 08.00-16.00

dan serba apa adanya yang menuntut mereka untuk dapat agar lebih mandiri.
Tingkat kemandirian mempengaruhi tingkat aktivitas fisik yang beragam

mulai dari aktivitas fisik ringan, sedang, sampai berat.

b. Nyeri menstruasi

Dalam penelitian ini variabel Dependennya adalah nyeri menstruasi.

Salah satu penyebab dismenore adalah faktor psikis. Salah satu faktor psikis

tersebut adalah stres (Wijayanti, 2009). Stres dapat mengganggu kerja

sistem endokrin. Sistem endokrin terganggu ketika endometrium dalam fase

sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-

otot polos sehingga dapat menyebabkan rasa sakit saat menstruasi atau

dismenore.

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Pada penelitian ini Hubungan stres dan aktivitas fisik dengan

keluhan nyeri menstruasi pada remaja putri di SMP Unismuh Makassar,

digambarkan dalam kerangka berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Stress
Nyeri

menstruasi
Aktivitas Fisik

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen
= Variabel yang diteliti

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Stres

Stres dalam penelitian ini adalah tekanan, ketegangan, gangguan

yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang

a. Stres : apabila skor penjumlahan kuesioner ≥ 62,5 %

b. Tidak stres : apabila skor penjumlahan kuesioner < 62,5 %

2. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah suatu bentuk energi atau kemampuan bergerak

pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk mencapai kebutuhan

hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain

Dengan criteria objektif:

Kurang :jika aktivitas <50%

Cukup :jika aktivitas ≥50%

3. Nyeri menstruasi

Nyeri menstruasi adalah nyeri di daerah perut bagian bawah yang

dialami saat menstruasi, penilaian dismenore akan dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dan Universal Pain Assessment Tool..

D. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara stres remaja putri kelas III dengan nyeri

menstruasi di SMP Unismuh Makassar.

2. Ada hubungan antara aktivtas fisik remaja putri kelas III dengan

keluhan nyeri menstruasi di SMP Unismuh Makassar.


VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Analitik dengan

pendekatan Cross Sectional Study, dimana rancangan penelitian dengan

melakukan pengukuran dan pengamatan pada saat bersamaan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui ada hubungan stres dan aktivitas fisik dengan

kelehuan nyeri menstruasi pada remaja putri di SMP Unismuh Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Unismuh Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas 3 SMP

Unismuh Makassar sebanyak 45 siswa.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 3 SMP Unismuh

Makassar. Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability

sampling dengan teknik total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Dalam

penelitian ini kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data yang diambil secara langsung dengan menggunakan kuesioner

yang dibagikan kepada remaja putri kelas III.

Data tentang stres dan nyeri menstruasi dengan menggunakan

kuesioner pertanyaan/kuesioner dalam bentuk ceklist sedangkan Aktivitas

menggunakan Multiple Choice.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari tata usaha SMP Unismuh Makassar

mencakup siswi remaja kelas III.

1. Pengambilan dan pengumpulan data diperoleh setelah sebelumnya

mendapatkan izin dari pihak sekolah SMP Unismuh Makassar.

2. Melakukan pemilihan yang akan menjadi responden sesuai kriteria

penelitian yaitu siswa kelas 3.

3. Menjelaskan maksud dan tujuan studi kasus pada nyeri menstruasi

4. Menanyakan kesediaan siswa untuk menjadi responden dalam penelitian

5. Siswa mengisi kousioner yang telah dibagikan

6. Melakukan pendokumentasian.

E. Pengolahan Data
Data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Package Service Soluction) dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyuntingan data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Pengkodean (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisa data menggunakan computer.

3. Data Entri (Entri Data)

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau data bese komputer. Kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel-variabel yang ada

secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya agar dapat

diketahui karakteristik dari subjek penelitian.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah

pemberian sari kacang hijau pada ibu menyusui. Dalam penelitian ini uji
statistik yang digunakan adalah uji paired sample t-test denga uji alternative

wilcoxom signed ranks test.

G. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan bentuk tabel distribusi frekuensi,

tabel dan narasi.

H. Etika Penelitian

Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan masalah

etika yang meliputi :

1. Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan lembaran persetujuan antara peneliti

dan responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed Consent

yaitu responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Anonymity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran

pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan

pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai