Disusun Oleh :
KELAS D KELOMPOK I
Kelompok 1
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan ........................................... 4
B. Defenisi metode kasus, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya ...... 4
C. Defenisi metode fungsional, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya 6
D. Dari metode tim, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya .................. 9
E. Dari metode primer, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya ............ 20
F. Dari metode modifikasi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya ..... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan
Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga.
Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas
berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab
moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan.
Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan, tetapi
sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga. Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas
berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab
moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan.
4. Apakah defenisi dari metode tim, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
C. TUJUAN
2. Untuk mengetahi defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh pnerapan dari metode kasus.
3. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
fungsional.
4. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode tim.
5. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
primer.
6. Untuk mengetahui defenisi, keuntunga, kerugian dan contoh penerapan dari metode
modifikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENERAPAN
1. Defenisi
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus
(case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para
manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit – unit
seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk
mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Metode kasus
Parawat beratanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio
pasien perawat adalah 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus dapat diterapkan satu
pasien untuk satu perawat, umumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk
Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada model ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada
Model Kasus ini diharapkan yaitu, dimana perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Model
ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh,
sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga
pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang
bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan
banyak. Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang
perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya (
2. Keuntungan
3. Kerugian
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yanga sama
c) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
d) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
pasien bertugas.
4. Contoh Penerapan
PENERAPAN
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat saat itu, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis
intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu
keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing
anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien
dalam sebuah unit. Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang
administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan
pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan
prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan
efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah
2. Keuntungan
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yan belum berpengalaman.
c. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
3. Kerugian
saja.
f. Pelayanan terputus-putus
4. Contoh Penerapan
a. Kepala Ruangan :
b. Perawat Staf :
Melakukan askep langsung pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh
c. Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa
pemulihan kesehatan, melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan
d. Perawat Pembantu :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membanatu
perawat untuk membenahi tempat tidur, membantu membagikan alat tenun pasien.
PENERAPAN
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi
teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional
(registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim
selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat
Pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim,
keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien.
adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
dengan menggunakan kecakapan dan mampuan anggota kelompok. Metode ini juga
didasari atas yakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan baik. Selain itu,
setiap staf berhak menerima bantuan melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan
menggunakan sama tim perawat yang terogen, terdiri dari perawat profesional, non-
sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan iluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang di
lakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Di samping itu, ketua tim mempunyai
tugas untuk melakukan supervise kepada semua anggota tim dalam implementasi dan
pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus
perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim
keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya,
ketua tim akan melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh perawat kepala ruang
bersama-sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal
yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan
untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien
yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim
dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien
yang harus dipenuhi mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam
anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim adalah
mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang terjadi pada
pasien terutama yang tidak diinginkan, melakukan revisi rencana keperawatan apabila
kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu
memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas
masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi yang efektif, melakukan pengajaran kepada
pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang dibuat anggota
memiliki kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah.
Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai
dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan,
otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung
pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala
ruang akan menentukan jumlah tim yang diperlukan berdasarkan beberapa factor, antara
lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan
jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada
tempat/kamar pasien tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien
yang di rawat.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai
berikut:
7. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota
tim.
8. Menjadi guru pengajar.
Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim,akan berdampak secara
positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan
bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan kerja sama antar perawat
tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat
menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini member pengkayaan
pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
3. Kelebihan :
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih
menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat
pasien secara komprehensif dan melihat pasien secara holistic. Perawat akan
memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam bekerja sama dan
berkomunikasi dalam tim. Hal ini akan mempermudah dalam mengenal kemampuan
4. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu ).
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Sebagaimana metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa
kerugian. Selain itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena
kotaknya distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik.
sama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan di lakukan oleh
perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untik melaksanakan
Ketua tim dapat mengalami kebinguangan karena tugas disampaikan melalui beberapa
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada
keterampilan dan minat yang dimilikinya di samping itu, perawat kepala ruang harus
mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan
berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai dengan
keterampilan anggotanya hal yang tidak kalah pentingnya adalaah perawat kepala ruang
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada
tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama
dan membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala
ruang harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim
keperawatan dapat terdiri dan tiga sampai lima perawat untuk bertanggung jawab
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
c. Pengarahan
keperawatan pasien
d. Pengawasan
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit
keperawatan.
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui
konferens.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
keperawatan.
8. Menyelenggarakan konferensi .
keperawatan.
keperawatan
6. Memberikan laporan
PENERAPAN
1. Defenisi
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Metode
dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Saat perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
2. Keuntungan
kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
3. Kerugian
a) Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang
4. Contoh Penerapan
F. DEFENISI METODE MODIFIKASI, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH
PENERAPAN
1. Defenisi
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim
dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan
a. Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus
b.Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim
tentang asuhan keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat,
2. Keuntungan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
3. Kerugian
b) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
c) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
d) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
4. Contoh Penerapan
perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak
3.Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care)
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam system pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode
asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) metode asuhan keperawatan terdiri dari metode
B.Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami mengenai system
perorganisasian dalam manajemen keperawatan dan juga mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya system organisasi dan juga mengetahui beberapa metode- metode
yang ada dalam manajemen keperawatan. Perbedaan kelima metode praktik keperawatan
harus dipahami oleh pembaca dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta
Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Sitorus Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di RS. Jakarta : EGC.
Company Saunders.