DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS D NON REGULER
1
2019
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dosen Halmina Ilyas, S.Kep., Ns., M.Kep kepada kami tepat pada waktunya.
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
Wassalamualikum Wr. Wb
Kelompok 5
3
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 01
A. Latar Belakang 01
B. Rumusan Masalah 02
C. Tujuan 03
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi 04
2. Patofisiologi 04
3. Etiologi 08
4. Klasifikasi 10
5. Tanda dan Gejala 10
6. Komplikasi 13
7. Pemeriksaan penunjang 13
8. Pemeriksaan Medis 15
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian17
2. Riwayat Kesehatan 17
3. Data Dasar pasien 18
4. Riwayat Psikososial 20
5. Riwayat Spiritual 21
6. Aktivitas Sehari-hari 21
7. Pengkajian Fisik 22
8. Tes diagnostik 24
9. Penatalaksanaan 25
10. Diagnosa Keperawatan 25
11. Intervensi Keperawatan 26
12. Implementasi 31
13. Evaluasi 32
4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 32
B. Review of System 34
C. Pengkajian Psikososial 34
D. Pemeriksaan diagnostik 34
E. Analisan Data 35
F. Diagnosa Keperawatan 35
G. Intervensi Keperawatan 36
H. Implementasi Keperawatan 41
I. Evaluasi Keperawatan 42
BAB IV SIMPULAN43
DAFTAR PUSTAKA 44
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejak sekitar tahun ‘80an, dan jumlahnya semakin hari semakin meningkat
hingga saat ini. Mengingat usia ketahanan katup prostetik adalah sekitar 10 –
15 tahun tergantung jenisnya, maka dapat disadari bahwa belakangan ini akan
katup prostetik baru (redo) karena katup prostetik yang terdahulu telah
infeksi rematik, kelainan degeneratif, dan “modern type” atau etiologi baru
penyakit jantung katup. Etiologi baru atau ”modern type” ini antara lain
adalah akibat infeksi HIV, akibat obatobatan (obat penekan napsu makan),
1
katup Eropa, kelainan katup yang paling banyak adalah stenosis aorta akibat
jantung nasional, terlihat bahwa stenosis aorta akibat degeneratif adalah jenis
kelainan katup yang jarang dijumpai. Hal ini belum tentu disebabkan karena
prevalensi yang rendah, namun mungkin karena deteksi yang kurang atau
sering dijumpai pada RSJHK adalah kelainan katup mitral akibat degeneratif
B. Rumusan Masalah
katup jantung?
katup jantung?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar medis dari penyakit kelainan katup jantung?
katup jantung?
katup jantung?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
jantung. Katup normal adalah aliran searah dan aliran yg tidak terhalangi.
Katup membuka merupakan tekanan proximal katup lebih tinggi dari tekanan
dalam ruang atau pembuluh darah sebelah katup. Katup menutup merupakan
tekanan distal lebih tinggi dari tekanan dalam ruang proximal katup (Jota,
2010).
dapat berakhir pada keadaan gagal jantung. Kelainan katup yang terjadi dapat
katup, dan kesemua katup dapat mengalami kerusakan. Satu kerusakan katup
2. Patofisiologi
a. Stenosis Mitral
4
Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura katup
daya alir katup mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan diruang atrium kiri,
sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri waktu
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan
pada atrium kiri dan selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan
b. Isufisiensi Mitral
kiri ke atrium kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama
kembali kedalam atrium kiri. Kerja ventrikel kiri dan atrium kiri harus
5
ditingkatkan agar dapat mempertahankan curah jantung. Ventrikel kiri harus
ke aorta dan darah yang kembali melalui katup mitralis (Karson, 2012).
menerus. Saat volume dan ukuran ventrikel semakin meningkat maka fungsi
Stenosis Aorta katup makin memburuk. Bila lesi semakin parah, atrium kiri
tidak mampu lagi untuk meregang dan melindungi paru-paru. Ventrikel kiri
mendapat beban yang terlalu berat dan aliran darah melalui aorta menjadi
c. Stenosis Aorta
6
Namun saat kemampuan ventrikel kiri untuk menyesuaikan diri
perjalanan stenosis aorta. Trias gejala khas tersebut adalah angina, sinkop, dan
d. Regurgitasi Aorta
kiri. Pada saat kontraksi, ventrikel harus mampu mengeluarkan sejumlah darah
kiri mengalami dilatasi berat yang memicu terjadinya hipertrofi pada ventrikel
kompensasi ventrikel kiri yang tinggi disertai dengan katup mitralis yang
kiri, yang terkadang disertai regurgitasi katup mitralis. Ejeksi ventrikel kiri
yang berkekuatan besar dan bervolume tinggi dan diikuti dengan aliran darah
7
yang cepat menuju perifer dan ventrikel kiri melalui katup yang bocor dapat
3. Etiologi
selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan
penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai
(Boestan, 2007).
a. Stenosis Mitral
orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan
rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa,
8
b. Insufisiensi Mitral
2007).
c. Stenosis Aorta
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan
parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta
seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul
d. Insufisiensi Aorta
katup dan kanker aorta juga bisa menimbulkan isufisiensi aorta. Pada
isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katup, dengan
atau tanpa klasifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari demam reumatik
(Boestan, 2007).
9
g. Penyakit Katup Campuran
Penyakit katup campuran sering terjadi, yaitu terdiri atas stenosis dan
4. Klasifikasi
kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang
mengalami hambatan
a. Stenosis Mitral
1) Tanda
a) Facies mitral merupakan rona ungu gelap pada pipi disertai kapiler yang
b) Volume nadi arteri kecil akibat obstuksi pada katup mitral. Bisa ireguler
c) Denyut pada afeks kuat angkat. Merupakan buyi jantung yang pertama yang
teraba.
10
Jika telah terjadi hipertensi pulmonal, tampak denyut pada parasternal kiri dari
hipertropi ventrikel kanan. Thrill diastolik bisa ditemukan pada penyakit yang
2) Gejala
a) Sesak timbul dimalam hari dan saat aktivitas dan disebabkan oleh edema paru.
paru.
Lelah dan rasa dingin di ektremitas disebabkan oleh rendahnya curah jantung.
b. Insufisiensi Mitral
1) Tanda
Palpasi. LVH dan thrill sistolik adalah tanda khas, bisa disertai denyut kuat angkat di
parasternal kiri,dan disebabkan oleh ekspansi sistolik dari atrium kiri ,bukan oleh
2) Gejala
Sesak progresif berkembang akibat sumbatan paru dan di ikuti gagal jantung kanan .
angina dan hemoptisis lebih sering ditemukan dibandingkan dengan pada stenosis
mitral .kelelahan dan palpitasi adalah gejala yang sering timbul (Rubenstein, dkk,
2007).
11
c. Stenosis Aorta
1) Tanda
2) Gejala
Pada awalnya tanpa gejala kemudian terjadi angina, sesak, dan sinkop
ventrikel kiri dan kematian mendadak relatif dan sering terjadi dan mungkin
d. Insufisiensi Aorta
1) Tanda
Nadi naik dan turun dengan cepat (palu air atau kolaps) dan terdapan
tekanan nadi yang lebar. Bisa teraba pulsasi arteri karotis yang jelas pada leher
terdapat murmur diastolik dini pada tepi seternal kiri yang paling jelas pada
rongga interkostal ketiga dan ke empat kiri, lebih keras saat pasien
membungkuk dan dengan menahan nafas saat respirasi. Bunyi jantung ke2
2) Gejala
Biasanya tak ada sampai terjadi sesak akibat terjadi edema paru. Angina
12
6. Komplikasi
a. Angina pektoris
b. Bedah jantung
d. Disritmia
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Stenosis Mitral
1) EKG pada awal penyakit timbul gambaran P mitral akibat hipertropi atrium
2) Rontegen thoraks. Khas terjadi pembesaran atrium kiri plus sumbatan vena
dilobus atas disertai garis septum (kerley B) tepat diatas angulus kostofrenikus
menurun pada katup mitral. Pemeriksaan ini juga menunjukan penebalan dan
klasifikasi katup (area katup mitral <1,5 cm2 merupaka tanda stenosis yang
13
b. Insufisiensi Mitral
1) Pada EGK bisa tampal LVH, serta P mitral akibat hipertropi atrium kiri.
c. Stenosis Aorta
1) Pada EKG tampak LVH dan biasanya hipertropi atrium kiri. Stenosis berat
2) Rontgen thoraks. Bisa ada pebesaran ventrikel kiri bahkan adanya denyut
apeks yang menonjol. Aorta kecil dan mungkin mengalami pelebaran dibagian
angiografi dengan menarik kateter melewati katup. Selain itu harus dilakukan
arteriografi koroner karena 25% pasien berusia diatas 50 tahun juga akan
14
d. Insufisiensi Aorta
katup. Fungsi dan dimensi ventrikel kiri bisa dinilai. Katup mitral bisa
8. Penatalaksanaan Medis
a. Stenosis Mitral
pemeriksaan infasif. Indikasi pemberian anti koagulan adalah bila ada fibrilasi
ventrikel yang cepat pada fibrilasi atrium yang tak diobati dikendalikan oleh
terbuka ) adalah jika ada edema paru yang persisten atau disertai hipertensi
trimester terakhir dan bisa memicu gagal jantung jika ada stenosis mitral.
Valvotomi bisa dilakukan setiap saat dalam kehamilan jika ada indikasi sesuai
kretria diatas . curah jantung menurun pada 2 bulan terakhir kehamilan dan
sebagaian pasien yang bisa mengatasi nya saat itu bisa mencapai usia
15
kehamilan cukup bulan . jika ada komplikasi obstretik ,antibotik untuk
b. Insufisiensi Mitral
gejala berat dan tidak bisa dikendalikan oleh terapi medis atau jika terjadi
c. Stenosis Aorta
d. Insufisiensi Aorta
obati endokarditid jika ada. Obati gagal jantung (Rubenstein, dkk, 2007).
simtomatik jika ukuran jantung membesar dengan cepat atau jika diameter
internal ventrikel kiri > 55mm pada ekokardiografi pada paien muda, bahkan
16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami,
keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
17
3. Data Dasar Pasien
a. Aktivitas / Istirahat
keringatmalam hari.)
b. Sirkulasi
Tanda:
3) Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
4) Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan kekiri(IM); secara lateral
5) Getaran: Getaran diastolik pada aspek (SM).Getaran systolik pada dasar (SA)
Getaran systolik senjang batas sternal kiri; getaran systolik pada titik jagular
7) Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada
S1, bunyi robekan luas, adanya S3(IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA).
9) Irama: Tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama
Blok AV (SA).
18
10) Murmur: Murmur diastolik pada area pulmonalik (IP). Bunyi rendah, murmur
diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik terdengar baik pada apex (MR).
Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA).
Murmur sistolik pada dasar kiri batas sternal (SP) meningkat selama inspirasi
(IT). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar
(IA). Murmur diastolik pada dasar kiri strenal meningkat dengan inspirasi
(ST).
11) Warna / Sianosis: Kulit hangat, lembab dan kemerahan (IA). Kapiler
sputum.
c. Integritas Ego
Gejala: Tanda kecemasan. Contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
d. Makanan / Cairan
Gejala: Disfagia (IM Kronis)Perubahan berat badan. Penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum / dependen. Hepatomegali dan asites ( SM, IM, IT)
Hangat, kemerahan dan kulit lembab (IA). Pernapasan payah dan bising
19
Tanda: Takipnea. Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi). Sputum
4. Riwayat psikososial
b. Identifikasi hubungan pasien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
5. Riwayat Spiritual
6. Aktifitas Sehari-Hari
a. Nutrisi :
Selera makan, Menu makan dalam 24 jam. Frekuensi makan dalam 24 jam.
Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan). Ritual sebelum
makan, dll.
20
b. Cairan :
d. Istirahat Tidur
Apakah cepat tertidur, Jam tidur (siang/malam), Bila tidak dapat tidur apa
e. Olahraga
g. Personal hygiene
i. Rekreasi
21
Bagaimana perasaan anda saat bekerja?, Berapa banyak waktu luang?, Apakah
7. Pengkajian Fisik
wajah, bicara, mood, Berpakaian dan kebersihan umum, Tinggi badan, BB,
gaya berjalan.
b. Tanda-tanda vital :
Suhu, Nadi, Pernapasan, Tekanan darah.
c. Sistem pernapasan
Hidung : kesimetrisan, pernapasan cuping hidung, adanya sekret / polip,
passase udara.
Leher : Pembesaran kelenjar, tumor.
Dada : Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest). Perbandingan ukuran
anterior-posterior dengan transversi. Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada
finger.
d. Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis), Arteri carotis, Tekanan
vena jugularis, Ukuran jantung, Ictus cordis / apex, Suara jantung (mitral,
tricuspidalis, S1, S2, bising aorta, murmur, gallop), Capillary retilling time.
e. Sistem perncernaan
Sklera (ikterus/tidak), Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis), Mulut
22
sesuai dengan organ dalam tiap kuadran), Anus (kondisi, spinkter ani,
koordinasi).
f. Sistem saraf
7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign)
g. Sistem musculoskeletal
Kepala (bentuk kepala), Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM), Pelvis (Thomas
test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut (Mc Murray Test,
8. Tes Diagnostik
b. Ro foto
c. CT Scan
23
d. MRI, USG, EEG, ECG, dll.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik
c. Komisurotoomi
a. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis dan
dispnea.
c. Nyeri akut b/d agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
tegangan.
lainnya.
24
25
11. Intervensi Keperawatan
26
- Nafas pendek/ sesak tidak ada asites dan istirahat untuk
nafas Tidak ada penurunan menghindari
- Perubahan warna kulit kesadaran kelelahan
- Batuk, bunyi jantung AGD dalam batas Monitor toleransi
S3/S4 normal aktivitas pasien
- Kecemasan Tidak ada distensi Monitor adanya
vena leher dyspneu, fatigue,
Warna kulit normal tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan stress
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
Monitor jumlah,
bunyi dan irama
jantung
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien
tujuan dari
27
pemberian oksigen
Sediakan informasi
untuk mengurangi
stress
Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas
jantung
Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
Minimalkan stress
lingkungan
c. Nyeri akut
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri NOC : NIC :
akut berhubungan Level, control, Lakukan pengkajian nyeri
dengan: fort level secara komprehensif
Agen injuri (biologi, Setelah dilakukan termasuk lokasi,
kimia, fisik, tinfakan keperawatan karakteristik, durasi,
psikologis), kerusakan selama …. Pasien frekuensi, kualitas dan
jaringan tidak mengalami faktor presipitasi
nyeri, dengan kriteria Observasi reaksi nonverbal
DS: hasil: dari ketidaknyamanan
- Laporan secara Mampu Bantu pasien dan keluarga
verbal mengontrol nyeri untuk mencari dan
DO: (tahu penyebab menemukan dukungan
- Posisi untuk nyeri, mampu Kontrol lingkungan yang
menahan nyeri menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku tehnik seperti suhu ruangan,
berhati-hati nonfarmakologi pencahayaan dan
- Gangguan tidur untuk mengurangi kebisingan
(mata sayu, tampak nyeri, mencari Kurangi faktor presipitasi
capek, sulit atau bantuan) nyeri
gerakan kacau, Melaporkan Kaji tipe dan sumber nyeri
menyeringai) bahwa nyeri untuk menentukan
- Terfokus pada diri berkurang dengan intervensi
28
sendiri menggunakan Ajarkan tentang teknik non
- Fokus menyempit manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
(penurunan persepsi Mampu relaksasi, distraksi,
waktu, kerusakan mengenali nyeri kompres hangat/ dingin
proses berpikir, (skala, intensitas, Berikan analgetik untuk
penurunan interaksi frekuensi dan mengurangi nyeri: ……..
dengan orang dan tanda nyeri) Tingkatkan istirahat
lingkungan) Menyatakan rasa Berikan informasi tentang
- Tingkah laku nyaman setelah nyeri seperti penyebab
distraksi, contoh : nyeri berkurang nyeri, berapa lama nyeri
jalan-jalan, Tanda vital dalam akan berkurang dan
menemui orang lain rentang normal antisipasi ketidaknyamanan
dan/atau aktivitas, Tidak mengalami dari prosedur
aktivitas berulang- gangguan tidur Monitor vital sign sebelum
ulang) dan sesudah pemberian
- Respon autonom analgesik pertama kali
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
29
d. Ansietas
d. Kurang Pengetahuan
30
12. Implementasi Keperawatan
cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid,
2012)
13. Evaluasi
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
mual, pusing, keringat dingin, nyeri dada disertai batuk. Pasien merasa cepat
A. Pengkajian
1. Biodata
Data Demografi
a. Data Pasien
Nama : Ny. G
Usia : 45 tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Panakkukang
32
b. Data Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Usia : 47 tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Panakkukang
sesak napas, sianosis dan batuk-batuk disertai dengan demam tinggi atau
tidak.
atrthritis)
terjadinya penyakit.
6. Status kesehatan
Kesadaran: komposmentis
Pernapasan : 30 x/ menit
Suhu : 37oC
33
B. Review of System
sejak 2 hari yang lalu, kekuatan nadi melemah, takikardi, BJ 1 keras murmur
C. Pengkajian Psikososial
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
2. EKG
3. Rontgen Dada
E.Analisa Data
34
mengeluh nyeri dada. katup
(regurgitasi/stenosis)
DO: hipotensi, takikardia, akral
dingin dan pucat, dispnea,
ronkhi, kadar BUN dan
kreatinin meningkat, tekanan
vena jugularis (JVP) >3
cmH2O.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung, kongesti vena
2. Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru sekunder
35
G. Intervensi Keperawatan
Diagnosa: Penurunan perfusi jaringan
Kriteria hasil
Objektif: tekanan darah, MAP dalam batas normal, denyut nadi kuat, denyut
jantung dalam batas normal, kadar, ureum dan kreatinin normal, JVP stabil, kulit
hangat kemerahan, tidak berkeringan, irama jantung sinus, pola napas efektif,
Intervensi Rasional
1. Atur posisi tidur yang nyaman Posisi tersebut memfasilitasi ekspansi
(fowler/ high fowler). paru.
2. Bed rest total dan mengurangi Pembatasan aktivitas dan istirahat
aktivitas yang merangsang mengurangi konsumsi oksigen dan
timbulnya respon valsava/ vagal beban kerja jatung.
manuver. Catat reaksi pasien
terhadap aktivitas yang dilakukan.
3. Monitor tanda-tanda vital dan denyut 3-7. tanda dam gejala tersebut
apikal setiap jam (pada fase akut), membantu diagnosis gagal jantung
dan kemudian tiap 2-4 jam bila fase kiri. Disritmia menurunkan curah
akut berlalu. jantung. BJ3 dan BJ4 Gallop’s akibat
dari penurunan pengembangan
ventrikel kiri dampak dari kerusakan
katup jantung. Peningkatan kadar
BUN dan kreatinin mengindikasikan
penurunan suplai darah renal.
Penurunan sensori terjadi akibat
penurunan perfusi otak. Kecemasan
meningkat konsumsi oksigen miokard.
Istirahat daan pembatasan aktivitas
mengurangi konsumsi oksigen pada
miokard.
4. Monitor dan catat tanda-tanda
disritmia, auskultasi perubahan
bunyi jantung dan bising jantung.
5. Monitor kadar BUN dan kreatinin
darah sesuai program terapi.
36
6. Observasi perubahan sensori
7. Observasi tanda-tanda kecemasan
dan upayakan memelihara
lingkungan yang nyaman. Upayakan
waktu istirahat dan tidur adekuat.
8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk 8-9 diet rendah garam mengurangi
memberikan diet rendah garam dan retensi cairan ekstraseluler; selulosa
rendah kalori (bila pasien obesitas) memudahkan buang air besar dan
serta cukup selulosa. mencegah respons valsava saat buang
air besar. Oral higine meningkatkan
nafsu makan.
9. Berikan diet dalam porsi kecil dan
sering, berikan perawatan mulut
(oral care) secara teratur.
10. Lakukan latihan gerak secara pasif Latihan gerak yang diprogramkan
(bila fase akut berlalu) dan tindakan dapat mencegah tromboemboli di
lain untuk mencegah tromboemboli. vaskuler perifer.
11. Kolaborasi tim dokter untuk a. Meningkatkan kontraktilitas
terapi/tindakan. miokard
a. Obat glikosid jantung b. Menurunkan preload dan afterload,
b. Obat inotropik/digitalis dan meningkatkan curah jantung dan
vasoaktif. menurunkan beban kerja jantung.
c. Anti emetik dan laxsatif (sesuai c. Mencegah aktifitas berlebihan
indikasi) saluran pencernaan yang
d. Tranquilizer/sedative seperti merangsang respons valsava.
diazepam. d. Menurunkan kecemasan dan
e. Bantuan oksigenasi (tinkatkan aliran memberikan relaksasi
dan konsentrasinya) tiap kali pasien e. Meningkatkan suplai oksigen
selesai melakukan aktivitas/makan. selama dan setelah terjadi
f. Cek EKG seriel. peningkatan aktivitas organ.
g. Rontgen toraks dan echocardiografi f-h. Pemeriksaan tersebut membantu
(bila ada indikasi). menegakkan diagnosis dan
h. Kateterisasi jantung (flow-direct menentukan perkembangan kondisi
catheter) bila ada indikasi. fisik dan fungsi jantung.
i. Pembedahan penggantian katup (jika j. Memperbaiki fungsi pompa
ada indikasi). jantung, menurunkan preload dan
afterload, meningkatkan curah
jantung.
12. Monitor serum digitalis secara Toksisitas digitalis menimbulkan
periodik, dan efek samping obat- rigiditas miokard, menurunkan curah
obatan serta tanda-tanda peningkatan jantung, dan menurunkan perfusi
ketegangan jantung. Jangan organ.
memberikan digitalis bila
mendapatkan perubahan denyut
nadi, bunyi jantung / perkembangan
toksisitas digitalis dan segera
laporkan kepada tim medis.
37
Diagnosa: Kerusakan pertukaran gas
Kriteria hasil
Objektif: tanda sianosis dan tanda-tanda kesulitan bernapas hilang; bunyi napas
Intervensi Rasional
1. Posisi tidur semifowler. Memfasilitasi ekspansi paru
2. Auskultasi suara napas: rales 2-7 terdengarya crakles, pola napas
(crackles) atau ronkhi di basal PND/Orthopnea, sianosis,
paru, wheezing. peningkatan PAWP mengindikasikan
kongesti pulmonal, akibat
peningkatan tekanan jantung sisi kiri.
Tanda dan gejala hipoksia
mengindikasikan tidak adekuanya
perfusi jaringan akibat kongesti
pulmonal dampak dari gagal jantung
kiri. Pernapasan cheyne stokes
mengindikasikan kerusakan pusat
napas di otak akibat penurunan
perfusi otak.
3. Observasi kecepatan pernapasan
dan kedalaman (pola napas) tiap
1-4 jam.
4. Monitor tanda atau gejala edema
pulmonal (sesak napas saat
aktivitas: PND/Orthopnea; batuk;
trakipnea; sputum: bau, jumlah,
warna, viskositas: peningkatan
pulmonary arteri wedge
pressure/PAWP).
38
sianosis di bibir dan membrane
mukosa).
7. Observasi tanda-tanda kesulitan
respirasi, pola napas cheyne
stokes.
8. Kolaborasi dengan tim medis. a. Terapi oksigen dapat
a. Pemberian oksigen melalui nasal meningkatkan suplai oksigen
kanul 4-6 ltr/mnt (kecuali bila myocardium jika saturasi oksigen
pasien mengalami hipoksia kurang dari normal. Terapi oksigen
kronis) kemudian 2ltr/mnt. yang tidak adekuat dapat
Observasi reaksi pasien dan efek mengakibatkan keracunan oksigen.
pemberian oksigen (kadar gas b. Diuretik menurunkan volume
darah arteri) cairan ekstraseluler. Suplemen
b. Terapi diuretik dan suplemen kalium mencegah hypokalemia
kalium. selama terapi diuretik.
c. Bronkodilator (jika ada indikasi) c. Membebaskan jalan napas,
d. Sodium bikarbonat (bila terjadi meningkatkan inhalasi oksigen.
asidosis metabolic) d. Mengoreksi asidosis metabolic.
9. Monitor efek yang diharapkan, Efek samping obat yang
efek samping dan toksisitas dari membahayakan harus di kasji dan
terapi yang di berikan. Laporkan dilaporkan.
kepada tim medis bila didapatkan
tanda-tanda toksisitas atau
komplikasi yang lain.
10. Cek kadar elektrolit. Perubahan elektrolit memicu
disritmia jantung.
11. Kolaborasi dengan tim gizi untuk Diet rendah garam dapat menurunkan
memberikan diet jantung (rendah volume vascular akibar retensi cairan.
garam-rendah lemak). Diet rendah lemak membantu
menurunkan kadar kolesterol darah.
jaringan.
Kriteria hasil
Objektif: CVP, PWP, tekanan darah, denyut nadi, berat badan dalam batas normal,
edema/asites atau berkurang atau hilang, pola napas abnormal, suara napas
39
Intervensi Rasional
1. Monitor dan evaluasi CVP, PWP, 1-5 tanda peningkatan tekanan
denyut nadi, tekanan darah secara hemodinamik memicu kegagalan
ketat setiap jam (pada fase akut)/ 2-4 sirkulasi akibat peningkatan
jam setelah fase akut berlalu. volume vascular, serta afterload
dan preload jantung kiri.
2. Monitor bunyi jantung, murmur:
palpasi iktus kordis, lebar denyut
apex, dan adanya disritmia.
3. Observasi tanda-tanda edema
anasarka.
4. Timbang berat badan tiap hari (bila
kondisi pasien memungkinkan)
5. Observasi pembesaran hati dan
limpa; catat adanya mual, muntah,
distensi, dan konstipasi
6. Batasi makanan yang menimbulkan Penimbunan gas dalam saluran
gas dan makanan yang mengandung cerna menimbulkan
karnonat. ketidaknyamanan.
7. Batasi asupan cairan dan berikan 7-8 mencegah retensi cairan
diet rendah garam. ekstraseluler dan mempertahankan
keseimbangan elektrolit.
8. Observasi intake dan output cairan
(terutama per infus) per jam/ per 24
jam.
9. Kolaborasi tim dokter untuk terapi a. Menurunkan volume cairan
atau tindakan. ekstraseluler.
a. Diuretik b. Perubahan elektrolit memicu
b. Cek kadar elektrolik serum. disritmia jantung.
c. Oksigenasi dengan tekanan rendah. c. Terapi oksigen akan
meningkatkan suplai oksigen
jaringan.
H. Implementasi Keperawatan
No. Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Keperawatan
Tanggal Keperawatan
40
1. Kamis, Penurunan 08.00 1. Mengatur posisi tidur yang
10 perfusi jaringan nyaman (fowler/ high fowler).
Hasil: pasien nyaman posisi
Januari b.d penurunan
08.05 fowler
2019 curah jantung,
2. Memberikan Bed rest total
kongesti vena
dan mengurangi aktivitas yang
sekunder
merangsang timbulnya respon
terhadap
valsava/ vagal maneuver.
08.05
kerusakan Hasil: Pasien beraktifitas di
fungsi katup tempat tidur
3. Memonitor tanda-tanda
(regurgitasi/sten
vital adanya perubahan tekanan
osis). 09.15
darah
Hasil: TD: 90/50 mmHg, N:
100 x/menit, P: 28 x/ menit, S:
37oC
4. Berkolaborasi dengan tim
gizi untuk memberikan diet
rendah garam serta cukup
selulosa.
Hasil: Pasien diberikan diet
rendah garam
Kerusakan 08.20 1. Memberikan Posisi tidur
pertukaran gas semifowler.
Hasil: Pasien nyaman dengan
b.d akumulasi
08.10 posisi semifowler saat tidur
cairan dalam
2. Melakukan auskultasi
alveoli paru
suara napas
08.05
sekunder Hasil: Ronkhi
3. Mengobservasi kecepatan
terhadap status
08.20 pernapasan
hemodinamik
Hasil: P: 28 x/ menit,
tidak stabil.
pernapasan cuping hidung
4. Memberikan bedrest total
dan batasi aktivitas selama
08.25
periode sesak napas, bantu
mengubah posisi
41
Hasil: Pasien bedrest selama
periode sesak napas
5. Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian oksigen
melalui nasal kanul 4-6 ltr/mnt
Hasil: Terpasang nasal kanul 4
ltr/menit
Resiko 08.05 1. Memonitor dan evaluasi
terhadap/kelebi denyut nadi, tekanan darah
han volume secara ketat Hasil: TD: 90/50
08.20
cairan (edema mmHg, N: 100 x/menit
2. Mengobservasi
dependen) b.d
pembesaran hati dan limpa; catat
peningkatan
adanya mual, muntah, distensi,
preload, 09.15
dan konstipasi
penurunan
Hasil: terjadi pembesaran hati,
kontraktilitas,
pasien mengeluh mual
08.25
penurunan 3. Mengobservasi tanda-tanda
aliran darah ke edema anasarka
Hasil: Edema tungkai bawah
ginjal, dan
4. Membatasi asupan cairan
penurunan laju
dan berikan diet rendah garam.
filtrasi Hasil: Pasien mengkonsumsi
glomerulus makanan diet rendah garam
5. Berkolaborasi tim dokter
untuk terapi diuretik
Hasil: diberikan Lasix 3 x 40
mg
42
kongesti vena x/menit, P: 28 x/ menit, S: 37 oC,
sekunder takikardia, akral dingin dan pucat.
terhadap A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
kerusakan
fungsi katup
(regurgitasi/sten
osis).
Kerusakan 12.05 S: Klien mengeluh sesak napasnya
pertukaran gas berkurang, Klien mengeluh masih
b.d akumulasi sering batuk
cairan dalam O: TTV: TD: 90/50 mmHg, N: 100
alveoli paru x/menit, P: 28 x/ menit, S: 37oC,
sekunder ronkhi, pernapasan cuping hidung,
terhadap status takipnea
A: Masalah belum teratasi
hemodinamik
P: Lanjutkan intervensi
tidak stabil.
Resiko 12.10 S: Klien mengeluh sesak napasnya
terhadap/kelebi berkurang, Klien mengeluh batuk,
han volume Klien mengeluh tidak ada
cairan (edema perubahan pada kakinya.
dependen) b.d O: edema tungkai bawah, dyspnea,
peningkatan asites, kardiomegali
preload, A: Masalah belum teratasi
penurunan P: Lanjutkan intervensi
kontraktilitas,
penurunan
aliran darah ke
ginjal, dan
penurunan laju
filtrasi
glomerulus
43
BAB IV
SIMPULAN
jantung. Penyakit kelainan katup jantung terdiri dari beberapa tipe, yaitu
dengan apa yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit kelainan katup
jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Amiliana M Soesanto, 2012. Penyakit Jantung Katup di Indonesia: masalah yang
– 208.
Boestan. 2007. Buku Ajar Penyakit Jantung. Airlangga University Press. Jakarta.
Rohmah, Nikmatur & Saiful Wahid. 2012. Proses Keperawatan: Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan
oleh Annisa Rahmalia. Jakarta : Erlangga.
44