Disusun Oleh :
PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
2011). Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai
limpa, yang terdiri atas tiga bagian yaitu kepala pankreas (caput), tubuh
pankreas (body pancreas) dan ekor pankreas (tail). Kepala pankreas terletak di
dekat duodenum dan ekor pankreas terletak sampai ke lien (Syaifuddin, 2011).
etiologi dari penyakit ini berasal dari beberapa faktor yaitu faktor eksogen
(rokok, alkohol, kopi, dan zak karsinogenik) dan faktor endogen (usia, penyakit
akibat keganasan setelah kanker paru, kolon, dan payudara, baik pada pria
sekitar 458,918 kasus kanker pankreas dan 432,242 kasus dengan angka
kematian dengan perbandingan 4,2% pad wanita dan 4,9% pada pria. Data
kanker pankreas 5.829 dan kematian karena kanker pankreas sebanyak 5.642
dengan presentase 3,6 % dengan kematian 3,4% pada penderita wanita dan
kepala pankreas (Cruz, 2014). Menurut Gomes (2010) tumor pankreas terjadi
terdapat pada kaput pankreas, 32% pada ekor pankreas, dan 28% terdapat pada
tubuh pankreas.
(Singh, 2012). Obstruksi bilier akan menimbulkan gejala ikterus yaitu feses
yang berwarna pekat dan urine yang berwarna gelap. Tumor kaput pankreas
diabetes, terkadang diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Menguningnya kulit
dan bagian putih mata dapat terjadi jika tumor pankreas menyumbat saluran
empedu yaitu semacam pipa tipis yang membawa empedu dari liver ke usus
duodenum. Warna kuning berasal dari kelebihan bilirubin. Asam empedu dapat
paling serius dari tumor ganas caput pankreas adalah metastasis ke sejumlah
organ vital, karena kanker atau tumor pankreas jarang terdeteksi pada stadium
limpa.
Berbagai tanda dan gejala dari pasien dengan tumor caput pankreas yaitu
anoreksia, mual, muntah diare, badan lemah lesu, nyeri pada punggung,
penurunan berat badan dan juga ikterus obstruktif (Brand, 2013), hal ini
pada tahap berapa tumor yang dialami (American Cancer Society, 2018).
operasi yang dilakukan pada tumor pada kepala (caput) pankreas adalah
2014).
masalah pada kesehatan dirinya seperti nyeri yang dirasakan pada luka bekas
operasi dan masalah pada nutrisi pada pasien (Keim, 2009). Untuk itu perlu
seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Tumor
Caput Pankreas”.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
caput pankreas
1.3.2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu tanda klinis lain yang dapat kita temukan antara lain,
pembesaran kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali, splenomegali
(karena kompresi atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau akibat
metastasis hati yang difus), asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum), nodul
periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory
thrombophlebitis (Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan edema
tungkai (karena obstruksi VCI) serta limfadenopati supraklavikula sinistra
(Virchow’s node) (Sudoyo, 2016).
2.5 Komplikasi
2) Ultrasonografi
Gambar 12 : ultrasonografi: karsinoma pankreas yang berada pada kaput pankreas
3) CT – Scan
Pada masa kini pemeriksaan yang paling baik dan terpilih
untuk diagnostik dan menentukan diagnosis dan menentukan stadium
kanker pankreas adalah dengan dual phase multidetector CT , dengan
contras dan teknik irisan tipis (3-5mm). Kriteria tumor yang tidak
mungkin direseksi secara CT antara lain: metastase hati dan
peritoneum, invasi pada organ sekitar ( lambung, kolon), melekat atau
oklusi pembuluh darah peri-pankreatik. Dengan kriteria tersebut
mempunyai akurasi hampir 100% untuk predileksi tumortidak dapat
direseksi. Akan tetapi positif predictive value rendah, yakni 25-50 %
tumor yang akan diprediksi dapat direseksi, ternyata tidak dapat
direseksi pada bedah laparotomi (Sudoyo, 2016).
Gambar 7 : CT scan. Massa pada kaput pankreas
Gambar 14: CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput pankreas( panah putih), distended
kantung empedu
2.8 Patofisiologi
Sebagian besar kasus (±70%) lokasi kanker pada kaput pankreas, 15-
20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada karsinoma daerah kaput pankreas
dapat menyebabkan obstruksi pada saluran empedu dan ductus pankreatikus
daerah distal, hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinik berupa ikterus
(Castillo, Carlos, Jimenez, & Ramon, 2006; Sudoyo, 2006). Umumnya tumor
meluas ke retroperitonel ke belakang pankreas, melapisi dan melekat pada
pembuluh darah. Secara mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak
peripankreas, saluran limfe , dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput
pankreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung, peritonium, hati dan
kandung empedu)
Tumor pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana serangkaian
mutasi genetik telah terjadi di protooncogene dan gen supresor tumor. Mutasi
pada onkogen K-ras diyakini menjadi peristiwa awal dalam perkembangan tumor
dan terdapat lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi dari beberapa gen
supressor tumor (p16, p53, DCC, APC, dan DPC4) ditemukan pada 40-60% dari
tumor. Deteksi mutasi K-ras dari cairan pankreas yang diperoleh pada
endoskopik retrograde cholangiopancreatography telah digunakan dalam
penelitian klinis untuk mendiagnosa kanker pancreas (Brand, 2003). Pada
sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau telah terjadi infiltrasi
dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di reseksi, sedangkan
tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm
2.9 Woc
Pathway TumorCaput Pankreas
Kegagalan perbaiakan
DNA Masuk kedalam
sel
Inaktivasi gen
supresor tumor
Tumor Caput
Pankreas
Pembesaran caput
pankreas
Ketidakseimbangan Nausea
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pankreaticuduodenectomy
Penurunan BB
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama, Umur, No. RM, Tanggal lahir, Jenis kelamin,
tanggalmasuk, diagnosa medis, alamat
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Alasan Masuk Rumah sakit
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
- Nama inisial : Tn. R
- No RM : 01.04.77.57
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tempat, tgl lahir : Padang, 24/11/1978 (41 Tahun)
- Pendidikan : SLTA/Sederajat
- Agama : Islam
- Tinggi Badan : 165 cm
- Berat Badan : 49 kg
- Orang yang bisa dihub : Istri
- No Hp : 08136319xxxx
- Tanggal Masuk RS : 06 Desember 2019
- Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2019
- Diagnosa Medis : Tumor Caput Pankreas
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk melalui IGD RSUP.Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 06
Desember 2019 dengan keluhan nyeri perut berat pada region kanan atas
sampai ke punggung , perut juga terasa penuh sejak lebih kurang 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit, mengalami penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, mual, mata dan badannya yang semakin menguning sejak 1
bulan sebelum masuk rumah sakit dengan perut sedikit membuncit.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian post-op tanggal 10 Desember 2019 (06:00) :
Pasien post laparaskopi tgl 09 desember 2019 pukul 23:00, pasien
mengeluhkan nyeri di area luka operasi, nyeri bertambah apabila
35
digerakkan, nyeri terasa seperti ditusuk tusuk, pasien tampak meringis,
nyeri tidak berkurang dengan istirahat dan merubah posisi, saat dikaji
skala nyeri pasien 5 dengan nyeri hilang timbul dan durasi lebih kurang 2
menit. Pasien mengatakan takut makan karena perut takut kembung dan
membesar. Kulit dan mata pasien tampak menguning. Pasien tidak mau
bergerak karena takut jahitannya lepas. Pasien terpasang drain post
laparaskopi. Tanda- tanda vital pasien post operasi adalah TD : 120/85
mmHg N: 100x/i RR: 20x/i S: 37,5.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien mendapat tranfusi PRC 3 kantong. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit darah tinggi/ hipertensi, diabetes mellitus,
hepatitis, dll. Pasien pernah dirawat di RS kurang lebih 1 bulan yang lalu
dengan keluhan mual dan muntah ketika makan, klien memilki riwayat
magh yang diketahui sejak usia 29 tahun. Pasien merupakan perokok aktif
hingga sekarang biasanya menghabiskan 1 bungkus rokok per hari.
Pasien pernah mengkonsumsi alkohol 3 bulan yang lalu, rutin
mengkonsumsi kopi setiap pagi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keganasan atau tumor sebelumnya yaitu nenek pasien dengan ca
mammae.
36
Genogram :
Ca mamae
Tn.R
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis dengan gcs 15 E4M6V5
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
- TD : 120/85mmHg
- N : 100x/i
- RR : 20x/i
- S : 37,5
d. Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala dan rambut
Kepala normocephal, simetris tidak ada kelainan, rambut hitam
tampak sedikit kering dan mudah dicabut.
b) Kulit
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering, kulit tampak berwana
kuning (jaundice).
c) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan,
sclera ikterik kiri dan kanan. Tidak ada gangguan dalam penglihatan.
d) Hidung
37
Tidak ada kelainan,tidak ada obstruksi, tidak terpasang O2, tidak
terdapat sumbatan, tidak terpasang NGT.
e) Mulut dan Gigi
Tidak ada kelainan, mulut simetris, gigi lengkap tetapi terdapat caries
pada gigi geraham, tidak ada gusi berdarah, lidah tidak tampak kotor,
membran mukosa (bibir) kering.
f) Leher
Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid/ kel.getah bening.
g) Thorax
- Paru-paru
Inspeksi : dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
penggunaan otot bantu napas, tidak ada defformitas pada dinding
dada, tidak ada kelainan
Palpasi: tidak ada massa atau nyeri pada dinding dada, tractil
fremitus +/+ .
Perkusi : Resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : bunnyi nafas Vesikular pada lapang paru, tidak ada
kelaianan, tidak ada bunyi napas tambahan
- Jantung
Inspeksi : dinding dada simetris, tidak ada kelainan, ictus cordis
tidak terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri pada dinding dada, ictus cordis teraba,
batas jantung normal, tidak ada cardiomegaly
Perkusi : pekak pada jantung ics 4 dan ics5
Auskultasi : s1 “lub” S2 “dub” regular irama jantung normal.
TAK.
h) Abdomen
Inspeksi : terdapat 3 bekas luka operasi/laparaskopi, distensi (+).
Palpasi: tidak diterkaji
38
Perkusi : tidak diterkaji
Auskultasi : Bising usus (+)
i) Genitalia
Terpasang kateter
j) Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada lesi pada ekstremitas, tidak ada deformitas, tidak
ada pembengkakan pada ektstremitas, kekuatan otot baik 555/555
ekstremitas kanan, dan 555/555 pada ekstremitas kiri.
5. Pengkajian fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Sebelum sakit klien menjalani pola hidup yang tidak baik, hal ini ditandai
dengan kebiasaan klien menonsumsi kopi setiap pagi, klien merupakan
perokok aktif yang menghabiskan rokok kurang lebih satu bungkus dalam
sehari. Selain itu klien juga mengonsumsi alcohol 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Klien mengatakan terjadi perubahan dalam hidupnya selama
sakit, pasien selalu merasakan nyeri dan cemas terhadap penyakitnya,
selama ini jika ada anggota keluarga pasien yang sakit, klien selalu
berobat ke pelayanan kesehatan speerti puskesmas atau rumah sakit.
pasien tidak pernah berfikir bahwa akan dioperasi karena penyakitnya
namun, pasien akan mematuhi regimen pengobatan untuk
kesembuhannya.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pasien mengatakan selama lebih kurang 1 bulan sebelum dirawat, pasien
mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan mual, dan perut yang
semakin hari semakin terasa penuh. Terjadi penurunan berat badan
selama pasien sakit dari 62 kg menjadi 49 kg. Pada pagi hari biasanya
pasien meminum secangkir kopi dan sarapan seperti bubur, pada siang
harinya pasien makan nasi dan lauk pauk dengan sayur kurang lebih satu
piring, dan pada malam harinya klien juga memakan nasi , lauk pauk dan
39
sayur kurang lebih satu piring. Sebelum sakit pasien tidak pernah
membatasi atau mengatur diet makanannya.
Diit yang diberikan kepada pasien setelah operasi adalah ML rendah
lemak + eGold 30gr. Pasien mendapat makanan dari ahli gizi sebanyak 3
kali dalam sehari, pasien hanya menghabiskan ¼ dari porsi makanan yang
diberikan.Setelah operasi dilakukan, pasien mengatakan rasa mual yang
dirasakan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi, perut tidak tersa penuh,
dan untuk sementara pasien dipuasakan. Diit yang diberikan kepada
pasien setelah operasi adalah ML rendah lemak + eGold 30gr.
3) Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB sebelum sakit dengan saat pengkajian masih
sama seperti biasanya rutin setiap hari sekali, tidak ada masalah. Terakhir
pasien BAB tgl 09 Desember 2019, dengan konsistensi agak encer.
Pola BAK pasien juga tidak ada masalah, pasien BAK 7 kali dalam sehari
semalam dengan warna kuning agak pekat seperti air teh.
4) Pola aktivitas dan olahraga
Kemampuan perawatan diri selama sakit
0 = Mandiri
1 = dengan alat bantu
2 = bantuan dari orang lain
3= bantuan alat dan orang lain
4 = tergantung/ tidak mampu
Post op
0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
40
Toileting √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
41
Pasien mengatakan cemas terhadap operasi yang telah dijalaninya, hal ini
berkaitan dengan penyembuhan luka operasi pasien. Pasien tidak mau
bergerak karena takut jahitan pada luka operasinya akan lepas.
8) Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan testis mandiri.
Tidak ada keluhan terhadap seksualitas dan reproduksi
9) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur pasien sebelum sakit, memulai tidur jam 22.00 dan
bangun jam 05.30 WIB. Kebiasaan tidur pasien dirumah sakit, pasien
memulai tidur lebih awal jam 21.00. Pasien sesekali terbangun dimalam
hari karena nyeri perut dan kondisi rumah sakit yang kadang tidak
nyaman dan ini membuat kualits tidur pasien kurang baik. Pasien tidak
biasa tidur siang, tidak ada kesulitan pasien untuk memulai tidur.
10) Pola koping dan toleransi stress
Pasien awalnya merasa takut dan khawatir terhadap penyakitnya, badan
dan mata pasien sangat menguning, BB semakin menurun. Tetapi
sekarang pasien sudah mampu mengatasi stressnya dengan berdo’a agar
operasinya dapat berjalan dengan lancer dan bisa cepat sembuh bertemu
anak-anaknya.
11) Pola keyakinan dan nilai
Pasien mengatakan tidak ada pantangan dengan nilai budaya dan agama
dalam menjalankan pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Pasien
beragama islam dan tetap melaksanakan ibadah di rumah sakit.
6. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi CT-Scan ( 06 Desember 2019 )
Pemeriksaan CT-Scan abdomen double contras
Kesimpulan : Tumor Caput pancreas dengan gambaran obstruksi billiar
dan gambaran liver metastase dan lymphadenopati paraaaorta abdominal
Pemeriksaan radiografi thoraks proyeksi PA/AP
Kesimpulan : Pulmonary metastasis
42
b) Pemeriksaan laboratorium
Tgl 10-12-19
No Jenis pemeriksaan Hasil Normal Range Interpretasi
1. Hemoglobin 10,3 gr/dl L = 13-16gr/dl
2. Leukosit 14.890/mm3 5000-10000
3. Trombosit 536.000/mm 150.000-
3 450000
4. Hematocrit 32% P= 40-48
W= 37-43
5. PT 10,9” 10,1”-13.3” N
6. APTT 26,1” 21,7”-28,7” N
7. INR 1,03” <1,2 N
8. Ureum darah 15 mg/dl 10,0-50,0 N
9. Kreatinin 0,7 mg/dl 0,8-1,3
10. GDS 96 mg/dl <200 N
11. Natrium 136 mMol/L 136-145
12. Kalium 4,8 mMol/L 3,5-5,1 N
13. Klorida 103 mMol/L 97-111 N
14. Total protein 7,6 g/dl 6,6-8,7 N
15. Albumin 3,2 gr/dl 3,8-5,0
16. Globulin 4,3 gr/dl 1,3-2,7
17. Bilirubin total 11,50 mg/dl 0,3-1,0
18. Bilirubin direk 8,40 mg/dl <0,20
19. Bilirubin indirek 3,10 mg/dl <0,60
20. SGOT 100 U/I P<38 ; W<36
21. SGPT 149 U/I P < 41 ; W<31
43
Post-Op
IVFD RL 6jam/ kolf
Inj. Ceftriaxone 3x1gr
Inj. Lansoparazole 2x 30gr
Inj. Keterolac 3x1amp
Inj. Vit K 3x1amp
B. ANALISA DATA
1) Pengkajian post-operasi tanggal 10 Des 2019 (06:00)
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
44
DO:
45
Tidak mengalami penerimaan
gangguan tidur terhadap nyeri
Berikan
informasi
mengenai nyeri,
seperti
penyebab nyeri,
berapa lama
nyeri akan
dirasakan dan
antisipasi dari
ketidaknyaman
an akibat
prosedur
Kendalikan
faktor
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon
terhadap
ketidaknyaman
an
Kurangi atau
eliminasi faktor
yang dapat
mencetuskan
atau
meningkatkan
nyeri
Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologi
Motivasi
untuk istirahat
atau tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
46
operasi dibagian perut, - Tekanan darah pakaian yang
luka jahitan, dan 1 luka sistolik dalam longgar
dengan drainase batas normal - Jaga kulit agar
- Luka tampak bersih (DBN) tetap bersih dan
- Jumlah cairan 1000cc - Tekanan darah kering
diastolok DBN - Mobilisasi
- Frekuensi nadi pasien (ubah
radialis DBN posisi pasien)
- Asupan makanan setiap dua jam
adekuat sekali
- Penyembuhan luka - Monitor kulit
DBN akan adanya
- Keluaran urine kemerahan
DBN - Oleskan lotion
- Tidak ada cairan atau
yang keluar dari minyak/baby oil
drainase pada daerah
yang tertekan
- Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien
- Monitor status
nutrisi pasien
- Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
- Kaji lingkungan
dan peralatan
yang
menyebabkan
tekanan
- Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,war
na cairan,
granulasi,
jaringan
nekrotik, tanda-
tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
- Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
- Kolaborasi ahli
47
gizi pemberian
diet TKTP,
vitamin
- Cegah
kontaminasi
feses dan urin
- Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
- Berikan posisi
yang
mengurangi
tekanan pada
luka
- Hindari kerutan
pada tempat
tidur
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Status Nutrisi 1. Manajemen
kurang dari kebutuhan nutrisi
tubuh b/d pemasukan asupan Kriteria Hasil : Aktivitas:
oral yang tidak adekuat Asupan Makanan Kaji adanya
adekuat alergi makanan
DS :
Asupan cairan Kolaborasi
- Pasien mengatakan adekuat dengan ahli gizi
selama lebih kurang 7 Rasio berat untuk
bulan pasien badan/tinggi badan menentukan
mengalami penurunan dalam rentang jumlah kalori
nafsu makan normal dan nutrisi yang
- Klien mengatakan dibutuhkan .
mual setiap makan Anjurkan untuk
- Klien mengatakan meningkatkan
perut terasa makin intake Fe
terasa penuh Anjurkan untuk
DO: meningkatkan
protein dan
- Terjadi penurunan
vitamin C
berat badan selama
Berikan
pasien sakit dari 62 kg
substansi gula
menjadi 47 kg
Yakinkan diet
- Serum albumin
yang dimakan
menurun (3,0 gr/dl)
mengandung
tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Berikan
makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan
48
dengan ahli
gizi)
Ajarkan
bagaimana
membuat
catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
Kaji
kemampuan
untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
2) Monitor
nutrisi
Aktivitas:
BB dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor
49
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
Monitor mual
dan muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
dan intake
nutrisi
Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
50
CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R dengan Tumor Caput Pangkreas
Post- OP
N Hari/ tgl Shift NANDA Implementasi Evaluasi Paraf
o
Post-OP
51
menjelaskan
karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak
merasa nyaman
(gelisah)
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
S=
Pasien mengatakan lukanya
takut infeksi
O=
Perawatan Luka
TD : 120/85mmHg
- Melakukan perawatan luka drainase N : 100x/i
Terdapat cairan bewarna kuning Pasien tidak menghabiskan
Risiko Infeksi kecoklatan dan pekat pada drain sebanyak porsi makan
1000cc Cairan drainase 1000cc
Faktor Risiko
Luka tampak bersih Intake : 2000 + 1000
Prosedur impasif Tidak ada push (Infuse + oral)
Jaringan sekitar luka kering Output : 2200 + 1000
Luka bewarna merah muda (Urine + Drainase)
- Memberikan inj.antibiotik ceftriaxone 1 Balance = -200
gr (lanjut siang dan malam )
- Menginstruksikan pasien untuk A=
meningkatkan asupan nutrisi
- Menjelaskan tanda-tanda infeksi kepada - Tekanan darah sistolik
keluarga dan pasien dalam rentang normal
52
- Memonitor pemulihan pembedahan - Tekanan darah diastolik
dalam rentang normal
- Frekuensi nadi belum
Manajemen Nutrisi dalam rentang normal
- Asupan makanan belum
- Mengkaji adanya alergi makanan adekuat
(pasien tidak memiliki alergi makanan) - Balance cairan -200
- Kolaborasi dengan gizi untuk
memberikan diit ML rendah lemak +
egold x 30gr P= optimalkan perawatan luka
- Menginstruksikan pasien untuk makan
sedikit-sedikit tapi sering
- Pasien menghabiskan setengah dari
porsi makan
S=
- Pasien mengatakan
53
mual sudah berkurang
O=
54
lainnya Td: 120/80 mmHg
S= skala 4 Fn : 90 x/i
T= nyeri terus menerus T : 37,0 C
- Mengobservasi pasien (tampak meringis, RR: 18 x/I
berkeringat) - Skala nyeri 3
- Menganjurkan pasien menggunakan - Pasien tampak masih
teknik relkasasi nafas dalam untuk meringis
mengurangi nyeri A=
- Kolaborasi pemberian analgetik
(keterolac 1 amp) - Pasien tampak bisa
mengguanakan teknik
relaksasi nafas dalam
- Pasien mampu mengenali
nyeri dengan menjelaskan
karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak merasa
nyaman (gelisah)
- Tanda vital dalam batas
normal
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
55
R= pada luka drainase dan 2 bekas luka - Ttv 06:00
lainnya Td: 123/88 mmHg
S= skala 4 Fn : 80 x/i
T= nyeri terus menerus T : 37,0 C
- Mengobservasi pasien (tampak meringis, RR: 18 x/I
berkeringat) - Skala nyeri 3
- Menganjurkan pasien menggunakan - Pasien tampak meringis
teknik relkasasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri A=
- Kolaborasi pemberian analgetik
(keterolac 1 amp) - Pasien tampak bisa
mengguanakan teknik
relaksasi nafas dalam
- Pasien mampu mengenali
nyeri dengan menjelaskan
karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak merasa
nyaman (gelisah)
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
56
T= nyeri terus menerus RR: 18 x/I
- Mengobservasi pasien (tampak meringis, - Pasien tampak meringis
berkeringat) - Skala nyeri 3
- Menganjurkan pasien menggunakan A=
teknik relkasasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri - Pasien tampak bisa
- Kolaborasi pemberian analgetik mengguanakan teknik
(keterolac 1 amp) relaksasi nafas dalam
- Pasien mampu
mengenali nyeri dengan
menjelaskan
karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak
merasa nyaman
(gelisah)
- Tanda vital dalam batas
normal
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
Perawatan Luka
57
Jaringan sekitar luka kering N : 80x/i
Luka bewarna merah muda Pasien menghabiskan ¾
- Memberikan inj.antibiotik ceftriaxone 1 dari porsi makan
gr (lanjut siang dan malam ) Cairan drainase 350cc
Risiko Infeksi - Menginstruksikan pasien untuk Intake : 2000 + 500
meningkatkan asupan nutrisi
Faktor Risiko (Infuse + oral)
- Memonitor pemulihan pembedahan
- Menjelaskan tanda-tanda infeksi kepada Output : 1500 + 350
Prosedur impasif (Urine + Drainase)
keluarga dan pasien
Balance = +650
A=
58
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak kering A=
- Rambut masih mudah rontok
- Asupan makanan belum
adekuat
- Asupan cairan adekuat
- Rasio berat badan/tinggi
belum dalam rentang
normal
P= Optimalkan manajemen
Ketidakseimbangan nutrisi dan lanjut monitor nutrisi
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
pemasukan asupan oral
yang tidak adekuat
59
mengurangi nyeri A=
- Kolaborasi pemberian analgetik
(keterolac 1 amp) - mengguanakan teknik
- Ttv 18:00 relaksasi nafas dalam
Td: 120/85 mmHg - Pasien mampu mengenali
Fn : 87 x/i nyeri dengan menjelaskan
T : 37,3 C karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak merasa
RR: 19 x/I
nyaman (gelisah)
- Tanda vital dalam batas
normal
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
60
(keterolac 1 amp) mengguanakan teknik
relaksasi nafas dalam
- Pasien mampu mengenali
nyeri dengan menjelaskan
karakteristik nyeri
- Pasien tampak tidak merasa
nyaman (gelisah)
- Tanda vital dalam batas
normal
P= optimalkan intervensi
manajemen nyeri
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
dan endokrin (Irmayanti, 2018). Biasanya klien yang mengalami tumor caput
pancreas akan menunjukkan tanda yang khas yaitu ikterik, nyeri abdomen dan
penurunan berat badan (Irmayanti, 2018). Hal ini sejalan dengan data yang
diperoleh dari klien bahwa klien merasakan nyeri perut pada region kanan atas
sampai ke ulu hati, mengalami penurunan nafsu makan sejak sebulan sebelum
dibawa ke rumah sakit sehingga mengalami penurunan berat badan yang tidak
diketahui angka pastinya, klien juga mengalami mual, mata mengalami ikterik
adanya obstruksi saluran empedu pada kepala pancreas atau caput (Fan, 2014).
Hal ini sesuai dengan teori bahwa klien yang terdiagnosa tumor caput pancreas
akan mengalami nyeri perut, ikterik dan terjadi penurunan berat badan yang tidak
menentu (Black, 2015). Menurut Darmawan (2011) gejala yang paling sering
terjadi pada klien dengan tumor caput pancreas biasanya mual, muntah.
sampai saat ini, namun secara umum peningkatan kasus caput pancreas
disebabkan oleh factor endogen dan eksogen. Factor eksogen seperti merokok,
sering terpapar polusi, diet yang tidak sehat, sedangkan factor endogen seperti
jenis kelamin, genetic dan riwayat penyakit pankreatitis kronik, DM, dan obesitas
62
(Darmawan, 2011). Pada laporan kasus ini, klien tidak memiliki anggota
keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien namun klien
sebesar 10% (Lowenfels, 2004). Menurut McGuigan (2018) pada pasien yang
merupakan perokok aktif yang menghabiskan 1 bungkus rokok per hari dan juga
pernah mengkonsumsi alcohol dan sudah berhenti sejak 3 bulan yang lalu dan
kanker caput pancreas memang belum diketahui secara pasti namun, factor
genetic menjadi sesuatu yang sangat penting, pada penderita yang memiliki
pancreas (Reynolds, 2014). Selain factor genetic kejadian tumor caput pancreas
Merokok menjadi factor risiko kejadian tumor caput pancreas yang tinggi,
63
menunjukkan bahwa pada perokok aktif kejadian tumor capur pancreas
meningkat 1,74 kali dan 1.2 kali pada perokok pasif (Iodice, 2008). Penelitian
kebiasaan merokok dengan kejadian tumor caput pancreas pada perempuan dan
a. Pre operasi
setiap 2 menit. Tanda vital TD: 135/85 mmHg, HR: 110 x/i, RR: 20 x/i,
operasi nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Hal ini
peningkatan tanda vital. Hal ini juga di dukung oleh PPNI (2016) bahwa
64
Berdasarkan diagnosa diatas maka outcome yang diharapkan
tersebut dipilih sesuai dengan kriteria hasil yang terdapat dalam buku
setelah nyeri berjurang, tanda vital dalam rentang normal dan tidak
2015).
penyebab nyeri berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
65
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama dua hari sebelum
teratasi, klien masih mengatakan nyeri pada skala 5, pasien tampak tidak
nyaman, tanda vital belum dalam batas normal dan intervensi masih
adalah tidak ada perasaan gelisah, tidak ada wajah tegang, tekanan darah
dalam batas normal, frekuensi nadi dalam batas normal, dan klien
2015).
oleh pasien dan apa yang dirasakan selama prosedur, temani pasien
66
pasien, dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya,
muat setiap makan, klien mengatakan perut makin terasa penuh, setelah
67
Dari data di atas maka outcome yang diharapkan dapat tercapai
adalah asupan makana adekuat, asupan cairan adekuat, dan rasio berat
berat badan, monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan,
patah, monitor mual dan muntah, monitor kadar albumin, total protein,
68
dan intake nutrisi, catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral, catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
teratasi klien masih mengatakan tidak nafsu makan, rasio berat badan
belum dalam batas normal, manajemen nutrisi dan monitor nutrisi masih
b. Post Operasi
saat merubah posisi tubuh, skala nyeri 4. Nyeri yang dirakan pada
Tanda vital klien TD : 120/85 mmHg, HR: 100 x/i, RR : 20 x/i, T : 37,50
C.
69
frekuensi dan tanda nyeri), klien menyatakan nyaman setelah nyeri
penyebab nyeri berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
70
2. Risiko infeksi dengan factor risiki prodesur infasif
luka operasi dibagian perut yaitu luka jahitan dan luka drainase, luka
penyembuhan luka DBN, keluaran urin DBN, dan tidak ada cairan yang
menggunakan pakaian yang longgar, jaga kulit agar tetap bersih dan
oil pada daerah yang tertekan, monitor aktivitas dan mobilisasi pasien,
monitor status nutrisi pasien, memandikan pasien dengan sabun dan air
feses dan urin, lakukan tehnik perawatan luka dengan steril, berikan
71
posisi yang mengurangi tekanan pada luka, hindari kerutan pada tempat
tidur.
nadi dalam batas normal, namun asupan makanan belum adekuat untuk
penurunan albumin serum (3,0 g/dl), rambut tampak kering dan mudah
dicabut, IMT 18 kg/m2 dan temasuk kategori berat badan kurang, klien
adalah asupan makana adekuat, asupan cairan adekuat, dan rasio berat
72
makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
berat badan, monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan,
patah, monitor mual dan muntah, monitor kadar albumin, total protein,
lidah dan cavitas oral, catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
73
badan belum dalam batas normal, intervensi mengenai manajemen
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berat badan lebih kurang 13kg, penurunan kadar albumin yaitu 3,0 gr/dl
yang dilakukan maka didapatkan tiga diagnosa pre-op yaitu nyeri akut
adekuat. Serta tiga diagnosa post-op yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik, risiko infeksi dengan faktor risiko tindakan impasif dan
75
3. Perencanaan dan outcome pre-op yang diharapkan yaitu pasien dapat
diberikan 2x24 jam ialah masalah untuk diagnonsa nyeri akut belum
yang diberikan 2x24 jam post-op ialah masalah untuk diagnosa nyeri akut
dan monitor status nutrisi di hari berikutnya di ruang rawat bedah pria.
B. Saran
asuhan keperawatan pada pasien dengan cara menjadikan tugas akhir ini
76
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor caput
pankreas.
Hasil yang diperoleh dari penulisan laporan tugas akhir ini diharapkan
pankreas
77
DAFTAR PUSTAKA
78
Yadav, D., Lowenfels, A. (2013). The epidemiology of pancreatitis and pancreatic
cancer. Gastroenterology. www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada tanggal 10
Desember 2019.
Bray, Freddie et al. 2018. Global Cancer Statistic 2018: GLOBOCAN Estimates
Incidence and Mortality Worlwide for 36 Cancers in 185 Countries. Doi
:10.3322/caac.21492, page : 394-424
Gomes, Marcos Andre Pairera, et al. 2010. Frantz’s Tumor Of The Pancreas. Page
212-213.
79