Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PLASENTA


AKRETA

Oleh:
Dzikra Fitria Amita, S.Kep
1941313019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA AKRETA

1.1. Pengertian Plasenta Akreta


Plasenta akreta merupakan implantasi abnormal plasenta pada dinding
uterus. Perempuan yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah
mereka yang telah mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh
operasi sesar sebelumnya dengan plasenta previa anterior atau posterior yang
melintasi parut uterus. Plasenta akreta merupakan implantasi abnormal plasenta
pada dinding uterus atau yang disebut dengan istilah plasenta adherent, dan
berkomplikasi sekitar 0,9% pada semua kehamilan.[CITATION Din17 \l 1057 ]

1.2. Epidemiologi
Insidens plasenta akreta telah meningkat dan tampaknya berbanding
lurus dengan tingkat kelahiran sesar. Kejadian plasenta akreta 1 dari 533
kehamilan untuk periode 1982-2002 di Amerika, meningkat dari kisaran 1 dari
4.027 kehamilan pada tahun 1970, menjadi 1 dalam 2.510 kehamilan pada
tahun 1980.6 Wanita yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah
mereka yang telah mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh
operasi sesar sebelumnya baik plasenta previa anterior maupun posterior yang
melintasi parut uterus.
Menurut jurnal Obstetrics Gynecology 2010, dengan adanya suatu
plasenta previa, risiko plasenta akreta adalah 3%, 11%, 40%, 61%, dan 67%
untuk pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima atau lebih pada masing-
masing riwayat operasi kelahiran sesar. Faktor risiko tambahan yang dilaporkan
untuk plasenta akreta meliputi usia ibu dan multiparitas, bedah rahim lain
sebelumnya, kuretase uterus sebelumnya, ablasi endometrium, Asherman
syndrome, leiomioma, anomali rahim, hipertensi dalam kehamilan, dan
merokok. Meskipun ini dan faktor risiko lain telah dijelaskan, kontribusi nyata
akan frekuensi plasenta akreta tetap belum diketahui.

1.3. Etiologi Plasenta Akreta

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
Patogenesis plasenta akreta tidak jelas; namun ada beberapa teori yang
diusulkan. Vaskularisasi abnormal akibat proses jaringan parut setelah operasi
dengan hipoksia lokal sekunder yang mengarah pada rusaknya desidualisasi dan
invasi trofoblas berlebihan merupakan teori patogenesis yang paling didukung
sampai saat ini
Faktor risiko lain yang terkait dengan Plasenta Akreta adalah
multiparitas, plasenta previa, infeksi intrauterin sebelumnya, dan usia ibu lebih
dari 35 tahun. Perempuan yang paling berisiko mengalami plasenta akreta
adalah mereka yang telah mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan
oleh operasi sesar sebelumnya dengan plasenta previa anterior atau posterior
yang melintasi parut uterus. Faktor risiko tambahan meliputi usia ibu dan
multiparitas, bedah rahim lain sebelumnya, kuretase uterus sebelumnya, ablasi
endometrium, Asherman syndrome, leiomyoma, anomali rahim, hipertensi
dalam kehamilan, dan merokok. [ CITATION Put18 \l 1057 ]
Risiko plasenta akreta lebih besar jika sebelumnya mempunyai riwayat
kerusakan miometrium akibat seksio sesarea, plasenta previa terletak anterior
ataupun posterior pada luka bekas operasi. Risiko plasenta akreta pada plasenta
previa adalah 3%, 11%, 40%, 61%, dan 67% pada kelahiran pertama, kedua,
ketiga, keempat, dan kelima dari seksio sesarea berulang.[ CITATION Fau17 \l
1057 ]
Usia maternal >35 tahun dan multiparitas juga tercatat sebagai faktor
risiko; juga kondisikondisi lain yang menyebabkan kerusakan miometrium
diikuti perbaikan sekunder kolagen seperti riwayat miomektomi, defek
endometrium karena kuretase terlalu kasar menimbulkan sindrom Asherman,
leiomioma submukosa, ablasi termal, dan embolisasi arteri uterus. [ CITATION
Fau17 \l 1057 ]

1.4. Manifestasi Klinis


Kebanyakan plasenta akreta tidak menunjukkan gejala. Gejala yang
berhubungan dengan plasenta akreta mungkin perdarahan vaginal dan kram
yang sebagian besar terlihat pada kasus plasenta previa, yang merupakan faktor
risiko terkuat untuk plasenta akreta. Meskipun jarang, kasus nyeri akut

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
abdomen dan hipotensi karena syok hipovolemik dari ruptur uteri sekunder bisa
karena plasenta perkreta; skenario kritis ini dapat terjadi setiap saat selama
kehamilan. [ CITATION Fau17 \l 1057 ]

1.5. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis plasenta akreta juga dapat berdasarkan USG (ultrasonography) dan
MRI (magnetic resonance imaging). Sonografi 2-dimensi konvensional adalah
alat skrining yang baik untuk mendeteksi plasenta akreta. Pasien dengan
riwayat persalinan sesar sebelumnya dan plasenta previa diperiksa dengan
sonografi antenatal, tetapi diagnosis definitif dibuat setelah
melahirkan.Sonografi grayscale sangat baik untuk diagnosis prenatal plasenta
akreta pada wanita berisiko. Cara ini merupakan alat diagnosis utama plasenta
akreta. Sensitivitas keseluruhan MRI adalah 80% sampai 85% dengan
spesifisitas 65% sampai 100%.16 MRI jarang mengubah manajemen bedah.
1.5.1. Temuan Sonografi
Ultrasonografi transvaginal dan transabdominal adalah teknik
diagnostik pelengkap. USG transvaginal aman untuk pasien plasenta
previa dan memungkinkan pemeriksaan segmen bawah rahim lebih
lengkap.
1.5.1.1. Trimester Pertama
a. Sebuah kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah
uterus berkorelasi dengan peningkatan insidens plasenta akreta
pada trimester ketiga.
b. Beberapa ruang pembuluh darah tidak teratur pada placental
bed pada trimester pertama berkorelasi dengan plasenta akreta.
c. Implantasi gestational sac pada parut bekas luka sesar
merupakan temuan penting. Temuan sonografi implantasi
bekas luka sesar termasuk gestational sac yang tertanam ke
bekas luka kelahiran sesar pada daerah ostium servikal internal
pada dasar kandung kemih (Gambar.4) . Implantasi bekas luka
sesar dapat menyebabkan kelainan seperti plasenta akreta,
perkreta, dan inkreta. Penanganan implantasi pada bekas luka

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
sesar termasuk injeksi langsung pada kantung kehamilan
dengan methotrexate di bawah bimbingan USG.

Meskipun ada laporan plasenta akreta didiagnosis pada


trimester pertama atau pada saat abortus usia kehamilan <20
minggu, nilai prediktif USG trimester pertama belum
diketahui. USG pada trimester pertama tidak boleh digunakan
secara rutin untuk menegakkan atau mengecualikan diagnosis
plasenta akreta. Wanita dengan plasenta previa atau “plasenta
letak rendah“ yang melintas pada bekas luka uterus harus
menjalani follow up pencitraan pada trimester ketiga.
1.5.1.2. Trimester Kedua dan Ketiga
a. Beberapa vascular lacunae dalam plasenta mempunyai
sensitivitas tinggi (80% -90%) dan tingkat positif palsu rendah
untuk plasenta akreta (Gambar 5). Placenta lacunae pada
trimester kedua tampaknya memiliki sensitivitas dan nilai
prediksi positif sangat tinggi dibanding marker lain untuk
plasenta akreta.

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________

b. Kehilangan zona hipoekhoik retroplasenta yang normal, juga


disebut sebagai hilangnya ruang yang jelas antara plasenta dan
rahim (Gambar 6).16,23 Temuan sonografi ini telah
dilaporkan memiliki tingkat deteksi sekitar 93% dengan
sensitivitas 52% dan spesifisitas 57%. Nilai rerata positif palsu
telah berada di kisaran 21% atau lebih tinggi. Penanda ini
tidak boleh digunakan tersendiri, karena sangat tergantung
pada sudut pengambilan saat USG dan dapat ditemukan pada
plasenta anterior yang normal.

c. Kelainan pada permukaan antara serosa uterus dan kandung


kemih termasuk gangguan garis, penebalan garis,
ketidakteraturan garis, dan peningkatan vaskularisasi pada
pencitraan warna Doppler ( Gambar 7). Permukaan antara
serosa uterus dan kandung kemih normalnya adalah garis tipis
lebar halus tanpa ireguleritas atau vaskular meningkat
(Gambar 8). Kelainan permukaan antara uterus serosa-

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
kandung kemih ini meliputi penebalan, ireguleritas,
peningkatan vaskularisasi seperti varises dan bulging plasenta
ke dalam dinding posterior kandung kemih.

d. Ekstensi vili ke dalam miometrium, serosa, atau kandung


kemih
e. Ketebalan miometrium retroplasenta kurang dari 1 mm
merupakan temuan karakteristik.
f. Aliran darah turbulen melalui lacunae pada sonografi Doppler.
Vascular lacunae multipel dalam plasenta, atau Swiss cheese
appearance, adalah salah satu temuan paling penting pada
sonografi plasenta akreta di trimester ketiga. Patogenesis
temuan ini mungkin terkait dengan perubahan jaringan
plasenta akibat paparan jangka panjang dari pulsatile blood
flow. Jika ditemukan multipel, terutama ada 4 atau lebih
lacunae, berkorelasi dengan tingkat deteksi 100% untuk
plasenta akreta. Penanda ini juga memiliki tingkat positif palsu
rendah; tetapi telah dilaporkan plasenta akreta tanpa vascular
lacunae multipel pada plasenta
1.5.2. MRI
MRI dicadangkan untuk kasus sonografi nondiagnostik, seperti
ketika kurangnya tanda umum plasenta akreta, plasenta terletak posterior,
dan pada obesitas. Ketika sonografi dan MRI digunakan secara
bersamaan pada pasien yang sama, temuan yang menunjukkan diagnosis

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
paling agresif harus digunakan sebagai panduan dalam tatalaksana
plasenta akreta.
Magnetic Resonance Imaging lebih mahal daripada ultrasonografi
dan membutuhkan baik pengalaman dan keahlian dalam evaluasi invasi
plasenta abnormal. Meskipun kebanyakan studi telah menyarankan
akurasi diagnostik yang sebanding MRI dan USG untuk plasenta akreta,
MRI dianggap sebagai modalitas tambahan dan menambahkan sedikit
dengan akurasi diagnostik ultrasonografi. Namun, ketika ada temuan
USG ambigu atau kecurigaan dari akreta plasenta posterior, dengan atau
tanpa plasenta previa, ultrasonografi mungkin tidak cukup. Sebuah studi
prospektif seri dari 300 kasus yang dipublikasikan pada tahun 2005
menunjukkan bahwa MRI mampu menguraikan anatomi invasi dan
menghubungkannya dengan sistem vaskular anastomosis daerah sekitar.
Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan MRI irisan
aksial dapat mengkonfirmasi invasi dari parametrium dan kemungkinan
keterlibatan ureter.
Kontroversi seputar penggunaan berbasis kontras gadolinium
meskipun menambah spesifisitas diagnosis plasenta akreta dengan MRI.
Penggunaan kontras gadolinium MRI memungkinkan untuk lebih jelas
melukiskan permukaan relatif luar plasenta terhadap miometrium dan
membedakan antara heterogen pembuluh darah dalam plasenta dari yang
disebabkan oleh pembuluh darah ibu. Ketidakpastian mengenai risiko
efek ke janin oleh gadolinium karena mampu melintasi plasenta dan
mudah memasuki sistem peredaran darah janin, The Contrast Media
Safety Committee of the European Society of Urogenital Radiology dari
literatur terakhir menentukan bahwa tidak ada pengaruh pada janin yang
dilaporkan setelah penggunaan media kontras gadolinium. Namun,
American College of Radiology guidance document for safe MRI
practices merekomendasikan bahwa gadolinium intravena harus
dihindari selama kehamilan dan harus digunakan hanya jika benar-benar
penting.

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
Peran MRI dalam mendiagnosis plasenta akreta masih
diperdebatkan. Dua studi banding terakhir telah menampilkan sonografi
dan MRI sebanding: dalam studi pertama 15 dari 32 wanita terdiagnosis
akreta (sensitivitas 93% dibandingkan 80% dan spesifisitas 71%
dibandingkan 65% untuk USG dibandingkan MRI); di studi kedua 12
dari 50 wanita akhirnya memiliki akreta dan MRI dan Doppler
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hal mendeteksi plasenta akreta
(P = 0,74), meskipun MRI lebih baik dalam mendeteksi kedalaman
infiltrasi di kasus plasenta akreta (P <0,001). Banyak penulis telah
menganjurkan MRI bagi perempuan yang pada temuan USGnya
inconclusive.
Fitur MRI utama plasenta akreta meliputi:
● uterine bulging
● intensitas sinyal heterogen dalam plasenta
● dark intraplacental bands pada pencitraan T2.
1.5.3. Pemeriksaan Laboraturium
Ada faktor risiko plasenta akreta yang dapat diperiksa dengan
skrining MSAFP seperti untuk cacat tabung saraf dan aneuploidies.
Hung dan temannya (1999) menganalisis lebih dari 9300 wanita
diskrining untuk Down syndrome pada 14 sampai 22 minggu. Mereka
melaporkan 54 kali lipat meningkat risiko untuk akreta pada wanita
dengan plasenta previa. Risiko untuk akreta meningka 8x lipat bila kadar
MSAFP melebihi 2,5 MoM; itu meningkat 4x lipat ketika kadar free
beta-hCG yang lebih besar dari 2,5 MoM; dan itu meningkat tiga kali
lipat saat usia ibu adalah 35 tahun atau lebih.

1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan wanita dengan plasenta akreta biasanya dengan operasi
sesar. Karena ikatan yang abnormal ke miometrium, plasenta akreta dikaitkan
dengan peningkatan risiko perdarahan berat pada saat upaya melahirkan
plasenta. Lebih baik untuk melakukan operasi yang sudah direncanakan,
kondisi yang terkendali bukan sebagai keadaan tanpa persiapan yang memadai.

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
Selain itu, terlepas dari pilihan tindakan yang akan dilakukan, pencegahan
komplikasi idealnya memerlukan pendekatan tim dari berbagai bidang.
[ CITATION Din17 \l 1057 ]

1.7. Komplikasi
Komplikasi plasenta akreta mencakup kerusakan organ lokal, perdarahan
pascaoperasi, embolisme cairan ketuban, koagulopati konsumtif, komplikasi
terkait transfusi, sindrom gangguan pernapasan akut, kejadian tromboemboli
pasca-operasi, kegagalan organ multisistem, dan kematian ibu. Komplikasi
saluran kemih termasuk cystotomy pada sekitar 15% kasus dan cedera ureter
pada sekitar 2% kasus[ CITATION Fau17 \l 1057 ].
Komplikasi pasca operasi antara lain termasuk perdarahan hebat
postpartum dan infeksi resisten terhadap terapi antimikroba yang mungkin
memerlukan laparotomi dan histerektomi, yang berisiko untuk komplikasi pasca
operasi berhubungan dengan hipotensi intraoperatif, koagulopati menetap dan
anemia, dan operasi terlalu lama. Ginjal, jantung, dan disfungsi organ lainnya
adalah umum dan harus dipertimbangkan.3,7 Pada Pasien dengan plasenta
previa dan diduga akreta yang persalinannya direncanakan dikaitkan dengan
waktu operasi yang lebih singkat dan komplikasi yang lebih sedikit yaitu
frekuensi yang lebih rendah untuk transfusi, dan perawatan di ruang intensif.
WOC ↓
Perdarahan
Plasenta akreta


Kekurangan volume cairan
Plasenta menempel kuat ke dinding
uterus

Vilus/jonjot korion plasenta melekat ke
miometrium

Tidak keluarnya plasenta pada kala III

Retensio plasenta

Jika menunggu lama akan terganggunya
retraksi dan kontraksi uterus

Pembuluh darah yang terbuka tidak
akan menutup

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________

Plasenta sudah lepas tetapi belum


dilahirkan

Melahirkan plasenta secara manual

Tarikan tali pusat

Nyeri akut

Kehilangan vaskular yang berlebihan



Gangguan sirkulasi perifer

Suplai oksigen menurun

Keterlambatan pengisian kapiler

Resiko jaringan perfusi perifer tidak
efektif

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________

1.8. Asuhan Keperawatan


1.8.1. Anamnesis
Pengkajian meliputi data dasar dan riwayat ksehatan ibu, antara lain :
1. Identitas (nama,umur,pekerjaan,agama,dan sebagainya)
2. Riwayat kesehatan sekarang
 Keluhan utama : dinyatakan alasan klien datang
dengan kehamilan dan keluhan-keluhannya
 Riwayat kesehatan : ditanyakan penyakit yang diderita
dan pernah diderita baik akut maupun kronis serta
penyakit menular dan keturunan
 Riwayat menstruasi : ditanyakan fisiologis reproduksi
(usia meanrche, siklus, lama mentruasi, masalah-
masalah menstruasi/amenorrhoe, perdarahan ireguler,
nyeri hebat, perdarahan sampai menggumpal selama
menstruasi dan lain-lain)
 Riwayat kesehatan seksual termasuk penggunaan alat
kontrasepsi
 Riwayat ginekologi ( molahidatidosa, tomor
kandungan dll)
 Riwayat kesehatan keluarga : ditanyakan penyakit-
penyakit dan masalah kesehatan dalam keluarga
3. Riwayat obstetrik
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, abortus,
dan anak hidup yang dimiliki saat periksa kehamilan
sekarang.
 Paritas ibu hamil dituliskan G P A; G = jumlah
kehamilan sampai saat ini; P= jumlah kelahiran; A =
abortus yang pernah dialami.
 Hari pertama menstruasi terakhir/HPMT, ditanyakan
untuk menghitung perkiraan waktu persalinan,

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
tanggal tafsiran partus/PMT bagi siklus
menstruasinya 28 hari.
 Usia kehamilan biasanya dituliskan dalam minggu
 Gerak janin pertama kali dirasakan ditanyakan untuk
mengetahui masalah mungkin terjadi pada janin
dikandungannya, serta adakah kemungkinan adanya
kehamilan ekstrauterin/ kehamilan abdomen
 Keluahan yang dirasakan selama kehamilan saat
memeriksakan kehamilan
 Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, paparan
penyakit, dan paparan toksin ditanyakan untuk
mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari
masalah-masalah tersebut
 Adaptasi kehamilan serta reaksinya bagi ibu hamil,
pasangan/suaminya, maupun keluarga ditanyakan
untuk mengetahui penerimaan klien, pasangan dan
keluarga terhadap kehamilan yang dapat berpengaruh
terhadap pemeliharaan kehamilan.
4. Kebutuhan dasar manusia
 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola nutrisi/metabolik : intake makanan dan cairan
selama kehamilan
 Pola eliminasi, defekasi dan mikasi
 Pola aktivitas dan latihan
 Mandi, toileting, berpakaian, mobilitas, ambulasi,
termasuk oksigenasi
 Pola tidur dan istirahat : lama tidur, gangguan tidur,
bantuan dan kebiasaan untuk membantu tidur, serta
perasaan saat bangu tidur
 Pola persepsual : penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan sensasi

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
 Pola persepsi diri : pandangan klien tentang
kehamilan, kecemasan dan konsep diri
 Pola seksualitas dan reproduksi : fertilitas, libido,
menstruasi, kontrasepsi dan lain-lain
 Pola peran hubungan : komunikasi, hubungan dengan
orang lain, kemampuan keuangan
 Pola manajemen koping stres : perubahan terbesar
dalam hidup akhir-akhir ini
 Sistem nilai dan keyakinan : pandangan klien tentang
agama dan kegiatan keagamaan
1.8.2. Pemeriksaan Fisik dan Data Penunjang
Biasanya pemeriksaan dilakukan berurutan dari kepala sampai
ujung jari kaki (cephalo caudal) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi, terutama pemeriksaan yang spesifik klien hamil
(antenatal care) yang meliputi :
1. Pemeriksaan kepala : amati kemungkinan adanya kloasma
gravidarum, oedema, conyuctiva anemis, mulut/bibir kering,
stomatitis, gingivitis maupun caries gigi.
2. Pemeriksaan leher : kemungkinan adanya pembesaran
kelenjar tiroid
3. Pemeriksaan dada : payudara diperiksa ukuran, aereola mama,
keadaan puting susu serta kebersihannya
4. Pemeriksaan abdomen : adakah strae gravidarum (linea
alba/nigra) serta memeriksa tinggi fundus uteri untuk
menentukan umur kehamilan serta letak presentasi janin yang
berada difundus uteri dan memeriksa letak atau posisi
punggung janin untuk menentukan letak denyut jantung janin,
menentukan bagian janin terhadap pintu atas panggul.
5. Pemeriksaan genitalia luar dan pemeriksaan genitalia dalam
termasuk palpasi bimanual dan rektovaginal
6. Pemeriksaan panggul : dilakukan pada ibu hamil yang
diprediksi risiko adanya panggul sempit seperti berubah

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
pendek, berjalan pincang, adanya kelainan tulang belakang
dan pada kehamilan primi gravida
7. Pemeriksaan ekstremitas : pada ekstremitas bawah
kemungkinan adanya edema bila ditekan menggunakan jari
telunjuk cekungan 2mm maka nilainya positif 1, bila
cekungan 4mm positif 2, bila cekungan 6mm positif 3 bila
cekungan lebih dari 6mm nilainya positif 4. Kemungkinan
adanya tanda preeklanpsia termasuk adanya tanda reflek
hamer patella berlebihan dan cepat. Bila patella reflek negatif
kemungkinan ibu hamil kekurangan vitamin B1.

1.8.3. NANDA NOC NIC


NANDA NOC NIC
Kekurangan volume cairan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
berhubungan dengan 1. Tekanan darah dalam batas 1. Timbang berat badan setiap hari dan
kehilangan cairan aktif normal monitor status pasien
DS : 2. Denyut nadi radial dalam batas 2. Jaga intake yan akurat dan catat
Merasa lemah dan mengeluh normal output
haus 3. Tekanan arteri rata-rata dalam 3. Masukkan kateter urin
batas normal 4. Monitor status hidrasi
DO : 4. Tekanan vena sentral dalam batas 5. Monitor hasil laboraturium yang
Frekuensi nadi meningkat, nadi normal relevan dengan retensi cairan
teraba lemah, tekanan darah 5. Keseimbangan intake dan output 6. Monitor status hemodinamik
meningkat, tekanan nadi dalam 24 jam dalam batas normal 7. Monitor TTV
menyempit, turgor kulit 6. Tugor kulit tidak terganggu 8. Monitor indikasi kelebihan
menurun, membran mukosa 7. Kelembaban membran mukosa cairan/retensi
kering, volume urin menurun, tidak terganggu 9. Berikan terapi IV
hematokrit meningkat, status 8. Serum elektrolit dalam batas 10. Monitor status gizi
mental berubah, suhu tubuh normal 11. Berikan diuretik yang diresepkan
meningkat, kosentrasi urin 9. Hematokrit dalam batas normal 12. Tingkatkan asupan oral
meningkat 10. Berat jenis urin dalam batas
normal
Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
dengan agen pencedera Indikator : 1. lakukan pengkajian nyeri
fisiologis dan fisik 1. Nyeri yang dilaporkan tidak komprehensif yang meliputi lokasi,
DS : ada karakteristik, onset/durasi,
Pasien mengeluhkan nyeri 2. Panjangnya episide nyeri frekuensi, kualitas, intensitas, atau
(data PQRST) tidak ada beratnya nyeri dan faktor pencetus
3. Menggosok area yang terkena 2. observasi adanya petunjuk
DO : dampak tidak ada nonverbal mengenai
Tampak meringis, bersikap 4. Mengerang dan menangis ketidaknyamanan terutama pada
protektif, gelisah, frekuensi tidak ada mereka yang tidak dapat
nadi meningkat, sulit tidur, 5. Ekspresi nyeri wajah tidak berkomunikasi secara efektif
tekanan darah meningkat, pola ada 3. pastikan perawatan analgesik bagi
napas berubah, nafsu makan 6. Agitasi tidak ada pasien dilakukan dengan
berubah, proses berpikir 7. ketegangan otot tidak ada pemantauan yang ketat
terganggu, menarik diri, 4. tentukan akibat dari pengalaman
berfokus pada diri sendiri, nyeri terhadap kualitas hidup
diaforesis. pasien (misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,perasaan)
5. berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
6. kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyaman
7. ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi
8. evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien
9. dorong istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019
Praktek Profesi Keperawatan Maternitas
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2020
________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, & dkk. (2017). USG untuk Deteksi Plasenta Akreta. 586-590.
fitri, d. r., & dkk. (2017). G2P1A0 Berusia 41 Tahun dengan Plasenta Akreta. 37-41.
Putri, I. F. (2018). Hubungan Skor Plasenta Akreta Indeks (PAI) dengan Kejadian
Plasenta Akreta pada pasien bersalin di bagian kebidanan RSUP.dr.M.Djamil
Padang. Andalas Obstetrics and Gynecology Journal, 47-51.
Moorhead,S.2013. Nursing outcome Classification (NOC), 5th edition. United
Kingdom: Elsevier.
Busechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC),6th edition.United
Kingdom :Elsevier
Herdman, T.H. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition &
Classification, 2015-2017. Oxford : Willey BlackWell.

Dzikra Fitria Amita,S.Kep


1941313019

Anda mungkin juga menyukai