Oleh:
Dzikra Fitria Amita, S.Kep
1941313019
1.2. Epidemiologi
Insidens plasenta akreta telah meningkat dan tampaknya berbanding
lurus dengan tingkat kelahiran sesar. Kejadian plasenta akreta 1 dari 533
kehamilan untuk periode 1982-2002 di Amerika, meningkat dari kisaran 1 dari
4.027 kehamilan pada tahun 1970, menjadi 1 dalam 2.510 kehamilan pada
tahun 1980.6 Wanita yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah
mereka yang telah mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh
operasi sesar sebelumnya baik plasenta previa anterior maupun posterior yang
melintasi parut uterus.
Menurut jurnal Obstetrics Gynecology 2010, dengan adanya suatu
plasenta previa, risiko plasenta akreta adalah 3%, 11%, 40%, 61%, dan 67%
untuk pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima atau lebih pada masing-
masing riwayat operasi kelahiran sesar. Faktor risiko tambahan yang dilaporkan
untuk plasenta akreta meliputi usia ibu dan multiparitas, bedah rahim lain
sebelumnya, kuretase uterus sebelumnya, ablasi endometrium, Asherman
syndrome, leiomioma, anomali rahim, hipertensi dalam kehamilan, dan
merokok. Meskipun ini dan faktor risiko lain telah dijelaskan, kontribusi nyata
akan frekuensi plasenta akreta tetap belum diketahui.
1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan wanita dengan plasenta akreta biasanya dengan operasi
sesar. Karena ikatan yang abnormal ke miometrium, plasenta akreta dikaitkan
dengan peningkatan risiko perdarahan berat pada saat upaya melahirkan
plasenta. Lebih baik untuk melakukan operasi yang sudah direncanakan,
kondisi yang terkendali bukan sebagai keadaan tanpa persiapan yang memadai.
1.7. Komplikasi
Komplikasi plasenta akreta mencakup kerusakan organ lokal, perdarahan
pascaoperasi, embolisme cairan ketuban, koagulopati konsumtif, komplikasi
terkait transfusi, sindrom gangguan pernapasan akut, kejadian tromboemboli
pasca-operasi, kegagalan organ multisistem, dan kematian ibu. Komplikasi
saluran kemih termasuk cystotomy pada sekitar 15% kasus dan cedera ureter
pada sekitar 2% kasus[ CITATION Fau17 \l 1057 ].
Komplikasi pasca operasi antara lain termasuk perdarahan hebat
postpartum dan infeksi resisten terhadap terapi antimikroba yang mungkin
memerlukan laparotomi dan histerektomi, yang berisiko untuk komplikasi pasca
operasi berhubungan dengan hipotensi intraoperatif, koagulopati menetap dan
anemia, dan operasi terlalu lama. Ginjal, jantung, dan disfungsi organ lainnya
adalah umum dan harus dipertimbangkan.3,7 Pada Pasien dengan plasenta
previa dan diduga akreta yang persalinannya direncanakan dikaitkan dengan
waktu operasi yang lebih singkat dan komplikasi yang lebih sedikit yaitu
frekuensi yang lebih rendah untuk transfusi, dan perawatan di ruang intensif.
WOC ↓
Perdarahan
Plasenta akreta
↓
↓
Kekurangan volume cairan
Plasenta menempel kuat ke dinding
uterus
↓
Vilus/jonjot korion plasenta melekat ke
miometrium
↓
Tidak keluarnya plasenta pada kala III
↓
Retensio plasenta
↓
Jika menunggu lama akan terganggunya
retraksi dan kontraksi uterus
↓
Pembuluh darah yang terbuka tidak
akan menutup
Fauzan, & dkk. (2017). USG untuk Deteksi Plasenta Akreta. 586-590.
fitri, d. r., & dkk. (2017). G2P1A0 Berusia 41 Tahun dengan Plasenta Akreta. 37-41.
Putri, I. F. (2018). Hubungan Skor Plasenta Akreta Indeks (PAI) dengan Kejadian
Plasenta Akreta pada pasien bersalin di bagian kebidanan RSUP.dr.M.Djamil
Padang. Andalas Obstetrics and Gynecology Journal, 47-51.
Moorhead,S.2013. Nursing outcome Classification (NOC), 5th edition. United
Kingdom: Elsevier.
Busechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC),6th edition.United
Kingdom :Elsevier
Herdman, T.H. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition &
Classification, 2015-2017. Oxford : Willey BlackWell.