Oleh :
VANNESYA RIVANY
2010070130012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
(Mika, 2016). Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah
janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh serviks, terlepas
2.1.2 Etiologi
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan manajemen aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila
sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut sisa
lebih sering sekunder. (Anik, 2013). Kegagalan plasenta untuk lahir dapat
atau karena plasenta telah berhasil terlepas namun tetap berada dalam
tertutup, ada pula yang patuh pada dinding rahim namun mudah
7
1. Invasive Plasenta
2. Hipoperfusi Plasenta
yang tidak lengkap dan plasentasi yang dangkal, hal ini umum pada
sebagai berikut:
8
1. Usia
Usia adalah masa hidup ibu yang dihitung sejak lahir dalam satuan tahun.
retensio plasenta. Seorang ibu dengan usia35 tahun atau lebih merupakan
faktor risiko tinggi pada ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian
dan kematian maternal dengan risiko sebesar 5,4 kali dan semakin
meningkat pada usia >40 tahun dengan risiko sebesar 15,9 kali
penelitian yang telah dilakukan semakin tinggi usia berisiko 1,8 kali untuk
2. Paritas
Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Primipara adalah
wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, Multipara
kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan
dari lima kali. Ibu bersalin dengan paritas yang tinggi berisiko terjadi
3. Kadar hemoglobin
menimbulkan gangguan pada kala uri yang dikuti retensio plasenta. Ibu
dibawah 10g/dl dapat mengalami penurunan yang cepat lagi jika terjadi
5. Pre eklamsia
akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala
preeklamsia berat.
Kondisi ini sering ditemukan bersamaan dengan IUGR dan IUFD. Hal ini
lebih dalam. Plasentasi yang terganggu dan IUGR terjadi akibat dari
perbedaan model arteri spiral yang tidak sempurna dengan otot polos di
jaringan dan fibrosis vili terminal. Preeklmasia juga terkait dengan respon
inflamasi sistemik yang berlebihan pada tubuh ibu dan jaringan plasenta
6. Persalinan pre-term
7. Kehamilan kembar
bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar
1.2.2 Patofisiologis
Setelah bayi lahir uterus akan teraba keras dengan fundus uteri
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus, kedalam vagina dan lahir
melalui vagina.
uterus
Gejala yang selalu ada: Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang kadang timbul: Tali pusat putus akibat traksi
plasenta), gejala yang selalu ada: Plasenta atau sebagian plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala-gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
14
Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini untuk menentukan
sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta,
1. Plasenta adhesive
Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
Plasenta akreta adalah implementasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan myometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada
plasenta akreta vili chorialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding rahim dari
pada biasa ialah sampai kebatas atas lapisan otot Rahim. Plasenta akreta ada yang
kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih
erat berhubungan dengan dinding Rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta,
inkreta, dan percreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua,
3. Plasenta inkreta
lapisan miometrium.
4. Plasenta perkreta
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
5. Plasenta inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
Diagnosa retensio plasenta ditegakkan apabila terdapat kondisi plasenta yang belum
keluar dalam 30 menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda pelepasan plasenta merupakan tanda
yang penting untuk membedakan antara diagnosis plasenta trapped dengan plasenta
1. Anamnesa
rahim selama lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, beberapa gejala lain seperti
demam, perdarahan hebat, nyeri hebat, duh vagina berbau, dan tampak jaringan pada
vagina, juga bisa ditemukan.Status obstetrik dan ginekologi pasien secara lengkap juga
harus ditanyakan. Penemuan riwayat sectio caesarea akan meningkatkan risiko terjadinya
plasenta akreta pada pasien. Faktor risiko lainnya, seperti riwayat retensio plasenta,
abortus, preeklampsia, penggunaan ergometrin, dan stillbirth juga harus digali. (Lim , 2014)
2. Pemeriksaan Fisik
evaluasi syok harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan vagina dan uterus.
Diagnosis plasenta trapped, adherens, dan akreta juga dapat ditentukan melalui
pemeriksaan fisik.
a. Evaluasi Syok
16
Pasien retensio plasenta sering kali memiliki perdarahan hebat sehingga status
seperti takikardia, hipotensi, penurunan urine output, akral dingin, dan penurunan
Apabila bayi sudah lahir dan plasenta belum dilahirkan setelah lebih dari 30 menit, maka
plasenta akan ditemukan plasenta yang masih berada di dalam uterus dengan sebagian
Membedakan plasenta trapped dengan plasenta adherens dan akreta adalah melalui
terdapatnya tanda-tanda pelepasan plasenta. Pada saat klinisi melakukan traksi tali pusat
3. Perubahan tinggi dan dan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
5. Kontraksi fundus
Apabila terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta dan plasenta teraba pada ujung orifisium
serviks, akan tetapi plasenta tidak dapat dikeluarkan, maka diagnosis plasenta trapped
dapat ditegakkan. (Lim, 2014). Plasenta akreta dan adherens umumnya tidak memiliki
plasenta akreta dan adherens dapat dibedakan hanya dengan tindakan manual plasenta.
Apabila seluruh plasenta dan desidua dapat dilepaskan dengan bersih dari dinding uterus,
17
maka diagnosis plasenta adherens dapat ditegakkan. Pada plasenta akreta, umumnya
sudah terjadi invasi ke miometrium, sehingga plasenta akan sulit dilepaskan dari dinding
(Garmi, 2012)
3. Diagnosis Banding
Diagnosis retensio plasenta umumnya mudah ditegakkan dan sangat mudah dibedakan
terkadang dapat sulit dibedakan atau dapat terjadi bersamaan dengan retensio
lahirnya bayi. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah perdarahan hebat, nyeri
abdomen, dan gangguan hemodinamik. Tanda dan gejala atonia uterus dapat juga
ditemukan pada pasien retensio plasenta. Hal ini dikarenakan atonia uterus dapat menjadi
Yang membedakan antara atonia uterus atau retensio plasenta adalah tidak adanya
kontraksi uterus dengan plasenta yang sudah berhasil dilahirkan. (Greenbaum, 2017)
Penatalaksanaan
pada pasien dengan perdarahan hebat. Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah
manual plasenta. Terapi medis lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin,
1. Penanganan awal
perdarahan hebat dan tanpa perdarahan hebat. Pada pasien perdarahan hebat atau dengan
cairan harus dilakukan dengan cepat pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil. Dua
besar (16 gauge) dapat dipasang pada penanganan awal. Apabila diperlukan, transfusi
Pada pasien retensio plasenta dapat dilakukan traksi tali pusat terkendali
terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan lainnya. Traksi tali pusat terkendali umumnya
menggunakan maneuver Brandt-Andrews, yaitu dengan satu tangan klinisi pada abdomen
untuk menahan fundus uterus dan mencegah inversio uterus, sedangkan satu tangan
lainnya melakukan regangan tali pusat dengan menahan tali pusat pada klem. Apabila
tindakan ini tidak berhasil maka baru dilakukan tindakan atau terapi medis lainnya. (Silver,
2015)
3. Intervensi farmakologis
Penggunaan injeksi oxytocin vena intraumbilikal dalam manajemen kala III persalinan
dan retensio plasenta telah ditemukan memiliki efikasi yang bermakna. Penggunaan
19
Selain itu, penggunaan oxytocin juga dapat mengurangi perdarahan pada pasien. Injeksi
umumnya dilakukan menggunakan selang nasogastrik bayi ukuran 10 yang dipasang pada
vena umbilikus 5 cm sebelum insersi korda umbilikus pada plasenta. Dosis oxytocin yang
dapat digunakan beragam, dari 10 IU sampai 100 IU, dengan dosis yang lebih tinggi lebih
b. Oxytocin Intravena
Penggunaan oxytocin intravena dapat diberikan pada pasien retensio plasenta, terutama
dengan perdarahan hebat atau atonia uterus. Penggunaan oxytocin diharapkan akan
Oxytocin dapat diberikan dengan dosis 10-30 IU dalam 500 mL cairan salin normal untuk
c. Carboprost Tromethamine
poten dan durasi aksi yang lebih panjang. Obat diberikan pada pasien retensio plasenta
dengan perdarahan hebat yang tidak membaik dengan terapi oxytocin. Injeksi carboprost
tromethamine dapat diberikan intraumbilikal dengan dosis 0,5 mg yang disuspensi dalam
d. Asam Traneksamat
pada pasien retensio plasenta dengan perdarahan berat yang tidak membaik dengan
oxytocin. Pemberian asam traneksamat memiliki efek untuk mengurangi perdarahan dan
stabilisasi bekuan darah dengan mencegah pemecahan dari bekuan menjadi produk
degradasi fibrin. Dosis asam traneksamat yang dapat diberikan adalah 1 gram injeksi
e. Nitrogliserin
Nitrogliserin (gliseril trinitrat) umumnya digunakan pada pasien retensio uterus yang
plasenta.Nitrogliserin dapat diberikan dengan dosis dua spray (400 mikrogram per spray)
di bawah lidah. Selain itu, pemberian secara injeksi intravena dapat juga diberikan dengan
dosis 50 mikrogram dan maksimum dosis kumulatif 200 mikrogram.Tablet sublingual juga
dosis 0,6–1 mg. Efek relaksasi uterus akan terjadi 1 menit setelah obat diberikan dan akan
4. Manual plasenta
Tindakan manual plasenta merupakan terapi definitif pasien retensio plasenta. Tindakan
ini merupakan tindakan yang menyebabkan rasa nyeri, sehingga anestesi umumnya
anestesi umum karena meminimalisir risiko kegagalan intubasi. Akan tetapi, apabila
pasien memiliki hemodinamik tidak stabil dan perdarahan hebat, maka anestesi umum
lebih disarankan.
21
Tindakan manual plasenta dapat meningkatkan risiko endometritis. Oleh karena itu,
antibiotik profilaksis spektrum luas sebaiknya diberikan. Antibiotik spektrum luas yang
serviks terlalu kecil untuk tangan klinisi, maka pemberian nitrogliserin dapat diberikan.
Tindakan manual plasenta dilakukan apabila traksi tali pusat terkendali dan terapi
farmakologis gagal melahirkan plasenta. Tindakan ini dilakukan dengan tangan klinisi
dan ujung plasenta dengan uterus. Pelepasan plasenta dilakukan dengan menggunakan
jari-jari tangan dengan gerak sisi ke sisi. Tangan lainnya sebaiknya diletakkan pada
fundus uterus untuk mencegah terjadinya perforasi uterus. Tindakan kuretase setelah
manual plasenta tidak rutin dilakukan karena risiko terjadi perforasi uterus dan sindroma
Asherman.
maka klinisi dapat melakukan manual plasenta kembali secara perlahan untuk
melepaskan sisa plasenta. Apabila sisa plasenta menyebabkan perdarahan hebat pada
pasien, maka tindakan kuretase dapat dilakukan untuk melepaskan sisa plasenta dari
5. Ekstraksi Instrumen
Apabila tindakan manual plasenta tidak berhasil, maka penggunaan forseps kepala besar,
seperti forseps Bierer dan forseps cincin, dapat dilakukan. Tindakan dapat dilakukan
dengan cara forseps menggenggam dan melepaskan plasenta dari dinding uterus. USG
6. Histerektomi
Histerektomi merupakan tindakan lini akhir yang dapat dilakukan pada pasien retensio
uterus. Tindakan histerektomi ini dilakukan pada plasenta pasien yang tidak dapat
(Lim, 2014)
23
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGUMPULAN DATA :
A. Identitas/Biodata :
B.
20
S O A P
S O A P
Masalah :
- - Menganjurkan ibu untuk
-nyeri pinggang menjalar ke memperhatikan asupan pada
ari-ari ibu, dengan mengonsumsi gizi
seimbang dengan tinggi protein
-Di diagnosa Abortus Iminens.
dan kalsium dengan tujuan
Kebutuhan : untuk membantu pertumbuhan
25