Anda di halaman 1dari 8

SIFAT FISIK BATUAN

2.1 Tujuan Pengujian


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari
batuan. Bahan percobaan yang tepat untuk percobaan adalah jenis batuan yang
tidak mudah hancur dan saling melekat satu sama lain serta tidak meresap air bila
dipanaskan.

2.2 Landasan Teori


Sifat fisik adalah aspek-aspek dari suatu objek atau suatu zat yang dapat
diukur ataupun dipersepsikan tanpa mengganti identitasnya. Sifat fisik batuan
terdiri atas sifat intensif atau ekstensif. Sifat intensif merupakan sifat yang tidak
tergantung pada ukuran dan jumlah materi pada objek, sedangkan yang di maksud
dengan sifat ekstensif adalah sifat yang bergantung pada hal tersebut.
Yang dimaksud dengan batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral yang
membentuk kristar ataupun tidak, sedangkan minersl itu sendiri terbentuk akibat
ikatan kimia. Komposisi mineral dan jenis mineralnya akan menentukan jenis
batuannya dan akan menentukan pula keadaan atau sifat fisik batuan itu sendiri
nantiya.
Yang termasuk ke dalam sifat fisik antara lain:
 Kadar air
 Densitas asli (massa jenis asli), kering
 Bobot isi, air, kering
 SG (specific gravity)
 Derajat kejenuhan (Sr)
 Angka pori
 Porositas
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang didapati dalam suatu batuan
setelah adanya perlakuan pengujian tanpa merusak. Batuan dilakukan preparasi
atau persiapan dan dilakukan pengukuran diameter.
a. Bobot Isi
Bobot isi adalah hasil dari perbandingan volume batuan dan berat batuan,
sifat bobot ada 3 yaitu bobot isi asli, bobot isi jenuh dan bobot isi kering. Perbedaan
dari ketiganya hanya pada isi bobot tersebut dan selalu berbanding dengan
volume batuan.
b. Spesific Gravity
Dapat diartikan sebagai perbandingan antara bobot isi air dengan bobot isi
batuan. Dikenal ada dua jenis yaitu bobot isi kering (apparent spesific gravity) dan
bobot isi basah (true spesific gravity).
c. Kadar Air
Kadar air yang dimaksudkan adalah perbandingan antara berat air yang
ada di dalam batuan dengan butir batuan itu sendiri dalam bentuk persentase.
d. Porositas
Porositas diartikan sebagai hasil dari perbandingan rongga-rongga atau
pori-pori batuan terhadap volume batuan secara keseluruhan dalam bentuk
persentase. Struktur batuan terdiri atas bagian solid dan void. Porositas batuan
dapat juga diartikan sebagai perbandingan antara bagian berpori dengan volume
total batuan secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana:
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vgr = Volume butiran, cc
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Porositas batuan diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu porositas efektif
dan porositas absolut:
 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen.
 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen.
Dilihat dari segi waktu dan cara porositas juga dapat diklasifikasikan
menjadi porositas primer dan porositas sekunder :
 Porositas primer adalah porositar yang keterbentukannya bebarengan
dengan saat terjadinya pengendapan.
 Porositas sekunder adalah porositas batuan yang keterbentukannya
setelah proses pengendapan.
Porositas batuan menggambarkan presentase batuan yang dapat terisi
kembali. Besar kecilnya presentase batuan dipengaruhi oleh susunan butir, ukuran
butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan.
e. Angka Pori
Angka pori merupakan perhitungan perbandingan antara volume pori-pori
dalam batuan dengan volume batuan.
f. Permeabilitas
Permeabilitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran media berpori yang
dapat meloloskan fluida. Batuan dikatakan tidak memiliki permebilitas apabila
faktor media berporinya tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Oleh
sebab itu ada kaitan diantara permebilitas dengan porositas efektif.
Permeabilitas adalah parameter yang menggambarkan kemudahan suatu
fluida atau cairan untuk mengalir pada suatu media berpori. Parameter ini dapat
dihubungkan dengan suatu kecepatan alir fluida oleh yang telas dibahas
sebelumnya pada hukum Darcy seperti di bawah ini Tanda negatif dalam
persamaan di atas menunjukkan bahwa apabila tekanan bertambah dalam satu
arah, maka arah alirannya berlawanan arah dengan pertambahan tekanan
tersebut.
g. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan volume pori-pori batuan yang terisi cairan
atau fluida dalam bentuk tertentu terhadap jumlah kejenuhan atau cairan fluida
dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Pada reservoir terdapat tiga jenis
fluida, diantaranya adalah saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas
(Sg).
h. Resistiviti
Batuan terdiri dari campuran mineral-mineral, pori-pori dan fragmen.
Padatan mineral tersebut secara fisika tidak dapat mengkantarkan listrik meskipin
kandungan kimianya merupakan jenis konduktor kecuali pada mineral clay. Sifat
kelistrikan pada batuan tergantung pada geometri pori-pori batuan tersebut dan
fluida atau cairan yang mengisi pori batuan itu sendiri. Adapun minyak dan gas
bersifat isolator atau tidak dapat mengalirkan arus listrik sedangkan pada air
bersifat mengalirkankan arus listrik apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan dialirkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektron. Agar dapat menentukan apakah material pada reservoir bersifat
penghantar arus listrik atau tidak maka dapat digunakan parameter resistiviti.
Resistiviti secara singkat dijelaskan sebagai kemampuan dari suatu material untuk
dapat menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat di tulis sebagai berikut:

Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
i. Massa Jenis (Densitas)
Dalam tanah yang kering, kemungkinan terdapat dua bagian saja, yaitu
pori – pori udara dan butiran tanah. Dalam keadaan jenuh tanah terdiri dari butiran
dan pori yang terisi penuh oleh air. Sebaliknya, dalam keadaan jenuh tanah terdiri
dari 3 fase, yaitu : butiran, pori – pori udara, dan yang tersisi air.

Gambar 1
Diagram Fasa
Semua fasa memiiki berat dan volume, kecuali udara, udara dianggap tidak
mempunyai berat. Sedangkan diukur adalah berat, sedangkan untuk mencari
massa adalah dengan perbandingan dengan percepatan gravitasi, sebagaimana
di dalam rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 =
𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖

Percepatan gravitasi di bumi sekitar 9,805 m/s2 atau biasanya


disederhanakan menjadi 10 m/s2.
Massa jenis adalah perbandingan massa total batuan dengan volumenya,
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

𝒎
𝝆=
𝒗
Keterangan:
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3)
m = massa (kg)
v = volume batuan (m3 atau cm3)
Massa jenis mempunyai nilai yang tetap, artinya masa jenis tidak
tergantung pada massa dan volumenya. Dengan kata lain, selama jenis zatnya
sama, maka nilai massa jenisnya sama pula. Oleh karena itu, massa jenis dapat
dilgunakan untuk mengidentifikasi suatu zat. Karena jika massa jenisnya sudah
diketahui, maka kita dapat mengetahui dan menyimpulkan jenis zat tersebut.

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Alat
1. Desikator (digunakan untuk menyedot udara yang ada dalam pori-pori
specimen.
2. Stop watch
3. Jangka sorong
4. Pemanas (oven) dengan temperatur 105° s/d 110°C, digunakan untuk
memanaskan specimen selama kurang lebih 24 jam.
5. Pompa vacuum, digunakan untuk menjenuhkan sampel.
6. Neraca Ohauss dengan ketelitian 0,01 gr
7. Container
2.3.2 Bahan
 Pecahan bongkah batu.
2.4 Prosedur Pengujian
1. Siapkan sampel terlebih dahulu sebanyak 2-3 sampel.
2. Ukur dimensi batuan dengan menggunakan jangka sorong.
3. Lakukan penimbangan berat container berisi sampel dan berat kosong
dengan menggunakan neraca Ohaus.
4. Lakukan penjenuhan secara 3 tahap. Tahap pertama isi ¼ sampel dalam
container dengan air dan vakum selama 15 menit. Tahap kedua isi ½
sampel dalam container dengan air dan vakum selama 15 menit. Tahap
ketiga isi setinggi sampel dalam container dengan air dan vakum selama
20 menit.
5. Jenuhkan sampel dalam vakum dengan daya isap <0,008 kgf/cm2 selama
24 jam.
6. Angkat batu yang telah dijenuhkan.
7. Keluarkan air dalam container secara perlahan.
8. Timbang berat jenuh sampel.
9. Timbang berat jenuh beserta container.
10. Sampel dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105o-
110oC.
11. Dinginkan, timbang berat kering sampel.
12. Timbang berat kosong container tergantung.

2.5 Rumus-rumus yang Digunakan


1. Bobot Isi Kering
𝑊𝑜
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠

2. Bobot Isi Asli


𝑊𝑛
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠
3. Bobot Isi Jenuh
𝑊𝑤
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠

4. True Specific Gravity


𝑊𝑜
/ bobot isi air
𝑊𝑜−𝑊𝑠

5. Apparent Specific Gravity

𝑊𝑜
/ bobot isi air
𝑊𝑤−𝑊𝑠

6. Derajat Kejenuhan

𝑊𝑛−𝑊𝑜
x 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑜

7. Kadar Air Asli

𝑊𝑛−𝑊𝑜
x 100%
𝑊𝑜

8. Saturated Water Content

𝑊𝑤−𝑊𝑜
x 100%
𝑊𝑜

9. Porositas

𝑊𝑤−𝑊𝑜
x 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠

10. Void Ratio

𝑛
x 100%
1−𝑛
DAFTAR PUSTAKA

1.Anonim. September 2009. “Geoteknik dan Geomekanik”.


bumih.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 Februari 2018 pukul
18.00 WIB.

2.Anonim, 2013. “Mekanika Batuan”, bumih.wordpress.com. Diakses tanggal 22


Februari 2018 pukul 19.00 WIB.

3.Mario, Deka, 2014. ”Sifat Fisik Batuan”, dekabopass2.blogspot.co.id. Diakses


tanggal 22 Februari 2018 pukul 19.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai