Anda di halaman 1dari 3

PERS RILIS HASIL AUDIENSI LANJUTAN (SENIN, 23 DEMBER 2019)

ALIANSI PEMUDA MAHASISWA UNTIRTA


(FMN,UMC,SDMN,SERUNI)
Aliansi Pemuda Mahasiswa Untirta (APMU) yang didalamnya terdiri dari FMN Untirta, UMC, SDMN Untirta dan SERUNI
Untirta pada hari senin, 23 Desember 2019 menindak lanjuti aksi massa demonstrasi yang telah di gelar jumat, 20
Desember 2019 kemarin yang mana pada kesempatan aksi tersebut Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Bapak
Suherna menjanjikan audiensi lanjutan untuk bertemu rektor fatah sulaiman yang berhalangan hadir pada kesempatan
aksi tersebut.

Setelah perwakilan dari APMU melakukan komunikasi dengan wakil rektor 3, audiensi lanjutan tersebut dijadwalkan
pada hari senin, 23 Desember 2019, audiensi lanjutan tersebut dilaksanakan mulai pukul 13.15 bertempat di ruangan
gedung Rektorat Untirta lantai 2, dan untuk kedua kalinya pihak APMU tidak berkesempatan untuk bertemu dengan
Rektor Fatah Sulaiman untuk menyampaikan aspirasi dan point point tuntutan dari mahasiswa untirta dengan alasan
bahwa beliau berhalangan hadir, sehingga hanya Wakil Rektor 2 Bidang Keuangan yaitu, Bapak Kurnia yang bertemu
dengan perwakilan dari APMU.

Setelah Wakil Rektor 2 berkenan untuk bertemu dengan perwakilan APMU, audiensi dimulai dengan pihak APMU
menjelaskan dan menyampaikan aspirasi serta tuntutan yang terkhusus mengenai kebijakan rektorat yang meniadakan
penangguhan pembayaran UKT di semester depan, setelahnya WR 3 mengaku tidak mengetahui soal kebijakan
peniadaan penangguhan yang telah diterbitkan melalui media resmi untirta di tanggal 4 Desember 2019 kemarin,
karenannya WR 3 memanggil beberapa pihak yang dianggap bertanggung jawab, antara lainnya adalah; Pak Ito sebagai
Kasubag Keuangan, Pak Deden sebagai Kasubag Rumah Tangga, Ibu Yuli sebagai Staff Rektorat yang mengurusi soal
PNBP dan juga satu Staff bagian Humas Rektorat Untirta guna membantu mengklarifikasi tentang kebijakan peniadaan
dan penangguhan UKT tahun akademik 2019/2020.

Disampaikan bahwa statement resmi dalam website resmi kampus ataupun media sosial UntirtaKita tentang kebijakan
yang meniadakan penangguhan atas pembayaran UKT adalah suatu kebijakan yang merupakan arahan langsung dari
Rektor Fatah Sulaiman, hal tersebut diberlakukan dengan maksud agar kebijakan atas penangguhan tersebut tidak
menjadi kebijakan yang disalahgunakan oleh para mahasiswa sehingga membuat kebijakan tersebut menjadi tidak tepat
sasaran, ujar Yuli selaku jajaran Rektorat yang dianggap bertanggung jawab oleh WR 2.

Selanjutnya disampaikan juga oleh Pak Ito selaku Kasubag Keuangan Untirta bahwa selama berkali-kali Untirta
mengadakan penangguhan pembayaran UKT sudah banyak pengalaman dimana mahasiswa melakukan kecurangan
untuk dapat mengakses kebijakan penangguhan tersebut, hal tersebut yang dijadikan dasar bagi pihak rektorat
membuat pengumuman yang menyampaikan bahwa tidak ada lagi penangguhan atas pembayaran UKT, namun disatu
sisi disampaikan juga olehnya bahwa sebenarnya kebijakan penangguhan tersebut tetap ada namun berjalan tanpa
diekspos ke media secara terbuka untuk publik. Ditekankan kembali juga melalui WR 2 bahwa sekalipun penangguhan
tetap diberlakukan, akan tetapi untuk mencegah segala bentuk penyalahgunaan, maka setiap mahasiswa yang ingin
mengajukan penangguhan diwajibkan menyertakan orangtua/wali –nya untuk menghadap kepada pihak rektorat
diwaktu mendatang nanti.

Setelahnya perwakilan dari APMU, yaitu Rizal Hakiki selaku Ketua Umum dari Front Mahasiswa Nasional – Ranting
Untirta mencoba mendesak kembali pihak rektorat untuk melakukan klarifikasi atas semua informasi yang tersebar
tentang kebijakan yang meniadakan penangguhan semata-mata bukanlah kebenaran, hal tersebut dimaksudkan agar
menjadi klarifikasi resmi untuk menyatakan bahwa penangguhan atas pembayaran UKT tetap berlaku, pihak WR 2
sempat menyepakati desakan tersebut untuk kemudian pengumuman tersebut dihilangkan dan kemudian perihal
penangguhan pembayaran UKT diarahkan agar dapat dibuat mekanismenya secara lebih baik dengan diumumkan juga,
namun setelah beberapa pendiskusian kembali pihak rektorat kembali memastikan untuk mempertahankan informasi
tersebut untuk tidak dihapus dan menyampaikan bahwa kebijakan tentang penangguhan memang tidak perlu
disebarkan secara luas.

Karena merasa tidak puas atas berbagai pernyataan pihak Rektorat yang hadir dalam kesempatan audiensi, pihak APMU
terus mengajukan banyak pernyataan yang pada intinya mendesak bahwa kebijakan penangguhan harus dijalankan
secara terbuka dengan komitmen dari pihak rektorat yang juga harus menghapus pengumuman terkait dan memberikan
klarifikasi resmi tentang penangguhan yang sebenarnya tetap berlaku karena hal tersebut dianggap merupakan hak bagi
mahasiswa, akan tetapi hal tersebut malah sempat direspon secara temprament oleh WR 2 secara langsung dengan
menggebrak meja diruangan tersebut dan membentak pihak APMU karena pernyataan-pernyataan yang
disampaikannya dianggap menyudutkannya.

Pada akhirnya diskusi yang cukup panjang berakhir sekitar di pukul 14.45 WIB, yang kemudian disimpulkan beberapa
poin utama hasil audiensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumuman tentang tidak adanya penangguhan atas pembayaran UKT yang disebarkan oleh pihak rektorat
melalui website resmi dan media sosial Untirtakita adalah tidak benar adanya.
2. Pengumuman tentang tidak adanya penangguhan atas pembayaran UKT yang disebarkan oleh pihak rektorat
melalui website resmi dan media sosial Untirtakita hanyalah pengumuman yang secara langsung diarahkan oleh
Rektor Fatah Sulaiman untuk menjadi skema dalam mengurangi jumlah ajuan dari pihak mahasiswa yang ingin
menangguhkan pembayaran UKT-nya hal tersebut diakui oleh pihak rektortat dikarenakan kebijakan
penangguhan itu sendiri dianggap memiliki banyak masalah dalam pelaksanaannya, sehingga pihak rektorat
memilih menjalankan penangguhan pembayaran tanpa diekspos kepada publik.
3. Sistem penangguhan yang selama ini diberlakukan menuai banyak persoalan yang sejatinya sama sekali bukan
menjadi kesalahan mahasiswa akan tetapi merupakan kelemahan pihak rektorat dalam mengatur perihal teknis
prosedural yang tepat untuk memecahkan berbagai permasalahan tersebut.
4. Sekalipun telah menuai kontroversi, pengumuman atas kebijakan yang meniadakan penangguhan tersebut
tetap tidak mau dihapus ataupun diganti dengan sebuah klarifikasi resmi oleh pihak Rektorat, dengan alasan
bahwa penangguhan akan tetap dijalankan dengan tanpa diekspos kepada publik.
5. Birokrasi dalam Rektorat Untirta mengalami miss-koordinasi yang serius sehingga memunculkan banyak
perbedaan antara statement yang diterbitkan dengan pernyataan-pernyataan langsung oleh pihak rektorat dan
menyebabkan mahasiswa kebingungan dalam mencari informasi yang valid mengenai itu.

Hal diatas menunjukan bahwa sampai detik ini, sekalipun pihak rektorat telah menyatakan bahwa penangguhan atas
pembayaran UKT tetap diberlakukan, akan tetapi hal tersebut masih belum secara resmi dirilis oleh pihak Rektorat, dan
karenanya kita semua harus tetap mengawal isu ini secara baik agar hak kita sebagai mahasiswa dapat terpenuhi, selain
itu Aliansi Pemuda Mahasiswa Untirta (APMU) juga tidak hanya menuntut satu hal tentang penangguhan, namun juga
beberapa hal-hal yang berkaitan tentang apa yang menjadi aspirasi dari mahasiswa Untirta, sehingga perjuangan ini
masih belum berakhir, berikut adalah daftar tuntutan APMU :
1. Wujudkan Pendidikan Ilmiah, Demokratis, dan Mengabdi Kepada Rakyat !
2. Batalkan Ketetapan Peniadaan Perpanjangan & Penangguhan Pembayaran UKT/SPP !
3. Berikan Keringanan Maksimal terhadap Mahasiswa yang Mengalami Kesulitan Ekonomi dalam Proses
Pembayaran UKT melalui Mekanisme yang ditentukan secara Demokratis bersama Mahasiswa Bersangkutan
4. Hapuskan Seluruh Praktik Pungutan Liar terselubung dalam kegiatan akademik mahasiswa Untirta (Study Tour,
KKM, Wisuda, Buku dan lain sebagainya) !
5. Berikan Transparansi Pengelolaan Keuangan Kampus Terhadap Seluruh Mahasiswa !
6. Jalankan Peninjauan Ulang Tentang Nominal UKT dengan Perumusan Ulang secara terbuka, Transparan,
Demokratis dan Ilmiah bersama Mahasiswa !
7. Berikan Fasilitas, Sarana dan Prasarana yang Layak sesuai dengan Aspirasi dan Kebutuhan Mahasiswa !
8. Stop Praktik Kerjasama Kampus dengan Lembaga Penindas dan Penghisap Rakyat ! Jadikan Kampus sebagai
Laboratorium untuk Memecahkan Persoalan Rakyat secara Kongkrit !
9. Cabut Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang menjadi Dasar Regulasi Pelaksanaan
Praktik Liberalisasi, Komersialisasi, dan Privatisasi Pendidikan di Indonesia !

Maka dari itu kami Aliansi Pemuda Mahasiswa Untirta yang didalamnya tergabung FMN Untirta, SDMN Untirta, SERUNI
Untirta, dan UMC bermaksud mengajak seluas-luasnya mahasiswa di Untirta untuk bergabung bersama-sama dalam
perjuangan menuntut hak-hak kita sebagai mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai