Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan dengan sistem informasi (SI) yang baik akan mampu


mendeteksi secara efektif ancaman dalam lingkungan bisnis, dimana deteksi
efektif dapat membantu pemberian tanggapan strategis. SI juga memberi manfaat
dalam bidang akuntansi. Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah proses
pengumpulan, pengelompokan, pengolahan dan penyajian data transaksi yang
nantinya akan menjadi laporan keuangan bagi pihak manajemen (Kezia, 2016).
SIA adalah bagian penting dalam peningkatan efisiensi organisasi serta
mendukung daya saing melalui penyediaan baik informasi keuangan maupun
akuntansi bagi manajemen (Alsarayreh et al., 2011). SIA adalah salah satu faktor
penting pencapaian kinerja yang lebih besar, terutama dalam proses pengambilan
keputusan (Aleqab dan Adel, 2013). Penerapan SIA merupakan investasi penting
untuk perusahaan (Raupeliene, 2003).

Sebuah sistem tidak lepas dari sumber daya manusia yang berperan untuk
menjalankan sistem tersebut walaupun secara teknis telah dinilai baik dan
didukung oleh komputerisasi dan kecanggihan teknologi, kesalahan dalam
menempatkan sumber daya manusia dapat menyebabkan kegagalan output yang
diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan mengenai aspek perilaku
terhadap mendesain, menganalisa, mengimplementasi dan menjalankan sebuah
sistem.Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting)adalah suatu studi tentang
perilaku akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi
dan pelaporan (Suartana, 2010:1).Dengan demikian akuntansi keperilakuan
merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antara manusia dan sistem akuntansi
serta keperilakuan organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Theory of Reasoned Action (TRA)
2. Apa yang dimaksud dengan Theory of Planned Behavior (TPB)
3. Apa yang dimaksud dengan Theory Model Technology Acceptance Model
(TAM)

C. Manfaat dan Tujuan


Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teori teori tersebut dalam
pelaksanaan system informasi akuntasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Theory of Reasoned Action (TRA)


Theory of reasoned action (TRA) adalah teori yang dikembangkan oleh
Ajzen dan Fhisbein (1980), yang menjelaskan bagaimana hubungan antara sikap
dan perilaku, (Jogiyanto, 2007). Model TRA ini sendiri merupakan gabungan dari
dua model, yaitu model minat perilaku mempengaruhi perilaku dan model minat
perilaku.
Model minat perilaku mempengaruhi perilaku memiliki bentuk yang sangat
sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel independen dan satu variabel
dependen. Masing-masing adalah minat perilaku (behavioral intention) sebagai
variabel independen dan perilaku (behavior) sebagai variabel dependen. Minat
perilaku (behavioral intention) merupakan masih berupa minat atau keinginan
untuk melakukan perilaku, dimana minat tersebut belum berupa perilaku,
(Jogiyanto, 2007). Sedangkan untuk perilaku (behavior) adalah suatu tindakan
nyata yang benar-benar dilakukan, (Jogiyanto, 2007).
Dalam theory of reasoned action (TRA) meyakini bahwa minat dapat
memprediksi kegiatan-kegiatan yang beranekaragam, (Jogiyanto,2007). Bahkan
Jogiyanto (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa hubungan antara minat perilaku
terhadap perilaku memiliki korelasi yang paling kuat bila dibandingkan dengan
faktor-faktor lain.

Minat Perilaku Perilaku


(Behavioral (Behavior)
Intention)

Gambar 2.1. Model minat perilaku mempengaruhi perilaku

Model minat perilaku terbentuk dari dua fungsi penentu yang berhubungan
dengan faktor pribadi dan faktor sosial, dimana keduanya membentuk dua
konstruk variabel independen yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward
behavior) dan norma subjektif (subjective norm), kemudian ditambah dengan satu
variabel dependen yaitu minat perilaku, (Jogiyanto, 2007). Penalarannya adalah
minat seseorang untuk melakukan suatu perilaku (behavioral intention) diprediksi
oleh sikap orang itu sendiri terhadap perilaku (attitude) serta anggapan mereka
terhadap penilaian orang lain terhadap apa yang dia lakukan.

Sikap terhadap
perilaku (attitude
towards Minat Perilaku
behavior) (Behavioral
Norma Subjektif Intention)
(Subjective Norm)

Gambar 2.2. Model


minat perilaku

Dalam TRA sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior)

merupakan sebuah evaluasi kepercayaan (belief) dan perasaan (affect) baik

positif ataupun negatif yang dilakukan oleh individu dalam melakukan perilaku

yang dikehendaki, (Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007) juga menjelaskan

mengenai norma subjektif (subjective norm), dimana norma subjektif ini

berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap tekanan sosial yang akan

mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.


Sikap terhadap
perilaku (attitude
towards
behavior) Minat Perilaku Perilaku
(Behavioral (Behavior)
Intention)
Norma Subjektif
(Subjective Norm)

Gambar 2.3. Model TRA (Theory of Reasoned Action)

B. Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari

Theory of Reasoned Action (TRA). TRA pertama kali diperkenalkan oleh

Martin Fishbein dan Ajzen, (Jogiyanto, 2007). Teori ini menghubungkan

antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku

(behavior). Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan

melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan

bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. TRA paling

berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yang di bawah kendali individu

sendiri. Sedangkan TPB dikembangkan oleh Ajzen dalam Jogiyanto (2007)

dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini

disebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control).

Konstruk ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang

dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari

kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melekukkan

perilakunya (Hsu and Chiu 2002).

Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; keyakinan tentang kemungkinan


hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan

tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan

tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang

dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan

faktor tersebut (control beliefs).

Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu kontrol perilaku

persepsian (Perceived behavioral control), maka bentuk dari model TPB

tampak di gambar berikut ini.

Gambar 2.1

Theory of Planned
Behavior

Sikap Terhadap Prilaku


(Attitude towards Behavioral)

Norma Subyektif Minat Prilaku Prilaku


(Subjective Norm) (Behavioral Intention) (Behavior)

Kontrol Prilaku Persepsian


(Perceived Behavioral
Control)

Sumber: Jogiyanto (2007).

Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa dalam TPB, minat ditentukan oleh tiga

konstruk, yaitu:

1) Attitude towards Behavioral (Sikap terhadap prilaku)


Sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda,

orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu (Ajzen, 2005). Sikap

merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari untuk

memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap sesuatu yang

diberikan. Munculnya minat perilaku seseorang dipengaruhi oleh munculnya

sikap awal dari orang tersebut. Menurut Assael (2001) dalam Manda dan

Iskandarsyah (2012) sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk

memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik

dalam rasa suka maupun tidak suka. Sebagai contoh apabila seseorang

menganggap sesuatu bermanfaat bagi dirinya maka dia akan memberikan

respon positif terhadapnya, sebaliknya jika sesuatu tersebut tidak bermanfaat

maka dia akan memberikan respon negatif.

2) Subjective Norm (Norma Subjektif)

Subjective norm mengacu pada tekanan sosial yang dihadapi oleh individu

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ajzen (2005) memaparkan

Subjective norm merupakan fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut

sebagai normative beliefs, yaitu belief mengenai kesetujuan dan atau

ketidaksetujuan seseorang maupun kelompok yang penting bagi individu

terhadap suatu perilaku. Subjective norm merupakan persepsi seseorang

tentang pemikiran orang lain yang akan mendukung atau tidak mendukungnya

dalam melakukan sesuatu. Lo Choi Tung (2011) mengatakan bahwa

“subjective norm refers to the social pressures perceived by individuals to

perform or not to perform the behavior. It relates to the beliefs that other

people encourage or discourage to carry out a behavior” (norma subjektif


mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu untuk melakukan

atau tidak melakukan perilaku. Seorang individu akan cenderung melakukan

perilaku jika termotivasi oleh orang lain yang menyetujuinya untuk

melakukan perilaku tersebut.

1) Perceived Behavioral Control (Kontrol Prilaku Persepsian)

Wijaya (2007) menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian merupakan

persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau

mempersulit. Kontrol perilaku persepsian adalah persepsi kemudahan atau

kesulitan dalam melakukan suatu perilaku. Lo Choi Tung (2011)

mengemukakan bahwa kontrol perilaku relates to the beliefs about the

availability of supports and resources or barriers to performing an

entrepreneurial behavior (control beliefs) (berkaitan dengan keyakinan

tentang ketersediaan dukungan dan sumber daya atau hambatan untuk

melakukan suatu perilaku kewirausahaan).

Dari Gambar Perceived Behavioral Control dapat mempunyai dua fitur

(Jogiyanto, 2007) sebagai berikut:

Teori ini mengansumsi bahwa kontrol perilaku persepsian (perceived

behavioral control) mempunyai implikasi motivasional terhadap minat.

Orang– orang yang percaya bahwa mereka tidak mempunyai sumber- sumber

daya yang ada atau tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perilaku

tertentu mungkin tidak akan membentuk minat berperilaku yang kuat untuk

melakukannya walaupun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap

perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya

mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian diharapkan terjadi


hubungan antara kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control)

dengan minat yang tidak dimediasi oleh sikap dan norma subyektif. Di

model ini ditunjukkan dengan panah yang menghubungkan kontrol perilaku

persepsian (perceived behavioral control) ke minat.

2) Fitur kedua adalah kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku

persepsian (perceived behavioral control) dengan perilaku. Di banyak

contoh, kinerja dari suatu perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi

untuk melakukannya tetapi juga kontrol yang cukup terhadap perilaku yang

dilakukan. Dengan demikian, kontrol perilaku persepsian (perceived

behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung

lewat minat, dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model

hubungan langsung ini ditunjukan dengan panah yang menghubungkan

kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) langsung ke

perilaku (behavior).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan

melakukan suatu perilaku tertentu jika orang tersebut mengevaluasi perilaku

tersebut secara positif, ditambah individu tersebut mendapatkan tekanan dari

sosial untuk melakukan perilaku tersebut, serta individu tersebut percaya bisa

dan memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

C. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu model yang

digunakan untuk melihat penerimaan sistem teknologi yang digunakan oleh

pemakai, (Jogiyanto, 2007). Menurut Fatmawati (2015), TAM merupakan

salah satu jenis teori yang menggunakan pendekatan teori perilaku


(behavioral theory) yang banyak digunakan untuk mengkaji proses adopsi

teknologi informasi. Model ini pertama kali ditemukan oleh Davis (1986),

yang merupakan pengembangan dari model sebelumnya yaitu Theory of

Reasoned Action (TRA). Model TAM menambahkan dua konstruk utama

kedalam model TRA yaitu percieved usefulness (kegunaan persepsian) dan

percieved ease of use (kemudahan penggunaan persepsian), karena model

TAM ini menganggap bahwa penerimaan individu terhadap sistem informasi

dan teknologi ditentukan oleh keduanya, (Jogiyanto, 2007).

Jika dibandingkan dengan model TRA sebelumnya, maka dengan

penambahan dua konstruk utama tadi dapat dilihat bahwa model TAM

memiliki model yang sedikit lebih kompleks dibanding dengan model TRA.

Dua konstruk utama yang ditambahkan yaitu percieved usefulness dan

percieved ease of use keduanya mempengaruhi behavioral intention (minat

perilaku) dan percieved ease of use mempengaruhi percieve usefulness,

(Jogiyanto,2007). Maksudnya adalah seseorang akan memiliki minat dalam

menggunakan teknologi jika teknologi itu memberikan kegunaan serta

kemudahan dalam menggunakan, dan pengguna sistem akan menggunakan

suatu sistem jika pengguna tersebut merasa bahwa sistem tersebut bermanfaat,

baik mudah ataupun sulit dalam penggunaan sistem tersebut. Davis (1986)

menjelaskan melalui model TAM bahwa perceived usefulness dan perceived

ease of use mampu menjelaskan konstruk behavioral intention to use melalui

konstruk attitude toward using, yang ahirnya menjadi penentu penerimaan

teknologi atau actual technology usage.


Kegunaan persepsian
(percieved usefulnesss)

Variabel Attitude Toward Minat Perilaku Perilaku


eksternal
using technology
(Behavior)
(Behavioral
Intention)
Kemudahan
penggunaan persepsian
(percieved ease of use)

Gambar 2.4. Model TAM (Technology Acceptance Model)

D. Penelitian Mengenai Keprilakuan dalam SIA


1. Penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2017). Mengenai factor-faktor
yang mempengaruhi niat penggunaan system informasi
terkomputerisasi pada UKM (pendekatan TPB). Menunjukan hasil
sebagai berikut:
a. Hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel sikap tidak
berpengaruh terhadap niat penggunaan SI terkomputerisasi dengan
nilai signifikansi 0,133 (>0,05) sehingga hipotesis pertama tidak
didukung. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pelaku UKM di
Salatiga terhadap sistem informasi terkomputerisasi tidak
mempengaruhi niat mereka untuk menggunakan sistem informasi
terkomputerisasi. Pelaku UKM di Salatiga beranggapan bahwa
penggunaan SI terkomputerisasi tidak penting dan membuang-
buang waktu, karena usaha yang dijalankan merupakan usaha
keluarga dan tidak begitu besar. Bisa jadi pelaku UKM tidak mau
mencoba untuk menggunakan SI terkomputerisasi karena mereka
beranggapan bahwa dibutuhkan banyak biaya untuk membeli
komputer atau memasang sistem yang akan digunakan, sehingga
meskipun seseorang merasa penting untuk menggunakan SI
terkomputerisasi dalam usahanya namun ketika kondisi keuangan
sedang lesu maka mereka akan lebih memilih untuk menahan
penggunaan SI terkomputerisasi. Atau sebaliknya, meskipun
seseorang tidak merasa penting dengan penggunaan SI
terkomputerisasi namun adanya desakan untuk pemenuhan
kebutuhan usahanya maka menyebabkan penggunaan SI
terkomputerisasi tetap dilakukan dalam usahanya.
b. Hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel norma subjektif
tidak berpengaruh terhadap niat penggunaan SI terkomputerisasi
dengan nilai signifikansi 0,600 (>0,05) sehingga hipotesis kedua
tidak didukung. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku UKM di
Salatiga tidak memperhatikan apakah usaha lain disekitarnya sudah
menggunakan SI terkomputerisasi atau tidak karena tanpa
menggunakan SI terkomputerisasi usahanya masih bisa berjalan.
Tidak berpengaruhnya norma subyektif bisa jadi disebabkan karena
pelaku UKM memiliki referensi dan pertimbangan masing-masing,
misalnya usahanya cukup besar namun sederhana dan hanya
menjual beberapa jenis barang, maka mereka memutuskan untuk
tidak menggunakan SI terkomputerisasi meskipun dukungan dari
UKM lain untuk menggunakan SI terkomputerisasi cukup tinggi.
c. Hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel kontrol perilaku
persepsian berpengaruh terhadap niat penggunaan SI
terkomputerisasi dengan nilai signifikansi 0,028 (<0,05) sehingga
hipotesis ketiga dalam penelitian ini didukung. Hal ini berarti
bahwa pelaku UKM memiliki kontrol perilaku persepsian yang
beranggapan bahwa penggunaan SI terkomputerisasi mudah untuk
dilakukan sehingga pelaku UKM berniat menggunakan SI
terkomputerisasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
indikator dalam kuesioner yang menyatakan bahwa tidak akan
kesulitan dalam memahami dan menggunakan SI terkomputerisasi.
Responden juga menyatakan mampu menyewa tenaga ahli dan
dapat mencari karyawan yang dapat membantu menggunakan SI
terkomputerisasi. Dengan demikian, adanya kontrol perilaku
persepsian yang baik tersebut pada akhirnya mempengaruhi niat
pelaku UKM untuk menggunakan SI terkomputerisasi. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Grafiti (2014) yang
menyatakan bahwa kontrol perilaku mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap niat pelaku UMKM dalam menyusun laporan
keuangan dan penelitian Saputra (2014) yang menyatakan bahwa
kontrol perilaku persepsian yang paling mendorong niat usaha
mikro untuk mengadopsi e-commerce.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Puspaningtyas (2016). Mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi minat perilaku terhadap penggunaan
sistem informasi akuntansi berbasis e-commerce. Menunjukan hasil
sebagai berikut:
a. Sikap berpengaruh positif terhadap minat keperilakuan
penggunaan sistem informasi akuntansi berbasis e-commerce
Hasil ini dapat dijelaskan bahwa, sikap yang merupakan afeksiyang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek tertentu
sangat mempengaruhi keputusan responden untuk meningkatkan minat
keperilakuan menggunakan e-commerce, dikarenakan sikap seseorang
yang merasakan atau menilai suatu sistem on-line yang menurut
mereka dapat dipercaya, dan disertai promosi yang menggiurkan, serta
gaya hidup yang tidak mau dianggap ketinggalan dari yang lain maka,
individu akan cenderung mengikutinya. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian
b. Norma Subjektif berpengaruh positif terhadap minat
keperilakuan penggunaan sistem informasi akuntansi berbasis e-
commerce
Hasil ini dapat dijelaskan bahwa, sebagian besar responden
menggunakan e-commerce dalam transaksi penjualan karena dukungan
dari pihak luar, dengan kata lain responden dalam penelitia ini masih
terpengaruh apa yang diputuskan pihak luar, dimanaresponden lebih
berhati-hati dalam menggunakan e-commerce sebelum ada
kepercayaan dari pihak luar atas sistem on-line yang akan
digunakannya, maka responden tidak akan menggunakan system
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sulistiyarini dan Brawijaya (2008) yang menunjukkan
bahwanorma subjektif berpengaruh terhadap minat
keperilakuanmenggunakan e-commerce. Namun, hasil penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian Hardanti dan Saraswati (2013) yang
menjelaskan bahwa norma subjektif tidak berpengaruh terhadap minat
keperilakuan menggunakan e-commerce, dengan alasan responden
lebih menyukai untuk membangun evaluasi secara independen,
sehingga akan mengurangi pengaruh pendapat dari orang lain.
c. Kontrol perilaku persepsian tidak berpengaruh terhadap minat
keperilakuan penggunaan sistem informasi akuntansi berbasis e-
commerce
Hasil ini dapat dijelaskan bahwa, responden berasumsi bahwa dengan
menggunakan sistem berbasis e-commerce memerlukan 15 beberapa
syarat yaitu mempunyai sumberdaya, responden juga harus dapat
mengoperasikan belanja on-line dan memiliki kemampuan untuk
berbelanja on-line, sehingga dapat disimpulkan sebagian besar
responden mampu mengukur kemampuan diri dan tidak mudah
mengikuti tren yang ada apabila masih bisa menggunakan alternative
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hardanti dan
Saraswati (2013) serta Sulistiyarini dan Brawijaya (2008) yang
menunjukkan bahwa kontrol perilaku persepsian berpengaruh terhadap
minat keperilakuan menggunakan e-commerce.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori keprilakuan seperiti TRA, TPB dan TAM dapat menjadi factor
pembentukan perilaku dalam system informasi akuntansi. Namun dalam
beberapa kasus teori-teori ini bias jadi tidak terpahami atau terlaksana karna
ada kondisi-kondisi yang memungkinkan hal tersebut tidak bias terjadi.

B. Saran
Semoga makalah ini akan bermanfaat untuk menambah pemahaman para
mahasiswa mengenai teori Keperilakuan dalam system informasi akuntansi
dan perlu dilakukan penambahan referensi untuk memperkuat pemahaman
yang telah ada
MAKALAH
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

OLEH:
KELOMPOK 3
1. Dina Ayu Lestari 0052.04.25.2018

2. Usman Rahman 0066.04.25.2018

3. Rizki Chahyadi Paputungan 0080.04.25.2018

4. Nur Faniansah 0051.04.25.2018

5. Andi Azzah Azizah M 0076.04.25.2018

MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

Anda mungkin juga menyukai