Anda di halaman 1dari 54

Referat

Gangguan Cemas

Gangguan Cemas 1
Bab 1
Pendahuluan

Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya


bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya terkait
dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga. Masalah internal
umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri. Dari beberapa jenis gangguan cemas,
gangguan panic adalah yang seringkali dijumpai di masyarakat.
Rasa cemas dapat dikonsepkan sebagai respon normal dan adaptif terhadap ancaman
yang megharuskan seseorang untuk lari ataupun melawan. Orang yang tampak cemas patologis
mengenai hampir semua hal cenderung di golongkan memiliki gangguan cemas.
Dalam referat ini penyusun akan membahas beberapa penggolongan dari gangguan
cemas, yakni gangguan panik dan agoraphobia, fobia spesifik dan fobia social, gangguan obsesif
kompulsifm gangguan stress post traumatik, gangguan cemas menyeluruh, dan gangguan cemas
lainnnya. Dalam setiap sub bab akan dibahas mengenai definisi, epidemiologi, etiopatogenesis,
tanda dan gejala, pedoman diagnosis, penatalaksanaan, perjalanan gangguan serta prognosis dari
masing-masing gangguan cemas.

Gangguan Cemas 2
Bab 2
Isi

DEFINISI GANGGUAN CEMAS

Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya


bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya terkait
dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga. Masalah internal
umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri1,2

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CEMAS


Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni, kesadaran terhadap
sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat ) dan kesadaran terhadap rasa gugup atau takut.
Selain dari gejala motorik dan viseral, rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir,
persepsi, dan belajar. Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi persepsi.
Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat dan menganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan
lainnya.
Aspek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan rasa cemas akan
melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat membenarkan persepsi mereka
mengenai suatu hal yang menimbulkan rasa cemas.2

PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

Teori Psikoanalitik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya “ 1926 Inhibitons, Symptoms, Anxiety”
bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat
diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal,

Gangguan Cemas 3
kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam.
Jika kecemasan naik di atas tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal,
ia akan timbul sebagai serangan panik.2

Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang spesifik.
Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang memperlakukannya
semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi, ia
akan menjadi tidak percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya
yang cemas.2

Teori Eksistensi
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas yang bersifat
kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam dunia yang tidak
bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.

Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas
yang patologis antara lain:
• Sistem saraf otonom
• Neurotransmiter2

Sistem Saraf Otonom


Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:
• sistem kardiovaskuler (palpitasi)
• muskuloskeletal (nyeri kepala)
• gastrointestinal (diare)
• respirasi (takipneu)
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada pasien dengan
gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus simpatetik, yang beradaptasi
lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.

Gangguan Cemas 4
Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri
dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.2

Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal
juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara
presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif
kompulsif.

Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga
menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area pada
sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal,
yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan
gangguan obsesif kompulsif.

KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV), gangguan


cemas terdiri dari :
(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
(3) Fobia spesifik;
(4) Fobia sosial;
(5) Gangguan Obsesif-Kompulsif;
(6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
(7) Gangguan Stress Akut;
(8) Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).

Gangguan Cemas 5
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,
gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang
berkaitan dengan stress (F40-48).

F40–F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN GANGGUAN


YANG BERKAITAN DENGAN STRES
F40 Gangguan Anxieta Fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

F41 Gangguan Anxietas Lainnya


F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT

F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif


F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)
F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional
F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

Gangguan Cemas 6
F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian (F43.0-F43.9) F44 Gangguan
Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9) F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9) F48 Gangguan
Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9)

2.1. Gangguan Panik dan Agorafobia


2.1.1. Definisi
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan
spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari
sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun.
Gangguan panik sering disertai agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di tempat
umum (seperti supermarket), terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat
saat terjadi serangan panik.1

Faktor Genetik
Pada keturunan pertama penderita gangguan panik dengan agorafobia
mempunyai resiko 4 sampai 8 kali mendapatkan serangan yang sama.2
Faktor Psikososial
Analisis penelitian mendapatkan bahwa terdapat pola ansietas akan sosialisasi
saat masa kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak mendukung serta perasaan
terperangkap atau terjebak. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan agrevitas sulit
dikendalikan.Pada pasien-pasien dengan gangguan panik, terdapat kesulitan dalam
mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait.Misalnya
harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang tertentu.Harapan ini
merupakan suatu ancaman terdapat figur yang melekat.

Teori Perilaku Kognitif


Analisis penelitian mendapatkan bahwa terdapat pola ansietas akan sosialisasi
saat masa kanak, hubungan dengan orangtua yang tidak mendukung serta perasaan
terperangkap atau terjebak. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan agresivitas
sulit dikendalikan. Pada pasien-pasien dengan gangguan panik, terdapat kesulitan
dalam mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait. Misalnya

Gangguan Cemas 7
pasien mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang tertentu.
Harapan ini merupakan suatu ancaman terhadap figur yang melekat.1

Teori Psikoanalitik.
Teori psikoanalitik mengonseptualisasi serangan panik sebagai serangan yang
timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan
ansietas. Hal yang sebelumnya merupakan sinyal ansietas ringan menjadi perasaan
antisipasi cemas yang berlebihan, lengkap dengan gejala somatik. Untuk
menjelaskan agorafobia, teori psikoanalitik menekankan hilangnya orang tua di
masa kanak dan riwayat ansietas perpisahan. Berada sendirian di tempat umum
membangkitkan kembali ansietas saat diabaikan di masa kanak. Mekanisme defens
yang digunakan mencakup represi, displacement, penghindaran, dan simbolisasi.
Perpisahan traumatik pada masa kanak dapat mempengaruhi sistem saraf anak yang
sedang berkembang sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rentan terhadap
ansietas di masa dewasa.2

2.1.4. Tanda dan Gejala


Gangguan Panik
Serangan panik yang pertama sering benar-benar spontan, walaupun seringkali
terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual, atau trauma
emosional sedang. DSM IV menekankan bahwa sekurangnya serangan pertama
harus tidak diperkirakan untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panik.
Oleh karena itu harus diketahui kebiasaan atau situasi yang sering mendahului suatu
serangan panik pasien. Klinisi harus berupaya mendapatkan setiap kebiasaan atau
situasi yang biasanya mendahului serangan panik pasien. Aktivitas tersebut dapat
mencakup penggunaan kafein, nikotik, alkohol, atau zat lain, pola tidur atau
makanan yang tidak biasa, dan situasi lingkungan tertentu, seperti pencahayaan
yang berlebih di tempat kerja.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat
selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu
perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk

Gangguan Cemas 8
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia,
palpitasi, sesak napas, dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk
meninggalkan situasi dimana ia berada untuk mencari bantuan. Serangan biasanya
berlangsung 20 sampai 30 menit dan jarang lebih lama dari satu jam. Pemeriksaan
status mental formal selama suatu serangan panic dapat mengungkapkan
perenungan (rumination), kesulitan berbicara, dan gangguan daya ingat. Pasien
dapat mengalami depresi atau depersonalisasi selama serangan. Gejala mungkin
menghilang dengan cepat atau secara bertahap. Antara serangan, pasien mungkin
memiliki kecemasan yang lebih dahulu tentang mengalami serangan lain. Selain itu
dapat disertai permasalahan somatic berupa keluhan gangguan jantung dan
pernapasan merupakan perhatian utama pasien saat serangan panic.2
Kehawatiran somatik akan kematian akibat masalah jantung atau pernapasan
dapat menjadi fokus utama perhatian pasien selama serangan panik. Pasien dapat
meyakini bahwa palpitasi dan nyeri dada menunjukan bahwa mereka akan mati.
Sebanyak 20 persen pasien seperti itu benar-benar mengalami episode sinkop
selama serangan panik. Pasien dapat ditemukan di ruang gawat darurat sebagai
orang yang berusia muda (20 tahun) yang secara fisik sehat dan bersikeras bahwa
mereka akan mati akibat serangan jantung. Daripada segera mendiagnosis
hipokondriasis, dokter di ruang gawat darurat sebaiknya mempertimbangkan
diagnosis ganguan panik. Hiperventilasi dapat menimbulkan alkalosis respiratoris
dan gejala lain. Terapi jaman dahulu yaitu bernapas dalam kantong udara
kadangkadang membantu. 2

Agorafobia
Pasien agorafobia secara kaku menghindari situasi di mana akan sulit untuk
mendapatkan bantuan. Mereka lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota
keluarga di tempat-tempat tertentu seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat,
ruang yang tertutup (seperti di terowongan, jembatan, dan elevator), dan kendaraan
tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan pesawat udara). Pasien mungkin
memaksa bahwa mereka harus ditemani tiap kali mereka keluar rumah. Perilaku

Gangguan Cemas 9
tersebut dapat menyebabkan pertengkaran dalam perkawinan, yang dapat keliru
didiagnosis sebagai masalah utama. Pasien yang mengalami gangguan parah dapat
menolak meninggalkan rumah. Khususnya sebelum diagnosis yang benar ditegakan,
pasien dapat menjadi ketakutan bahwa mereka akan menjadi gila. 2

2.1.5. Pedoman Diagnostik


Kriteria diagnostik untuk gangguan panik (Anxietas Paroksismal Episodik)
menurut PPDGJ III5
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila
tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira

satu bulan:
a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situation)

c) Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara
serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga
“anxietas antisipatorik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.

Kriteria diagnostik untuk serangan panik menurut DSM IV 2,5

Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau
lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10
menit:
(1) Jantung berdebar-debar (palpitasi)
(2) Berkeringat
(3) Gemetar atau bergoncang
(4) Rasa sesak nafas atau tertelan
(5) Perasaan tercekik

Gangguan Cemas 10
(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
(7) Mual atau gangguan perut
(8) Pusing, bergoyang, melayang, pingsan
(9) Derealisasi atau depersonalisasi
(10) Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
(11) Rasa takut mati
(12) Parestesia
(13) Menggigil atau perasaan panas.

Agorafobia
Agorafobia adalah rasa takut yang hebat pada suatu tempat. Agoraphobia adalah
bentuk parah dari penghindaran fobia dan dapat menyebabkan orang-orang dengan
gangguan panik untuk menghindari tempat-tempat umum, orang banyak, atau
bepergian dengan bis atau pesawat. Pola ini dapat berlanjut ke titik bahwa penderita
tidak akan meninggalkan rumah.3

Kriteria untuk agorafobia menurut DSM IV 2,5

A. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan
sulit meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak mendapat
pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak
diharapkan atau disebabkan oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya
mengenai kumpulan situasi karakteristik seperti di luar rumah sendirian; berada
di tempat ramai atau berdiri di sebuah barisan; berada di atas jembatan; atau
bepergian dengan bis, kereta, atau mobil.
Catatan: pikirkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas pada
satu atau hanya beberapa situasi spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran
terbatas pada situasi sosial.
B. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan adalah
dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan akan
mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik, atau perlu didampingi
teman.

Gangguan Cemas 11
C. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi
sosial karena rasa takut terhadap situasi tertentu seperti di elevator), gangguan
obsesif kompulsif (misalnya menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi
tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya menghindari
stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya, menghindari meninggalkan rumah atau sanak saudara).

Kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa agorafobia menurut DSM IV 2,5
A. Baik (1) dan (2)
(1) Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
(2) Sekurangnya satu serangan telah diikuti oleh sekurangnya 1 bulan atau lebih:
(a) Kekawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan
(b) Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya (misalnya, kehilangan
kendali, menderita serangan jantung, ”menjadi gila”)
(c) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
B. Tidak terdapat agorafobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme).
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti
fobia sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia
spesifik (misalnya mengalami situasi fobik tertentu), gangguan
obsesifkompulsif (misalnya terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi
tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya sebagai respon
terhadap stimuli yang berhubungan dengan stresor parah, atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya sebagai respon jauh dari rumah atau sanak saudara
dekat).

Kriteria diagnostik untuk gangguan panik dengan agorafobia menurut DSM IV 5

Gangguan Cemas 12
A. Baik (1) atau (2)
(1) Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan
(2) Sekurangnya satu serangan telah diikuti oleh serkurangnya 1 bulan atau lebih:
(a) Kekawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan
(b) Ketakutan tentang arti serngan atau akibatnya (misalnya kehilangan kendali,
menderita serangan jantung, ”menjadi gila”)
(c) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
B. Terdapat agorafobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti
fobia sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia
spesifik (misalnya mengalami situasi fobik tertentu), gangguan obsesif-kompulsif
(misalnya terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi),
gangguan stres pasca traumatik (misalnya sebagai respon terhadap stimuli yang
berhubungan dengan stresor parah, atau gangguan cemas perpisahan (misalnya
sebagai respon jauh dari rumah atau sanak saudara dekat).

Kriteria diagnostik untuk agorafobia tanpa riwayat panik 2,5

A. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip panik
(misalnya pusing atau diare)
B. Tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan panik
C. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi umum
D. Jika ditemukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan, rasa takut yang
dijelaskan dalam kriteria A jelas melebihi dari apa yang biasanya berhubungan
dengan kondisi.
Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :

Gangguan Cemas 13
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau b. pikiran
obsesif.
c. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua dari
situasi berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri
• Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang
menonjol
2.1.6. Diagnosis Banding
Serangan panik yang terjadi sebagai bagian dari gangguan fobik, serangan panik
sekunder dari gangguan depresi, terutama pada laki-laki. Bila pada saat yang sama
kriteria depresi dipenuhi, maka gangguan panik bukan merupakan diagnosis utama.1

Diagnosis banding pasien dengan gangguan panik mencakup sejumlah besar


gangguan medis dan banyak gangguan jiwa.2

Tabel 8. Diagnosis Banding Organik untuk Gangguan Panik 2


Diagnosis Banding Organik untuk Gangguan Panik
Kardiovaskular Anemia, Angina, Gagal Jantung, hipertensi, prolapsus katup
mitral, infark miokardium, takikardi atrium paradoksikal.

Pulmonal Asma, hiperventilasi, embolus paru-paru.


Neurologis Penyakit serebrovaskular, epilepsi, penyakit huntington, infeksi,
migrain, tumor.

Endokrin Penyakit addison, sindrom cushing, diabetes, hipertiroid,


hipogikemik, hipoparatiroid.

Intoksikasi Amfetamin, antikolergik, kokain.


Obat
Halusinasi Marijuana, nikotin, theophilin.

Gangguan Cemas 14
Putus Obat Alkohol, antihipertensi, opiat dan opioid, sedasi hipnotik.
Kondisi lain Anafilaksis, defisiensi B12, gangguan elektrolit, keracunan logam
berat, infeksi sistemik,uremia.

2.1.7. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Alprazolam (Xanax) dan paroksetin (Paxil) adalah dua obat yang disctujui U.S.
Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi gangguan panik. Umumnya,
pengalaman menunjukkan keunggulan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
dan clomipramine(Anafrani I) daripada benzodiazepin, monoamine oxidase inhibitor
(MAOI), dan obat trisiklik serta tetrasiklik dalam efektivitas dan toleransi efek yang
merugikan. Sejumlah kecil laporan mengajukan peranan nefazodon (Serzonc) dan
venlafaksin (feffexor).serta buspiron (BuSpar) diusulkan sebagai obat tambahan pada
sejumlah kasus.Antagonis reseptor Beta-adrenergik belum terbukti berguna untuk
gangguan panik.Suatu pendekatan konservatif adalah memulai dengan paroksetin,
sertralin (Zoloft) atau fiuvoxamin (Luvox) pada gangguan panik terisolasi.Jika
diinginkan kendali yang cepat terhadap gejala yang parah.Pemberian singkat
alprazolam harus dimulai bersamaan dengan SSRI; diikuti penurunan dosis
benzodiazepin secara perlahan. Pada penggunaan jangka panjang, fluoxetine (Prozac)
adalah obat efektif untuk panik yang bersamaan dengan depresi walaupun sifat
aklivasi awalnya dapat menyerupai gejala panik selama beberapa minggu sehingga
mungkin tidak dapat ditoleransi dengan baik.2

Tabel 9. Sediaan Obat Anti Panik dan Dosis Anjuran 7


No. Nama Genetik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Imipramine Tofranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/h
2. Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 mg 75-150 mg/h
3. Alprazolam Xanax (Upjohn) Tab.0,25 mg 2-4 mg/h
Tab. 0,50 mg
Tab. 1,00 mg
4. Moclobemide Aurorix (Roche) Tab. 150 mg 300-600 mg/h

Gangguan Cemas 15
5. Sertraline Zoloft (Pfizer) Tab. 50 mg 50-100 mg/h
6. Fluoxetine Prozac (Eli Lily) Cap. 20mg 20-40 mg/h
Elizac (Mersifarma) Cap. 20 mg
Ansi (Bernofarma) Cap.10-20
mg

7. Paraxetine Seroxat (Glaxo Tab. 20 mg 20-40 mg/h


Smith-Kline)
8. Fluvoxamine Luvol (Solvay Tab. 50 mg 50-100 mg/h
Pharma)
9. Citalopram Cipram (Lundbeck) Tab. 20 mg 20-40 mg/h

Terapi kognitif dan Perilaku


Terapi kognitif dan perilaku adalah terapi yang efektif untuk gangguan panik.
Beberapa penelitian telah melibatkan follow up jangka panjang terhadap pasien yang
diobati dengan terapi kognitif dan perilaku telah menemukan bahwa terapi adalah
efektif dalam menghasilkan remisi gejala yang berlangsung lama.2 Terapi kognitif.
Dua pusat utama terapi kognitif untuk gangguan panik adalah instruksi tentang
kepercayaan salah dari pasien dan informasi tentang serangan panik. Instruksi
tentang kepercayaan yang salah berpusat pada kecenderungan pasien untuk keliru
menginterpretasikan sensasi tubuh yang ringan sebagai tanda untuk ancaman
serangan panik, kiamat atau kematian. Informasi tentang serangan panik adalah
termasuk penjelasan bahwa serangan panik jika terjadi tidak mengancam kehidupan.2
Penerapan Relaksasi. Tujuan penerapan relaksasi (contoh latihan relaksasi
Herbert Benson) adalah untuk memasukkan suatu rasa pengendalian pada pasien
tentang kecemasan dan relaksasinya. Melalui penggunaan teknik yang dilakukan
untuk relaksasi otot dan membayangkan situasi yang menimbulkan relaksasi,
pasienbelajar teknik yang dapat membantu mereka melewati serangan panik. 2
Latihan pernapasan. Karena hiperventilasi yang bersamaan dengan
serangan panik kemungkinan disertai dengan beberapa gejala, seperti rasa pening dan
pingsan, satu pendekatan langsung untuk mengendalikan serangan panik adalah
melatih pasien bagaimana mengendalikan dorongannya untuk

Gangguan Cemas 16
melakukan hiperventilasi. Setelah latihan tersebut, pasien dapat menggunakan
teknik untuk membantu mengendalikan hiperventilasi selama suatu serangan panik.2

Terapi psikososial lain


Terapi keluarga. Keluarga pasien dengan gangguan panik dan agorafobia
mungkin menjadi terganggu selama perjalanan gangguan. Terapi keluarga yang
diarahkan untuk mendidik dan mendukung seringkali bermanfaat.2

2.1.8. Perjalanan Gangguan dan Prognosis


Gangguan Panik
Gangguan panik biasanya awitannya pada masa remaja akhir atau masa dewasa
awal walaupun awitan saat masa kanak, masa remaja awal, dan usia pertengahan
juga terjadi. Sesuai jumlah data melibatkan adanya peningkatan stresor psikososial
dengan awitan gangguan panik walaupun tidak ada stresor psikososial yang dapat
diidentifikasi dengan tepat pada sebagian besar kasus.
Gangguan panik, umumnya adalah gangguan yang kronis walaupun perjalanan
gangguannya bervariasi diantara sesama pasien maupun pada seorang pasien. Studi
pengamatan lanjutan jangka panjang gangguan panik sulit diartikan karena studi
tersebut tidak dikontrol untuk efek terapi. Meskipun demikian sekitar 30-40 %
pasien tampak bebas gejala pada pengamatan jangka panjang; sekitar 50% memiliki
gejala yang cukup ringan sehingga tidak mengganggu kehidupan secara signifikan;
dan sekitar 10-20% terus mengalami gejala yang bermakna.
Setelah satu atau dua serangan panik yang pertama, pasien mungkin tidak khawatir
mengenai keadaan mereka; meskipun demikian, dengan berulangnya serangan,
gejala tersebut dapat menjadi perhatian utama. Pasien dapat berupaya merahasiakan
serangan paniknya sehingga menyebabkan keluarga dan temannya khawatir akan
perubahan perilaku pasien yang tidak dapat dijelaskan. Frekuensi dan keparahan
serangan dapat berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali dalam sehari
atau kurang dari sekali dalam sebulan. Asupan kafein dalam nikotin yang berlebihan
dapat memperberat gejala.

Gangguan Cemas 17
Agorafobia
Sebagian besar kasus agorafobia dianggap disebabkan gangguan panik. Ketika
gangguan panik diobati, agorafobia sering membaik seiring waktu. Untuk
memperbaiki agorafobia yang cepat dan sempurna, kadang-kadang diindikasikan
terapi perilaku. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik sering menimbulkan
ketidakmampuan dan bersifat kronis, serta gangguan depresifdan ketergantungan
alkohol sering mempersulit perjalanan gangguan.2

2.2. Fobia Spesifik dan Fobia Sosial


2.2.1. Definisi
Bentuk fobia mengacu kepada ketakutan yang berlebihan terhadap benda,
lingkungan, atau situasi yang spesifik. Fobia spesifik adalah ketakutan yang kuat
dan menetap terhadap benda atau situasi, sedangkan fobia social adalah ketakutan
yang kuat dan menetap terhadap situasi yang memalukan dapat terjadi. Diagnosis
baik fobia spesifik maupun sosial memerlukan peningkatan intensitas cemas,
bahkan sampai pada titik panik, saat dihadapkan pada objek maupun situasi yang
menakutkan.
Orang-orang dengan fobia yang spesifik dapat mengantisipasi bahaya, seperti
digigit anjing, atau mungkin dapat menjadi panik pada saat berpikiran kehilangan
control; contohnya, jika mereka takut berada dalam elevator, mereka dapat menjadi
khawatir ataupun pingsan setelah pintu tertutup. Orang dengan fobia social (dikenal
dengan social anxiety disorder) memiliki ketakutan berlebihan akan dipermalukan
di depan umum, seperti berbicara di hadapan public, buang air kecil di toilet umum
(shy bladder), dan berbicara kepada teman kencan. Fobia sosial umum, yang sering
kali kronik dan meniadakan kondisi yang dikarakteristikan dengan penghindaran
fobia dari situasi yang lebih sering, dapat sulit dibedakan dari avoidant personality
disorder.2

2.2.3. Etiopatogenesis
Prinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan faktor
perilaku.1
Gangguan Cemas 18
Faktor Psikoanalitik
Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik, merupakan penjelasan
analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk
menyadarkan ego, bahwa dorongan terlarang di alam bawah sadar yang akan
memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme pertahanan
melawan daya insting yang mengancam. Fobia merupakan hasil konflik yang
terpusat pada masalah masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Jika tindakan
represi untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan mengaktifkan
mekanisme pertahanan yang berupa “mengalihkan” (displacement), dimana masalah
yang tidak selesai dari masa kanak-kanak akan dialihkan kepada objek atau situasi
yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Objek atau situasi
tersebut menjadi simbol dari masalah yang dahulu dialaminya
(Symbolization).2
Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri dari tiga hal, yakni
represion, displacement, dan symbolization. Sehingga rasa cemas tersebut teratasi
dengan membentuk phobic neurosis.2
Pada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga datang dari rasa malu
yang mempengaruhi superego. Setiap orang dilahirkan dengan tingkat temperamen
yang berbeda yang menyebabkan mereka dapat menangani stimuli stress dari luar
dengan cara yang berbeda. Dalam memunculkan fobia, diperlukan tingkat stress
yang cukup, seperti kekerasan dalam rumah tangga, terkucilkan dari kehidupan
sosial sampai kehilangan orang yang dicintai.2

Faktor Perilaku
John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia, dimana fobia muncul dari
rasa cemas dari stimuli yang menakutkan yang muncul bersamaan dengan stimuli
kedua yang bersifat netral. Jika dua stimuli dihubungkan bersamaan, stimuli netral
tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri. Contohnya pada
seseorang yang fobia dengan kucing, dahulu ia pernah dicakar oleh kucing, dimana
cakaran tersebut merupakan stimuli yang menakutkan, sedangkan kucing tersebut

Gangguan Cemas 19
merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli tersebut muncul secara
bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi stimuli yang menakutkan.
Teori pembebasan perilaku menyatakan , kecemasan adalah dorongan yang
memotivasi organisme melakukan perilaku tertentu untuk menghilangkan pengaruh
yang menyakitkan. Teori ini dapat diaplikasikan pada fobia spesifik terhadap situasi
tertentu atau fobia sosial, dengan contoh dimana seseorang dapat menghindari
berbicara didepan khayalak ramai. Organisme belajar, dengan tindakan tertentu
dapat menghilangkan stimulus yang mendatangkan kecemasan Penghindaran
tersebut menjadi gejala yang stabil karena efektif dalam melindungi seseorang dari
kecemasan fobik.2

2.2.4. Tanda dan Gejala


Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
Seseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus fobianya, bahkan
sampai pada taraf yang berlebihan. Contohnya seorang pasien fobia mungkin
menggunakan bus untuk bepergian jarak jauh daripada pesawat terbang. Seringkali,
pasien dengan gangguan fobia juga memiliki masalah dengan gangguan
penggunaan zat-zat terlarang sebagai upaya pelarian mereka dari rasa cemas
tersebut. Selain itu, diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga memiliki
keadaan depresif yang berat.
Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. Pasien
umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.
Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.1,2
2.2.5. Pedoman Diagnostik
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IVTR)
Fobia Spesifik

Gangguan Cemas 20
Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (
DSMIV-TR ), menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan dengan hasil
revisi kesepuluh dari International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problems ( ICD-10 ). 5
DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditandai oleh
adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik (misalnya, naik pesawat
terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan, melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan segera, dapat
berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau predisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, diam
membeku, atau melekat erat menggendong.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau dengan
penderitaan yang jelas.
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara
bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau
aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas
karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan objek atau
situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti Gangguan
Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran dengan obsesi tentang
kontaminasi), Gangguan Stres pascatrauma (misalnya,penghindaran stimulus yang
berhubungan dengan stresor yang berat0, Gangguan Cemas Perpisahan
(misalnya,menghindari sekolah), Fobia Sosial (misalnya,menghindari situasi sosial

Gangguan Cemas 21
karena takut merasa malu), Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia Tanpa
Riwayat Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :
• Tipe Binatang
• Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air)
• Tipe Darah, Injeksi, Cedera
• Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator, tempat tertutup)
• Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap penyakit ; pada
anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter bertopeng).

Dalam table ini, kriteria A dan B telah disebutkan didalam DSM-IV-TR untuk
memberikan kemungkinan jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat
mencetuskan serangan panik. Kontras dengan gangguan serangan panik, serangan
panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. Fobia
darahsuntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respon yang
berbeda dari fobia tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.
Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada benda yang menjadi
stimulus fobia. Berikut di bawah ini adalah contoh fobia spesifik yakni :
Acrophobia Takut akan ketinggian
Agoraphobia Takut akan tempat terbuka
Ailurophobia Takut akan kucing
Hydrophobia Takut akan air
Claustrophobia Takut akan tempat tertutup
Cynophobia Takut akan anjing
Mysophobia Takut akan kotoran dan kuman
Pyrophobia Takut akan api
Xenophobia Takut akan orang yang asing
Zoophobia Takut akan hewan

Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial dapat diikuti
dengan serangan panik. DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia sosial yang
bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi, prognosis, dan respon
terhadap terapi. DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia sosial bila gejala yang

Gangguan Cemas 22
timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi karena rasa malu dari
kelainan mental atau non-mental.5
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social Phobia
A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau
memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak
dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan atau
memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya untuk
melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan kecemasan
hanya terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam interaksi dengan
orang dewasa.
B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan
kecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai
dipredisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangism
tantrumm diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan orang
asing.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi adalah
dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti
secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik),
atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan
yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.

G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum dan
tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya, Gangguan Panik
Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan

Gangguan Cemas 23
Dismorfik Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif, atau Gangguan Kepribadian
Skizoid).
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau Bulimia
Nervosa.
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga pertimbangkan
diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)

2.2.6. Diagnosis Banding


Kondisi medis non-psikiatrik yang dapat mencetuskan fobia berupa
penggunaan obat-obat atau zat-zat terlarang, tumor sistem saraf pusat, dan penyakit
serebrovaskuler. Skizofrenia merupakan diagnosis banding untuk fobia spesifik dan
fobia sosial. Hal ini dikarenakan fobia dapat menjadi salah satu gejala psikosis
mereka. Namun berbeda dengan pasien skizofrenia, pasien yang mengalami fobia
menyadari ketidaklogisan dari rasa cemasnya dan tidak memiliki imajinasi yang
bizar seperti pada psikosis.1,2

Dalam penegakan diagnosis banding, harus mempertimbangkan gangguan


serangan panik, agoraphobia, dan gangguan pribadi menghindar. Pada kasus-kasus
individual, penegakan diagnosisnya cukup sulit, namun secara umum pasien yang
mengalami fobia akan segera merasa cemas ketika dihadapkan dengan stimulannya.
Dan umumnya pada fobia sosial, pasien akan merasa cemas bila dihadapkan pada
situasi yang spesifik.
Pasien dengan agoraphobia merasa nyaman dengan adanya orang lain dalam
situasi yang menimbulkan kecemasan, berbeda dengan pasien dengan fobia sosial
akan semakin merasa cemas. Gejala pada fobia sosial berupa wajah yang
kemerahan, kedutan otot, dan rasa cemas yang menyebabkannya ingin segera
meninggalkan situasi mencemaskan tersebut.1,2

Diagnosis banding untuk fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan


obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid. Hipokondriasis dibedakan

Gangguan Cemas 24
dimana pasien merasa sudah sakit, sedangkan fobia pasien merasa takut akan
terkena penyakit. Pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, penegakan
diagnosis lebih sulit karena untuk membedakan alasan mereka menjauhi stimulan
tersebut kadang-kadang kurang jelas. Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
akan cenderung menghindari segala macam stimuli dibandingkan dengan fobia
spesifik yang akan merasa cemas hanya pada stimuli tertentu.1,2

Diagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif berat dan
gangguan kepribadian schizoid. Penghindaran dari segala bentuk sosialisasi akan
mengarah pada gangguan depresi berat. Pada gangguan kepribadian schizoid, pasien
umumnya tidak ingin berinteraksi dibandingkan takut berinteraksi dengan
sosial.5

2.2.7. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa macam bentuk terapi, yakni terapi perilaku, psikoterapi dan
berbagai modalitas terapi lainnya.

Terapi Perilaku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
perilaku. Kesuksesan terapi ini bergantung pada :
• komitmen pasien dengan terapi
• permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
• berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.

Psikoterapi
Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa psikoterapi merupakan terapi yang
terutama, namun dengan seiring berjalannya waktu, psikiater dihadapkan pada
kenyataan bahwa psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari respon
pasien terhadap stimulus tersebut. Kemudian para psikiater berinisiatif untuk
menghimbau pasien menghadapi sumber-sumber kecemasannya.2

Gangguan Cemas 25
Terapi Lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi gangguan
fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi bahwa objek
fobik tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada pasien sebagai
metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan
terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif menghadapi objek
fobik selama pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis reseptor α-2 adrenergik
dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik, benzodiazepine, psikoterapi, atau
terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus fobia spesifik. Pasien dengan fobia
sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna untuk menangani gangguan fobia
sosial. Menggabungkan kedua bentuk terapi diduga meningkatkan efektivitas terapi.
Obat-obatan yang dapat digunakan pada fobia sosial berupa :2

• Selective Serotonin Reuptake Inhibitor


• Benzodiazepine
• Venlafaxine
• Buspirone
2.3. Gangguan Obsesif Kompulsif
2.3.1. Definisi
Gangguan Obsesif-Kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang
yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress atau hendaya yang bermakna. Obsesi
adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea, impuls yang berulang dan intrunsif.
Kompulsif adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadar iseperti menghitung,
memeriksa dan menghindari. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan
kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan
ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan
kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat ego distonik.1,2

2.3.3. Etiopatogenesis
Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktorial, yaitu interaksi antara
factor biologik, genetik, dan faktor psikososial.2,6

Gangguan Cemas 26
2.3.4. Tanda dan Gejala
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti :
1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam kesadaran
individu
2. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh
3. Obsesi dan kompulsi yang egoalien
4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan
irasional
5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk
melawan

Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu :


1. Kontaminasi
Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai
terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti
dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci
pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrunsif tidak disertai kompulsi, biasanya
pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak
lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur
kumis dan janggut.
Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotillomania, dan menggigit-
gigit jari.6,7,8

Gangguan Cemas 27
2.3.5. Pedoman Diagnostik
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV :
A. Salah satu Obsesif atau kompulsif
Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap
yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada
selama periode gangguan.
2. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang
nyata.
3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan.
4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari
pikirannya sendiri tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan).5

Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)


1. Perilaku yang berulang (misalnya : cuci tangan, mengecek) atau aktivitasmental
(berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa
terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang
dilakukan secara kaku.
2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress
atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas mental tidak
berhubungan dengan cara yang realistic untuk mencegah atau menetralisir.

B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi
dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku
pada anak.
C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan
waktu lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi
pekerjaan atau akademikatau aktivitas social.
D. Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait
dengan gangguan tersebut.

Gangguan Cemas 28
E. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum.

Kondisi khusus jika :


Dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa
obsesi dan kompulsi berat dan tidak beralasan5

2.3.6. Diagnosis Banding


- Kondisi medik tertentu
- Gangguan Tourette

2.3.7. Penatalaksanaan
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah factor
biologik, maka pengobatan yang disarakan adalah pemberian farmakoterapi dan
terapi perilaku. Banyak pasien gangguan obsesi-kompulsif yang resisten terhadap
usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku.
Walaupun dasar gangguan obsesif-kompulsif adalah biologik, namun gejala
obsesifkompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat
pasien menolak akan pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap pengobatan
sering memperbaiki kepatuhan berobat.
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi
perilaku lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif.9,10

2.4. Gangguan Stress Postraumatik (Post Traumatic Stress Disorder) dan


Gangguan Stress Akut
2.4.1. Definisi
Ketika dalam bahaya, itu wajar untuk merasa takut. Ketakutan ini memicu
banyak perubahan sepersekian detik dalam tubuh untuk mempersiapkan diri untuk
melawan bahaya atau untuk menghindarinya (fight or flight). Tanggapan ini
"fightor-flight" adalah reaksi yang sehat dimaksudkan untuk melindungi seseorang

Gangguan Cemas 29
dari bahaya. Tapi dalam gangguan stres pasca-trauma (PTSD), reaksi ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Orang yang memiliki PTSD mungkin merasa stres
atau ketakutan bahkan ketika mereka tidak lagi dalam bahaya.
PTSD adalah gangguan kecemasan yang melibatkan reaksi yang sangat
spesifik berikut paparan suatu peristiwa atau stressor yang sangat traumatis
(misalnya, cedera serius terhadap diri sendiri, menyaksikan tindakan kekerasan,
mendengar tentang sesuatu yang mengerikan yang telah terjadi pada seseorang yang
dekat dengan penderita). Data dari sejumlah studi menunjukkan bahwa antara 51
dan 89 persen orang dewasa yang terkena setidaknya berpotensi mengalami satu
trauma peristiwa dalam hidup mereka.
PTSD berkembang/muncul setelah cobaan yang mengerikan yang melibatkan
gangguan fisik atau ancaman kekerasan fisik. Orang yang menderita PTSD
mungkin adalah orang yang dirugikan, mungkin terjadi gangguan pada orang yang
dicintai, atau mungkin orang yang telah menyaksikan peristiwa berbahaya yang
terjadi terhadap orang yang dicintai atau orang asing.1,2

Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang melalui kejadian
berbahaya menderita PTSD. Bahkan, sebagian besar tidak mengalami gangguan.
Banyak faktor yang berperan pada seseorang yang akan menderita PTSD. Beberapa
faktor risiko yang membuat seseorang memiliki kemungkinan untuk mendapatkan
PTSD. Faktor-faktor lain, yang disebut faktor ketahanan, dapat membantu
mengurangi risiko gangguan. Beberapa faktor risiko dan ketahanan yang sudah ada
menjadi penting selama dan setelah peristiwa traumatis.

2.4.3. Etiopatogenesis
1. Gen.
Para peneliti juga menemukan versi dari gen 5-HTTLPR, yang mengontrol
kadar serotonin - zat kimia otak yang terkait dengan suasana hati yang muncul
sebagai respon rasa takut. Seperti gangguan mental lainnya, ada kemungkinan
bahwa banyak gen dengan efek kecil yang berperan dalam munculnya PTSD.2

Gangguan Cemas 30
2. Area otak.
Dengan mempelajari bagian otak yang terlibat dalam pembentukan rasa
takut dan stress membantu peneliti untuk lebih memahami kemungkinan penyebab
PTSD. Salah satu struktur otak tersebut adalah amigdala, yang dikenal karena
perannya dalam emosi, belajar, dan memori. Amigdala tampaknya aktif dalam
akuisisi ketakutan atau belajar untuk takut terhadap suatu kondisi (seperti
menyentuh kompor panas), serta pada tahap awal hilangnya ketakutan atau fase
belajar untuk tidak takut.8
Menyimpan kenangan menakutkan dan meredam respon rasa takut
tampaknya melibatkan korteks prefrontal (PFC) daerah otak, dimana bagian ini juga
terlibat dalam tugas-tugas seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan
penilaian. Daerah tertentu dari PFC memainkan peran yang sedikit berbeda. Sebagai
contoh, ketika dianggap sumber stres terkendali, medial PFC menekan kerja
amigdala di alarm pusat yang berada jauh di batang otak dan mengontrol respon
terhadap stres. Lobus ventromedial PFC membantu mempertahankan memori
menakutkan jangka panjang, dan ukuran daerah otak ini dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk penyimpanan.
Perbedaan pada setiap individu dalam gen atau daerah otak dapat mengatur
muncul tidaknya gejala PTSD. Faktor lingkungan, seperti trauma masa kecil, cedera
kepala, atau riwayat penyakit mental, mungkin lebih meningkatkan risiko seseorang
dimana mempengaruhi pertumbuhan awal otak. Juga, kepribadian dan faktor
kognitif, seperti optimisme dan kecenderungan untuk melihat tantangan dengan cara
yang positif atau negatif, serta faktor-faktor sosial, seperti ketersediaan dan
penggunaan dukungan sosial, tampaknya mempengaruhi bagaimana orang
menyesuaikan diri dengan trauma. Penelitian lebih lanjut mungkin menunjukkan
apa kombinasi ini atau mungkin faktor lain dapat digunakan suatu hari nanti untuk
memprediksi siapa yang akan mengembangkan PTSD setelah peristiwa traumatis.2,8

2.4.4. Tanda dan Gejala


PTSD dapat menimbulkan banyak gejala. Gejala ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori:

Gangguan Cemas 31
1. Gejala “Berulang-ulang”
• Kilas balik - mengenang trauma berulang, termasuk gejala fisik seperti
jantung berdebar atau berkeringat
• Mimpi buruk
• Pikiran Menakutkan.
Gejala yang dialami kembali dapat menyebabkan masalah dalam rutinitas
sehari-hari seseorang. Mereka bisa mulai dari pikiran dan perasaan orang itu
sendiri. Kata-kata, benda, atau situasi yang berhubungan dapat pula menjadi
memicu munculnya PTSD.1,2

2. Gejala “Menghindar”
• Sengaja tinggal jauh dari tempat atau benda pengingat memori yang
menakutkan
• Membuat mati rasa secara emosional
• Rasa bersalah yang kuat, depresi, atau khawatir
• Kehilangan minat dalam kegiatan yang menyenangkan di masa lalu
• Memiliki kesulitan mengingat peristiwa yang berbahaya.
Hal-hal yang mengingatkan orang tentang peristiwa traumatik dapat memicu
kembali PTSD. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan seseorang untuk
mengubah rutinitas pribadinya. Sebagai contoh, setelah kecelakaan mobil
yang parah, orang yang biasanya berkendara mungkin menghindari
mengemudi atau mengendarai mobil.

3. Gejala “hyperarousal”
• Menjadi mudah terkejut
• Merasa tegang atau "di tepi"
• Memiliki kesulitan tidur, dan / atau memiliki luapan kemarahan.
Gejala hyperarousal biasanya konstan, tidak dipicu oleh hal-hal yang
mengingatkan salah satu peristiwa traumatis. Mereka bisa membuat
seseorang mendadak merasa stres dan marah. Gejala-gejala ini dapat

Gangguan Cemas 32
membuat sulit untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari, seperti tidur, makan,
atau berkonsentrasi.
Merupakan hal wajar untuk memiliki beberapa gejala setelah peristiwa
berbahaya. Kadang-kadang orang memiliki gejala yang sangat serius yang
hilang setelah beberapa minggu. Ini disebut gangguan stres akut, atau ASD.
Ketika gejala berlangsung lebih dari beberapa minggu dan menjadi masalah
yang berkelanjutan, mereka mungkin menderita PTSD. Beberapa orang
dengan PTSD tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau
bulan.2,8

Gejala PTSD pada anak dan remaja


Anak-anak dan remaja dapat memiliki reaksi ekstrim terhadap trauma, tetapi
gejala mereka mungkin tidak sama dengan orang dewasa. Pada anak-anak yang
sangat muda, gejala ini dapat meliputi:
• Mengompol, ketika mereka telah belajar bagaimana cara menggunakan toilet
• Melupakan bagaimana atau bahkan tidak mampu untuk berbicara
• Memerankan acara menakutkan selama bermain
• Menjadi luar biasa manja dan bergantung dengan orang tua atau orang dewasa
lainnya.
Anak-anak dan remaja biasanya menunjukkan gejala lebih seperti yang terlihat pada
orang dewasa. Mereka juga dapat berkembang menjadi anak yang nakal,
mengganggu, berperilaku tidak sopan, atau destruktif. Anak-anak yang lebih besar
atau remaja dapat merasa bersalah karena tidak mampu mencegah terjadinya suatu
cedera atau kematian. Mereka juga mungkin memiliki pikiran untuk membalas
dendam.

2.4.5. Pedoman Diagnostik


Berdasarkan kriteria dari Edisi Keempat dari Diagnostik dan Statistik Manual of
Mental Disorders, Teks Revisi (DSM-IV-TR, American Psychiatric Association,
2000)

Gangguan Cemas 33
• Adanya Paparan terhadapTrauma - Seseorang yang telah terkena trauma, di mana
ia telah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa yang melibatkan ancaman
kematian, cedera serius, atau ancaman terhadap kesejahteraan fisik diri sendiri
atau orang lain. Hanya ancaman fisik yang dapat dihitung dalam definisi trauma
dalam PTSD. Situasi yang merupakan ancaman psikologis (misalnya, perceraian,
dikritik oleh orang yang dicintai, yang menggoda) tidak dianggap trauma dalam
definisi PTSD, meskipun mereka dapat menyebabkan kesulitan bagi individu.
• Respon ketakutan, tidak berdaya, atau Horror - Respon langsung terhadap trauma
salah satunya adalah ketakutan, tak berdaya atau horor (pada anak-anak,
mungkin respon yang melibatkan perilaku tidak teratur atau agitasi). Jadi, jika
salah satu respon terutama seorang individu terhadap trauma merupakan
kesedihan atau kerugian bukannya rasa takut (ini sering terjadi setelah kematian
orang yang dicintai yang sakit), tidak akan didiagnosis PTSD.
• Gejala mengalami Trauma berulang - Individu terus-menerus kembali
mengalami trauma di setidaknya satu dari cara berikut:
1. Kenangan berulang dan mengganggu, gambar, dan pemikiran tentang trauma.
2. Mimpi berulang dan mengganggu atau mimpi buruk tentang trauma
3. Bertindak atau merasa seolah-olah trauma itu terjadi lagi (pengalaman ini
sering disebut kilas balik). Ini mungkin termasuk halusinasi (misalnya,
melihat hal-hal atau mendengar suara-suara yang hadir selama trauma,
meskipun mereka tidak benar-benar ada saat ini), salah menafsirkan hal-hal
yang mendengar atau melihat (misalnya, yang yakin bahwa suara kembang
api di kejauhan sebenarnya suara tembakan).
4. Menjadi terganggu secara emosional saat terkena pencetus trauma, termasuk
sensasi fisik yang hadir selama trauma atau pengingat situasional (misalnya,
jalan di mana trauma terjadi, peringatan trauma).
5. Menjadi terangsang secara fisik (misalnya, sesak napas, jantung berdebar)
setelah terkena pengingat trauma, termasuk sensasi fisik yang hadir selama
trauma atau pengingat situasional (misalnya, jalan di mana trauma terjadi,
peringatan trauma).

Gangguan Cemas 34
• Gejala Penghindaran dan Mati rasa secara Emosional - Individu menghindari
pemicu dan pengingat trauma, atau mengalami mati rasa secara emosional,
seperti yang ditunjukkan oleh setidaknya tiga dari fitur berikut:
1. Menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan yang mengingatkan
individu dari trauma.
2. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang mengingatkan individu
trauma.
3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
4. Kurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang signifikan, seperti
bersosialisasi, pekerjaan, dan hobi.
5. Merasa terpisah atau berbeda dari orang lain.
6. Ketidakmampuan untuk menikmati hal-hal atau mengalami emosi positif
(misalnya, merasa "datar").
7. Sebuah arti bahwa masa depan seseorang akan dipersingkat. Sebagai contoh,
mungkin sulit membayangkan memiliki karier, menikah, memiliki anak, atau
memiliki jangka hidup yang normal.
• Gejala Peningkatan Gairah dan Kewaspadaan - Individu memiliki gejala gairah
dan kewaspadaan yang tidak hadir sebelum trauma, seperti yang ditunjukkan
oleh setidaknya dua dari fitur berikut:
1. Kesulitan jatuh atau tidur.
2. Merasa tersinggung dan marah-marah, atau mengalami ledakan kemarahan
dan amarah.
3. Kesulitan berkonsentrasi.
4. Hypervigilance (misalnya, selalu berjaga-jaga, melihat dari atas bahu
seseorang sambil berjalan menyusuri jalan, dll)
5. Menjadi sangat terkejut dengan mudah (misalnya, melompat ketika telepon
berdering).
• Masalah atau gejala harus berlangsung setidaknya satu bulan untuk diagnosis
PTSD.1,2

Gangguan Cemas 35
2.4.6. Penatalaksanaan
Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi "bicara". Terapi ini harus melibatkan seorang
profesional kesehatan mental. Psikoterapi dapat terjadi satu-satu atau dalam
kelompok. Terapi bicara untuk PTSD biasanya berlangsung 6 sampai 12 minggu,
tetapi dapat pula mengambil lebih banyak waktu. Penelitian menunjukkan bahwa
dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat menjadi bagian terpenting dari
terapi. Banyak jenis psikoterapi dapat membantu orang dengan PTSD. Salah satu
terapi yang dapat membantu disebut terapi perilaku kognitif, atau CBT. Ada
beberapa bagian untuk CBT, termasuk:
• Terapi Exposure.
Terapi ini membantu orang menghadapi dan mengendalikan ketakutan
mereka. Karena dengan menghadapkan mereka kepada trauma yang mereka alami
dengan cara yang aman. Menggunakan citra mental, menulis, atau kunjungan ke
tempat di mana peristiwa itu terjadi. Terapis menggunakan alat ini untuk membantu
orang dengan PTSD mengatasi kekacauan perasaan mereka.
• Kognitif restrukturisasi.
Terapi ini membantu orang memahami kenangan buruk. Kadang-kadang
orang mengingat peristiwa berbeda dari bagaimana hal itu terjadi. Mereka mungkin
merasa bersalah atau malu tentang apa yang bukan kesalahan mereka. Terapis
membantu orang dengan PTSD melihat apa yang terjadi dengan cara yang realistis.
• Pelatihan inokulasi Stres.
Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan mengajar orang
bagaimana untuk mengurangi kecemasan. Seperti restrukturisasi kognitif, perawatan
ini membantu orang melihat kenangan mereka dengan cara yang sehat.
Jenis lain dari pengobatan juga dapat membantu orang dengan PTSD. Orang
dengan PTSD harus bicara tentang semua pilihan pengobatan dengan terapis
mereka.1,2

Gangguan Cemas 36
Terapi Bicara
Terapi Bicara mengajarkan orang cara berguna untuk bereaksi terhadap
peristiwa menakutkan yang memicu gejala PTSD mereka. Berdasarkan tujuan
umum tersebut, berbagai jenis terapi dapat:
• Ajarkan tentang trauma dan dampaknya.
• Gunakan relaksasi dan keterampilan mengendalikan amarah.
• Memberikan tips untuk tidur yang lebih baik, diet, dan kebiasaan
olahraga.
• Membantu orang mengidentifikasi dan menangani rasa bersalah,
malu, dan perasaan lain tentang kejadian tersebut.
• Fokus pada perubahan bagaimana orang bereaksi terhadap gejala
PTSD mereka. Misalnya, terapi membantu orang mengunjungi tempat-tempat
dan orangorang yang pengingat dari trauma.

Obat-obatan
US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui dua obat untuk
mengobati orang dewasa dengan PTSD:
• Sertraline (Zoloft)
• Paroxetine (Paxil)
Kedua obat ini adalah antidepresan, yang juga digunakan untuk mengobati
depresi. Kadang-kadang orang yang memakai obat ini memiliki efek samping.
Dampaknya bisa mengganggu, tetapi mereka biasanya pergi. Namun, obat
mempengaruhi setiap orang berbeda. Setiap efek samping atau reaksi yang tidak
biasa harus dilaporkan ke dokter segera.

2.5. Gangguna Cemas Menyeluruh


2.5.1. Definisi
Rasa cemas dapat dikonsepkan sebagai respon normal dan adaptif terhadap
ancaman yang megharuskan seseorang untuk lari ataupun melawan. Orang yang

Gangguan Cemas 37
tampak cemas patologis mengenai hampir semua hal cenderung di golongkan
memiliki gangguan cemas menyeluruh.1,2

2.5.3. Etiopatogenesis
Faktor biologis

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ansietas menyeluruh
adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak.
Basal ganglia, system limbic dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
etiologi timbulnya gangguan ansietas menyeluruh. Pada pasien dengan gangguan
ansietas menyeluruh juga ditemukan system serotonergik yang abnormal.
Neurotransmitter yang berkaitan dengan gangguan ansietas menyeluruh adalah
GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin.
Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography) pada pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh ditemukan penurunan metabolism di ganglia basal
dan massa putih otak.2,8

Faktor genetik

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetic pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita.
Sekitar 25 % dari keluarga tingkat pertama penderita gangguan ansietas menyeluruh
juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
didapatkan angka 50 % pada kembar monozigot dan 15 % pada kembar dizigotik.2,8

Teori psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik


bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitive ansietas
dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih
matang lagi ansietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting.
Ansietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sedangkan ansietas superego

Gangguan Cemas 38
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya
sendiri (merupakan ansietas yang paling matang)2

Teori kognitif perilaku

Penderita gangguan ansietas menyeluruh berespons secara salah dan tidak


tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negative pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan
pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.1,2

2.5.4. Tanda dan Gejala


Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Ansietasnya berlebihan dan
menganggu aspek kehidupan lain. Ketegangan motorik paling sering tampak
sebagai gemetar, gelisah, dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom sering
bermanifestasi sebagai nafas pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai
gejala gastrointestinal. Kesiagaan kognitif terlihat dengan adanya iritabilitas dan
mudahnya pasien merasa terkejut.
Pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum
atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatic mereka. Selain itu,
pasien pergi ke dokter spesialis untuk gejala spesifik (contohnya diare kronis).
Gangguan medis spesifik nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien
bervariasi saat mencari dokter. Sejumlah pasien menerima diagnosis gangguan
ansietas menyeluruh dan terapi yang sesuai; lainnya mencari konsultasi medis
tambahan untuk masalah mereka.

2.5.5. Pedoman Diagnostik


Criteria diagnosis DSM-IV-TR memasukkan criteria yang membantu klinisi
membedakan gangguan ansietas menyeluruh,, ansietas normal, dan gangguan mental
lain.
Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh2,5

Gangguan Cemas 39
A. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi hanmpir
setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
(seperti bekerja atau bersekolah)
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya. Ansietas dari
kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala berikut (dengan
beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).
C. Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
puas)
D. Focus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan
Aksis I, misalnya ansietas atau cemas bukan karena mengalami serangan panic
(seperti pada gangguan panic), merasa malu berasa di keramaian (seperti pada fobia
sosial), merasa kotor (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabat dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah berat badan
(seperti pada anorexia nervosa), mengalami keluhan fisik berganda (seperti gangguan
somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), juga
ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stress pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang secara klinis
bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan) atau keadaan medis umum (misalnya hipertiroidisme)
dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan
pervasive.

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical Manual of Mental


Disorder. Edisi ke-4. rev. Text rev. Washington, DC. American psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin.

Gangguan Cemas 40
2.5.6. Diagnosis Banding
Gangguan ansietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat.
Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes
fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alcohol,
hipnotiksedatif, dan anxioltik.
Gangguan psikiatri lain yang merupakan diagnosis bandung gangguan
cemas menyeluruh adalah gangguan panic, fobia, gangguan obsesif kompulsif,
hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
gangguan kepribadian. Membedakan gangguan cemas menyeluruh dengan gangguan
depresi dan distimik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini sering kali terdapat
bersama-sama gangguan cemas menyeluruh.1,2

2.5.7. Penatalaksanaan
PSIKOTERAPI

• Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif
dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama
yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
• Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.
• Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan
komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat memperkirakan sejauh
mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal

Gangguan Cemas 41
kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.

FARMAKOTERAPI

Benzodiazepine. Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine


dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapi respon terapi. Lama
pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off
selama 1-2 minggu.
Buspiron. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding
gejala somatic pada gangguan cemas menyeluruh. Tidak menyebabkan withdrawal.
Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan buspiron kemudian
dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 mnggu, disaat efek terapi buspiron
sudah mencapai maksimal.
Selective serotonin reuptake inhibitors. Sertralin dan paroxetin merupakan pilihan
yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan
ansietas sesaat. SSRI selektif terutama pada pasien dengan gangguan cemas
menyeluruh dengan riwayat depresi.

Obat lain. Obat lain yang telah terbukti berguna untuk gangguan ansietas
menyeluruh mencakup obat trisiklik atau tetrasiklik. Antagonis reseptor β-adrenergik
dapat mengurangi manifestasi somatic ansietas tetapi tidak keadaan yang mendasari,
dan penggunaannya biasanya terbatas pada ansietas situasional seperti ansietas
penampilan. Nefazodon yang juga digunakan pada depresi, telah terbukti
mengurangi ansietas dan mencegah gangguan panic.

2.6. Gangguan Cemas Lainnya


2.6.1. Gangguan ansietas akibat keadaan medis umum
Banyak gangguan medis dikaitkan dengan ansietas. Gejala dapat mencakup
serangan panik, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda distress lain.

Gangguan Cemas 42
Pada semua kasus, tanda dan gejala disebabkan efek fisiologis langsung keadaan
medis.1

2.6.1.3 Diagnosis
Diagnosis gangguan ansietas akibat keadaan medis umum menurut revisi
keempat diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-IV-TR)
mensyaratkan adanya gejala gangguan ansietas. DSM-IV-TR memungkinkan klinisi
merinci apakah gangguan ini ditandai dengan gejala ansietas menyeluruh, serangan
panic, atau gejala obsesif kompulsif.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Ansietas Akibat Keadaan Umum
A. Ansietas, serangan panic, atau obsesi maupun kompulsif menonjol dan mendominasi
gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temua laboratorium bahwa
gangguan ini merupakan akibat fisiologis langsung suatu keadaan medis umum.
C. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain (contohnya
gangguan penyesuaian dengan ansietas yang stresornya adalah keadaan medis umum

yang serius)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi saat delirium
E. Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
dalam area fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
Tentukan jika :
Dengan ansietas menyeluruh : jika ansietas atau kekhawatiran berlebihan mengenai
sejumlah peristiwa atau aktivitas mendominasi gambaran klinis.
Dengan serangan panic : jika serangan panic mendominasi gambaran klinis
Dengan gejala obsesif kompulsif : jika obsesi atau kompulsi mendominasi gambaran
klinis
Catatan pemberian kode : mencakup nama keadaan medis umum pada Aksis I,
contohnya gangguan ansietas akibat feokromositoma dengan ansietas menyeluruh, juga
beri kode keadaan medis umum pada aksis III.

Gangguan Cemas 43
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington DC. American Psychiatric Association, copyright
2000, dengan izin.

2.6.1.4. Gambaran Klinis


Gejala gangguan ansietas akibat keadaan medis umum dapat identik dengan
gejala gangguan ansietas primer. Suatu sindrom yang serupa dengan gangguan panic
adalah gambaran klinis yang paling lazim. Pasien yang memiliki kardiomiopati dapat
memiliki insiden paling tinggi untuk gangguan panikakibat keadaan medis umum.
Satu studi melaporkan bahwa 83 persen pasien kardiomiopati yang menunggu
transplantasi jantung mengalami gangguan panic. Pada sejumlah studi, sekitar 25
persen pasien dengan penyakit Parkinson dan penyakit paru obstruktif kronis
memiliki gejala gangguan panic. Gangguan medis lain yang dikaitkan dengan
gangguan panic mencakup nyeri kronis, sirosis bilier primer, dan epilepsy, terutama
jika fokusnya berada pada girus parahipokampus kanan. Prevalensi tertinggi gejala
gangguan ansietas menyeluruh akibat gangguan medis tampaknya ada pada penyakit
Grave, pada penyakit ini sebanyak dua pertiga pasien memenuhi criteria gangguan
ansietas menyeluruh.

2.6.1.5. Diagnosis Banding

Pemeriksaan status mental penting dilakukan untuk menentukan adanya gejala


mood atau gejala psikotik yang dapat mengesankan adanya diagnosis psikiatrik lain.
Bagi seorang klinisi, untuk menyimpulkan bahwa seorang pasien mengalami
gangguan ansietas akibat keadaan umum, pasien harus dengan jelas memiliki
ansietas sebagai gejala utama dan harus memiliki gangguan medis nonpsikiatri
spesifik yang menjadi penyebab. Untuk memastikan suatu keadaan medis umum
sebagai penyebab ansietas, klinis harus tahu apakah keadaan medis dan gejala
ansietas berkaitan erat di dalam literature, awitan usia (gangguan ansietas primer
biasanya memiliki awitan sebelum usia 35 tahun), dan riwayat keluarga pasien
dengan gangguan ansietas dan keadaan medis umum yang relevan (contohnya
hipertiroidisme). Diagnosis gangguan penyesuaian dengan ansietas juga harus
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.2

Gangguan Cemas 44
2.6.1.7 Terapi

Terapi utama gangguan ansietas akibat keadaan medis umum adalah terapi
untuk keadaan medis yang mendasari. Jika pasien juga memiliki gangguan
penggunaan alcohol atau zat lain, gangguan ini juga harus diterapi untuk
memperoleh kembali gejala gangguan ansietas. Jika penyingkiran keadaan medis
primer tidak memperbaiki gejala gangguan ansietas, terapi gejala tersebut harus
mengikuti pedoman terapi untuk gangguan jiwa spesifik. Umumnya, teknik
modifikasi perilaku, agen ansiolitik, dan antidepresan serotonergik merupakan
modalitas terapi yang paling efektif.

2.6.2. Gangguan Ansietas yang Dicetuskan Zat


2.6.2.1. Definisi
DSM-IV-TR mencakup gangguan jiwa yang dicetuskan zat di dalam kategori
sindrom gangguan jiwa yang relevan. Dengan demikian, gangguan ansietas yang
dicetuskan zat terkandung di dalam kategori gangguan ansietas.1,2

2.6.2.3. Etiopatogenesis
Suatu kisaran luas zat dapat menyebabkan gejala ansietas yang menyerupai
gangguan ansietas DSM-IV-TR. Walaupun simpatomimetik (seperti amfetiman,
kokain, dan kafein) merupakan zat yang paling sering dikaitkan dengan produksi
gejala gangguan ansietas, banyak obat serotonergik (contohnya lysergic acid
diethylamide [LSD] dan methylenedioxymethamphetaminde [MDMA]) juga dapat
menimbulkan sindrom ansietas akut maupun kronis pada pengguna obat ini. Suatu
kisaran luas obat yang diresepkan juga dikaitkan dengan munculnya gejala gangguan
ansietas pada orang yang rentan.1,2

2.6.2.4. Diagnosis
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR gangguan ansietas dicetuskan zat
mengharuskan adanya ansietas, serangan panic, obsesi atau kompulsif yang
menonjol (table 13.7-2). Pedoman DSM-IV-TR menyatakan bahwa gejalanya harus

Gangguan Cemas 45
timbul selama penggunaan zat atau dalam 1 bulan setelah penghentian penggunaan
zat, tetapi DSM-IV-TR mendorong klinisi untuk menggunakan penilaian klinis yang
sesuai untuk mengkaji hubungan antara pajanan zat dengan gejala ansietas. Struktur
diagnosis mencakup merinci zat (contohnya kokain), merinci keadaan yang sesuai
selama awitan (contohnya intoksikasi), dan menyebut pola gejala spesifik
(contohnya serangan panic).8
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR gangguan ansietas yang dicetuskan zat5
A. Ansietas serangan panic atau obsesi maupun kompusif yang menonjol dan
mendominasi gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
baik (1) atau (2)
1) Gejala pada criteria A timbul selama atau dalam 1 bulan sejak intoksikasi atau
putus zat
2) Penggunaan obat secara etiologis terkait dengan gangguan ini
C. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan ansietas yang
bukan dicetuskan zat. Bukti bahwa gejala disebabkan oleh gangguan ansietas yang
bukan dicetuskan zat dapat mencakup hal berikut: gejala mendahului awitan
penggunaan zat (atau penggunaan obat); gejala bertahan untuk suatu periode waktu
tertentu (contoh sekitar satu bulan) setelah penghentian zat akut atau intoksikasi
berat atau gejala sangat melebihi yang diharapkan pada jenis maupun jumlah zat
yang digunakan dan durasi penggunaannya; atau terdapat bukti lain, yang
mengesankan terdapat gangguan ansietas yang tidak dicetuskan zat (contoh riwayat
episode berulang yang tidak dicetuskan zat). D. Gangguan tidak hanya terjadi saat
delirium.
E. Gangguan menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Catatan : diagnosis harus dibuat sebagai pengganti diagnosis intoksikasi zat atau

Gangguan Cemas 46
putus zat hanya jika gejala ansietas melebihi gejala yang biasanya terkait
intoksikasi atau sindrom putus zat dan jika gejala ansietas cukup berat untuk
mendapatkan perhatian klinis.
kode gangguan ansietas yang dicetuskan (zat tertentu) alcohol, amfetamin (atau zat
lir-amfetamin); kafein; kanabis; kokain; halusinogen; inhalan; fensiklidin (atau zat
mirip fensiklidin); sedative, hipnotik, atau ansiolitik; zat lain (atau tidak diketahui)
tentukan jika :
dengan ansietas menyeluruh : jika ansietas atau kekhawatiran berlebihan
mengenai sejumlah peristiwa atau aktivitas mendominasi tampilan klinis
dengan serangan panic : jika serangan panic mendominasi tampilan klinis dengan
gejala obsesif kompulsif : jika obsesi atau kompulsi mendominasi tampilan klinis
dengan gejala fobik : jika gejala fobik mendominasi tampilan klinis
tentukan jika :
dengan awitan selama intoksikasi : jika memenuhi criteria intoksikasi zat tersebut
dan gejala timbul selama sindrom intoksikasi
dengan awitan selama putus zat : jika memenuhi criteria putus zat dan gejala
timbul selama atau segera setelah sindrom putus zat

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder. 4th ed. Text rev. Washington DC. American Psychiatric
Association, copyright 2000, dengan izin.

2.6.2.5. Gambaran Klinis

Gambaran klinis terkait pada gangguan ansietas yang dicetuskan zat bervariasi
sesuai zat yang terlibat. Bahkan penggunaan psikostimulan yang tidak sering dapat
menimbulkan gejala gangguan ansietas pada sejumlah orang. Hal yang juga
berkaitan dengan gejala gangguan ansietas adalah hendaya kognitif pemahaman,
perhitungan, dan daya ingat. Deficit kognitif ini biasanya reversible ketika
penggunaan zat dihentikan.

Gangguan Cemas 47
2.6.2.6. Diagnosis Banding

Diagnosis banding gangguan ansietas yang dicetuskan zat mencakup


gangguan ansietas primer, gangguan ansietas akibat keadaan medis umum (untuk
keadaan ini mungkin pasien mendapatkan obat yang terkait), dan gangguan mood,
yang sering disertai gejala gangguan ansietas. Gangguan kepribadian dan
malingering harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding terutama di sejumlah
ruang gawat darurat di perkotaan.1,2,8

2.6.2.8. Terapi
Terapi primer gangguan ansietas yang dicetuskan zat adalah menyingkirkan
zat penyebab yang terlibat. Kemudian klinisi harus berfokus untuk menemukan
terapi alternative jika zat tersebut merupakan obat yang diindikasikan secara medis,
juga untuk membatasi pajanan pasien jika zat tersebut didapatkan melalui pajanan
lingkungan, atau mentatalaksana gangguan terkait zat yang mendasari. Jika gejala
gangguan ansietas berlanjut walaupun penggunaan zat telah dihentikan, terapi gejala
gangguan ansietas dengan modalitas psikoterapeutik atau farmakoterapeutik
mungkin sesuai untuk keadaan ini.

2.6.3. Gangguan Ansietas yang tak Tergolongkan


Sejumlah pasien mempunyai gejala gangguan ansietas, tetapi tidak memenuhi
criteria gangguan ansietas DSM-IV-TR yang spesifik aau gangguan penyesuaian
dengan ansietas atau gangguan campuran ansietas dan mood depresi. Pasien seperti
ini paling sesuai jika diklasifikasikan memiliki gangguan ansietas yang tidak
tergolongkan. DSM-IV-TR mencakup empat contoh keadaan yang sesuai untuk
diagnosis ini. Salah satu contohnya adalah gangguan campuran ansietas depresif.

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR gangguan ansietas yang tidak tergolongkan5

Gangguan Cemas 48
Kategori ini mencakup gangguan dengan ansietas atau penghindaran fobic yang
nyata dan tidak memenuhi criteria gangguan ansietas spesifik manapun, gangguan
penyesuaian dengan ansietas, atau gangguan penyesuaian campuran ansietas dan
mood depresi. Contohnya mencakup :
1. Gangguan campuran ansietas depresif : gejala ansietas dan depresi yang secara
klinis bermakna, tetapi tidak memenuhi criteria gangguan mood spesifik atau
gangguan ansietas spesifik.
2. Gejala fobia sosial yang secara klnis bermakna yang terkait dengan dampak
sosial karena memiliki keadaan medis umum atau gangguan jiwa (contohnya
penyakit Parkinson, penyakit kulit, gagap, anorexia nervosa, gangguan
dismorfik tubuh)
3. Situasi dengan gangguan yang cukup berat sehingga diperlukan diagnosis
gangguan ansietas, tetapi orang tersebut gagal melaporkan cukup gejala guna
memenuhi criteria lengkap gangguan ansietas spesifik manapun; contohnya,
orang yang melaporkan semua gambaran gangguan panic tanpa agoraphobia
kecuali bahwa serangan panic semuanya merupakan serangan yang terbatas
gejala
4. Situasi saat klinis telah menyimpulkan bahwa terdapat gangguan ansietas tetapi
tidak mampu membedakan apakah gangguan tersebut primer, akibat medis
umum, atau dicetuskan zat

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder. 4th ed. Text rev. Washington DC. American Psychiatric
Association, copyright 2000, dengan izin.

2.6.4. Gangguan Campuran Ansietas Depresif

2.6.4.1. Definisi

Gangguan ini menggambarkan pasien dengan keadaan gejala ansietas dan


depresif yang tidak memenuhi keriteria diagnostic gangguan ansietas atau gangguan
mood. Kombinasi gejala depresif dan ansietas menimbulkan hendaya fungsional
yang bermakna pada orang yang mengalami gangguan ini. Keadaan ini terutama

Gangguan Cemas 49
dapat banyak ditemukan di pelayanan primer dan klinik kesehatan jiwa rawat jalan.
Oponen telah mendebat bahwa ketersediaan diagnosis dapat membuat klinisi tidak
terdorong untuk mengambil waktu yang diperlukan untuk memperoleh riwayat
psikiatri yang lengkap untuk membedakan gangguan depresif sejati dengan
gangguan ansietas sejati. 1,2

2.6.4.4. Diagnosis

Kriteria DSM-IV-TR (Tabel 13.7-4) rnengharuskan adanya.gejala subsindrom


ansietas dan depresi sera adanya bebe-a rapa geiala somatik, seperti tremor, palpitasi,
mulut kering, dan ras perut yang bergejolak.
Kriteria riset DSM-IV-TR Gangguan campuran ansietas depresif5
A. Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 3 bulan
B. Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1) Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2) Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah, tidur

Gangguan Cemas 50
tidak puas)
3) Lelah atau energy rendah
4) Iritabilitas
5) Khawatir
6) Mudah meneangis
7) Hipervigillance
8) Antisipasi hal terburuk
9) Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10) Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
C. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klnis bermkana atau hendaya
dalam area fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
D. Gejala tidak disebabkan efek biologis langsung suatu zat (contohnya
oenyakahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum E. Semua hal berikut
ini :
1) Criteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan distimik,
gangguan panic, atau gangguan ansietas menyeluruh
2) Criteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
gangguan asietas atau ganngguan mood, dalam remisi parsial) 3) Gejala tidak lebih
mungkin disebabkan gangguan jiwa lain

2.6.4.5. Gambaran Klinis

Gangguan campuran ansietas depresif menggabungkan gejala gangguan ansietas dan


sejumlah gejala gangguan depresif. Di samping itu, gejala hiper-aktivitas sistem
saraf otonom, seperti keluhan gastrointestinal, lazim ditemukan dan ikut berperan
pada banyaknya pasien yang ditemukan di klinik medis rawat jalan.

2.6.4.6. Diagnosis Banding

Diagnosis banding mencakup ganggu-an ansietas dan depresif lainnya sena


gangguan kepribadian. Di antara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh
merupa-kan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk ber-tumpang tindih
dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Di antara gangguan mood, gangguan

Gangguan Cemas 51
distimik dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar
kemungkinannya untuk bertumpane tindih dengan gangguan campuran
ansietasdepresif. Di antara ganeguan kepribadian, gangguan kepribadian meng-
hindar, dependen. dan obsesif-kompulsif dapat memiliki gejala yang mirip dengan
gejala gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangauan somatoform juga
harus dipertirnbangkan. Hanya riwayat psikiatri, pemeriksaan status mental, dan
pengetahuan mengenai kriteria spesifik DSM-IV-TR yang dapat membantu klinisi
membedakan di antara keadaan-keadaan int. 1,2,8

2.6.4.8. Terapi
Terapi diberikan berdasarkan gejala yang muncul, keparahannya, dan tingkat
pengalaman klinisi tersebut dengan berbagai modalitas terapi. Pendekatan
psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang terbatas waktu seperti terapi
kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun se-jumlah klinisi menggunakan
pendekatan psikoterapeutik yang kurang terstruktur, seperti psikoterapi yang
berorientasi tilikan. Farmakoterapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat
mencakup obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya. Penggunaan
triazolobenzodiazepin diindikasikan karena efektivitasnya dalam mengobati depresi
yang disertai ansietas. Obat yang memengaruhi reseptor 5-HTIA, seperti buspiron,
juga dapat diindikasikan. Antidepresan serotonergik (contohnya, fluoxetine) dapat
menjadi obat yang paling efektif dalam mengobati gangguan campuran ansietas-
depresif..1,2

Bab III

Penutup

Gangguan cemas dibagi menjadi beberapa golongan. Gangguan panik merupakan


gangguan yang lebih sering dijumpai dan merupakan gangguan yang ditandai dengan serangan
panik yang spontan dan tidak diperkirakan, atau periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun) yang disertai dengan gejala somatik. Setiap
gangguan memiliki etiopatogenesis yang berbeda seperti factor genetic, factor biologis, dan

Gangguan Cemas 52
factor psikososial. Penatalaksanaannya berupa suatu kombinasi terapi farmakologis dan terapi
kognitif perilaku, terapi psikososial, dan konseling. Beberapa golongan obat yang efektif untuk
gangguan cemas adalah obat-obat golongan, Trisiklik dan Tetrasiklik, benzodiazepine, MAOI,
dan SSRI. Pasien dengan fungsi pramorbid yang baik dan durasi gejala singkat tidak disertai
depresi memiliki prognosis yang baik.1,2

Gangguan Cemas 53
Daftar Pustaka

1. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2010. H;
235-241.
2. Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta:
ECG, 2010. H; 233-241.
3. Panic Disorder. American Psychiatric Association. Diunduh dari
http://healthyminds.org/Main-Topic/Panic-Disorder.aspx . 2011.
4. Memon, MA. Panic Disorder Treatment and Disorder. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/287913-treatment.Diakses pada 29 Maret 2011
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. H; 72,74.
6. Roxanne Dryden-Edwards, MD. Gangguan panik tinjuan. Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com/panic_attacks/article_em.htm. Diakses pada 12 juni
2012
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 3. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007. H;52-54.
8. Kaplan & Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry 7th ed. (2000):1491-1493,
1498.
9. Gabbard GO Obsessive Compulsive Disorder dalam Psychodynamic Psychiatry in
Clinical Practice 3rd ed American Psychiatric Press. Inc. 2000;237-243
10. Burrows G et al : Stress, anxiety and depression, Adis International Pty Ltd
(1999):23,29-31
11. Nutt D et al: Anxiety disorders comorbid with depression: panic disorder and
agoraphobia, Martin Dunitz Ltd (2002): 66-71, 85-88
12. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III(1993): 188-190

Gangguan Cemas 54

Anda mungkin juga menyukai