PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga
cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api
(secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah (Horne dan Swearingen, 2000).
Berdasarkan data dari American Burn Association (ABA) tahun 2010 ke
tahun 2015 mengalami peningkatan di Amerika Serikat diperkirakan lebih
dari 163.000 kasus pada tahun 2015 menjadi 558.400 kasus, dimana 70%
pasien adalah laki-laki dengan rata-rata usia sekitar 32 tahun, 18% anak-anak
yang berusia dibawah 5 tahun dan 12% kasus berusia lebih dari 60 tahun.
Luka bakar dengan luas 10% Total Body Surface Area (TBSA) sebesar 7%.
Penyebab tertinggi akibat flame burn (44%) dan tingkat kejadian paling
sering di rumah (68%).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI sepanjang tahun 2012-
2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar di indonesia. Angka kejadian luka bakar
dalam datanya terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi 1.123
kasus di tahun 2013 dan 1.209 kasus di tahun 2014. Tingkat luka bakar
tertinggi di negara berkembang terjadi pada kalangan perempuan sedangkan
1
di negara maju tertinggi pada kalangan laki-laki. Sebagian besar 80% cidera
luka bakar terjadi di rumah dan 20% terjadi di tempat kerja (Sari, 2018).
Berdasarkan tingginya angka kejadian luka bakar baik di dunia maupun
di Indonesia maka kami tertarik untuk menjelaskan dengan lebih rinci
mengenai luka bakar, baik dari segi pengertian, penyebab serta penanganan
gawat darurat pada pasien luka bakar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien luka
bakar
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami Konsep Kegawat Dauratan
b. Mengetahui dan memahami Konsep Anatomi dan Fisiologi Perkemihan
c. Mengetahui dan memahami Konsep Luka Bakar
1) Mengetahui dan memahami Definisi Luka Bakar
2) Mengetahui dan memahami Etiologi Luka Bakar
3) Mengetahui dan memahami Klasifikasi Luka Bakar
4) Mengetahui dan memahami Patofisiologi Luka Bakar
5) Mengetahui dan memahami Pathway Luka Bakar
6) Mengetahui dan memahami Manifestasi klinis Luka Bakar
7) Mengetahui dan memahami Patofisiologi Luka Bakar
8) Mengetahui dan memahami Pathway Luka Bakar
9) Mengetahui dan memahami Komplikasi Luka Bakar
10) Mengetahui dan memahami Pemeriksaan Diagnostik Luka Bakar
11) Mengetahui dan memahami Penatalaksanaan Luka Bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Definisi gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan
cedera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan nyawa pasien dan
membutuhkan pertolongan segera.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian keguatan praktek
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
berkompeten diruang gawat darurat. Asuhan yang diberikan meliputi
biologia, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap
maupun mendadak (Dep.Kes RI, 2005).
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu:
pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat
darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah
selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahap pengkajian primer meliputi: A: Airway, mengecek jalan nafas
dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal; B: Breathing,
mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol
perdarahan; D: Disability: mengecek status neurologis; E: Exposure,
enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder,
2002).
Pengkajian yang dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan akan
menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat pasien sebaik mungkin.
3
4
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm,
kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau
subkutis (Wibisono, 2008).
I. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis
(multilayer). Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis
merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan
kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
a. Melanosit
Sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit
menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel
khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen
melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin,
semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
6
III. Klasifikasi
Cedera luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab,
dan keparahan. Perawat harus mempunyai pengetahuan tentang struktur
dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai derajat luka
bakar. Kulit adalah organ tubuh yang paling luas, dan kulit melakukan
beberapa fungsi yang kompleks. Kulit mencegah kehilangan cairan tubuh,
mengendalikan suhu tubuh, fungsi sebagai organ ekskretorik dan sensorik,
menghasilkan vitamin D, dan mempengaruhui citra tubuh (Suriadi, 2015).
a. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu :
1. Rule of nine
a) Kepala dan leher : 9%
b) Dada depan dan belakang : 18%
c) Abdomen depan dan belakang : 18%
d) Tangan kanan dan kiri : 18%
e) Paha kanan dan kiri : 18%
f) Kaki kanan dan kiri : 18%
g) Genital :1%
Area 0-1 thn 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15 thn Dws
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Anterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Posterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
13
IV. Patofisiologi
Luka bakar adalah cidera pada jaringan atau kulit yang disebabkan
oleh panas, listrik, bahan kimia, gesekan, atau radiasi. Lka bakar yang
hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai lka bakar superfidial atau
luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus kebeberapa
lapisan lebih jauh, maka disebut dengan luka bakar parsial atau luka bakar
tingkat dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau cedera
meluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat
tiga.sedangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan
yang lebih dalam, seperti otot aatau tulang.
Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan
kehilangan dan kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel.
Kerusakan sekunder oleh kulit oleh panas dpat berupa gangguan sensasi
kulit, pemnurunan kemapuan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan dan pengendalian suhu tubuh, gangguan membran sel yang
menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium, natrium, dan
ion lainnya. Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasiyang
signifikan dan menyebabkan peningkatkan kebocoran cairan dari kapiler,
sehingga jaringan akan mengalami edema pada tahapberikutnya. Lambat
laun, kebocoran ini dapat menyebabkan kehilangan volume darah dan
kehilangan plasma yang signifikan, membuat darah lebih pekat dan
memperburuk aliran darah ke organ seperti ginjal dna saluran pencernaan.
Jika tidak dilakukan pertolongan segera maka dapat menyebabkan gagagl
ginjal.
Kebanyakn luka bakar suferfisial akan sembuh tanpa masalah. Luka
sederhana dapat dikelola dengan perawatan primer namun luka bakar yang
kompleks harus ditangani secara komprehensif dan memerlukan tenaga
spesialis melalui pendekatan multidisiplin yang terampil demi hasil klinis
yang memuaskan.
15
V. Pathway
Bahan kimia Termis Radiasi Listrik petir
Luka bakar
Gagal nafas
Tekanan onkontik
Hipoxia otak
menurun
Ketidak efektifan
polanafas
Cairan intravaskular Hipovolemia &
Masalah keperawatan : menurun hemokonsentrasi
Kekurangan volume cairan
Resiko ketidak efektifan
Gangguan sirkulasi
perfusi jaringan otak
makro
Gangguan perfusi
Laju metabolisme
meningkat
glukogenolisis
Ketidak seimbangan
nutrisikurang dari
kebutuhan tubuh
16
Gagal jantung
api. Luka bakar dengan ketebalan penuh bisa tampak lepuhan, sering
tampak berwarna merah gelap. Selain itu sebagian protein dermal akan
mengumpal dan dapat menyebabkan penurunan sirkulasi pad bagian
eksremitas.
d. Luka bakar derajat empat (Derajat IV)
Luka bakar yang meluas yang mengakibatkan semua jaringan kulit,
jaringan subkutan, lemak subkutan, otot, fascia, tendon dan tulang.
VII. Komplikasi
Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
a. Syok Hipovolemik
Pembuluh darah yang terpajan suhu tinggi akan rusak dna permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskular.
b. Oedem Laring
c. Keracunan Gas CO
d. SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
e. MOF (Multi Organ Failure)
f. Kontraktur pengerutan jaringan otot atau perut yang menyebabkab
deformitas
g. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
h. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia
i. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
j. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
19
6. Penggantian balutan.
7. Rasa sakit dan kecemasan.
8. Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal
adalah dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung
menggunakan indirek kalorimetri karena alat ini telah
memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka
bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Jika untuk menghitung
kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%,
tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. Alat yang sering di
rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan
formula harris benedick yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi
formula dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS dan
wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS.
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu
perhatian khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat
penyembuhan luka yang lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas
dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan
hiperglikemi, perlemakan hati. Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: oral, enteral dan
parenteral. Menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada
penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam
pascatrauma sampai dengan 48 jam pasca trauma.
e. Early exicision and grafting
Metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka
ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan
3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan
eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya.
Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh
luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu : dapat
terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat eksisi.
24
bentuk salep atau cairan untuk merendam, contoh antibiotik yang sering
dipakai adalah Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver
nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade
I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin, Mebo.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. Pengkajian
I. Pengkajian primer
a. Airway
Perhatikan tanda terhisapnya asap, apakah dibutuhkan intubasi.
b. Breathing
Perhatikan tanda kerusakan pernapasan apakah perlu bantuan fungsi
pernapasan.
c. Circulation
Prioritas tindakan yang diberikan adalah menegndalikan perdarahan
yang jelas terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup dan
menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat
dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan.
Pasang infus dengan kanule yang besar dan mulai terapi cairan sesuai
kebutuhan.
d. Disability
e. Exposure
Lepaskan semua baju untuk mengevaluasi seluruh tubuh.
II. Pengkajian sekunder
a. Anamnesis
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas istirahat
a) Tanda : penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit, gangguan masa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
a) Tanda: gejala luka bakar lebih dari 20% APTT , Hipotensi
(syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang
cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
26
B. Diagnosa keperawatan
I. Ketidak efektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-
otot penafasan.
II. Penurunan curah jantung b.d penuruna volume sekuncup jantung,
kontraktilitas dan frekuensi jantung.
III. Kekuranga volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat
luka bakar).
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Ketidak NOC Airway management
efektifan 1. Respiratory status : 1. Buka jalan nafas, gunakan
pola nafas ventilation teknik chin lift atau jaw
2. Respiratory status :
b.d thrust bila perlu.
airway patency 2. Posisikan pasien untuk
deformitas
3. Vital sing status
28
dan respirasi)
2. Tidak ada edema
frekuensi
paru, perifer, dan
jantung
tidak ada asites Fluid menagemen
3. Tidak ada penurunan 1. Pertahankan catatan intek
kesadaran dan output yang akurat.
2. Monitor satus hidrasi
(kelembapan membran
NOC
mukosa, nadi adekuat,
1. Fluid balance
2. Hydration tekanan darah ortostatik)
3. Nutrional status :
3. Kekuranga jika diperlukan.
food and 3. Kolaborasi pemberian
volume
4. Flid intek
cairan IV.
cairan b.d
4. Berikan pergantian
kehilangan Kriteria hasil
nasogasrik sesuai output.
cairan aktif 1. Mempertahankan 5. Monitor status cairan
(evaporasi urine output sesuai termasuk intek dan output
akibat luka dengan usia da BB, cairan.
6. Monitor respon pasien
bakar) BJ urine normal, HT
terhadap pemberian cairan.
normal.
2. Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal.
3. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
30
A: ketidakefektifan pola
napas belum teratasi.
P:
1. Pertahankan jalan napas.
2. Pertahankan oksigen.
3. Lanjutkan intervensi.
2 Penurunan curah Auskultasi TD S:
jantung b.d pada kedua lengan Klien mengatakan adanya
penurunan volume dan bandingkan. perdarahan di hidung
sekuncup jantung,
kontraktilitas dan O: klien tampak gelisah
frekuensi jantung.
A:
1. TD : 100/60 mmHg
2. Nadi : 60 x/ menit.
P:
Intervensi dilanjutkan
3 Kekurangan volume Monitor status S: pasien mengatakan
cairan b.d hidrasi muntah 1x
kehilangan cairan (kelembaban O: pasien tampak lemas.
aktif (evaporasi membrane mukosa, A: masalah belum teratasi
akibat luka bakar). nadi adekuat, P: lanjutkan intervensi
tekanan darah
ortostatik).
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang
melindungi tubuh dari infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh , berfungsi sebagai organ eksretoridan dan sensori,
membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum,namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat di cegah. Luka bakar adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api,air panas , bahan kimia,listrik dan radiasi.
B. Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka
bakar,tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi
pembaca dan masyarakat umum.
32
DAFTAR PUSTAKA
Nuarif Amin Huda, Kusuma Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc dalam Berbagai Kasus
Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta. Mediaction.
Oswari. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Suriadi.2015. Pengkajian Luka danPenangannya.Jakarta : Cv. AgungSeto.