Pemodelan
Proses Bisnis
Modul Ke-7
07
Sistem Informasi Program W181700009 Bambang Sukowo,SKom MM.
Studi S1
Empat tahapan utama bagaimana mengimplementasikan Business Process Management
(BPM) secara maksimal bagi perusahaan.
Jika Anda tidak terlalu yakin kalau top management perusahaan Anda belum memahami
BPM dengan baik dan masih ada waktu untuk segera bereaksi sebelum semuanya
terlambat, maka sebaiknya sampaikan ke Direktur atau Business Owner perusahaan Anda,
kalau BPM maupun otomasinya saat ini begitu penting.
Apa yang mesti dilakukan untuk mengimplementasikan BPM di perusahaan agar dapat
berjalan dengan baik? Apakah tidak semua implementasi BPM bisa dieksekusi dengan
baik? Lantas faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi BPM agar didapatkan hasil
yang maksimal?
Tidak peduli seberapa besar ukuran bisnis perusahaan Anda, empat tahapan ini akan
memandu Anda untuk memudahkan implementasi BPM.
Understanding BPM
Jangan pernah menekan tombol “START-STOP ENGINE” jika Anda tidak pernah
memahami bagaimana cara mengemudikan mobil dengan baik dan benar. Keselamatan
nyawa Anda dan penumpang lain berada di ujung jari Anda!
Memahami BPM secara baik akan memudahkan dalam implementasi BPM secara praktis di
perusahaan. BPM termasuk sesuatu yang masih baru dan terus mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Terdapat cukup banyak definisi terkait BPM ini. Ada puluhan buku,
paper, artikel, blog, bahkan konferensi yang membahas tentang BPM. Bagaimanapun juga
cukup banyak orang yang berusaha untuk mendefinisikan BPM ini agar lebih mudah
dipahami dan diimplementasikan ke dalam dunia praktis.
Terdapat beberapa definisi BPM yang berasal dari berbagai sumber yang mengacu kepada
beberapa konteks seperti bisnis, teknologi, manajemen, dan lain-lain.
Rummler dan Brache, Improving Performance: How to Manage the White Space in the
Organization Chart: “(BPM adalah) sebuah manajemen pengaturan tahapan eksekusi
bisnis untuk menghasilkan sebuah produk atau layanan”.
Smith and Fingar, BPM: The Third Wave: “(BPM adalah) manajemen dari rangkaian
kegiatan yang lengkap, dinamis dan terkoordinasi untuk memberikan nilai kepada
pelanggan”.
Martyn Ould, BPM: A Rigorous Approach: “(BPM adalah) manajemen dari serangkaian
kegiatan yang koheren yang dilakukan secara berkelompok untuk mencapai sebuah tujuan”.
Marlon Dumas, et al., Fundamentals of BPM: “BPM adalah seni dan keilmuan untuk
mengawasi bagaimana pekerjaan dibentuk di dalam organisasi dan memanfaatkan peluang
peningkatan”.
IBM: “BPM merupakan disiplin yang memanfaatkan perangkat lunak dan layanan untuk
memberikan visibilitas total ke dalam organisasi. Memetakan, mendokumentasikan,
otomatisasi, dan perbaikan proses bisnis secara terus menerus untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi biaya”.
Association for Information and Image Management: “BPM adalah cara untuk melihat
dan kemudian mengontrol proses yang ada dalam suatu organisasi. Hal ini adalah sebuah
metodologi yang efektif untuk digunakan pada saat krisis untuk memastikan bahwa proses-
BPM Institute, “What is BPM Anyway? BPM Explained”: “(BPM adalah) proses
pengelolaan proses bisnis Anda; disiplin manajemen; teknologi atau seperangkat teknologi;
kerangka pengembangan aplikasi yang cepat. BPM adalah proses dan disiplin manajemen.”
Paul Harmon, 2005: “(BPM adalah) disiplin manajemen yang menitikberatkan pada
perbaikan performa perusahaan melalui pengelolaan proses bisnis”.
Masih cukup banyak definisi terkait BPM yang bisa disajikan untuk memberikan pemahaman
tentang istilah BPM ini. Namun demikian untuk merangkum tentang makna BPM ini bisa
menggunakan definisi:
Business Process Management (BPM) merupakan sebuah disiplin yang melibatkan
perpaduan antara pemodelan, otomasi, eksekusi, pengawasan, pengukuran, dan optimasi
dari rangkaian aliran aktivitas bisnis untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan serta
melibatkan seluruh karyawan, pelanggan, dan mitra.
Definisi tersebut disusun cukup singkat namun padat untuk memberikan gambaran secara
utuh terkait dengan aspek bisnis dan teknologi. Terdapat beberapa penjelasan berdasarkan
definisi yang telah disusun seperti di atas, yaitu:
BPM merupakan sebuah disiplin: Sesuatu yang dapat dipraktekkan; BPM merupakan
sesuatu yang dapat dikerjakan, bukan merupakan sesuatu yang dibeli dan dimiliki.
Business bermakna menjadi “busy” atau terlibat dalam sebuah urusan yang berdampak
kepada sesuatu yang bersifat komersial dan menghasilkan keuntungan. Sebuah bisnis
dibangun untuk menghasilkan value yang dapat dinikmati oleh pelanggan.
Proses berarti sebuah rangkaian aktivitas bisnis untuk meraih sebuah tujuan.
Seseorang yang mengerjakan BPM harus mempertimbangkan suatu proses pada ruang
lingkup pekerjaan bisnis yang saling terkait untuk memenuhi tujuan bisnis.
Pemodelan berarti bahwa mereka terlibat dalam identifikasi, pendefinisian, dan membuat
sebuah proses lengkap yang mudah dipahami oleh orang yang terlibat dalam proses
tersebut.
Otomasi mengacu kepada pengaturan pekerjaan atau aktivitas pada sebuah proses
yang dilakukan oleh teknologi.
Eksekusi berarti menjalankan proses termasuk di dalamnya adalah otomasi proses.
Pengawasan bermakna memastikan bahwa aliran aktivitas yang dikerjakan pada proses
telah sesuai dengan yang ditetapkan.
Pemahaman Proses
Setiap organisasi baik itu non-profit maupun yang berorientasi profit pasti mempunyai
sejumlah proses yang mesti dikelola. Pada umumnya sebuah perusahaan mempunyai
beberapa proses yang saling terkait antara satu dengan yang lain untuk menghasilkan
sebuah tujuan khusus, diantaranya:
Order-to-Cash: proses ini dijalankan oleh pihak pemasok saat terjadi pesanan
barang dari pelanggan. Proses dimulai pada saat pelanggan mengirimkan order
pembelian sebuah produk atau layanan dan diakhiri saat terjadinya pembayaran atas
barang yang telah dikirim ke pelanggan. Aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan Order-to-Cashini meliputi verifikasi order pembelian, pengiriman, invoicing,
dan penerimaan pembayaran.
Quote-to-Order: merupakan rangkaian proses yang diperlukan untuk melengkapi
proses Order-to-Cash jika diperlukan. Proses ini dimulai dari adanya permintaan dari
pelanggan kepada pemasok untuk memberikan penawaran harga hingga diakhiri
dengan adanya permintaan pembelian dari pelanggan. Mekanisme ini memerlukan
rantai yang agak panjang dan biasanya diperlukan untuk kebutuhan tertentu, misal
penawaran harga barang yang dibutuhkan dalam jumlah dan spesifikasi khusus.
Mekanisme Quote-to-Order dapat dimodifikasi menjadi Quote-to-Cash.
Procure-to-Pay: beberapa proses yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan
pengadaan barang yang akan digunakan dalam menghasilkan sebuah produk atau
layanan. Rangkaian proses ini biasanya dimulai dari permintaan barang, selanjutnya
diteruskan ke proses pembelian barang ke pemasok, penerimaan barang,
pemrosesan tagihan dari pemasok, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian
yang telah dilakukan.
Issue-to-Resolution: proses tipe ini dimulai ketika ada pelanggan yang
menyampaikan permasalahan atau keluhan atas produk atau layanan yang
diterimanya. Status proses ini dinyatakan selesai jika adanya kesepakatan antara
pihak pelanggan dan penyedia bahwa permasalahan atau keluhan tersebut berhasil
ditangani. Claim-to-Resolution merupakan varian dari proses ini yang biasa
ditemukan dalam industri asuransi ketika sebuah klaim diterima.
Ketika bagian produksi menerima order produksi dari sales, selanjutnya akan memeriksa
apakah ada persediaan udang di gudang yang sesuai dengan pesanan pelanggan. Jika
tidak ada persediaan, selanjutnya bagian produksi akan menjalankan proses permintaan
pembelian. Proses ini melibatkan bagian pemohon dan pembelian. Bagian pembelian
Udang yang dipesan dari pemasok selanjutnya tiba di pabrik. Bagian penerimaan
selanjutnya menjalankan proses timbang pembelian untuk mencatat berat udang yang
dikirim oleh pemasok. Proses selanjutnya adalah memindahkan udang ke penampungan
sementara sebelum masuk ke bagian produksi.
Setelah dokumen serah terima barang dari pemasok ke perusahaan ditandatangani, maka
pemasok akan mengirimkan invoice yang berisikan nominal pembayaran yang harus
dipenuhi oleh pihak perusahaan sebagai pembeli. Invoice yang diterima dari pemasok
selanjutnya akan menjadi masukan pada proses faktur pembelian untuk dijadikan dasar
eksekusi pembayaran.
Pihak perusahaan selanjutnya dapat melakukan penjadwalan pembayaran atas faktur yang
telah diproses sebelumnya dengan menjalankan proses pembayaran. Mekanisme
pembayaran ditentukan oleh Business Rule yang dibuat, misal berapa kali pembayaran atas
satu invoice dilakukan, melibatkan pihak mana saja untuk mendapatkan persetujuan
pembayaran, dan seterusnya.
Setelah dilakukan pembayaran secara lengkap, maka siklus Procure-to-Pay dapat dikatakan
telah selesai. Pihak perusahaan tidak lagi mempunyai tanggungan kepada pemasok. *)
*) PT PMMP Tbk merupakan salah satu customer RetGoo dalam otomasi proses bisnis
sejak tahun 2015.
Proses utama pada Procure-to-Pay ini terkadang membutuhkan dukungan dari beberapa
proses lainnya, misal proses pengembalian barang, proses komplain, proses penilaian
pemasok, dan lain sebagainya. Setiap perusahaan mempunyai Business Policy berbeda-
beda terkait Procure-to-Pay ini, walaupun siklus utama bisa jadi sama. Ada perusahaan
yang menetapkan kebijakan pembelian tunai tanpa perlu menerbitkan Purchase
Order (PO) kepada pemasok. Tentu saja desain siklusnya juga perlu dimodifikasi
menyesuaikan dengan kebutuhan pengadaan barang.
Cukup banyak perusahaan terutama pelaku bisnis UKM yang tidak menerapkan
kebijakan Value Chain Pengadaan Barang seperti yang dijelaskan di atas. Mayoritas mereka
menerapkan proses pengadaan barang secara sederhana dan tidak standar. Bahkan proses
pengadaan tersebut cenderung menyimpan peluang terjadinya fraud yang tentu saja dapat
Pemahaman atas proses-proses yang digunakan di dalam perusahaan mutlak wajib dikelola
dengan baik. Manajemen proses yang buruk akan mengakibatkan miskomunikasi dan
miskoordinasi, meningkatkan inefisiensi perkerjaan, menyebabkan biaya tinggi, dan
sederetan masalah operasional lainnya.
Pemetaan terhadap proses yang berjalan di perusahaan juga wajib dilakukan. Tidak boleh
dibiarkan adanya proses yang tidak dikelola dan ditetapkan oleh perusahaan. Jangan
biarkan ada aktivitas ‘liar’ yang berjalan di perusahaan. Semua aktivitas pada dasarnya akan
mengandung biaya dan biaya yang timbul mestilah bisa dikontrol atau dikendalikan.
Komponen Proses
Contoh ilustrasi proses di atas menjelaskan bahwa proses terdiri atas rangkaian kejadian-
kejadian (events) dan aktivitas-aktivitas (activities) yang saling terkait satu dengan
lainnya. Event bermakna bahwa sesuatu telah terjadi dan memicu jalannya sebuah proses.
Pada contoh di atas menunjukkan sebuah eventsaat PT PMMP Tbk menerima order
pembelian dari pelanggan.
Activity dapat merujuk ke sebuah aktivitas atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh
manusia, mesin, atau sistem. Activity terkecil biasa disebut dengan Task. Sebagai contoh,
saat udang yang dikirim oleh pemasok datang di pabrik, maka proses timbang
pembelian pun dijalankan. Ada beberapa aktivitas dalam proses timbang pembelian
tersebut, diantaranya: memindahkan udang dari truk ke ruangan penimbangan,
penimbangan udang, pencatatan hasil timbangan, pemindahan udang ke bak
penampungan. Pencatatan hasil timbangan ini bisa disebut dengan Task, sebuah aktivitas
yang tidak dapat dipecah lagi.
Setiap proses memerlukan sejumlah masukan (Input) yang dibutuhkan untuk menghasilkan
keluaran (Output) yang diharapkan. Pada contoh timbang pembelian di atas,
maka input yang dibutuhkan adalah udang dan dokumen-dokumen yang menyertainya.
Sedangkan output yang dihasilkan adalah catatan hasil timbangan udang yang memenuhi
persyaratan sesuai yang tertera pada Purchase Order. Spesifikasi inputan yang dibutuhkan
oleh setiap proses mesti jelas dan pasti, tidak boleh tidak, agar dihasilkan keluaran yang
sesuai dengan harapan.
Proses yang baik akan menghasilkan suatu value yang dapat memuaskan pihak pelanggan,
baik itu internal maupun eksternal. Idealnya, jalannya proses wajib dipantau atau diawasi
agar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selain itu, jalannya proses juga wajib
dianalisis untuk keperluan perbaikan berkelanjutan.
Perbaikan proses bisnis ini melibatkan banyak keilmuan dan skil yang saling terkait agar
dapat mewujudkan Operational Excellencedi perusahaan. Beberapa keilmuan yang perlu
diketahui dan dipelajari untuk mendukung BPM ini antara lain: Total Quality
Management (TQM) yang mempunyai fokus pada perbaikan berkelanjutan untuk menjaga
kualitas produk dan layanan agar tetap standar; Manajemen Operasional untuk melengkapi
pengetahuan operasional dari aspek pengelolaan fisik dan fungsi, seperti teori probabilitas,
teori antrian, analisis keputusan, pemodelan matematika, teknik simulasi, dan
seterusnya; Lean dengan salah satu prinsipnya untuk mengurangi waste dan tindakan
Proses utama pada Procure-to-Pay ini terkadang membutuhkan dukungan dari beberapa
proses lainnya, misal proses pengembalian barang, proses komplain, proses penilaian
pemasok, dan lain sebagainya. Setiap perusahaan mempunyai Business Policy berbeda-
beda terkait Procure-to-Pay ini, walaupun siklus utama bisa jadi sama. Ada perusahaan
yang menetapkan kebijakan pembelian tunai tanpa perlu menerbitkan Purchase
Order (PO) kepada pemasok. Tentu saja desain siklusnya juga perlu dimodifikasi
menyesuaikan dengan kebutuhan pengadaan barang.
Cukup banyak perusahaan terutama pelaku bisnis UKM yang tidak menerapkan
kebijakan Value Chain Pengadaan Barang seperti yang dijelaskan di atas. Mayoritas mereka
menerapkan proses pengadaan barang secara sederhana dan tidak standar. Bahkan proses
pengadaan tersebut cenderung menyimpan peluang terjadinya fraud yang tentu saja dapat
merugikan perusahaan. Penerapan kebijakan pembayaran atas pembelian barang pun juga
rawan terjadinya kecurangan; ketidaksesuaian pembayaran atas barang yang diterima
dengan pesanan pembelian, adanya ‘permainan’ antara pihak pembeli dan pemasok,
pembayaran yang melewati jatuh tempo sehingga terkadang menimbulkan pinalti sesuai
dengan kesepakatan, dan lain sebagainya.
Pemahaman atas proses-proses yang digunakan di dalam perusahaan mutlak wajib dikelola
dengan baik. Manajemen proses yang buruk akan mengakibatkan miskomunikasi dan
miskoordinasi, meningkatkan inefisiensi perkerjaan, menyebabkan biaya tinggi, dan
sederetan masalah operasional lainnya.
Pemetaan terhadap proses yang berjalan di perusahaan juga wajib dilakukan. Tidak boleh
dibiarkan adanya proses yang tidak dikelola dan ditetapkan oleh perusahaan. Jangan
biarkan ada aktivitas ‘liar’ yang berjalan di perusahaan. Semua aktivitas pada dasarnya akan
mengandung biaya dan biaya yang timbul mestilah bisa dikontrol atau dikendalikan.
Komponen Proses
Contoh ilustrasi proses di atas menjelaskan bahwa proses terdiri atas rangkaian kejadian-
kejadian (events) dan aktivitas-aktivitas (activities) yang saling terkait satu dengan
lainnya. Event bermakna bahwa sesuatu telah terjadi dan memicu jalannya sebuah proses.
Pada contoh di atas menunjukkan sebuah eventsaat PT PMMP Tbk menerima order
pembelian dari pelanggan.
Aliran rangkaian aktivitas dalam sebuah proses terkadang mempunyai percabangan, misal
dalam proses timbang pembelian, berat total timbangan ternyata kurang dari jumlah
pesanan pembelian. Apalagi jika terjadi selisih yang cukup banyak antara hasil
penimbangan dengan pesanan pembelian. Proses bisnis yang ditetapkan mengatur
penanganan jika jumlah timbangan tidak sesuai (lebih atau kurang), apakah udang yang
sudah ditimbang tersebut dikembalikan ke pemasok atau diterima dengan sejumlah catatan.
Sebuah proses agar bisa berjalan dengan baik dan benar terkadang juga memerlukan
keterlibatan sejumlah Actor (manusia, organisasi, atau sistem software yang bertindak
seolah-olah seperti manusia), objek fisik (peralatan, material, produk, dokumen kertas)
maupun objek non-fisik (dokumen elektronik atau catatan elektronik). Sebagai contoh,
proses timbang pembelian udang melibatkan dua partisipan, yaitu bagian pemindahan
udang dan penimbangan udang. Proses ini juga memerlukan objek fisik
berupa peralatan untuk keperluan penimbangan udang, yaitu berupa alat timbangan. Selain
itu, proses timbang pembelian membutuhkan dokumen yang dibutuhkan, bisa berupa Surat
Jalan, Invoice, Hasil Timbangan, dan lain sebagainya.
Setiap proses memerlukan sejumlah masukan (Input) yang dibutuhkan untuk menghasilkan
keluaran (Output) yang diharapkan. Pada contoh timbang pembelian di atas,
maka input yang dibutuhkan adalah udang dan dokumen-dokumen yang menyertainya.
Sedangkan output yang dihasilkan adalah catatan hasil timbangan udang yang memenuhi
persyaratan sesuai yang tertera pada Purchase Order. Spesifikasi inputan yang dibutuhkan
Proses yang baik akan menghasilkan suatu value yang dapat memuaskan pihak pelanggan,
baik itu internal maupun eksternal. Idealnya, jalannya proses wajib dipantau atau diawasi
agar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selain itu, jalannya proses juga wajib
dianalisis untuk keperluan perbaikan berkelanjutan.
Perbaikan proses bisnis ini melibatkan banyak keilmuan dan skil yang saling terkait agar
dapat mewujudkan Operational Excellencedi perusahaan. Beberapa keilmuan yang perlu
diketahui dan dipelajari untuk mendukung BPM ini antara lain: Total Quality
Management (TQM) yang mempunyai fokus pada perbaikan berkelanjutan untuk menjaga
kualitas produk dan layanan agar tetap standar; Manajemen Operasional untuk melengkapi
pengetahuan operasional dari aspek pengelolaan fisik dan fungsi, seperti teori probabilitas,
teori antrian, analisis keputusan, pemodelan matematika, teknik simulasi, dan
seterusnya; Lean dengan salah satu prinsipnya untuk mengurangi waste dan tindakan
inefisiensi lainnya; Six Sigma untuk membantu meminimalkan produk cacat atau tidak
sesuai, pengukuran kinerja, dan prinsip-prinsip lainnya.
Perbaikan proses mestilah dimulai dari identifikasi Value Chain apa yang ingin dipilih atau
ditentukan untuk dilakukan perbaikan. Urutan perbaikan antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain tidak sama. Mesti diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi,
diantaranya:
Tipikal sektor industri; apakah manufaktur, trading, ritel, distribusi, jasa, dan lain-lain.
Permasalahan yang timbul selama ini dalam perusahaan.
Biaya yang timbul untuk menjalankan aktivitas.
Kedewasaan dalam menjalankan bisnis.
Identifikasi risiko dan peluang yang terjadi untuk mengurangi biaya.
Dengan memperhatikan faktor-faktor analisis tersebut, maka semestinya saat ini Anda
sudah dapat memahami dengan lebih baik proses bisnis yang terdapat dalam perusahaan
Anda sendiri.
Tentukan proses-proses mana saja yang menimbulkan biaya cukup tinggi dan waktu
pengerjaan yang lama. Analisis lebih lanjut akar penyebab dari biaya tinggi dan waktu yang
lama tersebut. Apakah disebabkan oleh partisipan (manusia), alur kerja (metode), teknologi
Jika peyebab utama biaya tinggi maupun pengerjaan aktivitas yang cukup lama tersebut
disebabkan oleh faktor manusia, maka perlu diperdalam lagi apakah dikarenakan masalah
motivasi, softskill, atau hardskill. Dengan mengetahui penyebab sampai akar masalahnya,
maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan masalah
berikutnya.
Dapatkah aktivitas-aktivitas yang semestinya dikerjakan oleh manusia bisa digantikan oleh
mesin atau peralatan? Seberapa banyak penyederhanaan proses yang bisa dilakukan
dengan hadirnya sebuah mesin atau peralatan? Penggunaan mesin dapat memangkas
beberapa aktivitas yang biasa dikerjakan oleh manusia, misal dari tiga sampai empat
aktivitas menjadi satu.
Penggunaan catatan atau log aktivitas akan lebih memudahkan untuk mengidentifikasikan
peluang perbaikan yang mungkin bisa dilakukan. Idealnya setiap aktivitas yang dilakukan
perlu didokumentasikan, setidaknya mulai dari siapa mengerjakan apa, kapan aktivitas
dimulai dan diselesaikan, data atau informasi apa saja yang digunakan.
Setiap proses kadang juga memerlukan dukungan proses lainnya pada saat proses utama
tersebut dijalankan. Identifikasikan bagian atau aktivitas mana dalam sebuah proses yang
sebaiknya dikaitkan dengan proses pendukung agar dihasilkan sebuah keluaran (output)
yang sesuai dengan harapan. Proses bisnis semestinya berjalan secara cross-functionaldan
hal ini mempunyai filosofi bahwa dalam menjalankan proses akan melibatkan lebih dari satu
bagian di dalam perusahaan.
Identifikasikan aktivitas atau tahapan proses yang dinilai masih bisa ditingkatkan
visibilitasnya. Terkadang ada pekerjaan yang dianggap masih kurang jelas dan
menimbulkan multitafsir dalam pelaksanaannya. Ketidakjelasan dalam pengerjaan aktivitas
ini bisa memicu biaya tinggi dan rawan terjadi kekacauan.
Ada kalanya perlu meninjau kebijakan atau aturan yang menyertai proses bisnis tersebut.
Pada beberapa kasus, kebijakan atau aturan (policy, rule) yang melandasai dibuatnya
proses bisnis tersebut justru tidak mencerminkan pengelolaan aktivitas yang efisien. Begitu
juga dengan prosedur atau instruksi kerja yang terdapat dalam proses bisnis, perlu ditelaah
lebih dalam dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang timbul saat proses
dijalankan selama ini.
Dengan melihat dan memperhatikan opsi-opsi yang tersedia untuk langkah perbaikan
proses, maka pilihan yang cukup masuk akal biasanya dengan mengambil pilihan (b), yaitu
dengan kata lain melakukan perbaikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan prioritas
serta mengombinasikannya dengan pilihan (c), yaitu dengan menggunakan model referensi
sebagai dasar perbaikan.
Konsekuensi atau risiko perbaikan proses dengan menggunakan pilihan (a) adalah
terjadinya potensi huru-hara saat kebijakan tersebut diambil. Pilihan (a) ini jarang diambil
kecuali jika memang benar-benar sangat dibutuhkan dengan pertimbangan jika tidak
dilakukan perombakan total secara masif justru akan menambah kekacauan dan keruwetan
operasional bisnis.
Selama proses perbaikan ini, setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu terkait
dengan: waktu, biaya, kualitas, dan fleksibilitas. Idealnya tujuan untuk melakukan
perbaikan ini mengacu kepada: pengurangan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sebuah proses, makin cepat makin baik; pengurangan biaya yang dibutuhkan selama
mengerjakan aktivitas, makin sedikit biaya makin baik; peningkatan kualitas produk atau
layanan yang dihasilkan, makin tinggi value makin baik; serta peningkatan
fleksibilitas dalam menyelesaikan proses dengan berbagai variasinya.
Tahapan selama perbaikan proses ini bisa mengikuti beberapa langkah sebagai berikut:
1. Deskripsikan visi proses yang lebih baik. Hal ini untuk memperjelas seperti apa
proses yang lebih baik itu, baik dari sisi waktu, biaya, kualitas, dan fleksibilitasnya.
Dengan adanya deskripsi yang lengkap, maka setidaknya akan mempermudah
proses perbaikannya. Visi ini bisa mengacu kepada tujuan proses dibuat, kebijakan,
dan aturannya.
2. Libatkan tim maupun tenaga ahli untuk menyusun proses bisnis yang baru agar
mempunyai berbagai sudut pandang yang cukup lengkap sehingga proses bisnis
nantinya bisa dieksekusi dengan baik. Masukan dan saran perbaikan dari mereka
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas aktivitas maupun proses.
3. Pertimbangkan efek dari implementasi proses bisnis yang baru terutama terkait
dengan penerimaan orang-orang yang nantinya terlibat dalam proses maupun
sumber daya lainnya, misal mesin, peralatan, sistem, teknologi, dan lain sebagainya.
Pastikan sumber daya yang diperlukan telah disesuaikan kapabilitas dan
kapasitasnya. Untuk manusia, bisa dilakukan pelatihan tambahan maupun upaya
peningkatan motivasi, softskill, dan hardskill. Beri pemahaman kepada mereka
bahwa perbaikan proses ini bertujuan untuk memudahkan mereka dalam
menjalankan aktivitas.
4. Dokumentasikan perbaikan proses yang dilakukan dengan menggunakan standar
pemodelan proses bisnis yang mudah dibuat dan dipahami. Pemodelan proses
bisnis bisa menggunakan standar BPMN 2.0 yang telah diakui secara internasional.
Dokumentasi ini meliputi analisis, diagram proses bisnis, prosedur, instruksi kerja,
formulir, maupun bentuk dokumentasi yang lain.
5. Meminta saran, umpan balik, atau pendapat dari stake-holder yang terkait dengan
perbaikan proses ini agar proses bisnis yang baru memang bisa diterima dan
dijalankan dengan baik. Komitmen semua pihak yang terlibat dalam proses
diperlukan guna memastikan bahwa proses bisnis yang baru nantinya benar-benar
membawa dampak yang lebih baik daripada sebelumnya.