Bantaeng yang termasuk didalamnya kedalam 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Bissapu, Kecamatan
Bantaeng, dan Kecamatan Pa’jukukang dengan melakukan identifikasi terhadap karakteristik kondisi fisik
dan gemorfologis wilayah melalui dokumen-dokumen perencanaan dan kajian literatur. Tinjauan terhadap
kondisi tersebut menjadi dasar kajian dalam menganalisis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Bantaeng
Secara geografis Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng terletak pada 120 02’ 19” BT dan 05
30’ 01” LS dengan luas wilayah mencapai 48,90 km2 atau 12,35 % dari total luas wilayah Kabupaten
Bantaeng. Kecamatan Pa’jukukang yang juga merupakan wilayah pesisir dan laut dari Kabupaten
Bantaeng. Kecamatan Pajukukang ini terdiri atas 10 (sepuluh) desa/kelurahan dengan letak ibukota
kecamatan di Kelurahan Nipa-Nipa, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Gantarang Keke dan Kabupaten Bulukumba.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bulukumba
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan perairan Laut Flores
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Eremerasa. Adapun
desa/kelurahan yang termasuk dalam wilayah pesisir mencakup 8 (delapan) desa/kelurahan yaitu:
Rappoa, Lumpangan, Biangkeke, Nipa-Nipa, Pa’jukukang, Borong Loe, Papan Loe dan Baruga.
Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Luas Wilayah dan Jarak Wilayah dari Ibukota Kecamatan dan
Kabupaten Dirinci Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Pa’jukukang,
Kecamatan Bantaeng.
No Kelurahan Luas Wilayah Jarak Dari
Jarak Dari
(Km2) Ibukota
Ibukota
Kabupaten
Kecamatan
Km
1. Rappoa 3,25 4,0 3,0
2. Biangloe 3,93 7,0 8,0
3. Batu Karaeng 3,02 6,0 7,0
4. Lumpangan 4,70 5,0 5,0
5. Biangkeke 3,11 2,0 4,0
6. Nipa-Nipa 6,12 - 7,0
7. Pa,jukukang 5,85 1,0 12,0
8. Borong Loe 8,40 3,0 12,0
9. Papan Loe 7,35 6,0 15,0
10. Baruga 3,17 7,0 12,0
Total 48,90
Sumber : Kec. Pa’jukukang Dalam Angka 2016
c. Kondisi Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Bantaeng hampir sama dengan wilayah Indonesia pada
umumnya, dimana terjadi musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan
terjadi antara bulan November dan Maret karena pada bulan tersebut angin Barat
yang bertiup dari benua Asia dan Samudera Pasifik yang membawa kandungan uap
air. Namun demikian, berdasarkan data statistik pada tahun 2014 curah hujan yang
turun pada bulan Juni justru merupakan curah hujan tertinggi yang terjadi selama
tahun 2014 sebesar 368 mm. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan
Oktober dan November karena antara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari
daratan Australia membawa kandungan uap air yang sifatnya kering. Pada bulan
April arah angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan sehingga pada
bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata dan menyebabkan adanya
wilayah basah dan wilayah kering. Curah hujan tertinggi selama tahun 2014 terjadi
pada bulan Juni sebesar 368 mm dan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 52
mm. Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi selama tahun 2014 terjadi pada bulan
Juni sebesar 14 hari hujan dan jumlah hari terendah terjadi pada bulan November
sebesar 2 hari hujan. Sehingga curah hujan tahunan di Kabupaten Bantaeng sebesar
1.497 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 72 hari/bulan.
Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 23C – 33C. Rata-rata suhu udara bulanan
tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 33C sedangkan yang terendah
terjadi pada bulan Juni sebesar 23C . Kelembaban udara wilayah ini berkisar antara
70-80,45%. Rata-rata kelembaban udara tertinggi terjadi pada Juni sebesar 80,22%
sedangkan terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar 70,12%.
Untuk kecepatan angin yang bertiup di wilayah Kabupaten Bantaeng ini pada tahun
2014 berkisar antara 0,3 – 2,1 knot dengan rata-rata tahunan 1,2 knot.
d. Kondisi Oseanografi
a) Gelombang
Kondisi gelombang di perairan Kabupaten Bantaeng sangat dipengaruhi
oleh keadaan musim. Pada musim Timur dimana kecepatan angin bertiup
berada pada kisaran 173,4 m/mnt sampai 117,6 m/mnt dapat membangkitkan
gelombang laut dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 meter. Sedangkan pada musim
Barat yang memiliki kisaran kecepatan tiupan angin antara 133,2-45 m/dtk
mampu membangkitkan gelombang yang mencapai ketinggian 0,4 – 1,4 meter.
b) Arus
Pergerakan dan kecepatan arus laut, perairan Kabupaten Bantaeng
memiliki pola pergerakan arus tolak pantai dan susur pantai dengan kisaran
kecepatan rata-rata antara 0.0434 m/dtk hingga 0.1852 m/dtk. Arus pada bulan
Oktober 2014 menunjukkan bahwa arus laut bergerak dengan kecepatan antara
0,013 -0,077 m/detik.
c) Pasang Surut
Wilayah perairan laut kabupaten Bantaeng memiliki karakteristik pasang
surut yang sangat dinamis. Hal ini dilihat dari fluktuasi pasang surut yang
sangat dinamis serta kondisi ombak dan arus laut yang berubah-ubah mengikuti
pergantian musim. Fluktuasi pasang surut air laut berada pada kisaran +0,92
meter saat pasang dan -0,92 meter pada saat surut.
d) Sedimentasi
Sebagaimana uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa wilayah pesisir
daratan dari Kabupaten Bantaeng (Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan
Pa’jukukang) dilintasi oleh beberapa sungai, antara lain; Sungai Balang Sikuyu
(10,80 km), Sungai Panaikang (11,75 km), dan Sungai Lemoa (14,45 km)
melewati Kecamatan Bissappu, Sungai Cilendu (20,70 km) melintasi
Kecamatan Bantaeng dan Sungai Pamosa (1,75 km), Sungai Turung Asu (7,40
km), Sungai Kalamassang (14,20 km), Sungai Kaloling (17,10 km), Sungai
Biangkeke (20,45 km), Sungai Nipa-nipa (25,15 km) melintasi Kecamatan
Pa’jukukang. Keseluruhan sungai-sungai tersebut bermuara di wilayah pesisir
dan laut Kabupaten Bantaeng yang berpotensi menimbulkan terjadinya
sedimentasi terhadap perairan pesisir dan laut pada ketiga kecamatan di
wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bantaeng tersebut.