Anda di halaman 1dari 3

Gadis Kecil Pemburu Ingatan

“Kak boleh tolong buat aku sebuah gambar?”.


Adalah kalimat pertama yang aku dengar dari
gadis kecil berbaju hijau pulkadot di sebuah
warung pinggir jalan. Aku mengangguk pelan
sebagai isyarat telah menyetujui permintaannya.
Entah dari mana munculnya, gadis kecil itu sudah
sejak tadi memperhatikanku yang terus sibuk
mencoret-coret kertas menggunakan pensil
andalanku. Wajahnya terlihat sendu, seperti
kelelahan menanti waktunya untuk beristirahat.
Gadis kecil yang ku temui sore itu, bernama Namira. Ia memiliki perawakan
kecil, warna kulitnya agak sawo matang, rambutnya panjang sebahu terlihat kusut
seperti jarang dishampoo. Nami adalah nama panggilan darinya. Anak laki-laki yang
ada dalam gendongnnya adalah Toni, keponakan Nami dari kakaknya yang memiliki
saat itu didiagnosa amnesia. Emak Jaminah adalah ibu kandung Nami yang menampung
gadis itu, bersama kakak dan keponakannya yang berusia 2 tahun di rumah petak
peninggalan almarhum ayahnya.
“Kak tolong buatkan gambar saya yang bagus ya? Pintanya sambil memasang
muka iba padaku.
Gadis kecil itu terlihat seperti memiliki kelelahan yang panjang. Kerah bajunya
terlihat basah oleh keringat berwarna coklat. Entah keringat macam apa. Napasnya
terdengar sesak seperti ada sesuatu yang mengahalangi saluran napasnya.
“Nami, kenapa tiba-tiba minta dibuatkan gambar? Padahal kita baru kenal”
tanyaku dengan penuh penasaran. Gadis kecil itu terlihat menyimpan cerita, ia hanya
menggelangkan kepala. Aku pesan 2 gelas susu coklat bersama gorengan dan roti untuk
mencairkan suasana. Gadis kecil itu tetap tidak ingin membahas alasan kenapa ia ingin
dibuatkan gambar.
Sesendok susu coklat ia masukan ke mulut anak laki-laki yang ada di
pangkuannya. Menyusul kemudian satu, dua potong roti dimasukkan juga ke mulut

Ayu Rahmawati Hidayat-08983515892 Page 1


anak laki-laki itu. Gadis kecil itu masih belum menyentuh satu gelas susu coklat
miliknya sejak sampai di atas meja. Sore itu, aku dibuat semakin penasaran.
“Sebenarnya aku sudah sejak lama memperhatikan kakak setiap datang ke
warung ini” Celotehnya, seperti berusaha mengungkap lebih jauh tentang
keberadaannya.
Rasa penasaran di hatiku membuat otakku terus berusaha mengingat dan
mengamati sosok gadis kecil yang berada di hadapanku.
“Ah, sepertinya kau gadis kecil pencuci piring dan gelas di warung ini ya?
Kataku dengan penuh semangat seperti seseorang yang baru berhasil memenangkan
lotre. Wajah gadis kecil itu tiba-tiba merah padam karena menahan malu melihat
ekspresiku yang terkesan berlebihan.
“Iya betul ka, aku juga anak yang dulu pernah tidak sengaja menumpahkan teh
ke salah satu gambar yang sudah selesai kakak buat. Tapi saat itu, kakak tidak marah.
Sebaliknya malah membantuku merapikan kekacauan di meja saat itu”. Jawabnya
dengan terus membantuku untuk mengingat peristiwa itu.
“Apakah kakak tidak bisa mengingat juga, kejadian di pasar tradisional dekat
dengan stasiun kereta itu?” Gadis kecil itu berusaha bertanya lagi, mendorongku untuk
mengingat kejadian lain.
“Kejadian apa?” Tanyaku penasaran. Seperti memiliki beban untuk mengingat
setiap kejadian masa lalu.
***
Satu tahun lalu, di pasar tradisonal dekat stasiun kereta api di kotaku.

Seorang ibu pedagang ikan di pasar menemukan anak perempuan pertamanya tergeletak
tak berdaya di atas aspal jalanan pasar yang padat pedagang. Perempuan itu, terlihat
setengah sadar dengan darah yang terus mengalir di kepala bagian belakangnya. Buntut
dari peristiwa tersebut menyebabkan cedera serius pada kepala perempuan itu sehingga
sebagian memori masa lalunya hilang. Nasib tragis perempuan itu bertambah, ketika
seorang pria yang merupakan ayah dari anak laki-lakinya berusia 1 tahun itu
menceraikannya. Perempuan itu semakin terpuruk, karena ingatan masa lalunya
semakin sulit untuk ditemukan.
***

Ayu Rahmawati Hidayat-08983515892 Page 2


Beruntung, seorang pedagang ikan di pasar itu memiliki satu anak perempuan
lain yang sangat mencintai kakaknya. Gadis itu berusia 11 tahun, ia memilih putus
sekolah agar bisa menjaga kakaknya serta sepupunya yang masih bergantung pada
orang lain.
Gadis kecil itu selalu mengawasi kakaknya kemanapun perempuan itu pergi. Ia
berkeyaninan bahwa ingatan perempuan pengidap amnesia akan pulih kembali.
Keyakinan itu membawanya pada usaha-usaha kecil hingga besar demi memulihkan
ingatan kakak tercintanya.
***
Gadis itu tidak terlihat putus asa ketika usahanya di sore itu tidak membuahkan
hasil. Saat itu aku hanya berhasil mengingat sedikit kejadian setahun lalu. Wajah gadis
kecil itu berkeringat melihatku tersiksa dengan sakit kepala yang merongrong ku sore
itu. Mataku berkunang dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Tujuh jam kemudian, aku terbangun di atas ranjang pada kamar yang berbau
obat. Seketika aku mengenali orang-orang yang berada disekelilingku, gadis kecil
berambut kusut bernama Namira, seorang ibu penjual ikan di pasar serta anak laki-laki
kecil bernama Toni.

Ayu Rahmawati Hidayat-08983515892 Page 3

Anda mungkin juga menyukai