Anda di halaman 1dari 9

1..

PENGERTIAN AGAMA

Agama yang sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologis berasal dari bahasa
Sanskerta terdiri dari kata: a artinya tidak, gama artinya kacau. Agama berarti tidak
kacau. Sebagian yang lain mengartikan a adalah cara, gama adalah Jalan. Agama berarti
cara jalan, maksudnya cara berjalan menempuh keridaan Tuhan. Dalam hal ini agama
adalah cara menempuh keridaan Tuhan dengan jalan yang tidak kacau Agama memberi
pelajaran hidup yang semestinya sesuai dengan ajaran Tuhan . Dalam hal ini mnusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan memberikan timbal balik kepada Tuhannya melaui perilaku yang
sesuai kehendak-Nya.Tuhan memberikan batas-batas yang harus dilakukan manusia agar
tidak melakukan perbuatan yang semena-mena dan berlebihan terhadap makhluk tuhan lain
melalui ajaran agama.

Dalam bahasa Inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin relegere artinya
mengumpulkan, membaca. Religion mengandung pengertian kumpulan cara-cara
peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca. Ibadah merupakan
penghubung antara manusia dan Tuhan . Kitabsuci menjadi pedoman perilaku manusia.

Dalam bahasa Arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti: balasan atau
pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat dan patuh, kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan
menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa
kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa balasan
baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat. Dalam hal ini agama
bersifat tegas dalam mengatur kehidupan .apa yang dibuat harus ada tanggungjawabnya

Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-


undang) ilahi yang didatangkan Allah buat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia
di alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah
peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem
penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.Kehidupan manusia tidak hanya ada pada satu sisi saja , namun juga ada pada sisi
lainnya yakni akhirat. Agamalah yang menjadi pedoman untuk bekal kehidupan diakhirat .

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo kepercayaan
atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara peribadatan
manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.

Sumber BMP PAI

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Definisi
2. KLASIFIKASI / PEMBAGIAN AGAMA

Ahmad Abdullah al-Masdoosi mengklasifikasikan agama ke dalam tiga kategori:

1. Wahyu dan Non-wahyu

agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-
Nya dan kepada kitab-kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat
manusia. Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia
kepada tata aturan ilahi di atas. Perbedaan agama wahyu dan non-wahyu sebagai berikut.

 Pertama, agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama
bukan wahyu tidak demikian.

 Kedua, agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-wahyu tidak.

 Ketiga, sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu adalah
kitab suci sedangkan dalam agama non-wahyu, bukan sumber utama.

 Keempat, semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu
di luar area tersebut.

 Kelima, agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di bawah


pengaruh ras semitik, walaupun kemudian menyebar luas ke luar area pengaruh ras
semitik, sedangkan agama non-wahyu lahir di luar wilayah pengaruh ras semitik.

 Keenam, sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan


agama non-wahyu tidak bersifat misionaris.

 Ketujuh, ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu
kabur dan sangat elastis.

 Kedelapan, agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi
pemeluknya, sedangkan agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja. Yang
tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di luar yang tiga itu
adalah agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha, Confusionisme.

2. Misionaris dan Non-misionaris

Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan penganutnya


menyebarkan kepada seluruh manusia. Agama missionary adalah agama yang memiliki
aturan mutlak yang berisikan dakwah yang berdasarkan pada perintah Tuhan. Sedangkan
agama non-misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut Al-Masdoosi agama
yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya,
Kristen dan Budha menjadi agama misionaris.

3. Rasial dan Universal


Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan:
1) semitik, 2) arya, dan 3) mongolia. Yang termasuk agama smitik adalah Yahudi,
Kristen dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme,
Zoaterianisme. Sedangkan yang tergolong mongolian adalah Confusionisme, Taoisme, dan
Shintoisme.

Sumber BMP PAI

http://www.referensimakalah.com/2012/12/klasifikasi-agama.html

PERBEDAAN AKHLAK DAN MORAL

Pengertian Moral

Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk Jarnak dari more, artinya
adat atau kebiasaan. Secara terminologi moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang
yang dalam hal sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar atau salah, baik atau buruk.

Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah
tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu. Tindakan itu telah diterima dalam masyarakat dan dijadian kebiasaan .

Sementara itu dalam The Advanced Leaner's Dictinary of Current English dikemukakan
pengertian moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang berkenan dengan benar dan salah,
baik dan buruk; 2) kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah,
dan 3) ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan "menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia," moralitas dapat diartikan dengan "keseluruhan norma-norma dan
nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat." Moral mengacu pada baik
buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

Jika kita perhatikan lebih mendalam definisi tentang moral, kita bisa memahami bahwa
moral adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai nilai baik atau
buruk, salah atau benar, layak atau tidak layak. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia
moralnya buruk. Artinya adalah bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai sifat buruk
atau tidak layak atau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya kalau
dikatakan ia moralnya baik berarti apa yang dilakukannya itu mempunyai nilai baik
karena sesuai dengan ketentuan umum dan layak untuk dilakukan. Dengan hal yang baik
perlu dilaksanakan dan dibiasakan perbuatan itu dan sebaliknya,yang buruk haus dihindari

Selanjutnya terkait dengan masalah moral adalah kesadaran yang disebut dengan kesadaran
moral. Kesadaran moral adalah pengetahuan bahwa ada yang baik dan ada yang buruk
yang dengan pengetahuannya ia memilih untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada
paksaan dari siapa pun. Suatu perbuatan itu bisa dikategorikan baik atau buruk jika
perbuatan itu dilakukan secara sadar atau karena punya kesadaran moral. Orang yang
melakukan suatu perbuatan tanpa ada kesadaran, maka perbuatannya itu tidak bisa
dikategorikan baik atau buruk. Misalnya, seseorang anak kecil yang mengambil kotoran
ayam ketika disodorkan kepadanya, maka perbuatan si anak itu tidak bisa dianggap
buruk karena anak itu belum punya kesadaran tentang baik dan buruk. Atau seperti orang
gila, perbuatannya itu tidak bisa dikatakan baik atau buruk karena ia tidak sadar.
Karena itulah, orang gila karena hilang kesadarannya tidak bisa dikatakan tidak bermoral
sekalipun ia berperangai buruk.

Kesadaran moral ini menjadi penting, karena satu-satunya makhluk Tuhan yang diberi
kesadaran adalah manusia. Dengan kesadaran itu manusia diberi kebebasan untuk memilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Apa yang dilakukannya tentu mempunyai akibat-
akibat tertentu. Hanya saja orang yang mempunyai kesadaran akan selalu mengikuti hal-
hal yang memang secara moral baik. Kesadaran moral itu timbul karena:

Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang baik. Perasaan ini
telah ada dalam setiap diri manusia, siapa pun dan di mana pun ia. Karena itulah jika
perasaan wajib itu tidak dilaksanakan maka ia disebut pelanggaran. Manusia terlahir
fitrah, yakni suci. Dalam arti punya kecenderungan terhadap kebaikan. Karena fitrahnya
ini manusia senantiasa mempunyai suara batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan hati nuraninya. Ketika suara batin ini tidak ditaati maka ia akan
merasa tidak tenang dan tidak tenteram.

Kedua, objektif dan rasional. Kesadaran moral ini muncul berdasarkan akal. Dengan
akalnya ini manusia bisa mengetahui baik atau buruk suatu perbuatan dan itu berlaku
secara universal, artinya sama di setiap tempat dan sama dalam pandangan setiap orang.
Misalnya, menghormati orang tua. Perbuatan itu berlaku objektif dan rasional. Perbuatan
hormat kepada orang tua mempunyai nilai yang baik di semua tempat dan di semua
kebudayaan. Dan semua akal manusia menerima bahwa perbuatan itu memang baik.

Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab ( ‫ )لخللقق‬yang merupakan bentukjamak (plural) dari khuluq .
Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat,perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut
kamus al-Munjid, kata akhlak mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun
(kejadian), khaliqun (pencipta) dan makhluqun l.9~ (yang diciptakan). Dalam arti bahasa
akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Secara bahasa, arti istilah akhlak
yang dikemukakan oleh para ulama juga mengacu pada masalah tabiat atau kondisi batin
yang mempengaruhi perilaku manusia. Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah
dari sebagian para ulama:

Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A 'raq, mendefinisikan
akhlak sebagai: "Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan (sebelumnya)", dan
Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya 'Ulumuddin, mendefinisi akhlak sebagai: "Segala
sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan."

Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang
tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara
langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut. Keadaan jiwa itu,
adakalanya merupakan sifat alami yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan
suatu perbuatan atau tidak melakukannya, seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu,
suasana jiwa, adakalanya juga disebabkan oleh pengaruh adat istiadat yang berlaku
seperti orang yang membiasakan berkata benar secara terns menerus, maka jadilah suatu
bentuk akhlak yang tertanam dalamjiwa atau batin.

Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting
tentang akhlak, yaitu:

a. Akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak.

b. Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang


dibuat-buat, tetapi sewajamya).

Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai
ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia
tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

Untuk meraih kesempumaan akhlak, seseorang hams melatih diri dan membiasakannya
dalam hidup sehari-hari. Seseorang harus berlatih dan membiasakan diri berpikir dan
berkehendak baik, serta membiasakan pemikiran dan kehendak baiknya itu dipraktikkan
dalam wujud perbuatan dalam hidup sehari-hari.

Dengan cara demikian seseorang akan meraih kesempurnaan akhlak, sebab akhlak
seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada saat-saat tertentu saja, namun akhlak
merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan yang melekat pada jiwa seseorang yang
tampak pada perilakunya sehari-hari.

Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda dengan
moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah perilaku yang dilakukan
tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian
sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang
moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak ( etika Islam) bahwa yang
pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan
pada wahyu, akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan.

Hubungan MORALdan AKHLAK

dari segi fungsinya, semuanya berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Dengan itu manusia
diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik agar tercipta sebuah
masyarakat dengan warganya yang baik, sopan.

Dari sisi sumber, akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadits. Sementara
moral dan susila atau budi pekerti umurnnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiasaan
umum yang berlaku di masyarakat.

Selain itu, etika (ilmu akhlak) bersifat teoretis sementara moral, susila, akhlak lebih
bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila
berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk,
benar salah, layak tidak layak.

Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa
perbuatan itu dikatakan buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan mempertimbangkan
tentang yang baik dan burnk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam
kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika. Akhlak karena bersumber pada
wahyu maka ia tidak bisa bernbah. Akhlak dalam Islam bersifat tetap dan tidak bisa
diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh al-Qur'an dan apa
yang dikatakan burnk oleh Hadits maka sampai kapan pun akan tetap berlaku.

Meskipun demikian, karena ayat-ayat al-Quran terbatas dan Hadits juga terbatas pula
sedangkan kehidupan manusia terns bernbah dan terns berkembang, maka tidak setiap apa
yang ditemukan dalam masyarakat secara otomatis langsung ada jawabannya di dalam al-
Quran atau Hadits. Untuk hal-hal tertentu al-Quran menyerahkan kepada para ulama untuk
menggali nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits yang dinyatakan secara dalam
kedua sumber itu secara umum.

Meskipun akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur'an dan Sunnah sementara etika
moral, dll. bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan
terhadap etika, moral dan susila karena:

Pertama, Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam
menjabarkan ajaran-ajaran Islam. Allah menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya
dalam menelaah, membaca, menganalisis termasuk mernmuskan masalah-masalah yang
tidak tercantum dalam al-Quran secara terperinci. Karena itu akhlak Islam bisa
menggunakan apa yang telah dihasilkan oleh etika, moral, dll. selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Kedua, Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Menurut sejarah keberhasilan
agama Islam dalam menyebarkan ajarannya di nusantara karena Islam sangat menghormati
budaya setempat bahkan budaya setempat bisa dijadikan sumber hukum selama budaya itu
tidak menyimpang. Hal ini sesuai dengan kaidah Ushul Fiqih:
Artinya: "Adat itu bisa menjadi sumber hukum." Kalau pun adat lokal menyimpang, Islam
mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara
bertahap. Allah berfirman:

‫ضلل لعدن لسإبيِلإإه ۖ لولهلو ألدعلللم إباِدللمدهلتإديِلن‬


‫ك لهلو ألدعلللم إبلمدن ل‬
‫حدكلمإة لوادللمدوإعلظإة ادللحلسلنإة ۖ لولجاِإددللهدم إباِللإتيِ إهليِ ألدحلسلن ۚ إإلن لرلب ل‬
‫ك إباِدل إ‬
‫اددلع إإللىى لسإبيِإل لربَب ل‬

Artinya: "Serulah (manusia) ke jalan (agama) Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan


pengajaran yang baik, dan berbantahlah (berdebatlah) dengan mereka dengan (jalan) yang
terbaik."

(QS. An-Nahl/16: 125)

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar kita mengajak manusia kepada kebenaran
itu dengan cara hikmah. Termasuk ke dalam makna hikmah adalah cara penyampaian
yang tidak menyakitkan orang yang didakwahinya dengan cara bertahap disesuaikan
dengan kemampuan objek dakwah dan dilakukan tidak sekaligus. Ayat ini juga
mengindikasikan keharusan memahami kondisi sosio-kultural masyarakat, termasuk
tradisi yang diwarisinya. Selama adat itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syara',
maka ia bisa menjadi bagian yang harus kita laksanakan termasuk perihal akhlak.

Moral merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik
dan buruk. Sementara itu, Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-
Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan,
kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah.

SUMBER BMP PAI

https://www.catatanmoeslimah.com/2018/07/persamaan-serta-perbedaan-antara-moral-dan-
akhlak.html

UNSUR-UNSUR MANUSIA MENURUT IMAM AL GHAZALI

Akhlak adalah kriteria-kriteria perbuatan manusia baik yang bersifat batin maupun yang
bersifat lahir. Dalam perwujudannya baik yang batin maupun yang lahir ada yang
mulia dan ada yang tercela. Jika ia sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang
kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia.
Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.

Akhlak batin merupakan dasar atau sendi bagi akhlak lahir. Akhlak batin yang mulia akan
melahirkan akhlak lahir yang mulia pula, sebaliknya akhlak batin yang tercela akan
melahirkan akhlak lahir yang tercela pula.

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi atau akhlak batin yang baik yang menjadi dasar
bagi perbuatan-perbuatan baik dan ada empat sendi akhlak batin yang tercela yang
menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan tercela. Keempat sendi akhlak batin yang baik itu
adalah:
1. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinya adalah keadaan
jiwa yang bisa menentukan antara hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah.

2. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

3. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat
yang terdidik oleh akal.

4. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas. Wujudnya adalah adil, yakni
kekuatan jiwa yang menuntun amarah dan keinginan sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan). Dari empat sendi akhlak tersebut di atas
akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama,
tawadu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati
orang lain, qana'ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari
hal-hal yang haram.

Sementara empat sendi-sendi atau dasar-dasar akhlak batin yang tercela adalah:

1. Keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa
menentukan yang benar di antara yang salah karena bodohnya.

2. Berani tapi sembrono, penakut, dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa
dikekang atau tidak pemah dilakukan, sekalipun sesuai dengan kehendak akal.

3. Rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syariat
agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak berfungsi.

4. Aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah.

Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan tercela yang
dikendalikan oleh nafsu, seperti sombong, riya ', mencaci maki, khianat, dusta, dengki,
keji, serakah, 'ujub, pemarah, malas, membukakan aib, kikir, dll. yang kesemuanya
akan mendatangkan malapetaka baik bagi pribadi maupun bagi masyarakat.

Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri dari Al-Nafs, Al-ruh dan Al-jism. Al-nafs adalah
substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat. Al-ruh adalah panas alam di (al-hararat al-
ghariziyyat) yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf. Sedangkan
al-jism adalah yang tersusun dari unsur-unsur materi. Al-jism (tubuh) adalah bagian yang
paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas unsur-unsur materi, yang pada suatu saat
komposisinya bisa rusak. Karena itu, ia tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya
mempunyai mabda’ thabi’i (prinsip alami), yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada
kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah benda
mati.

Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari substansi yang mempunyai
dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang mempuyai kemampuan merasa dan bergerak
dengan kemauan. Yang pertama adalah al-jism dan yang kedua al-nafs. Di sini, ia tidak
membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang halus atau panas alami, tetapi ia
menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs dibawah al-nafs dalam arti esensi manusia,
yaitu al-nafs al-nabatiyyat (jiwa vegetatif) dan al-nafs al-hayawaniyyat (jiwa sensitif). Kedua
jiwa ini disebut di bawah jiwa manusia, karena dipunyai secara bersama oleh manusia dan
makhluk-makhluk lainnya, tumbuh-tumbuhan untuk yang pertama dan hewan serta tumbuh-
tumbuhan untuk yang kedua.

Menurut Al-Ghazali, Jiwa (al-nafs al-nathiqah)sebagai esensi manusia mempunyai hubungan


erat dengan badan. Hubungan tersebut diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda
dengan kudanya. Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam arti bahwa yang memegang
inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya. Kuda merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat bagi jiwa. Jadi, badan tidak mempunyai
tujuan pada dirinya, dan tujuan itu akan ada apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai
alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya.

Disamping itu, berdasarkan proses penciptaannya, manusia merupakan rangkaian utuh antara
komponen materi dan immateri. Komponen materi berasal dari tanah

‫ي اسيحسسسن ككلُل سشيينء سخلسقسهه سوبسسداس سخيل س‬


‫ق ا ي طلينسساَطن طمين ططيينن‬ ‫اللُطذ ي‬

Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah (Q.S Assajdah 7)

Komponen immateri ditiupkan oleh Allah

‫فسإ طسذا سسلُوُييِتكهك سونسفسيخ ك‬


‫ت طفيطه طمين كروطحي فسقسكعوُا لسهك سساَطجطديِسن‬

Artiya Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q.S. Al
Hijr/15:29).

Kesatuan ini memberi makna bahwa di satu sisi manusia sama dengan dunia di luar dirinya
(fana), dan disisi lain menandakan bahwa manusia itu mampu mengatasi dunia sekitarnya,
termasuk dirinya sebagai jasmani (baqa).

Sumber BMP PAI

https://kurikulummadani.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai