Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Askep Agregat Dalam Komunitas Kesehatan Anak dan Remaja

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Dosen Pembimbing: Sri Arianti.,M.Kep
Disusun Oleh kelompok 2
Sherly Gita Pramesti (SNR18213050)
Joko Prayetno (SNR18213032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK


2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Asuhan keperawatan urolithiasis tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan pembahasan Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas
Kesehatan Anak Dan Remaja. Dalam penyusunan Makalah ini kami telah berusaha
memberikan yang terbaik dengan dukungan dari berbagai sumber atau literatur yang ada.
Untuk itu kami menghaturkan terima kasih kepada:
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam proses
pendidikan.
b. Dosen pembimbing Ibu Sri Arianti, Ners.M.Kep yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini sehingga tepat pada waktunya.
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, serta pihak-
pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini maka
dari itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun pembaca.

Pontianak, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. hal ini lah yang
menjadi faktor yang berhubungan dari masalah kesehatan manusia. Di dalam komunitas
masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompoknya khusus, yang
sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah klompok khusus anak usia
sekolah. Salah satu upaya di laksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang
sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang
didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.
Anak usia sekolah pada umunya menghabiskan waktu 6-7 jam di sekolah, sehingga
asupan gizi anak akan kurang jika tidak di awali dengan sarapan pagi. Upaya perbaikan gizi
melalui pemenuhan gizi pada anak usia sekolah, sama seperti halnya usaha memperbaiki
gizi dan kesehatan pada anak, merupakan elemen strategi dalam usaha dalam membangun
masyarakat. Anak yang lebih sehat dan bergizi lebih baik akan berada di sekolah lebih
lama, belajar lebih banyak dan akan menjadi orang dewasa yang lebih sehat dan lebih
produktif.
Masalah remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Bannyak peroses yang harus di lalui
seseorang di masa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi
orang tua dan petugas kesehatan dalam menangani peroblemmatika remaja pun akan
semakin kompleks.namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia
kereatif dengan komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negatif banyak pada para pelajar dikalangan
remaja sudah meroko, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai oleh
dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus-menerus di gunaka, walaupun
mengalami dampak negatif dan menimbulkan fungsi sehari-hari baik di rumah, sekolah
maupun di masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan agregat dalam komunitas anak dan remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori asuhan keperawatan agregat dalam komunitas anak dan
remaja
b. Mengidentifikasi permasalahan di dalam komunitas anak dan remaja
c. Mampu melaksanakan pengkajian
d. Mampu menentukan diagnosa keperawatan
e. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Komunitas
1. Definisi Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar
communis yang artinya masyarakat, publik, atau banyak orang. Komunitas adalah
sejumlah kelompok sosial yang terdiri dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama. (Kusumastuti,
2014).
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk
pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
a. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatkan kemampun individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan di rumah, di pantidan dimasyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yangmemerlukan pennanganan tindaklanjut dan
asuhan keperawatan di rumah. (Fallen & K, 2010)
3. Sasaran Keperawatan Komunitas
a. Tingkat individu
Perawaat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai
masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang di jumpai di
poliklinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan
dan pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai maslah
kesehtan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana
terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal maslah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi maslah kesehtan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumberdaya dalam
masyarakat untuk meningkatakn kesehatan keluarga prioritas pelayanan perawatan
kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan ibu
hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neonatusnya, balita tertentu, penyakit keronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis penyakit kronis tidak menular ataukeluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi , seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun kurang
energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resikotinggi seperti pendarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan
neonates BBLR, keeluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
3) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
c. Tingkat komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
4. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencangkup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan
baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,maupun resosialitatif. Upaya
promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehtan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga
teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu. Keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan
rumah,pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan
kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di rumah, perawatan orang
sakitsebagai tindaklanjut dari puskesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan
kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertenntu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain
sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembaikan penderita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan
wanitatuuna susila.
5. Peran Perawat Komunitas
a. Pemberi asuhan keperawatan (care provider)
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat yang utuh (holistic) serta
berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan dapat diberikan secara
langsung maupun secara tidak langsung pada berbagai tatanan kesehatan meliputi
puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,
panti, posyandu.
b. Peran sebagai pendidik (Educator)
Peran sebagai pendidik (educator) adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat dalam rangka menanamkan perilaku sehat. Perawat bertindak sebagai
pendidik kesehatan harus mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu,
keluarga, kelompok, masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit,
menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit.
Misalnya penyuluhan tentang nutrisi, senam lansia, manajemen stres, terapi
relaksasi, gaya hidup bahkan penyuluhan mengenai proses terjadinya suatu penyakit.
c. Peran sebagai konselor (Counselor)
Peran sebagai konselor adalah melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan dengan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Peran sebagai panutan (Role model)
Peran sebagai panutan adalah dapat memberi contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang tatacara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
e. Peran sebagai pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela adalah diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada pada masyarakat. Perawat sebagai seorang pembela klien
adalah membela hak-hak klien. Pembelaan nya yaitu peningkatan yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
f. Peran sebagai manajer kasus (Care manager)
Perawat sebagai manejer adalah perawat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
g. Peran sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama
dengan tim kesehatan lainnya yaitu dengan dokter, ahli gizi, radiologi, dan lain-lain
untuk membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi ini
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan.
h. Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan
dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjungan rumah, penemuan-penemuan observasi dan pengumpulan data (Widyanto,
2014) dalam (Nurwahidah, Septianingsih, Rasyid, & Asyfiah, 2017).
B. Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak menurut Dr. Soetjiningsih mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Menurut Nastiah (2002) yang di maksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan perdefinisinya seperti berikut :
1. Pertumbuhan (Growth), merupakan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun indipidu, yang dapat di ukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilo). Ukuran panjang dengan cm, umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan netrogen tubuh).
2. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih komplek dalam pola yang tratur sebagai hasil dari peroses pematangan.
(Putra, 2014)
C. Umur Anak
1. Periode toddler (1-3 tahun)
a. Perkembangan fisikososial (fase autonomi vs shame)
b. Anak muali mengatur dirinya sendiri, jika hasilnya baik anak meningkatkan kontrol
diri.
c. Perkembangan psikointelektual (fase preoperasio anak) ciri pada fase ini adalah sifat
egosentris dan belum mampu berpikir dari sudut pandang orang lain.
d. Tugas perkembangan pada fase ini :
1) Belajar toilet training
2) Belajar otonomi
3) Belajar independent
e. Perkembangan psikoseksual (Fase Anal)
Pusat kenikmatan terletak di anus dibagi dua sub masa
2. Periode preschool (3-6 tahn/ usia meniru, kreatif, menjelajah)
a. Perkembangan psikososial (Fase Initiative vs Guilt/ rasa bersalah)
b. Ciri-ciri pada fase ini adalah banyak gerimisiataif, rasa ingin tahu besar, sering
bertanya, banyak bicara, aktif bermain, bekerja, aktif di luar rumah. Komplik akan
timbul bila ketika anak merasa tidak mampu kemudian ia di cela. Bila pada fase ini
terdapat hambatan akan timbul kesulitan belajar, pasif, takut, kurang inisiatif.
c. Perkembangan psikointelektual (fase preoperasional), dibagi 2 sub masa :
NO SUB MASA PERKEMBANGAN
1 Pre Conceptual (2-4 tahun) Pada masa ini anak egosentris

2 Berpikir intutive (4-7 tahun) Pola pikir didasarkan pada penampakan


objek, daya nalar masih kaku, masa
transisi dari egosentris ke lingkungan
(super ego) merupakan periode trozt alter
l yang dicirikan dengan sukar dibelokkan
sering bandel, tidak dapat di paksa dan
emosi memuncak.
d. Tugas perkembangan pada fase ini :
1) Mempelajari perbedaan seks dan perilakunya.
2) Mempersiapkan diri untuk membaca dengan kemampuan bica dan bahasa.
3) Belajar membedakan mana yang benar dan yang salah serta memulai
mengembangkanhati nurani.
3. Periode School (6-12 tahun)
a. Perkembangan psikososial (fase industry vs inferio rity)
Ciri fase ini anak ingin diibaratkan dalam aktivitas karena ingin menghasilkan
sesuatu, jika ada tugas ingin diselesaikan. Anak juga mulai belajar aturan dan
kompetisi. Jika pada fase ini terganggu akan timbul rasa tidak percaya diri, tidak
mampu, inferior dan takut terhadap kompetisi.
b. Perkembangan psikointelektual (konkrit operasional 7-12 tahun)
Ciri pada fase ini adalah anak berpikir lebih logis dan terarah, dapat menggolongkan
dan mengorganisasi fakta. Akan mampu berpikir dari sudut pandang orang lain.
Dapat mengatasi persoalan menurut persepsinya.
c. Tugas perkembangan
1) Belajar kemampuan fisik, dapat bermain dan berolah raga
2) Membentuk sikap tertentu, pribadi mulai berkembang
3) Belajar bergaul dengan teman-teman seumur
4) Mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung
5) Mengembangkan nurani, moralitas dan skala nilai
6) Memperoleh kebebasan pribadi
d. Perkembangan psikoseksual (Laten)
Pada fase ini masa tenang: tidak aktif
e. Perkembangan motorik
Pertumbuhan dicirikan dengan kenaikan BB 2-3 kg/ tahun dan kenaikan TB 6-7 cm/
tahun
Ciri perkembangan motoriknya antara lain:
1) Mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot halus
2) Memukul lebih baik daripada menulis dan melukis
3) Pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkembang
4) Anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan
f. Perkembangan emosi
1) Mencari lingkungan yang lebih luas (pergi dari rumah untuk bermain dengan
teman)
2) Saat ini sekolah sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak
3) Disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarga, karena itu
peranan guru sangat besar. (Putra, 2014)
D. Kebutuhan Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Secara umum di golongkan menjadi
kebutuhan dasar (Dikutip dari TV 1993):
1. Kebutuhan fisik- biomedis (“ASUH”)
Meliputi :
a. Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting.
b. Perawatan kesehatan dasar, antaralain imunisasi, pemberian asi, penimbangan bayi/
anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
c. Papan atau pemungkiman yang layak.
d. Higiene perorangan,sanitasi lingkungan.
e. Sadang
f. Kesegaran jasmani, rekreasi.
2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (“ASIH”)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun pesikososial. Berperannya dan
kehadiran ibu atau penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa
aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit atau mata) dan fasikis
sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak
negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi, yang di
sebut “Sindrom Deprivasi Maternal”.
Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat
(Bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dan peroses belajar (pendidikan dan pelatihan)
pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental
pesikososial : kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kereatifitas, agama, kepribadian,
moral-etika, produktifitas, dan sebagainya. (Soetjiningsih, 2012)
E. Pengkajian Anak
Pengkajian anak dan remaja
1. Dalam keluarga mempunyai anak sekolah/ remaja
a. Tidak
b. Ya
2. Jika Ya, usia anak saat ini:
a. 6-10 tahun
b. 11-15 tahun
c. 16-21 tahun
3. Pendidikan anak berada pada tingkat:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
4. Kegiatan anak diluar sekolah
a. Keagamaan, sebutkan...
b. Olahraga, sebutkan...
c. Karang taruna
d. Lain-lain, sebutkan...
5. Apakah ada anak yang menderita penyakit
a. Tidak
b. Ya, sebutkan...
6. Jika Ya, sudahkah berobat
a. Sudah
b. Belum, alasannya...
7. Jika sudah, berobat kemana
a. Medis, sebutkan...
b. Non medis, sebutkan...
8. Bagaimana penggunaan waktu luang anak
a. Musik/ TV
b. Olahraga
c. Rekreasi
d. Keagamaan
9. Kebiasaan anak/ remaja
a. Merokok
b. Alkohol
c. Narkoba
d. Lain-lain, sebutkan...
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus Komunitas
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV
Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status
kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi
pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner
meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
a. Data inti komunitas, terdiri dari:
1) Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN
Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak
sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di
bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012
30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9
tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang
hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.
2) Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3) Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV
Wonokromo Surabaya pada November 2012
Kristen
3.1%

Islam
96.9%

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %


Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia
musala untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid,
kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata
pelajaran Agama. Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama,
menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik,
kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias
dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
b. Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan
jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik,
terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang
terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan
gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV


Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan
seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari
dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang
baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan
ini diikuti oleh anak usia sekolah.

2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk
tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga
terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.
3) Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para
siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk
mencari nafkah.
4) Keamanan dan Transportasi
a) Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang
jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan
anak usia sekolah
5) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia
sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo
Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan


jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif
bagi kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan
kandungan gizi yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.
6) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN
IV Wonokromo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies
gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
7) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh
anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif
bagi perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan
sejak dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak
SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara
menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum
tidur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase


Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

8) Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah
sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
9) Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah
keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan
pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia sekolah.
Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti kegiatan
kepramukaan.
10) Komunikasi
a) Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru
dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai
berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk
memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV
Wonokromo
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi


tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi
tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak
ini mempunyai dampak positif dan negatif.
b) Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah
SDN IV Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak
dengan orang tua, peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah
masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada
uraian dibawah ini :
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua
di sekolah SDN IV Wonokromo
60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang


mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar
74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak
untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu
kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan
pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo

Tidak perlu
1.0%

Perlu
99.0%
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan
perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada dirinya.
11) Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.
12) Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya
biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai
Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat
anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat
lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
2. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan


anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:


a. Kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
- 80% anak usia sekolah memiliki
agregat anak usia sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum
Tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)

24
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
Informasi tentang Gosok
gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% Anak
Us ia sekolah
Menganggap perlu
P peran
ortu
untuk mengatasi masalah anak

3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada lingkungan
anak usia sekolah yang kurang baik
b. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia sekolah
beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
c. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
d. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
mengatasi masalah anak sebesar 99%
4. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah
ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


Penyelesaian positif untuk untuk Score
Diagnosa keperawatan
pada Masalah penyelesaian Peningkatan
agregat anak usia sekolah di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada
3 2 3 8
agregat anak usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian


3 3 3 9
karies gigi pada agregat
anak usia sekolah
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi
pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.
b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan
1. Risiko 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 3 Desember SDN IV
Terjadinya Terbentuknya secara formal dengan sekolah, dan 2012 Wonokromo
Kejadian
kelompok anak kepala sekolah, guru, guru, dan informasi Surabaya
karies gigi
usia sekolah dan petugas UKS petugas UKS
pada agregat
yang peduli SDN IV
anak usia
terhadap Wonokromo
Sekolah
kesehatan gigi S Surabaya
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan - Kelompok - Ceramah dan
- Agregat anak kesehatan tentang karies anak usia diskusi
usia sekolah gigi pada kelompok anak sekolah di
tidak usia sekolah SDN IV
mengalami Demonstrasikan
3. cara Wonokromo Edukasi
- dan
karies gigi menggosok gigi dengan Surabaya demonstrasi
- Agregat anak baik dan benar pada
usia sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah
pengetahuan 4. Beri kesempatan pada
yang cukup kelompok anak usia
tentang sekolah untuk bersama-
pencegahan sama mempraktikan cara
masalah menggosok gigi dengan
karies gigi baik dan benar
28
31 Desember
5. Lakukan kerjasama - Puskesmas 2012
dengan puskesmas Wonokromo
setempat untuk - Monitoring
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya
5. Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan


1. Risiko terjadinya kejadian Senin / 3 Desember 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan
karies gigi pada agregat anak 2012 petugas UKS.
usia sekolah Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya
penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok


anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada


kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan
baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-


sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Senin / 31 Desember 5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan
2012 monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah
6. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya
adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat
diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah
tentang cara menggosok gigi dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara menggosok gigi dengan
baik dan benar
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai