KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Dosen Pembimbing: Sri Arianti.,M.Kep
Disusun Oleh kelompok 2
Sherly Gita Pramesti (SNR18213050)
Joko Prayetno (SNR18213032)
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. hal ini lah yang
menjadi faktor yang berhubungan dari masalah kesehatan manusia. Di dalam komunitas
masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompoknya khusus, yang
sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah klompok khusus anak usia
sekolah. Salah satu upaya di laksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang
sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang
didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.
Anak usia sekolah pada umunya menghabiskan waktu 6-7 jam di sekolah, sehingga
asupan gizi anak akan kurang jika tidak di awali dengan sarapan pagi. Upaya perbaikan gizi
melalui pemenuhan gizi pada anak usia sekolah, sama seperti halnya usaha memperbaiki
gizi dan kesehatan pada anak, merupakan elemen strategi dalam usaha dalam membangun
masyarakat. Anak yang lebih sehat dan bergizi lebih baik akan berada di sekolah lebih
lama, belajar lebih banyak dan akan menjadi orang dewasa yang lebih sehat dan lebih
produktif.
Masalah remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Bannyak peroses yang harus di lalui
seseorang di masa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi
orang tua dan petugas kesehatan dalam menangani peroblemmatika remaja pun akan
semakin kompleks.namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia
kereatif dengan komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negatif banyak pada para pelajar dikalangan
remaja sudah meroko, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai oleh
dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus-menerus di gunaka, walaupun
mengalami dampak negatif dan menimbulkan fungsi sehari-hari baik di rumah, sekolah
maupun di masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan agregat dalam komunitas anak dan remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori asuhan keperawatan agregat dalam komunitas anak dan
remaja
b. Mengidentifikasi permasalahan di dalam komunitas anak dan remaja
c. Mampu melaksanakan pengkajian
d. Mampu menentukan diagnosa keperawatan
e. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Komunitas
1. Definisi Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar
communis yang artinya masyarakat, publik, atau banyak orang. Komunitas adalah
sejumlah kelompok sosial yang terdiri dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama. (Kusumastuti,
2014).
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk
pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
a. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatkan kemampun individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan di rumah, di pantidan dimasyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yangmemerlukan pennanganan tindaklanjut dan
asuhan keperawatan di rumah. (Fallen & K, 2010)
3. Sasaran Keperawatan Komunitas
a. Tingkat individu
Perawaat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai
masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang di jumpai di
poliklinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan
dan pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai maslah
kesehtan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana
terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal maslah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi maslah kesehtan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumberdaya dalam
masyarakat untuk meningkatakn kesehatan keluarga prioritas pelayanan perawatan
kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan ibu
hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neonatusnya, balita tertentu, penyakit keronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis penyakit kronis tidak menular ataukeluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi , seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun kurang
energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resikotinggi seperti pendarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan
neonates BBLR, keeluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
3) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
c. Tingkat komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
4. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencangkup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan
baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,maupun resosialitatif. Upaya
promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehtan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga
teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu. Keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan
rumah,pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan
kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di rumah, perawatan orang
sakitsebagai tindaklanjut dari puskesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan
kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertenntu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain
sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembaikan penderita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan
wanitatuuna susila.
5. Peran Perawat Komunitas
a. Pemberi asuhan keperawatan (care provider)
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat yang utuh (holistic) serta
berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan dapat diberikan secara
langsung maupun secara tidak langsung pada berbagai tatanan kesehatan meliputi
puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,
panti, posyandu.
b. Peran sebagai pendidik (Educator)
Peran sebagai pendidik (educator) adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat dalam rangka menanamkan perilaku sehat. Perawat bertindak sebagai
pendidik kesehatan harus mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu,
keluarga, kelompok, masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit,
menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit.
Misalnya penyuluhan tentang nutrisi, senam lansia, manajemen stres, terapi
relaksasi, gaya hidup bahkan penyuluhan mengenai proses terjadinya suatu penyakit.
c. Peran sebagai konselor (Counselor)
Peran sebagai konselor adalah melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan dengan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Peran sebagai panutan (Role model)
Peran sebagai panutan adalah dapat memberi contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang tatacara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
e. Peran sebagai pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela adalah diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada pada masyarakat. Perawat sebagai seorang pembela klien
adalah membela hak-hak klien. Pembelaan nya yaitu peningkatan yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
f. Peran sebagai manajer kasus (Care manager)
Perawat sebagai manejer adalah perawat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
g. Peran sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama
dengan tim kesehatan lainnya yaitu dengan dokter, ahli gizi, radiologi, dan lain-lain
untuk membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi ini
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanakan.
h. Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan
dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjungan rumah, penemuan-penemuan observasi dan pengumpulan data (Widyanto,
2014) dalam (Nurwahidah, Septianingsih, Rasyid, & Asyfiah, 2017).
B. Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak menurut Dr. Soetjiningsih mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Menurut Nastiah (2002) yang di maksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan perdefinisinya seperti berikut :
1. Pertumbuhan (Growth), merupakan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun indipidu, yang dapat di ukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilo). Ukuran panjang dengan cm, umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan netrogen tubuh).
2. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih komplek dalam pola yang tratur sebagai hasil dari peroses pematangan.
(Putra, 2014)
C. Umur Anak
1. Periode toddler (1-3 tahun)
a. Perkembangan fisikososial (fase autonomi vs shame)
b. Anak muali mengatur dirinya sendiri, jika hasilnya baik anak meningkatkan kontrol
diri.
c. Perkembangan psikointelektual (fase preoperasio anak) ciri pada fase ini adalah sifat
egosentris dan belum mampu berpikir dari sudut pandang orang lain.
d. Tugas perkembangan pada fase ini :
1) Belajar toilet training
2) Belajar otonomi
3) Belajar independent
e. Perkembangan psikoseksual (Fase Anal)
Pusat kenikmatan terletak di anus dibagi dua sub masa
2. Periode preschool (3-6 tahn/ usia meniru, kreatif, menjelajah)
a. Perkembangan psikososial (Fase Initiative vs Guilt/ rasa bersalah)
b. Ciri-ciri pada fase ini adalah banyak gerimisiataif, rasa ingin tahu besar, sering
bertanya, banyak bicara, aktif bermain, bekerja, aktif di luar rumah. Komplik akan
timbul bila ketika anak merasa tidak mampu kemudian ia di cela. Bila pada fase ini
terdapat hambatan akan timbul kesulitan belajar, pasif, takut, kurang inisiatif.
c. Perkembangan psikointelektual (fase preoperasional), dibagi 2 sub masa :
NO SUB MASA PERKEMBANGAN
1 Pre Conceptual (2-4 tahun) Pada masa ini anak egosentris
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9
tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang
hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.
2) Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3) Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV
Wonokromo Surabaya pada November 2012
Kristen
3.1%
Islam
96.9%
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies
gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
7) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh
anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif
bagi perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan
sejak dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak
SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara
menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum
tidur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur
8) Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah
sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
9) Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah
keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan
pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia sekolah.
Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti kegiatan
kepramukaan.
10) Komunikasi
a) Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru
dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai
berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk
memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV
Wonokromo
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru
50
40
30
20
10
0
Sering Jarang Tidak Pernah
Tidak perlu
1.0%
Perlu
99.0%
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan
perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada dirinya.
11) Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.
12) Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya
biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai
Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat
anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat
lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
2. Analisa Data
Data Masalah
1. Lingkungan fisik :
24
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
Informasi tentang Gosok
gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% Anak
Us ia sekolah
Menganggap perlu
P peran
ortu
untuk mengatasi masalah anak
3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada lingkungan
anak usia sekolah yang kurang baik
b. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia sekolah
beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
c. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
d. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
mengatasi masalah anak sebesar 99%
4. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah
ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :
Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua
Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi
pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.
b. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan
1. Risiko 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 3 Desember SDN IV
Terjadinya Terbentuknya secara formal dengan sekolah, dan 2012 Wonokromo
Kejadian
kelompok anak kepala sekolah, guru, guru, dan informasi Surabaya
karies gigi
usia sekolah dan petugas UKS petugas UKS
pada agregat
yang peduli SDN IV
anak usia
terhadap Wonokromo
Sekolah
kesehatan gigi S Surabaya
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan - Kelompok - Ceramah dan
- Agregat anak kesehatan tentang karies anak usia diskusi
usia sekolah gigi pada kelompok anak sekolah di
tidak usia sekolah SDN IV
mengalami Demonstrasikan
3. cara Wonokromo Edukasi
- dan
karies gigi menggosok gigi dengan Surabaya demonstrasi
- Agregat anak baik dan benar pada
usia sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah
pengetahuan 4. Beri kesempatan pada
yang cukup kelompok anak usia
tentang sekolah untuk bersama-
pencegahan sama mempraktikan cara
masalah menggosok gigi dengan
karies gigi baik dan benar
28
31 Desember
5. Lakukan kerjasama - Puskesmas 2012
dengan puskesmas Wonokromo
setempat untuk - Monitoring
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya
5. Implementasi
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA