Disusun Oleh:
Noviyanti
NIM. 18213020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................1
TINJAUAN TEORI.................................................................................................2
C.Klasifikasi........................................................................................................3
D.Patofisiologi.....................................................................................................8
E.Manifestasi Klinis............................................................................................9
F.Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................10
G.Penatalaksanaan.............................................................................................13
H.Pemeriksaan penunjang.................................................................................15
I.Komplikasi………………………………………………………………….16
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................17
A. Pengkajian...................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Trauma thorax sering ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma
ada component trauma toraks.90% dari penderita dengan trauma thorax
inidapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit
(atau paramedic di lapangan), sehingga hanya 10% yang memerlukan operasi.
B. RumusanMasalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah
ini adalah:
1. Apa definisi trauma thorax ?
2. Apa etiologi trauma thorax ?
3. Apa manifestasi trauma thorax ?
4. Apa patofisiologi trauma thorax ?
5. Bagaimana penatalaksanaan trauma thorax ?
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui definisi trauma thorax
2. Mengetahui etiologi trauma thorax
3. Mengetahuiklasifikasi trauma thorax
4. Mengetahui manifestasi trauma thorax
5. Mengetahui patofisiologi trauma thorax
6. Mengetahui cara penatalaksanaan trauma thorax
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Jurnal
2
3
C. Etiologi
D. Klasifikasi
1. Trauma Tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
c. Trauma tracheobronkial
d. Contusio Paru
e. Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
2. Trauma Tumpul
a. Tension pneumothoraks
b. Trauma tracheobronkhial
c. Flail Chest
d. Ruptur diafragma
e. Trauma mediastinal
f. Fraktur kosta
1) Obstruksi jalan napas
Penanganan jalan napas masih merupakan tantangan dalam
perawatan pasien dengan multiple trauma. Dalam mengangani
jalan napas harus selalu beranggapan terdapat pula cedera tulang
belakang/servikal.
2) Open pneumo-thorax
Pneumotoraks adalah adanya udara pada cavum pleura.
Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif
pada intrapleura tidak terbentuk, sehingga akan mengganggu pada
proses respirasi. Keadaan ini sering disebabkan oleh luka penetrasi,
4
Tidak banyak yang dapat dilakukan pra-RS pada keadaan ini. Satu-
satunya cara adalah membawa penderita secepat mungkin ke RS
dengan harapan masih dapat terselamatkan dengan tindakan cepat
di UGD.
Perbedaan tanda klinis tension pneumotoraks dan hematoraks
Tension
Jenis haematoraks
pneumothoraks
Gejala Sulit bernapas lalu shock Shock lalu sulit
bernapas
Vena leher Sering distensi Sering datar/kempis
5) Flail chest
Hal ini terjadi jika Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih
dari 2 iga yang berdekatan, sehingga ada satu segmen dinding
dada yang tidak ikut pada pernafasan. Palpasi dada akan
menimbulkan bunyi krepitai. Pada ekspirasi, segmen akan
menonjol keluar pada inspirasi justru akan masuk ke dalam. Ini
dikenal sebagai pernafasan paradoksal. Kelainan ini akan
mengganggu ventilasi namun yang lebih diwaspadai adalah adanya
kontusio paru yang terjadi. Sesak berat yang mungkin terjadi harus
dibantu dengan oksigenasi dan mungkin diperlukan ventilasi
tambahan. Di RS penderita akan dipasang pada respirator apabila
analisis gas darah menunjukkan pO2 yang rendah atau pCO2 yang
tinggi.
6) Tamponade jantung
Terjadi paling sering karena luka tajam jantung walaupun
trauma tumpul juga dapat menyebabkannya. Karena darah
terkumpul dalam rongga perikardium, makakontraksi jantung
terganggu sehingga timbul syok yang berat (syok kardiogenik ).
7
E. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada/ thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi/ akselerasi), biasanya menyebabkan
9
memar/ jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum,
trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio
paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada
jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel
pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya
semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.
Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda
tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek
pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi
tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada
(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan
tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika
tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif
dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax,penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun
gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada
skema.
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
10
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
11. Ada jejas pada thorak
12. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena
leher
13. Bunyi muffle pada jantung
14. Perfusi jaringan tidak adekuat
15. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang
menunjukkan kondisi sudah / tidak terkompensasi.
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan Aortografi.
5. Ekokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus.
Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera
pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui
segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli,
kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
13
7. Angiografi
bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka
tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1) Penetapan slang.
Slang diatur senyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan
tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di
bagian masuknya slang dapat dikurangi.
2) Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal
kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan
pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2) Latihan napas dalam.
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan
juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
yang keluar kalau ada dicatat.
15
I. Komplikasi
a. tension penumototrax
b. penumotoraks bilateral
c. emfiema
3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Data Subjektif
1) Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur
rusuk dan sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan
tertusuk di bagian dada
2) Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi
b) Data Objektif
1) Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan
muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
2) Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas
kusmaul, napas pendek, napas dangkal.
3) Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi
4) Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
17
18
2. PengkajianSekunder
a) Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi
penyebab trauma pada dinding dada
1) Five Intervention / Full set of vital sign (F)
a) Tanda–tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi
hipotensi
b) Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
c) Aritmia jantung
d) Pemeriksaan Lab :
1) Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
a) Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
b) Pneumotoraks :batas pleura yang radio lusen dan tipis,
hilangnya batas paru (sulit mendiagnosa pada foto
dengan posisi supinasi).
c) Injury trakeobronkial :penumomediastinum, udara di
servikal.
d) Rupture diafragma :herniasi organ abdomen ke dada,
kenaikanhemidiafragma.
e) Terdapatfrakturtulangrusuk, sternum, klavikula, scapula
dan dislokasi sternoklavikular.
2) CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks,
pneumotoraks, kontusi paru ataulaserasi,
pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
3) Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai
injury esophagus.
4) Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
5) Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade
jantung (pada umumnya echokariogram digunakan utuk
melihat cedera pada katup jantung)
19
B. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
akibat sekret darah
2. PolaNafastidakefektifberhubungandenganpenurunanekspansiparu
3. KerusakanPertukaran Gas berhubungandengangangguan pertukaran O2 dan
CO2
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya
benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang
menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan
bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi
atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan
paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis traumatik
seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan
sebagainya.
a. Trauma Tajam
1) Pneumothoraks terbuka
2) Hemothoraks
3) Trauma tracheobronkial
4) Contusio Paru
5) Ruptur diafragma
6) Trauma Mediastinal
b. Trauma Tumpul
1) Tension pneumothoraks
2) Trauma tracheobronkhial
3) Flail Chest
4) Ruptur diafragma
5) Trauma mediastinal
6) Fraktur kosta
21
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, T., Putri, B. T., & Putri, D. K. (2016). Teori Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.