DISUSUN OLEH :
2018
DAFTAR ISI
A. Definisi ...................................................................................................................
B. Prevalensi kasus PPOM .........................................................................................
C. Etiologi...................................................................................................................
D. Klasifikasi PPOM...................................................................................................
E. Faktor resiko ...........................................................................................................
F. Tanda dan gejala .....................................................................................................
G. Patofisiologi ............................................................................................................
H. Pemeriksaan Klinis dan Gejala...............................................................................
I. Komplikasi..............................................................................................................
J. Pencegahan..............................................................................................................
K. Penatalaksanaan Fisioterapi.....................................................................................
A. Pemeriksaan Subjektif................................................................................................
B. Anamnesis .................................................................................................................
C. Pemeriksaan ..............................................................................................................
D. Underlaying Process.................................................................................................
E. Diagnosa Fisioterapi ................................................................................................
F. Prognosis..................................................................................................................
G. Program/Rencana Fisioterapi....................................................................................
H. Penatalaksanaan Fisioterapi ....................................................................................
I. Hasil evaluasi Akhir ................................................................................................
J. Edukasi dan Komunikasi..........................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmad dan
hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan laporan makala pre klinik yang berjudul
“Fisioterapi Pada Kasus Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program praktek pre klinik S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah
Malang di Rumah Sakit Paru Jember. Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Atika Yulianti, S.ST, FT.,M.Fis selaku ketua Program Studi S1 Fisioterapi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Nungki Marlian Yuliadarwati, S.ST, FT., M.Kes selaku kordinator Pre Klinik S1
Fisioterapi tahun ajaran 2018.
3. Pak Ali Multazam, S.Ft Phy sio selaku dosen pembimbing lapang.
4. Ibu dr.Nur Siti Maimunah M,Si selaku direktur Rumah Sakit Paru Jember.
5. Pak Mujibus Sauqi Amd. FT selaku pembimbing lapang dan Kepala ruangan
Rehabilitasi Medis dan Fisoterapi.
6. Ibu Rita Retnaningsih Amd.FT selaku pembimbing lapang.
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dengan terselesainya laporan makala pre klinik ini kami menyadari bahwa banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan makala pre klinik ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Jember, 3 Februari 2018
Penulis
BAB 1
A. Latar Belakang
Chronic obstructive pulmonary disease atau PPOM adalah masalah utama
pada kesehatan yang belum mendapat perhatian dari dunia Hatipoglu,2018. PPOM
merupakan sekelompok penyakit paru dengan etiologi yang tidak jelas, yang ditandai
oleh perlambatan aliran udara yang bersifat menetap pada waktu ekspirasi paksa.
PPOM sendiri berasal dari bronkitis kronis dan emfisema, merupakan penyakit
kronik saluran nafas yang irevesibel, berlansung secara lambat dan progresif.
Dirumah sakit Paru jember PPOM menjadi urutan ke 4 dalam daftar diagnosa
penyakit terbanyak pada tahun 2017 yang pernah berobat ke RS Paru. Penyebab
utama PPOM adalah kebiasaan merokok. Sedangkan prevalensi merokok di
Indonesia sangatlah tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki
mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi PPOM ?
2. Berapa prevalensi kasus PPOM?
3. Apa penyebab PPOM ?
4. Apa Klasifikasi PPOM ?
5. Apa faktor resiko dari PPOM ?
6. Apa tanda dan gejala dari PPOM ?
7. Bagaimana patofisiologi terjadinya PPOM ?
8. Apa saja pemeriksaan klinis dan gejala dari PPOM ?
9. Apa komplikasi dari PPOM ?
10. Bagaimana Pencegahan PPOM ?
11. Bagaimana Penatalaksanaan pada PPOM ?
12. Bagaimana penatalksanaan fisioterapi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi PPOM
2. Untuk mengetahui jumlah prevalensi PPOM
3. Untuk mengetahui penyebab PPOM
4. Untuk mengetahui klasifikasi PPOM
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari PPOM
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari PPOM
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari PPOM
8. Untuk mengetahui pemeriksaan klinis dan gejala dari PPOM
9. Untuk mengetahui komplikasi dari PPOM
10. Untuk mengetahui pencegahan PPOM
11. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada PPOM
12. Untuk mengetahui penatalksanaan fisioterapi pada PPOM
D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
penyembuhan pasien.
E. Keaslian Jurnal
No Pengarang Judul Sampel Tahun Hasil
Penelitian
1. Umur Chronic - 2018 -
Hatipoglu Obstructive
Pulmonary
Disease
2. Lifang Autoantibodies - 2018 Hasil dari jurnal
Wen, in chronic literatul riview
Susanne obstructive adalah adanya
Krauss- pulmonary hubungan dan peran
Etschman, disease : autoantibodi dalam
Frank frontiers in patogenesis COPD
Petersen immunology
dan Xinhua joernal
Yu
3. Nur Basuki Peningkatan Jumlah total 2014 Hasil penelitiannya
dan Kemampuan subjek adalah adalah program
Setiawan Fungsional 22 pasien rehabillitation di
Penderita dengan 11 rumah sakit dan di
PPOM Melalui pasien di rumah pasien sama
Program setiap atau sama efektifnya
Rehabilitasi kelompok. secara signifikan
Paru di Rumah meningkatkan
Sakit dan kapasitas fungsional
Dirumah pasien PPOM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut IFI 2017, PPOM adalah istilah umum yang mengacu pada
kondisi paru kronis yang ditandai dengan penyempitan dan penyumbatan
saluran udara, peningkatan retensi sekresi paru dan kerusakan struktural
alveoli. Keterbatasan aliran udara ini bersifat progresif dan tidak sepenuhnya
reversibel.COPD adalah penyakit paru-paru yang membuat sulit bernafas. Hal
ini disebabkan oleh kerusakan paru-paru selama bertahun-tahun, biasanya dari
merokok.
C. Etiologi
D. Klasifikasi PPOM
Penyakit tergolong COPD/PPOM terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya:
Bronkitis kronik kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya
dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran
rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli.
E. Faktor Resiko
Adapun beberapa faktor paparan lingkungan, antara lain :
1. Merokok
Merokok merupakan candu bagi setiap orang terutama para laki-laki.
Hal ini dapat menyebabkan resiko utama untuk PPOM karena tembakau
kronis. Resiko PPOM pada perokok tergantung pada banyak rokok yang di
konsumsi, usia pertama kali merokok, jumlah total rokok yang dihisap
pertahun serta status merokok saat ini. Perlu diketahui bahwa tidak semua
perokok mengalami PPOM. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik telah
memodifikasi resiko tiap individu. Disisi lain, perokok masih bisa beresiko
mengalami PPOM.
2. Pekerjaan eksposur
Para pekerja yang tepapar secara inten dan berkepanjangan untuk debu
kebanyakan ditemukan di pertambangan batu bara, pertambangan emas,
dan industri tekstil kapas dan bahan kimia seperti kadmium, isosianat, dan
asap dari pengeasan telah terlibat dalam pengembangan obstruksi aliran
udara, meski hal tersebut bukan perokok.
3. Polusi udara
Studi di banyak negara telah menemukan bahwa orang yang tinggal di
kota-kota besar memilik tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tinggal di daerah pedesaan. Polusi yang terjadi di daerah perkotaan
dapat menjadi faktor yang berkontribusi untuk PPOM karena dianggap
memperlambat pertumbuhan normal paru-paru meskipun penelititan jangka
panjang diperlukan untuk mengkonfirmasi pernyataan tersebut belum
dilakukan.
4. Genetika
Faktor ini merupakan kerentanan dari genetik. Perbedaan genetik yang
membuat paru-paru beberapa orang rentan terhadap efek dari asap rokok.
5. Pertumbuhan dan perkembangan paru
Proses pertumbuhan dan perkembangan paru yang kurang baik selama
masa gestasi, kelahiran dan paparan selama anak-anak, berpotensi
meningkatkan resiko PPOM.
6. Stress Oksidatif
Terjadi karena ketidak seimbangan oksidan dan antioksidan yang tidak
hanya menghasilkan luka langsung pada paru tapi juga mengaktivasi
mekanisme molekuler yang menginisiasi inflamasi paru.
7. Asma
Asma dapat menjadi faktor resiko berkembangnya PPOM mekipun
buktinya tidak bersifat konklusif.
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ada PPOM antara lain :
Sesak nafas, terutama selama pada kegiatan fisik
Wheezing
Spasme pada otot pernasafan
Mengeluarkan mucus pada pagi hari
Pada batuk kronis biasanya menghasilnya mucus/sputum seperti putih
lendir, kuning atau kehijauan
Cyanosis
Infeksi saluran pernafasan
Badan lemas
Penurunan berat badan
Pembengkakan pada kaki dan tungkai
G. Patofisiologi
Menurut Wet el all (2018) Pasien PPOM menderita keterbatasan aliran
udara progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Secara patologis, PPOM
ditandai oleh peradangan paru yang persisten, penyumbatan saluran udara
kecil (bronchiolitis obstruktif) dan perubahan struktural saluran udara
(emphysema). Telah diterima secara luas bahwa COPD dipicu oleh gas dan
partikel beracun yang dihirup. Namun, patogenesis COPD tetap tidak jelas.
Rokok merokok adalah faktor etiologi dan risiko utama untuk COPD , dan
penghentian merokok bermanfaat bagi pasien dalam hal fungsi paru-paru.
Namun, penghentian asap rokok tidak menipiskan peradangan paru saat
COPD terbentuk pada pasien. Peradangan paru setelah penghentian merokok
dan adanya folikel limfoid terorganisir dengan baik di sekitar saluran udara
kecil dan parenkim paru pada pasien PPOM berimplikasi bahwa ada respons
imun adaptif memori terhadap antigen non-rokok, seperti autoantigen,
mikrobiota komensal, dan patogen menular .Di antara kandidat ini,
autoantigen sangat diminati karena bukti klinis dan eksperimental
menunjukkan bahwa rokok-merokok mampu memicu autoimunitas. Dengan
demikian, eksplorasi kontribusi respon autoimun.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis dikarakteristikkan dengan adanya
inflamasi bronkus sepanjang saluran pernafasan, parenkim paru, dan sistem
pembuluh darah pulmonar. Terdapat peningkatan jumlah makrofag, sel
limfosit T, dan neutrofil di berbagai bagian paru. Sel inflamasi yang
teraktifkan ini akan melepaskan bebagai mediator inflamasi yang dapat
merusak struktur paru atau memperlama inflamasi neutrofilik. Inflamasi di
paru-paru disebabkan oleh paparan partikel dan gas berbahaya yang terhirup.
Asap rokok dapat memicu inflamasi dan secara langsung merusak paru-paru.
Proses dapat terjadinya dalam rentang waktu lebih dari 20-30 tahun.
PPOM kjuga ditemukan terjadi pada individu yang tidak memiliki enzim yang
normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis merupakan kelainan dengan kemajuan
lambat yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menunjukkan onset
atau gejala klinisnya seperti kerusakan fungsi paru. Penyakit Paru Obstruktif
Kronis sering terjadi simptomatik selama bertahun-tahun usia baya, tetapi
insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meski aspek-aspek
fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa
(FEV) menurun sejaan dengan peningkatan usia, PPOM dapat memperburuk
perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan
obstruksi jalan napas misalnya pada bronkitis eta kehiangan daya
pengembangan (elastiitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu,
terdapat perubahan dalam rasio ventilasi – perfusi pada klien lansia dengan
PPOM.
H. PEMERIKSAAN KLINIS DAN GEJALA
Gejala dan tanda Penyakit Paru Obstruktif Kronis sangat
bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada
pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru.
Diagnosa PPOM ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesa
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpapar zat iritan yang bermakna ditempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor prediposisi pada masa bayi/anak, misalkan Berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan Fisik
Penyakit Paru Obstruktif Kronis dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed – lips breathing (Adalah sikap seseorang yang bernapas
dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.)
- Barrel chest (diameter antero posterior dan transversal
sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer (penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed – lips breathing) atau blue bliater
(Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis sentral dan perifer)
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
- Suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Terdapat ronki dan atau mengi pda waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung terdengar jauh
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
Spirometri
Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, Leukosit)
Radiologi
b. Pemeriksaan khusus
Faal paru
Uji latih kardiopulmoner
Uji provokasi bronkus
Uji coba kortikosteroid
Analisi gas darah
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Bakteriologi
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum Penyakit Paru Obstruktif Menahun meliputi :
1. Edukasi
2. Obat-obatan
3. Terapi Oksigen
4. Nutrisi
5. Rehabilitasi
BAB 3
STATUS KLINIS
B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh adanya sesak nafas, batuk berdahak dan nyeri pada dada
kiri ketika sesak nafas
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengeluh sesak nafas, memberat sejak 3 hari yang lalu, sesak lebih
terasa ketika berjalan atau beraktifitas. Pasien dulunya berkerja di PT.KAI.
Istrinya saat ini sedang dalam pengobatan TBC yang berjalan 4 bulan.
Salah satu cucunya terkena TBC ketika berusia 2 bulan namun sekarang
sudah sembuh.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
TBC / Kp. Lama tuntas pada tahun 2012
4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
Pneumonia
5. ANAMNESIS SISTEM
Muskuloskeletal : Nyeri m.pectoralis sinistra
Respirasi : Sesak nafas dan batuk berdahak
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : 100/68mmHg
Denyut nadi : 105x/menit
Pernafasan : 28/menit
Temperature : 360c
Tinggi Badan : 154cm
Berat Badan : 46kg
b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)
(posture, fungsi motorik, tonus, reflek, gait,dll)
Statis : Mimik wajah px terlihat lesu dan pucat, px terlihat
menunduk & membungkuk ketika duduk
Dinamis : Ketika proses inspirasi pola nafas px pendek/tidak
normal, ketika berjalan px terlihat sulit mengatur nafas
c) PALPASI
(nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Pengembangan sangkar thoraks sinistra terbatas
Suhu sekitar dada terasa hangat
Dada kiri & kanan asimetris, dada bagian kanan lebih menonjol
d) PERKUSI
Terdapat bunyi dullness pada lobus sinistra medial
e) AUKULTASI
Terdapat suara ronki pada upper lobus dextra
Terdapat suara wheezing pada upper & middle lobus sinistra
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif : Shoulder & cervical normal : tidak ada masalah
dengan otot-otot bahu & cervical, mampu bergerak full ROM. Thoraks
: inspirasi dan ekspirasi dapat dilakukan.
Gerak Pasif : Tidak dilakukan
Isometrik : Tidak dilakukan
g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL
Kognitif : Pasien mampu menceritakan history penyakit
dengan baik serta mengingat momen jangka panjang dan
pendek.
Intrapersonal : Pasien termotivasi dan mempunyai semangat
untuk sembuh.
Interpersonal : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
kepada terapis dan melakukan arahan dengan baik dan benar.
h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS
FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan fungsional dasar & aktivitas fungsional :
Kesulitan mengatur nafas ketika berjalan.
Lingkungan aktivitas : Mampu melakukan aktivitas seperti
latihan diatas bed. Jika BAB/BAK selalu dikamar mandi.
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri,MMT,LGS, Antroometri, Sensibilitas, Tek Khusus,dll)
a. Nyeri dada diukur dengan VDS (Visual Dialogue Scale)
Ketika bernafas terasa nyeri, diukur dengan menanyakan kepada px
nilai nyeri dari skala 0 – 10.
Nyeri gerak : 7
b. Sesak nafas diukur mengguakan skala borg. Dengan menanyakan nilai
skala 0 – 10.
0 : Tidak sesak sama sekali
0,5 : sesak sangat ringan sekali
1 : sesak sangat ringan
2 : sesak ringan
3 : sesak sedang
4 : kadang berat
5 : sesak berat
6 : sesak berat
7 : sesak sangat berat
8 : sesak sangat berat
9 : sesak sangat berat sekali hampir maksimal
10 : sesak maksimal, hampir pingsan
Nilai sesak : 6
c. Tes khusus
Taktil fremitus : Tes yang dilakukan dengan posisi px duduk lalu
lakukan palpasi pada punggung kiri & kanan secara bersamaan dan
pasien sambil mengatakan “ninety nine”. Tujuan dilakukan tes untuk
mengetahui letak sputum.
Hasilnya, punggung bagian kanan lebih thrill dari kiri. Ada getaran
pada punggung bagian kanan.
d. Ekspansi Thoraks diukur dengan midline
Upper lobus (axilla) 86cm ekspirasi: 84cm
Middle lobus (papilla, intercostalis 4 – 5) 84cm ekspirasi :
83cm
Lower lobus (processus xiphoideus sternum, intercostalis 7)
82cm ekspirasi 79cm.
e. Tes Activity Daily Living (ADL) dengan indeks barthel
13 Mandiri
9 – 12 Ketergantungan ringan
5–8 Ketergantungan sedang
3–4 Ketergantungan berat
0–2 Ketergantungan total
Test yang dilakukan :
No Aktivitas Nilai
1 Makan 1 Butuh bantuan
2 Mandi 0 Tergantung orang lain
3 Berpakaian 1 Sebagian dibantu
4 Penggunaan toilet 1 Membutuhkan bantuan
5 Transfer 2 Bantuan kecil
6 Mobilitas 2 Berjalan dengan bantuan
Hasil : 7 = Ketergantungan sedang
D. UNDERLAYING PROCESS
Pulmonary sistem
Memasukan obat
lewat nasal, obat Streatching
berbentuk cair m.pectroralis,
Membantu
menjadi aerosol dan Mengontrol memperbaiki postur
mengeluarkan
dihirup pernafasan dan mengontrol
dahak
*obat combiven, pernafasan.
bisolvon, Pulmicort
dan NaCl
E. DIAGNOSA FISIOTERAPI
(international clatification on functional and disability)
Gangguan fungsional thoraks e.c dyspneu
Impairment : Sesak nafas, batuk berdahak, nyeri dada ketika
sesaknya datang
Functional Limitation : Adanya keterbatasan ADL
Disability : Pasien memiliki keterbatasan dalam
melakukan hoby atau perkejaannya, kesulitan dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad sanam : dubia at bonam
Quo ad fungsionam : dubia at bonam
Quo ad cosmeticam : sanam
G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi sesak nafas dan mengatur pola pernafasan
Mengeluarkan sputum
Mengurangi nyeri dada ketika sesak
b) Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
pasien
Melanjutkan tujuan jangka pendek
2. Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
1. Nebulizer
Adalah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam
saluran pernafasan px dalam bentuk partikel halus (aerosol) / udara
dengan cara dihirup seperti layaknya bernafas biasa.
Nebulizer bertujuan untuk mengurangi sesak atau mengatasi
gangguan pernafasan, mengurangi batuk, mengencerkan dan
membantu keluarnya sputum.
Obat yang digunakan :
a. Bronkodilator + ekspektoran untuk membuka saluran nafas
dan mengencerkan dahak
Combivent 2,5mg
NaCl 5cc
b. Kortikosteroid untuk anti inflamasi
Pulmicort
2. Batuk Efektif
Adalah suatu teknik latihan batuk untuk memudahkan
keluarnya sputum.
3. Breathing Exercise
Adalah tehnik latihan pernafasan untuk mengontrol dan melatih
pernafasan baik ketika sesak terasa atau tidak
4. Mobilisasi sangkar thoraks
Adalah suatu tehnik latihan untuk mengontrol pernafasan dan
sekaligus stretching otot-otot pernafasan.
H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Rabu, 24 Januari 2018
a. Nebulizer
F: Pagi & siang (3xsehari)
I: Sesuai toleransi px
T : 10 menit
T : Nebulizer ultrasound
Obat : - Bronkodilator + ekspektoran : -Combivent 2,5mg
- Bisolvon 2 cc
-NaCl 5cc
-Kortikosteroid : Pulmicort 2,5mg
Prosedur penggunaan :
a. Mempersiapkan alat
b. Memasukkan keseluruhan obat kedalam tabung nebulizer
c. Hubungkan kabel nebulzer ke saklar
d. Pasangkan selang & masker nebulizer pada px
e. Atur waktu selama 10 menit lalu tekan tombol “ON”
f. Atur intensitas asap sesuai batas toleransi px
b. Batuk efektif
a.) Batuk: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan keras / bersuara sebanyak 2 kali. Batukkan pertama untuk
melepaskan dahak dan batukan kedua untuk mengeluarkan
dahak. Repetisi: 2kali
b.) Huffing: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan berat / tidak bersuara seperti mendorong dada sebanyak 2
kali. Batukkan pertama untuk melepaskan dahak dan batukan
kedua untuk mengeluarkan dahak. Repetisi: 2kali
c. Breathing Exercise
Px dalam posisi duduk instruksikan px untuk menarik nafas melalui
hidung, tahan selama 3 detik lalu hembuskan secara perlahan seperti
bernafas biasa lewat mulut. Repetisi : 2kali
d. Mobilisasi sangkar thoraks
Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk mengangkat kedua
tangannya lurus kedepan (900) lalu tarik nafas lewat hidung seirama
dengan dinaikkannya kedua tangan lalu tahan selama 3 detik,
hembuskan nafas dari mulut seirama dengan turunnya kedua tangan.
Repetisi : 2 kali
2. Kamis, 25 Januari 2018
a. Nebulizer
F: Pagi & siang (3xsehari)
I: Sesuai toleransi px
T : 10 menit
T : Nebulizer ultrasound
Obat : - Bronkodilator + ekspektoran : -Combivent 2,5mg
-Bisolvon 2 cc
-NaCl 5cc
-Kortikosteroid : Pulmicort 2,5mg
Prosedur penggunaan :
a. Mempersiapkan alat
b. Memasukkan keseluruhan obat kedalam tabung nebulizer
c. Hubungkan kabel nebulzer ke saklar
d. Pasangkan selang & masker nebulizer pada px
e. Atur waktu selama 10 menit lalu tekan tombol “ON”
f. Atur intensitas asap sesuai batas toleransi px
b. Batuk efektif
a.) Batuk: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan keras / bersuara sebanyak 2 kali. Batukkan pertama untuk
melepaskan dahak dan batukan kedua untuk mengeluarkan
dahak. Repetisi: 3 kali
b.) Huffing: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan berat / tidak bersuara seperti mendorong dada sebanyak 2
kali. Batukkan pertama untuk melepaskan dahak dan batukan
kedua untuk mengeluarkan dahak. Repetisi: 3 kali
c. Breathing Exercise
Px dalam posisi duduk instruksikan px untuk menarik nafas melalui
hidung, tahan selama 3 detik lalu hembuskan secara perlahan seperti
bernafas biasa lewat mulut. Repetisi : 3 kali
d. Mobilisasi sangkar thoraks
Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk mengangkat kedua
tangannya lurus kedepan (900) lalu tarik nafas lewat hidung seirama
dengan dinaikkannya kedua tangan lalu tahan selama 3 detik,
hembuskan nafas dari mulut seirama dengan turunnya kedua tangan.
Repetisi : 3 kali
3. Jumat, 26 Januari 2018
a. Nebulizer
F: Pagi & siang (3xsehari)
I: Sesuai toleransi px
T : 10 menit
T : Nebulizer ultrasound
Obat : - Bronkodilator + ekspektoran : -Combivent 2,5mg
-NaCl 5cc
-Kortikosteroid : Pulmicort 2,5mg
Prosedur penggunaan :
a. Mempersiapkan alat
b. Memasukkan keseluruhan obat kedalam tabung nebulizer
c. Hubungkan kabel nebulzer ke saklar
d. Pasangkan selang & masker nebulizer pada px
e. Atur waktu selama 10 menit lalu tekan tombol “ON”
f. Atur intensitas asap sesuai batas toleransi px
b. Batuk efektif
a.) Batuk: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan keras / bersuara sebanyak 2 kali. Batukkan pertama untuk
melepaskan dahak dan batukan kedua untuk mengeluarkan
dahak. Repetisi: 4 kali
b.) Huffing: Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk menarik
nafas melalui hidung lalu tahan selama 3 detik lalu batukkan
dengan berat / tidak bersuara seperti mendorong dada sebanyak 2
kali. Batukkan pertama untuk melepaskan dahak dan batukan
kedua untuk mengeluarkan dahak. Repetisi: 4 kali
c. Breathing Exercise
Px dalam posisi duduk instruksikan px untuk menarik nafas melalui
hidung, tahan selama 3 detik lalu hembuskan secara perlahan seperti
bernafas biasa lewat mulut. Repetisi : 4 kali
d. Mobilisasi sangkar thoraks
Px dalam posisi duduk, instruksikan px untuk mengangkat kedua
tangannya lurus kedepan (900) lalu tarik nafas lewat hidung seirama
dengan dinaikkannya kedua tangan lalu tahan selama 3 detik,
hembuskan nafas dari mulut seirama dengan turunnya kedua tangan.
Repetisi : 4 kali
I. HASIL EVALUASI AKHIR
1. Sesak nafas dengan skala borg
Awal :6
T1 :5
T2 :4
T3 :2
2. Nyeri gerak ketika sesak dengan VDS
Awal :7
T1 :5
T2 :3
T3 :1
3. Activity Daily Living dengan skala barthel
Awal :7
T1 :8
T2 : 10
T3 : 12
Hasil : Ketergantungan ringan
BAB 4
B.SARAN
Daftar Pustaka