SENAM OSTEOPOROSIS
Disusun untuk memenuhi tugas olahraga kesehatan
oleh Dosen Ns. Ribut Aksara Putra .S.Kep.
Disusun:
1. Asma S. W.
2. Arni F.
3. Joko E. Saputro
4. Reny Y.
5. Sadu S..
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirrobbil alamin, karena Allah SWT Tuhan
semesta alam makalah Senam Osteoporosis selesai. Tidak lupa juga mengucapkan shalawat
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi pembawa risalah kebenaran dan
peringatan yang rahmatanil alamin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian makalah Senam Osteoporosis ini kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil yang dapat
menjadikan suatu pendorong semangat bagi kami dalam menyelesaikan makalah Senam
Osteoporosis ini.
2. Temanteman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendika Medika
Kabupaten Kobar, khususnya S1 Keperawatan, yang telah memberikan support dalam
menyelesaikan makalah senam osteoporosis ini.
3. Terima kasih pada Dosen Ns.Ribut Aksara Putra.S.Kep. yang memberi bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.
Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Penyusun
berharap para pembaca bisa mengetahui senam osteoporosis.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa
tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang
sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur.
Secara umum, gerakan-gerakan senam osteoporosis dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan gerak, fungsi, kekuatan, dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan,
biomekanik sendi, dan rasa posisi sendi. Untuk mencapai hasil yang maksimal, senam
osteoporosis baiknya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu, namun harus
dipastikan bahwa dalam melakukan senam osteoporosis ini, penderita harus berada dalam
pengawasan dokter agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, jelas dr. Siti Annisa
Nuhoni SpRM.
Dengan kombinasi pengobatan dan senam yang tepat, diharapkan deformitas dan rasa
sakit akibat penyakit osteoporosis dapat berkurang serta penderita dapat menjalani
aktivitasnya sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Lebih dari itu, dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam mengenai penyakit
rematik, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat dalam bertindak mengatasi penyakit ini
sehingga prevalensi penyakit osteoporosis di Indonesia dapat berkurang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian osteoporosis?
1.2.2 Apa faktor resiko osteoporosis?
1.2.3 Apa gejala osteoporosis?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi osteoporosis?
1.2.5 Bagaimanan pemeriksaan diagnostik osteoporosis?
1.2.6 Apa pengertian senam osteoporosis?
1.2.7 Bagaimana hubungan senam dan kepadatan tulang?
1.2.8 Bagaimana manfaat dan tujuan senam osteoporosis?
1.2.9 Bagaimana ketentuan latihan fisik senam osteoporosis?
1.2.10 Bagaimana gerakan senam osteoporosis?
1.2.11 Apa pendamping senam osteoporosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Osteoporosis merupakan suatu penyakit dengan tanda
utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya
kerapuhan tulang dan juga resiko patah tulang (WHO, International consensus development
conference, Roma 1992).
Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral
Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di
bawah nilai rata-rata rujukan pada usia dewasa muda (Depkes,2002). Osteoporosis
berdasarkan Bone Mineral Density (BMD), yaitu jika BMD mengalami penurunan lebih dari
-2,5 SD dari nilai rata-rata BMD pada orang dewasa muda sehat (Bone Mineral Density Tscore < -2,5 SD).
2.2 Faktor Resiko
2.2.1 Usia
Mulai dari lahir sampai kira-kira usia 30 tahun, jaringan tulang yang dibuat lebih
banyak daripada yang hilang. Tetapi setelah usia 30 tahun situasi berbalik, yaitu jaringan
tulang yang hilang lebih banyak daripada yang dibuat. Permukaan tulang yang menghadap
lubang sumsum tulang disebut dengan endasteal envelape, permukaan luarnya disebut
periasteal envelape, dan diantara keduanya terdapat intracartical envelape. Ketika masa
kanak- kanak, tulang baru terbentuk pada periasteal envelape. Anak- anak tumbuh karena
jumlah yang terbentuk dalam periosteum melebihi apa yang dipisahkan pada permukaan
endosteal dari tulang kortikal. Pada anak remaja, pertumbuhan menjadi semakin cepat
karena meningkatnya produksi hormon seks. Seiring dengan meningkatnya usia,
pertumbuhan tulang akan semakin berkurang. Proporsi osteoporosis lebih rendah pada
kelompok lansia dini (usia 55-65
tahun)
daripada
lansia
kejadian
osteoporosis.
menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya risiko menurut densitas tulang. Densitas
masa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya fraktur. Setiap penurunan 1 SD,
berhubungan dengan risiko peningkatan fraktur sebesar 1,5 - 3,0 kali.
2.2.2 Herediter
Pada
umumnya
ras
Afrika-Amerika
memiliki
massa
tulang tertinggi,
sedangkan ras kulit putih terutama Eropa Utara, memiliki massa tulang terendah. Massa
tulang pada ras campuran Asia-Amerika berada diantara
keduanya.(24)
Penelitian
menunjukkan bahwa, bahkan pada usia muda terdapat perbedaan antara anak AfrikaAmerika dan anak kulit putih. Wanita Afrika-Amerika umumnya memiliki massa otot yang
lebih tinggi. Massa tulang dan massa otot memiliki kaitan yang sangat erat, dimana
semakin berat otot, tekanan pada tulang semakin tinggi sehingga tulang semakin besar.
Penurunan massa tulang pada wanita Afrika-Amerika yang semua cenderung lebih lambat
daripada wanita berkulit putih. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan hormon di
antara kedua ras tersebut. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita yang
berasal dari negara-negara Eropa Utara, Jepang, dan Cina lebih mudah terkena osteoporosis
daripada yang berasal dari Afrika, Spanyol, atau Mediterania.
2.2.3 Kurang aktivitas atau imobilisasi
Kajian yang dituliskan oleh Donaldson dk. (1970) serta Rambaun, Dietlein, Yogel dan
Smith (1972) menyatakan bahwa seseorang yang sehat yang menetap di tempat tidur selama
empat sampai enam minggu akan kehilangan massa tulang sebanyak 1% setiap minggu, seda
ngkan astronot yang berada dalam keadaan hampa udara dan tanpa beban akan kehilangan
sekitar 4% massa tulangnya per bulan. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa orang
yang aktifsecara fisik akan memiliki massa tulang yanng lebih tinggi dari pada mereka tidak
banyak melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik ternyata menyebabkan hipertrofi tulang mirip
dengan otot yang mengalami hipertrofi apabila diberi pembebanan. Hal ini telah dibuktikan d
alam penelitian yang dilakukan oleh Layon dan Robin bahwa tulang memberikan respons ter
hadap beban apabila dikenakan secara dinamis dan tidak secara isometris
2.2.4 Nutrisi
Untuk mendapatkan dan mempertahankan massa tulang yang adekuat, diperlukan maka
nan
yang cukup mengandung kalsium. Tubuh mengatur kadar ion kalsium dalam cairan
ekstraseluler sedemikian rupa agar tetap berada dalam kadar yang optimal. Dengan bertamba
hnya usia, absorpsi kalsium pada saluran makanan bagian atas menjadi kurang efisien,
apabila kalsium dalam diet kurang cukup, tubuh akan menggunakan kalsium dari tempat
cadangannya di sistem tulang.
2.2.5 Endokrin
Hormon yang menentukan massa tulang adalah hormon yang mengatur kadar
kalsium dalam plasma misalnya hormon paratiroid, kalsitonin, dan vitamin D sedangkan
4
lebih banyak dari makanan dan mencegah hilangnya kalsium dari tulang, menyebabkan ginjal
menyimpan lebih banyak kalsium sehingga air seni tidak terlalu banyak membuang kalsium.
Penurunan estrogen akan meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga tulang menurun.
Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh ovarium, namun juga bisa dihasilkan oleh
kelenjar adrenal dan dari jaringan lemak. Jaringan lemak atau adiposa dapat mengubah
hormon androgen menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki oleh
wanita, semakin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi. Penurunan massa tulang
pada wanita yang kelebihan berat badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada
umumnya akan lebih kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak dapat melindungi
rangka tubuh dari trauma dan patah tulang.
Terdapat beberapa bukti bahwa wanita yang menggunakan pil KB untuk waktu yang
lama memiliki tulang yang lebih kuat daripada yang tidak mengkonsumsinya. Kontrasepsi
oral mengandung kombinasi estrogen dan progesteron, dan keduanya dapat meningkatkan
massa tulang. Hormon tersebut dapat melindungi wanita dari berkurangnya massa
tulang dan bahkan merangsang pembentukan tulang
2.2.6 Penggunaan kortikosteroid
Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari
7,5 mg per hari selama lebih dari 3 bulan. Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan
absorbsi kalsium di usus, dan peningkatan ekskresi kalsium pada ginjal, sehingga akan
terjadi hipokalsemia. Selain berdampak pada absorbsi kalsium dan ekskresi kalsium,
kortikosteroid
juga
akan
menyebabkan
penekanan
sehingga produksi estrogen akan menurun dan akhirnya akan terjadi peningkatan kerja
osteoklas. Kortikosteroid juga akan menghambat kerja osteoblas, sehingga penurunan
formasi tulang akan terjadi. Dengan terjadinya peningkatan kerja osteoklas dan penurunan
kerja dari osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang progresif. Obatan lainnya
menyebabkan osteoporosis ialah barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan
2.2.7 Kurang sinar matahari
Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore hari, karena
pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit membentuk vitamin D3, dimana
vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) diubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol
5
2.2.8 Penyakit
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama
tiroid, paratiroid dan adrenal).
2.2.9 Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen, sehingga kadar
estrogen pada perokok akan cenderung lebih rendah daripada yang tidak merokok. Wanita
pasca menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan estrogen masih akan
kehilangan massa tulang. Berat badan perokok lebih ringan dan dapat mengalami
menopause dini (kira-kira 5 tahun lebih awal), daripada non- perokok. Dapat diartikan
bahwa wanita merokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis
dibandingkan wanita tidak merokok
2.2.10 Alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan selama bertahun-tahun mengakibatkan berkurangnya
massa tulang. Kebiasaan meminum alkohol lebih dari 750 mL per minggu mempunyai
peranan penting dalam penurunan densitas tulang. Alkohol dapat secara langsung meracuni
jaringan tulang atau mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang buruk. Hal ini
disebabkan karena pada orang yang selalu menonsumsi alkohol biasanya tidak
mengkonsumsi makanan yang sehat dan mendapatkan hampir seluruh kalori dari alkohol.
Disamping akibat defisiensi nutrisi, kekurangan vitamin D juga disebabkan terganggunya
metabolisme di dalam hepar, karena pada konsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan
gangguan fungsi hepar.
2.3 Gejala
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis
senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita
tidak memiliki gejala.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur,
maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri
timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah
nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit,
tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau
6
beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan
yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot
dan sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain
itu, sering terjadi patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan
pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Penderita osteoporosis juga rentan fraktur
vetebra.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi osteoporosis menurut Ichramsyah (2005):
2.4.1 Osteoporosis primer
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian :
1) Osteoporosis Post menopasual
Osteoporosis yang terjadi pasca menopause, yang terjadi karena hormon utama pada
wanita yaitu estrogen yang membantu mengatur pengangkutan kalsium pada tulang
mengurang, sering terjadi pada usia 53-75tahun.
2) Osteoporosis Senilis
Osteoporosis sinelis hanya terjadi pada usia lanjut, yang merupakan akibat dari
kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara
kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru,sering terjadi pada usia
75-85 tahun.
2.4.2 Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya, yaitu terjadi
karena adanya penyakit lain yang mendasari, defisiensi atau konsumsi obat yang dapat
menyebabkan osteoporosis.
1) Penyebab genetik (kongenital) seperti kistik fibrosis, Ehlers - Danlas Syndrame, penyakit
penyimpanan glikogen, penyakit gaucher, hemokromatosis homosistinuria, hiperkalsiuria
idiopatik, sindroma marfan, osteogenesis imperfekta
2) Keadaan hipogonad seperti insensitifitas androgen, anoreksia nervosa ibulimia nervosa,
hiperprolaktinemia, menopause prematur
3) Gangguan endokrin seperti akromegali, insufisiensi adrenal, sindroma cushing, diabetes
melitus, hiperparatiroidism, hipertiroidisme, hipogonadism, kehamilan, prolaktinoma
kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan
gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air.
2.5.5. Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi
seperti sinar-X. Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan
mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan
Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA.
2.5.6. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang
dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut
peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti
pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan karena
sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat
dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA.
2.6 Pengertian Senam Osteoporosis
Menurut KBBI, senam ialah gerak badan dengan gerakan tertentu, seperti menggeliat,
menggerakkan, dan meregangkan anggota badan; gimnastik
Senam osteoporosis merupakan gerakan yang digunakan untuk latihan fisik guna
kesehatan tulang dengan adanya pembebanan gerakan yang dinamis dan ritmis serta adanya
latihan daya tahan yang berbentuk aerobik low impact.
2.7 Hubungan Senam dan Kepadatan Tulang
Ada empat konsep tentang latihan fisik dan tulang adalah sebagai berikut.
2.7.1. Beban mekanik melalui latihan fisik mempunyai pengaruh positif pada kepadatan
mineral tulang. Penelitian cross sectional pada atlet berlatih teratur dalam aktivitas fisik
dengan pembebanan (weigh bearing) atau angkat beban (weigh lifting) juga mempunyai
densitas mineral tulang 40% lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang tidak
berlatih. Apabila latihan ini diterapkan pada wanita pasca menopause, efek intervensi
latihan fisik lebih sedikit dengan perubahan 3-8% setelah penelitian 1-3 tahun.
2.7.2. Kekurangan latihan fisik mempunyai pengaruh negatif terhadap kepadatan mineral
tulang.
Beban mekanik yang hilang dapat menyebabkan kehilangan massa tulang. Hal
ini telah dibuktikan pada enelitian mengenai imobilisasi yang berlangsung lama,
keadaan
tanpa
beban/bebas dari gravitasi bumi (weightlessness), dan istirahat baring yang lama.
Kecepatan hilangnya massa tulang terutama disebebkan peningkatan resorpsi tidak
9
diikuti pembentukan tulang. Kecepatan berkisar 1-2% per minggu pada istirahat baring
lama atau astronot dan 1-2% per tahun pada wanita sesudah menopause.
2.7.3. Masa tulang dipertahankan ada tingkat yang tepat sesuai dengan kemampuan susunan
tulang terhadap beban fungsional. Pembebanan mekanik terhadap tulang selama latihan
fisik dengan pembebanan menimbulkan strain atau perubahan bentuk tulang. Strain ini
menjadi stimulus osteogenik apabila lebih besar dari optimal strain untuk daerah
tersebut.Dalam keadaan seperti ini akan menimbulkan peningkatan densitas tulang.
Untuk
mengurangi strain yang timbul, mengikuti prinsip overload perubahan yang terjadi
adalah berdasarkan beban dinamik berulang terbesar yang diterima oleh tulang
sehari-
hari. Densitas tulang cukup secara fungsional hanya dipertahankan sebagai akibat
dari rangsangan pembebanan
densitas tulang
tulang. Regenerasi massa tulang akan berlangsung jika ada stimulus berupa tarikan otot
maupun tekanan dari berat badan. Senam Osteoporosis akan memberikan stimulus benar pada
tubuh sehingga regenerasi massa tulang akan berlangsung dengan baik.
2.9 Ketentuan Latihan Fisik Senam Osteoporosis
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam latihan fisik sebagai berikut.
2.9.1 Latihan harus bersifat menumpu berat badan. Beban berat badan terhadap tulang
penyangga merupakan rangsangan terhadap sel-sel tulang yang bersifat sebagai piezo
elektrik. Rangsangan mekani tersebut menimbulkan potensial listrik yang berpengaruh
terhadap metabolisme tulang, termasuk kalsium. Kadar kalsium akan terkontrol
sehingga proses osteoporosis dapat dihambat.
2.9.2 Latihan harus dinamis dan melibatkan banyak otot. Kontraksi otot yang dinamis dan
melibatkan banyak otot akan meningkatkan volume sekuncup jantung. Kontraksi otot
yang dinamis memberikan pemompaan terhadap kembalinya darah vena ke jantung,
selanjutnya akan meningkatkan volume sekuncup untuk memenuhi kebutuhan volume
curah jantung (cardiac output), denyut jantung tidak perlu meningkat tajam. Keadaan
ini lebih aman bagi jantung. Aktivitas berjalan, bersepeda, dan berenang termasuk
contoh latihan yang baik.
2.9.3 Latihan harus rutin. Penelitian menunjukkan bahwa apabila otot bekerja secara aktif,
progresif, rutin, dan teratur maka akan memelihara atau meningkatkan kepadatan tulang
yang dilekati otot tersebut. Kontraksi otot memberikan rangsangan mekanis pada
bagian tulang yang dilekati otot tersebut. Rangsangan mekanik tersebut merangsang
metabolisme tulang sehingga kadar kalsium tulang terpelihara dan osteoporosis
terhambat. Senam osteoporosis ini memang sebaiknya dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 3-5 kali dalam seminggu. Setiap latihan diperlukan waktu 20-60 menit.
Sebaiknya pada awalnya senam ini dilakukan dengan intensitas rendah kemudia untuk
senam selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan para peserta.
2.9.4 Latihan harus bersifat aerobik. Keuntungan latihan aerobik antara lain volume ruangan
jantung dapat dipertahankan, bahkan dapat meningkat sehingga volume sekuncup
meningkat. Dengan demikian, denyut jantung tidak meningkat tajam saat beraktivitas.
Dalam melakukan senam ini, tentunya setiap orang memiliki intensitas yang berbeda
semua ini tergantung pada kondisi peserta sendiri. Untuk itu dapat dikatakan bahwa senam ini
bersifat individual. Untuk mengatahui seberapa sering kita harus melakukan senam,
sebaiknya berkonsultasi pada ahlinya atau pada dokter yang memang menangani
11
2.11.1 Susu dan produknya, seperti yogurt, atau susu skim, adalah konsumsi adalah sangat
baik untuk penderita penyakit osteoporosis dan baik pula dikonsumsi untuk mencegah
timbulnya penyakit keropos tulang ini. Hal ini karena dalam beberapa makanan
tersebut mengandung kalsium dan protein yang memperluat dan menyehatkan tulang
2.11.2 Kacang-kacangan terutama kacang almond dan pistachio yang merupakan sumber
kalsium terbaik. Kacang-kacangan sangat baik dikonsumsi untuk mencegah
timbulnya penyakit osteoporosis, karena mengandung magnesium, mangan, dan
fosfor yang mampu memberi nutrisi untuk memenuhi kecukupan gizi yang
dibutuhkan. Sehingga tulang menjadi kuat dan tidak mudah keropos.
2.11.3 Sayuran diantaranya brokoli, kembang kol, dan bit. Sebaiknya anda memasukan
beberapa jenis sayuran tersebut ke dalam menu makanan sehari-hari anda.
2.11.4 Ragi setidaknya memiliki 330-350 mg kalsium setiap 100 gram berat keringnya
2.11.5 Kurma memiliki kandungan kalsium dna magnesium yang meningkatkan kepadatan
tulang tubuh.
2.11.6 Buah-buahan mencegah penyakit osteoporosis adalah jambu, jeruk, strawberri dan
nanas. Buah-buahan tersebut memiliki kandungan vitamin C mampu memperkuat
tulang. Selain beberapa jenis buah-buahan tersebut, jangan lupa bahwa apel dan
pisang juga merupakan sumber nutrisi yang baik untuk mengatasi penyakit
osteoporosis.
2.11.7 Telur mengandung protein dan vitamin D alami
2.11.8 Omega-3 dalam beberapa makanan seperti biji labu, bij rami, atau minyak ikan.
Selain sangat efektif untuk penyembuhan osteoporosis, omega-3 ini juga sangat
berguna untuk mengatasi penyakit rematik dan nyeri sendi.
2.11.9 Ikan terutama yang berminyak (oily fish), seperti ikan salmon, dan ikan tuna yang
kaya akan kalsium dan mineral lainnya
2.11.10 Makanan berkalisum lain, seperti jus jeruk, minuman yang terbuat dari kedelai,
produk tahu, dan juga tajin. Semuanya adalah sumber kalsium terbaik untuk melawan
penyakit osteoporosis.
Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit. Waktu yang paling baik adalah
pagi sebelum jam 09.00 WIB atau sore sesudah jam 16.00 WIB. Sinar matahari terutama
UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan massa tulang
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Osteoporosis merupakan suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya
kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan juga resiko
patah tulang (WHO, International consensus development conference, Roma 1992). Faktor
resiko osteoporosis meliputi usia, herediter, kurang aktivitas, nutrisi, endokrin, penggunaan
kortikosteroid, kurang sinar matahari, penyakit, merokok, dan alkohol. Jika kepadatan tulang
sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang
dan kelainan bentuk. Klasifikasi osteoporosis meliputi osteoporosis primer (osteoporosis post
menopause dan osteoporosis sinelis), osteoporosis sekunder
Senam osteoporosis merupakan gerakan yang digunakan untuk latihan fisik guna kesehatan
tulang dengan adanya pembebanan gerakan yang dinamis dan ritmis serta adanya latihan
daya tahan berbentuk aerobik low impact.
Masa tulang dipertahankan ada tingkat yang tepat sesuai dengan kemampuan susunan
tulang terhadap beban fungsional. Pengaruh positif latihan fisik terhadap tulang dapat
dikurangi oleh keadaan lingkungan termasuk keadaan hormon dan gizi. Senam osteoporosis
mempunyai manfaat untuk kesehatan tulang para pesenam, membuat badan lebih bugar serta
sehat dan bagi para pesenam yang telah berusia dewasa serta telah lanjut usia baik laki-laki
ataupun perempuan dapat mempertahan massa tulang. Tujuan utama dalam melakukan senam
ini sebenarnya adalah untuk mengurangi atau melakukan pencegahan terhadap pengeroposan
tulang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam latihan fisik meliputi latihan harus
bersifat menumpu berat badan, latihan harus dinamis dan melibatkan banyak otot, latihan
harus rutin, dan latihan harus bersifat aerobik. Senam osteoporosis dibagi dalam dua jenis
yaitu senam pencegahan dan kelas terapi osteoporosis. Makanan yang sebaiknya dikonsumsi
meliputi susu dan produknya, kacang-kacangan terutama kacang almond dan pistachio,
sayuran, ragi, kurma, buah-buahan, telur, omega-3, ikan terutama yang berminyak (oily fish),
makanan berkalisum lain ( jus jeruk, minuman yang terbuat dari kedelai, produk tahu, dan
juga tajin).
3.2 Saran
3.2.1 Bagi pembaca sebaiknya mengetahui dan memperdalam senam osteoporosis.
3.2.2 Bagi pihak kampus lebih bisa meningkatkan dan memperbaiki penyediaan fasilitas
belajar dan pelayanan pendidikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes.KMK
No.
1142
ttg
Pedoman
Pengendalian
Osteoporosis.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%2
01142%20ttg%20Pedoman%20Pengendalian%20Osteoporosis.pdf
Kirai,
Rahma.
2014.Terapi
Modalitas
Lansia
(Terapi
Osteoporosis).
http://calonurse.blogspot.com/2014/03/terapi-modalitas-lansia-terapi_28.html
Lugianto,
Djebpri.
2013.
http://thedjima.blogspot.com/2013/10/olahraga-lansia-latihan-
untuk.html
Resep
Bunda.
2012.
Mengenal
Osteoporosis
dan
Pencegahannya.
http://www.resepbunda.biz/2012/10/17/mengenal-osteoporosis-pencegahannya/
Sativa,
Oryza.2014.
Makanan
Sehat
untuk
Penderita
Osteoporosis.http://obattradisionalpenyakitamandel.blogspot.com/2014/02/makanansehat-untuk-penderita-osteoporosis.html
Undip.Wisnu_W_G2A008196_Lap.KTI.pdf.http://eprints.undip.ac.id/37820/1/Wisnu_W_G2
A008196_Lap.KTI.pdf
18