Anda di halaman 1dari 56

MANAGEMENT FISIOTERAPI PADA

SKELETAL TRAKSI DAN POST ORIF E.C


MAL UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA
RIZKA AULIA
171 0 3 0 6 0 0 1
Skeletal Traksi
Menurut Shim dkk (2014) skeletal traksi dilakukan untuk menstabilkan fraktur dan untuk menjaga
atau menyamakan panjang ekstremitas sebelum operasi.

Skeletal traksi biasanya digunakan pada fraktur femur, vertically unstable pelvic ring injury dan
dislokasi fraktur acetabulum (Lowe dkk, 2014)

Saat terjadi malunion atau pseudo arthrosis, dilakukan operasi adhesi antar tulang sebelum
pemasangan traksi. Beban traksi ditambahkan secara bertahap agar terjadi adaptasi dari jaringan
disekitar fraktur. (Krishnakumar dkk, 2014)
Indikasi pelepasan skeletal traksi (Krishnakumar dkk, 2014):
- Nyeri yang tidak tertahankan
- Parestesi
- Pucat hingga tidak ada denyut nadi
- Tidak ada overlapping dari ujung tulang
SKELETAL TRAKSI
ORIF
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada
operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal
mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan.
(Brunner&Suddart, 2003)
Ada beberapa tujuan dilakukannya ORIF, antara lain:
1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas.
2. Mengurangi nyeri.
3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien.
4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena
5. Tidak ada kerusakan kulit
(T.M.Marrelli, 2007)
IDENTITAS UMUM PASIEN

Nama : Sdr. J.T.B.S


Umur : 25 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pamotan, Rembang
Pekerjaan : supir
Status : Pasien rawat inap (Anggrek 2)
RM : 317020
Tanggal pemeriksaan : 11 Juli 2018
 2009 : Pasien patah tulang paha kiri karena jatuh dari motor, dibawa ke
sangkal putung 2 kali
 2009-2018 : pasien jalan semakin lama semakin jinjit
 19 Maret 2018 : rontgen, didapatkan hasil mal union
 24 Juni 2018 : pasien melakukan operasi pemasangan skeletal traksi
 13 Juli 2018 : pasien melakukan operasi pemasangan ORIF
 KELUHAN UTAMA PASIEN
Pasien mengeluhkan badan kaku serta kesemutan pada tempat pemasangan skeletal
traksi.
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
2009 pasien jatuh dari motor, terdapat tonjolan tulang pada tengah paha kiri tapi tidak terdapat luka.
Pasien dibawa ke RSUD Rembang didiagnosa fraktur tertutup femur sinistra. Di RSUD tidak dilakukan
tindakan. Pasien pergi kesangkal putung sebanyak 2 kali. Kaki ditarik-tarik dan dipijat lalu dibidai.
Setelah beberapa bulan nyeri berkurang pasien dapat beraktifitas seperti biasa dengan kaki
menapak. Lama kelamaan pasien jalan dengan kaki kiri semakin jinjit. Nyeri dirasakan saat berjalan
jauh, namun setelah istirahat nyeri hilang. Karena jalan yang semakin jinjit, pasien akhirnya
melakukan rontgen didapatlah hasil terdapat mal union pada 1/3 medial femur sinistra. Dari hasil
pemeriksaan panjang tungkai didapat kaki kiri lebih pendek 7 cm. lutut dapat menekuk full. pasien
menjalani operasi pemasangan skeletal traksi pada tanggal 24 Juni 2018 dengan beban awal 6 kg.
beban ditambah secara bertahap. Dilakukan evaluasi panjang tungkai. Tanggal 13 Juli 2018, pasien
melakukan operasi pemasangan ORIF. Beban terakhir 18 kg dan selisih panjang tungkai 2 cm.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN
PENYERTA

Tidak ada
RONTGEN

PRE OP (19 MARET 2018) POST OP (9 JULI 2018)


RONTGEN
14 Juli 2018
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA-TANDA VITAL
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Denyut nadi : 80 x/menit
• Pernafasan : 20 x/menit
• Tinggi badan : 162 cm
• Berat badan : 56 kg
HASIL LAB (11 JULI 2018)

Hasil UNIT Rujukan


Hemoglobin 11,4 g/dL 13-17
Hematokrit 35 % 40-54
Leukosit 9000 /uL 4.000-10.000
Eritrosit 4,2 Juta/uL 4,40-6,20
Trombosit 567000 /uL 150.000-500.000
PEMERIKSAAN FISIK SKELETAL TRAKSI

 INSPEKSI STATIS
• Pasien dalam posisi tidur, alignment tubuh lurus
• Terpasang infus di tangan kanan
• Terpasang skeletal traksi pada kaki kiri dengan beban 17 kg
• Posisi knee dan hip kiri fleksi
• Terdapat luka insisi di lateral femur sin
• Tidak terdapat oedem pada knee sinistra
• Terdapat atropi otot pada M. Quadricep sinistra
 INSPEKSI DINAMIS
Pasien dapat menggerakkan jari-jari dan pergelagan kaki kiri
Pasien mampu menggerakkan AGA dan kaki kanan dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK POST ORIF 14 JULI 2018
 INSPEKSI STATIS
• Pasien dalam posisi duduk
• Asimetris bahu, Bahu kanan lebih tinggi.
• Wajah terlihat pucat dan menahan nyeri
• Terpasang infus di tangan kanan
• Terdapat blood drainage di kaki kiri
• Luka insisi dibalut
 INSPEKSI DINAMIS
Pasien dapat menggerakkan jari-jari dan pergelagan kaki kiri
Pasien mampu menggerakkan AGA dan kaki kanan dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK SKELETAL TRAKSI

 PALPASI
• Tidak terdapat peningkatan suhu pada tungkai sinistra
• Adanya atrofi pada quadriceps, hamstring dan
gastrocnumeus sinistra
• Terdapat spasme otot paravertebra
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR AKTIF SKELETAL TRAKSI
DEXTRA SINISTRA
HIP DEXTRA SINISTRA
ROM Nyeri ROM Nyeri ANKLE
ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi Full - NT NT
Dorso
Ekstensi Full - Terbatas -
Full - NT NT
Abduksi Plantar
Full - NT NT Full - Terbatas -
Adduksi Full - NT NT
Endorotasi Full - NT NT DEXTRA SINISTRA
Eksorotasi KNEE
Full - NT NT ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi
Full - NT NT
Ekstensi
Full - NT
NT

Ket : NT karena
terpasang
skeletal traksi
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR AKTIF POST ORIF
DEXTRA SINISTRA
HIP DEXTRA SINISTRA
ROM Nyeri ROM Nyeri ANKLE
ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi Full - NT +
Dorso
Ekstensi Full - Terbatas +
Full - NT +
Abduksi Plantar
Full - NT + Full - Terbatas +
Adduksi Full - NT +
Endorotasi Full - NT + DEXTRA SINISTRA
Eksorotasi KNEE
Full - NT + ROM Nyeri ROM Nyeri
Fleksi
Full - NT +
Ekstensi
Full - NT +

Ket : NT karena
nyeri VAS 7-8
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR PASIF SKELETAL TRAKSI

DEXTRA SINISTRA DEXTRA SINISTRA


HIP KNEE
ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel

Fleksi Full - Soft NT NT NT


Fleksi Full - Soft NT NT NT
Ekstensi Full - Firm NT NT NT
Ekstensi Full - Elastis NT NT NT
Abduksi Full - Elastis NT NT NT
Adduksi Full - Elastis NT NT NT DEXTRA SINISTRA
Endorotasi Full - Elastis NT NT NT ANKLE
ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel
Eksorotasi Full - Elastic NT NT NT Dorso
Full - Elastis Terbatas - springy

Plantar Full - Firm Full -

Ket : NT karena
terpasang
skeletal traksi
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR PASIF POST ORIF

DEXTRA SINISTRA DEXTRA SINISTRA


HIP KNEE
ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel

Fleksi Full - Soft NT + NT


Fleksi Full - Soft NT + NT
Ekstensi Full - firm NT + NT
Ekstensi Full - Elastis NT + NT
Abduksi Full - Elastis NT + NT
Adduksi Full - Elastis NT + NT DEXTRA SINISTRA
Endorotasi + ANKLE
Full - Elastis NT NT ROM Nyeri End Feel ROM Nyeri End Feel
Eksorotasi Full - Elastic NT + NT Dorso
Full - Elastis Terbatas + springy

Plantar Full - firm Full +

Ket : NT karena
nyeri VAS 7
PEMERIKSAAN GERAK DASAR MMT SKELETAL TRAKSI

Regio Gerakan DEXTRA SINISTRA

Hip Flexi 4 NT Ket : NT karena


Exstensi 4 NT terpasang
skeletal traksi
Adduksi 4 NT

Abduksi 4 NT

Knee Flexi 4 NT
Exstensi 4 NT

Ankle Dorsi 4 4-
Plantar 4 4-
PEMERIKSAAN GERAK DASAR MMT POST ORIF

Regio Gerakan DEXTRA SINISTRA

Hip Flexi 4 NT Ket : NT karena


Exstensi 4 NT nyeri VAS 7

Adduksi 4 NT

Abduksi 4 NT

Knee Flexi 4 NT
Exstensi 4 NT

Ankle Dorsi 4 4-
Plantar 4 4-
ANTROPOMETRI SKELETAL TRAKSI
PANJANG TUNGKAI

DEXTRA SINISTRA Selisih

True Length 82 Cm 80 Cm 2 Cm

Apprence 91 Cm 89 Cm 2 Cm
ANTROPOMETRI POST ORIF
PANJANG TUNGKAI

DEXTRA SINISTRA Selisih

True Length 82 Cm 81 Cm 1 Cm

Apprence 91 Cm 90 Cm 1 Cm
PENGUKURAN LGS SKELETAL TRACTION

REGIO DEXTRA SINISTRA

HIP S = 15o – 0o – 120o NT

Ket : NT karena
F =45o – 0o – 30 o NT terpasang
skeletal traksi

KNEE S = 0o – 0o– 130o NT

ANKLE S = 15o – 0o – 45o S = 5o – 0o – 45o


PENGUKURAN LGS POST ORIF

REGIO DEXTRA SINISTRA

HIP S = 15o – 0o – 120o NT

Ket : NT karena
F =45o – 0o – 30 o NT Nyeri VAS 7

KNEE S = 0o – 0o– 130o NT

ANKLE S = 15o – 0o – 45o S = 5o – 0o – 45o


PEMERIKSAAN NYERI MENGGUNAKAN VAS SKELETAL TRAKSI

Sinistra

Nyeri Diam 3

Nyeri Gerak NT
PEMERIKSAAN NYERI MENGGUNAKAN VAS POST ORIF

Sinistra

Nyeri Diam 7

Nyeri Gerak 8
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS SKELETAL TRAKSI
Terdapat gangguan sensoris berupa kesemutan sekitar knee sinistra
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS POST ORIF
Terdapat gangguan sensoris berupa kesemutan dan penurunan sensibilitas
pada sebagian persarafan N peroneus.
PEMERIKSAAN FUNGSIONAL

NILAI 11 KETERGANTUNGAN Sedang


TES KOGNITIF, INTRAPERSONAL &
INTERPERSONAL
Kognitif : Pasien mampu menjelaskan keluhan utama dan riwayat penyakitnya dengan baik
Intrapersonal : Pasien mempunyai motivasi untuk sembuh
Interpersonal : Pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis dengan baik
DIAGNOSIS FISIOTERAPI SKELETAL TRAKSI

Impairment
- Nyeri diam pada skeletal traksi VAS 3
- Keterbatasan gerak dorso fleksi sendi ankle sinistra dengan endfeel springy
- Penurunan kekuatan otot ankle sinistra
- Penurunan kekuatan otot-otot tungkai dextra
- Terdapat atropi otot Quadricep, hamstring dan gastrocnumeus sinistra
- Spasme otot-otot paravertebra
- Gangguan sensibilitas
- Potensi tirah baring lama seperti retensi sputum, penurunan ekspansi thorak, sesak, terjadinya dekubitus,
penurunan kekuatan otot dan penurunan lingkup gerak sendi, hipotensi
Functional Limitation
Pasien mengalami ketergantungan sedang pada penilaian
barthel index karena terpasang skeletal traksi
Partisipasi restriksi
Pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya karena rawat inap
dan terpasang skeletal traksi
TUJUAN
 Tujuan jangka pendek :
- Mengurangi nyeri
- Meningkatkan ROM dorso fleksi sendi ankle sinistra
- Meningkatkan kekuatan otot ankle sinistra
- Meningkatkan kekuatan otot-otot tungkai dextra
- Menambah massa otot Quadricep, hamstring dan gastrocnumeus sinistra
- Mengurangi Spasme otot-otot paravertebra
- Mengurangi Gangguan sensibilitas
- Mencegah potensi komplikasi tirah baring lama
- Penguatan otot-otot postural
Tujuan jangka panjang
 Peningkatan kekuatan otot dan massa otot pasien.
 Meningkatkan kemampuan fungsional
TINDAKAN DAN INTERVENSI
• Breathing Exercise
• Ankle pumping exercise pada kedua tungkai
• Aktif ROM exercise (kedua ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dextra)
• Strengthening :
• otot-otot ekstremitas atas
• Otot-otot ekstremitas bawah dextra
• Quadricep setting sinistra
• Otot-otot postural ; bridging, sit up, gluteal set
• Stretching
• Otot paravertebra
• Otot ekstremitas bawah dextra
• Otot gastrocnemius dan tibialis anterior sinistra
• Ransangan sensoris
• Usapan dengan handuk pada bagian yang terjadi penurunan sensibiitas
DIAGNOSIS FISIOTERAPI POST ORIF

Impairment
- Nyeri diam VAS 7
- Nyeri gerak VAS 8
- Keterbatasan gerak dorso fleksi sendi ankle sinistra dengan endfeel springy
- Penurunan kekuatan otot ankle sinistra
- Penurunan kekuatan otot-otot tungkai dextra
- Terdapat atropi otot Quadricep, hamstring dan gastrocnumeus sinistra
- Spasme otot-otot paravertebra
- Gangguan sensibilitas
Functional Limitation
Pasien belum bisa berjalan dan beraktifitas karena nyeri post op
ORIF
Partisipasi restriksi
Pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya karena rawat inap
TUJUAN
 Tujuan jangka pendek :
- Mengurangi nyeri
- Meningkatkan ROM dorso fleksi sendi ankle sinistra
- Meningkatkan kekuatan otot ankle sinistra
- Meningkatkan kekuatan otot-otot tungkai dextra
- Menambah massa otot Quadricep, hamstring dan gastrocnumeus sinistra
- Mengurangi Spasme otot-otot paravertebra
- Mengurangi Gangguan sensibilitas
- Penguatan otot-otot postural
Tujuan jangka panjang
 Peningkatan kekuatan otot dan massa otot pasien.
 Meningkatkan kemampuan fungsional
TINDAKAN DAN INTERVENSI
• Breathing Exercise
• Ankle pumping exercise pada kedua tungkai
• Aktif ROM exercise (kedua ekstremitas atas dan ekstremitas bawah)
• Strengthening :
• otot-otot ekstremitas atas
• Otot-otot ekstremitas bawah
• Otot-otot postural ; bridging, sit up, gluteal set, pelvic tilt
• Stretching
• Otot paravertebra
• Otot ekstremitas bawah dextra
• Otot gastrocnemius dan tibialis anterior sinistra
• Ransangan sensoris
• Usapan dengan handuk pada bagian yang terjadi penurunan sensibiitas
• Latihan berjalan NWB dengan walker, dilanjutkan dengan axiilary crutches
EDUKASI

Pasien dianjurkan menjalani fisioterapi setelah pulang


Pasien diminta melakukan latihan-latihan yang telah diberkan:
a. Penguatan kedua ekstremitas bawah
b. Stretching otot yang spasme
c. Menggerakan kaki kiri secara perlahan hingga menekuk full
dibantu dengan kaki yang sehat
d. Beraktifitas dengan postur yang benar
e. Memberikan usapan dengan handuk kasar pada bagian yang
sering kesemutan
f. Menjaga nutrisi dan menghindari asap rokok
EVALUASI

VAS untuk nyeri

Goneometer untuk ROM


PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Cosmeticam : Dubia ad malam
EVALUASI ROM
Knee : s 0o-00-40o ada nyeri VAS 5
Ankle : s 10o-0o-45o
EVALUASI NYERI

Nyeri diam VAS 4


Nyeri gerak VAS 5
ISOMETRIC EXERCISES WITH ELEMENTS
POSTISOMETRIC RELAXATION TO ELIMINATE THE
KNEE JOINT CONTRACTURE AFTER
ARTHROSCOPIC PLASTICS OF ANTERIOR
CRUCIATE LIGAMENT

P Y LY P E N KO O . V. , Z A K H A R O V A . A . , S R I B N I Y K . A . , N I K A N O R O V
A.K.

2 014 ; D O I : 10 . 6 0 8 4 / M 9 . F I G S H A R E . 9 2 3 514
INTRODUCTION
Setelah operasi rekonstuksi ACL, sendi lutut di imobilisasi dengan splint. Analisis
literatur ilmiah menunjukkan bahwa rata-rata immobilisasi pot operasi dilakukan
selama 4-6 minggu.
bentuk konstruksi fleksi dan ekstensi yang stabil, didasarkan pada pembentukan
artrofibrosism kelemahan otot tungkai, propioseptif dan trofik. Pengecilan otot juga
dapat memperlemah stabilitas sendi lutut dan meningkatkan kemungkinan cidera
jika tidak disertai rehabilitasi yang tepat. Pasien biasanya menggunakan brace
fungsional. Namun beberapa lebih memilih statis brace yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi motorik.
Brace statis dan dinamis menopang stabilitas ligamen dan otot, sehingga latihan
terapi yang kompleks berupa isometrik yang cocok diberikan karena;
meminimalkan force pada sendi dan ligamen, meningkatkan koordinasi
intermuscular, mekanisme propioseptif, dan proses trofik.
TARGET, PURPOSE, MATERIALS AND METHODS
Target : untuk menentukan efektivitas latihan isometrik dan PIR untuk
pencegahan kontraktur dan pemulihan fungsi motorik setelah
rekonstruksi ACL arthroskopic sendi lutut pada post op
Tujuan : menguatkan kemungkinan latihan isometrik dan PIR dalam
kompleks latihan terapeutik, untuk mengeksplor efek latihan pada
pemulihan fungsi motorik lutut
Material : goniometri
Metode : 22 pasien usia 40, post rekonstruksi ACL, terdapat kontraktur
fleksi-ekstensi, immobilisasi post op 2-6 minggu. 16 wanita dan 6 pria.
pasien dibagi menjadi 2 kelompok; 11 orang kelompok kontrol
(pengobatan konfensional, terapi latihan dan CPM) dan 11 kelompok
utama dengan tambahan isometrik kontraksi dan PIR
RESULT

Berdasarkan waktu post op, ps dibagi menjadi bag 1 : 2-3 minggu; bag 2 : 4-5 minggu
Alat ukur goniometer untuk mengukur ROM, antropometri untuk mengukur volume otot, VAS
untuk mengukur nyeri
Latihan terapeutik dilakukan selama 20 menit, 2 kali/hari pada bag 1 dan 3 kali/hari pada
bag 2. interval 2 jam antar sesi.
Metode PIR : otot-otot rileks dengan isometric tension selama 5-7 detik, diikuti dengan
stretching pasif dengan waktu yang sama. Diulang 5-6 kali
Melakukan 8 jenis latihan isometrik dengan berbagai posisi.
Hasil : terdapat penurunan nilai VAS dari 3 menjadi 1 pada setiap kelompok
tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pengukuran antropometri pada kedua
kelompok.
LGS meningkat pada kedua kelompok namun kelompok utama lebih signifikan
dibanding kelompok kontrol
KESIMPULAN
isometrik latihan dan pasca relaksasi isometrik dalam kompleks latihan
terapeutik adalah cara yang efektif untuk mencegah sendi kontraktur
sendi pasca operasi.
SUPRACONDYLAR SKELETAL TRACTION AND
OPEN INTERLOCKING NAILING FOR NEGLECTED
FRACTURE OF THE SHAFT OF FEMUR -
RETROSPECTIVE STUDY
R. KRISHNAKUMAR D (ORTHO), DNB (ORTHO), G.
T H I R U V E N K I TA P R A S A D D N B ( O R T H O ) , D AYA N A N D
KALIAPERUMAL MS (ORTHO), NANDKUMAR SUNDARAM FRCS,
MSC (ORTHO) (LON)

JOURNAL OF C LI NI C AL ORTHOPAEDI C S AND TRAUMA 4 (2013)


110-114
PENDAHULUAN

Neglected fracture biasanya disebabkan oleh terlambatnya atau tidak sesuainya


penanganan pada kasus fraktur.
Pemilihan pengobatan alternatif biasanya disebabkan oleh biaya yang cenderung lebih
murah dan ketakutan pasien akan operasi.
Fraktur yang tidak tertangani beberapa minggu dapat menyebabkan kontraktur, arthropi,
dan stiffness.
METODE
25 orang sample dengan pemendekan tungkai (1 cm; 5 orang, 1-5 cm; 18 orang, 5-7,5 cm;
2 orang)
Pasien dengan pemendekan >5cm menjalani 2 tahapan operasi; 1. adhesi tulang malunion
atau pseudo arthrosis 2. operasi pemasangan ORIF
Berat traksi ditambah secara bertahap dengan pemantauan neurovaskular.
Setelah post op ORIF pasien difisioterapi secara rutin untuk mengembalikan massa otot,
ROM, kekuatan otot, serta belajar jalan menggunakan alat bantu.
HASIL

Semua pasien mengalami penyambungan ulang secara sempurna


Tidak ada infeksi
2 pasien memiliki beda panjang tungkai <2cm
Tidak ada yang mengalami masalah neurovaskuler berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai