BRONCHOPNEMONIA
MAKALAH
oleh
KELOMPOK 1
MAKALAH
oleh
KELOMPOK 1
ii
PRAKATA
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PRAKATA ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 3
1.4 Implikasi Keperawatan ............................................................. 3
2.TINJAUAN TEORI .................................................................................... 4
2.1 Pengertian ................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi ............................................................................... 4
2.3 Etiologi ....................................................................................... 5
2.4 Tanda dan Gejala ....................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ................................................................................ 7
2.6 Komplikasi& Prognosis ............................................................. 7
2.7 Pengobatan ................................................................................. 9
2.8 Pencegahan ................................................................................. 10
BAB3. PATHWAYS ...................................................................................... 11
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................... 12
4.1 Pengkajian .................................................................................. 12
4.2 Diagnosa ...................................................................................... 14
4.3 Perencanaan ............................................................................... 14
4.4 Pelaksanaan............................................................................... 16
4.5 Evaluasi ....................................................................................... 16
BAB 5. PENUTUP.......................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
seperti empiema, otitis media, atelektasis, emfisema dan meningitis. Selain itu,
juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Dari uraian di atas, penulis menuliskan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bronchopneumonia” dengan harapan dapat
memberikan informasi dan pemahaman terhadap tenaga kesehatan serta para
pembaca agar dapat waspada dan lebih mengenali sejak dini tentang penyakit
bronchopneumonia.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari penyakit bronchopneumonia.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi penyakit bronchopneumonia.
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi penyakit bronchopneumonia.
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit bronchopneumonia.
1.3.5 Untuk mengetahui komplikasi serta prognosis dari penyakit
bronchopneumonia.
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksaan, pengobatan serta upaya pencegahan
dari penyakit bronchopneumonia.
1.3.7 Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada
pasien dengan pasien penyakit bromchopneumonia.
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit
sistempernapasan yaitu bronchopnemonia.
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa calon perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien
bronchopnemonia.
1.4.3 Manfaat Bagi Perawat
Digunakan sebagai bahan observasi untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan menambah keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan terhadap pasien bronchopnemonia..
1.4.4 Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan dalam
perpustakaan.
3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bronkopneumonia (pneumonia lubularis) adalah peradangan pada
parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat
mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan
eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan. Penyebaran Bronkopneumonia yang terinfeksi dengan bercak
berdiametetr 3-4 sm mengelilingi bronkus. Bronkopneumonia dapata terjadi di
pada bronkus bagian kanan, kiri, bahkan pada kedua bronkus. Peradangan ini
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing lainnya. Bakteri yang
sering ditemukan atau sebagai penyebab bronkopneumonia antara lain
stafilokokus, pneumokokus, Haemophilus influenza, P seudomonas aeruginosa.
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi
dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).Penyakit
bronkopneumonia ini seringkali bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Faktor risiko menderita bronkopneumonia antara lain bayi (< 2
tahun), orang tua (> 65 tahun), pasien penyakit paru kronik, HIV/AIDS, diabetes,
penyakit jantung, penerima kemoterapi, merokok, peminum alkohol berat, serta
kurang gizi.
2.2 Epidemiologi
Bronkopneumonia lebih banyak menyerang anak-anak sehingga resiko
kematian pada anak-anak usia 1-5 tahun sangat tinggi. Di negara-negara
berkembang hampir dari 30 % penyakit ini berisiko pada kematian. Data
SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3
4
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia
adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Menurut Riskesdas tahun 2007, penyakit bronkopneumonia merupakan
penyakit penyebab kematian nomor dua setelah diare pada anak-anak. Di
Indonesia sendiri, anak usia 1-4 tahun yang terserang menunjukkan angka 15,5%.
Di Amerika penyakit ini menunjukkan 13% dari seluruh penyakit infeksi lainnya
yang menyerang anak usia dibawah 2 tahun. Bronkopneumonia juga sering
dikaitkan dengan kematian orang dewasa. Orang dewasa yang memiliki risiko
kematian tinggi akibat bronkopneumonia pada usia diatas 65 tahun. Penyakit ini
lebih sering muncul pada perokok dan pria dibanding wanita.
2.3 Etiologi
Secara garis besar individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
Individu yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya
lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
1. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi:
a. Bakteri gram positif
b. Streptococus pneumonia (jika orang dewasa maupun anak-anak terserang
oleh bakteri jenis ini biasanya disertai influenza dan meningkat pada pasien
PPOM dan pengguna alkohol)
c. Staphylococcus ( bakteri ini masuk melewati darah dan sering menyebabkan
infeksi nosokomial)
d. Bakteri gram negatif
e. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan dapat
menyebabkan gangguan saluran nafas kronis)
f. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi,
dan juga infeksi saluran kemih)
5
g. Bakteri atipikal
h. Bakteri anaerob
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
7
Menurut Mansjoer (2000) kompilkasinya adalah
1. Abses kulit
2. Abses pada jaringan lunak
3. Sinusitis
4. perikarditis
Selain itu komplikasi yang dapat terjadi adalah (Ngastiyah 2005)
1. Efusi Pleura
Kuman yang masuk di alveolus menyebabkan peradangan dan hasil dari
peradangan tersebut adalah eksudat atau cairan protein dan apabila tidak
diobati dengan baik maka eksudat akan semakin menumpuk dan menjadi
purulen (nanah). Sesuai dengan gaya gravitasi cairan akan turun dan
masuk ke lapisan pleura dan menyebabkan efusi pleura.
2. Abses paru
3. Pneumothorax
4. Gagal nafas
Komplikasi ini terjadi diakibatkan karena hemoglobin dengan CO2 tidak
dapat di disfusikan di dalam alveolus karena terdapat purulen. Hal ini
menyebabkan darah banyak mengandung CO2 dan tubuh tidak
mendapatkan O2 sesuai kebutuhan.
5. Sepsis
2.6.2 Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total,
mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan
infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
8
2.7 Pengobatan
Pengobatan dan perawatan bronkopneumonia yang umum dan dapat
dilaksanakan adalah :
1. terapi oksigen. Pemberian oksigen pada umumnya tidak diperlukan,
namun pada kasus yang berat pasien bronkopneumonia harus diberikan
oksigen.
2. hidrasi cairan. Bila penyakit ringan dilakukan hidrasi oral, tetapi jika berat
hidrasi dilakukan dengan cara parenteral (menggunakan infus).
3. simptomatik terhadap batuk.
4. bila terdapat obstruksi jalan napas, lendir serta terdapat adanya febris,
sebaiknya diberikan bronkodilator.
5. kemoterapi. Pemberian harus berdasarkan penyebab infeksi. Bila
penyakitnya ringan, dapat diberikan antibiotik secara oral, sedangkan bila
penyakitnya berat diberikan secara parenteral. Apabila penyakit berat
pasien dapat dirawat inap, maka perlu pemilihan antibiotik berdasarkan
usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab, seperti pemberian
penisilin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan
kloksasilin, kloramfenikol atau sejenisnya. Apabila terdapat penurunan
fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan
penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
Pengobatan untuk penyakit bronkopnemonia adalah dengan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan standar terapi. Ketidaksesuaian pemberian
antibiotik, dosis yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan penyalahgunaan
antibiotik dapat menimbulkan resistensi (Wattimena, 1991).
Antibiotik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Penisilin
Merupakan salah satu antibiotik yang dapat menghambat pembentukan
mukopeptida untuk mensintesis dinding sel mikroba (Istiantoro dan Gan,
2012). Contoh Penisilin adalah Ampisilin, Ampisilin-Sulbaktan,
Amoksilin dan Penisilin G (Lacy dkk, 2009).
9
2. Kloramfenikol
Merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bakteriosid yang
menghambat sintesis protein pada bakteri, virus maupun jamur.
3. Sefalosporin
Antibiotik ini memiliki kesamaan fungsi dengan penisilin. Contoh dari
antibiotic ini adalah Cefadroxil, Sefotaksin, Sefiksim, Seftriakson,
Seftazidium dan Cefuroxime(Lacy, 2009).
4. Aminoglikosida
Antibiotik ini untuk menghambat sintesis protein (Istiantoro dan Gan,
2012). Contoh dari obat ini adalah Gentamisin dan Amikasin (Lacy dkk,
2009).
5. Makrolida
Antibiotic ini memiliki peran aktif untuk beberapa kuman gram negative.
Contoh dari antibiotic ini adalah Azitromisin (Lacy dkk, 2009).
2.8 Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2. menghindari kontak dengan pasien penyakit bronkopneumonia
3. meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur,menjaga kebersihan, istirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H.
Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya
anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang
diberikan pada anak sebelum anak sakit.
10
BAB 3 PATHWAYS
4.1 Pengkajian
a. Pengkajian khusus
- Demografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
- Keluhan Utama
Pada pasien bronchopneumonia saat dikaji biasanya mengeluh sushu
tubuh naik dan demam. Pasien akan mengeluh sesak nafas disertai
batuk muntah dan diare.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menggunakan otot bantu pernafasan, dada terlihat hiperinflasi
dimana mengalami peninggian diameter AP, bunyi nafas crekels,
warna kulit pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Suhu tubuh
naik 39 derajat Celsius. Pasien mengalami kejang karena demam yang
tinggi.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami ISPA
- Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien sering terpapar asap rokok dari salah satu anggota keluarga.
Salah satu anggota keluarga tersebut terkena pneumonia.
- Pola Pengkajian :
1. Pernapasan
- Pasien menggunakan otot bantu pernafasan dengan
meninggikan bahu, retraksi supra klatikula dan melebarkan
hidung.
- tampak hiperinflasi dengan peninggian dimeter AP (bentuk
barel), gerakan diafragma minimal pada dada pasien.
- bunyi nafas pasien crekels lembab dan kasar.
- Pasien tampak pucat dengan sianosis bibir dasar kuku berwarna
abu-abu keseluruhan.
2. Aktivitas / tidur
12
- Pasien tampak lemah, lelah dan terdapat kantung mata yang
menebal .
- Pasien mengatakan susah tidur karena sesak nafas.
3. Sirkulasi
- Pasien tampak sesak nafas
- Pasien tampak sianosis
4. Integritas ego
- Pasien tampak stress dan cemas
5. Makanan dan cairan
- Pasien mengatakan jika tidak nafsu makan dan sering mual dan
muntah
- Pasien mengalami bising usus
- Pasien tampak lemah, letih dan lesu
- Tampak turgor kulit kering dan bibir pecah-pecah
6. Nuerosensori
- Pasien mengatakan nyeri bagian dada.
7. Nyeri/keamanan
- Pasien mengatakan sering nyeri bagian dada.
- Tampak pasien memegangi bagian yang nyeri.
8. Hygiene
- Pasien tampak kotor dan bau.
b. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah.
2. Pemeriksaan sputum.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur serta tes
sensitifitas guna mendeteksi agen infeksius.
3. Analisa gas darah.
Untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
5. Sampel darah, sputum dan urine sebagai tes imunologi untuk
medeteksi antigen mikroba.
13
- Pemeriksaan radiologi
1. Rontgenogram thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella.Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
2. Laringoskopi/bronkoskopi
Untuk menentukan sumbatan jalan nafas karena benda padat.
4.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
di bronkus ditandai dengan DO dan DS
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi di plasma
ditandai dengan DO dan DS
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan hiperventiasi ditandai dengan DO
dan DS
4. Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit berhubungan dengan infeksi
saluran pencernaan, diare ditandai dengan DO dan DS
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan mukus di bronkus, intake kurang ditandai dengan DO dan DS
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue ditandai dengan DO dan DS
7. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada bronkus ditandai dengan
DO dan DS
4.3 Perencanaan
16
sehingga mudah
dikeluarkan
2. Gangguan 1. Mengkaji rata- S: Pasien mengatakan tidak
pertukaran gas b.d rata,kedalaman, irama, sesak lagi saat bernafas dan
gangguan difusi di dan usaha pernafasan keluarga pasien mengatakan
plasma 2. Mengkaji secara rutin bahwa pasien tidak berat lagi
warna kulit, membran saat mengambil nafas
mukosa dan kuku O: Pasien merasa senang dan
3. Memantau status dapat bernafas secara optimal,
pernapasan tiap 4 jam, pasien tidak mengeluh lagi
hasil GDA, intake, dan karena sesak nafas
output A: Gangguan pertukaran gas
4. Memposisikan pasien teratasi
dengan kepala tempat P: terminasi
tidur lebih tinggi (semi
fowler)
5. Mengkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
pemberian oksigen
dengan benar sesuai
dengan indikasi
6. Mengkolaborasikan
dengan tenaga kesehatan
lain untuk pemberian
bronkodilator
3. Gangguan pola 1. Membuka jalan napas, S: Pasien mengatakan tidak
napas bd gunakan teknik chin lift sesak lagi saat bernafas dan
hiperventiasi atau jaw thrust keluarga pasien mengatakan
2. Memposisikan semi bahwa pasien tidak berat lagi
fowler saat mengambil nafas
3. Mengajarkan teknik O: Pasien merasa senang dan
batuk efektif dapat bernafas secara optimal,
4. Memberikan mayo bila pasien tidak mengeluh lagi
perlu karena sesak nafas
5. Memonitor ttv A: Gangguan pertukaran gas
6. Memonitor aliran teratasi
oksigen P: terminasi
7. Memonitor pola
pernapasn abnormal
18
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah peradangan pada paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan benda asing. Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis
pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi di dalam bronchi serta meluas ke parenkim paru yang
berdekatan disekitarnya. Biasanya, menyerang di bronkeoli terminal yang
tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi
di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder yang menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi spesifik, dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh. Untuk penatalaksanaan bronchopnempnia dalam
asuhan keperawatan bisa mengajarkan pasien untuk batuk efektif dengan posisi
semi fowler, jika penyakit ini sudah parah maka dapat dilakukan suctioning.
5.2 Saran
Seharusnya memahami konsep dasar, etiologi, tanda gejala dan
penatalaksanaan bronkopneumonia sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat
pada pasien yang mengalami penyakit tersebut. Selain itu juga perlu dipahami
mengenai ciri khas msing-masing gangguan sistem pernapasan sehingga dapat
menemukan diagnosa penyakit dengan cepat dan tepat. Sedangkan bagi
masyarakat hendaknya diberikan edukasi mengenai penyakit bronkopneumonia
dalam rangka menurunkan prevalensi kejadian penyakit tersebut dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA