Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

PSORIASIS

Pembimbing:
dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK
Disusun Oleh:
Cendy Andestria
2015730020

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan kasus ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas di stase kulit dan juga menambah khazanah
ilmu tentang Psoriasis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing dr. Bowo Wahyudi


Sp.KK yang telah membantu serta membimbing penulis dalam kelancaran
pembuatan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat kepada
penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan laporan kasus ini. Untuk itu penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Banjar, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. 2

2.1. Identitas Pasien ......................................................................................... 2

2.2. Anamnesis ................................................................................................ 2

2.3. Pemeriksaan Fisik..................................................................................... 6

2.4. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 8

2.5. Resume ..................................................................................................... 9

2.6. Diagnosis Kerja ...................................................................................... 10

2.7. Penatalaksanaan ...................................................................................... 10

2.8. Prognosis ................................................................................................ 10

BAB III ANALISA KASUS ............................................................................. 11

3.1. Analisa Diagnosis Kasus ........................................................................ 11

3.2. Analisa Penatalaksanaan ........................................................................ 13

3.3. Analisa Prognosis ................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-
lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner, Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris. Tempat
prediksi pada Scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.1

Variasi klinis pada psoriasi ini adalah lesi sangat khas, sering disebut
dengan plak karena terdapat peninggian pada kulit yang berwarna merah dan
berbatas tegas. Diatas plak tersebut terdapat skuama yang berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi :
lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.1

Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan


yang khas pada psoriasis diantaranya fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik), psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut
pitting nail atau nail pit berupa lekukan – lekukan miliar.1

Terapi untuk psoriasis pada pengobatan awal sebaiknya diberikan obat


topikal, tetapi bila hasil tidak memuaskan dapat dipertimbangkan pengobatan
sistemik, atau diberikan kombinasi dari keduanya. Dapat diberikan anti infalamasi
atau imunosupresor lainnya untuk menghambat aktivasi dan proliferasi kulit
akibat reaksi peradangan yang terjadi.1

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

 Nama : Tn. A
 Usia : 49 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Sunda
 Alamat : Mangunjaya RT 003/RW 001, Ciamis, Jawa Barat
 Pekerjaan : Pegawai Kantin
 Tanggal Berobat : 16 Desember 2019

2.2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Desember


2019 pukul 11.15 di Poli Kulit RSUD Kota Banjar.

Keluhan Utama

Bercak kemerahan dengan sisik tebal berlapis berwarna putih disertai rasa
gatal pada kulit kepala, lengan kanan, lutut, dan punggung kanan sejak 5 hari
yang lalu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Banjar dengan keluhan terdapat bercak
kemerahan pada kulit dengan sisik tebal berlapis berwarna putih disertai rasa gatal
pada kulit kepala, lengan kanan, lutut, dan punggung kanan 5 hari yang lalu
SMRS.

Keluhan pertama kali dirasakan sejak 2 bulan yang lalu SMRS. Awalnya
bercak pertama kali muncul pada bagian wajah yaitu disekitar daerah alis kanan.
Bercak yang timbul pertama kali berwarna merah dengan permukaan rata tidak
menimbul dan terlihat licin, terdapat beberapa bercak tidak menyatu, berukuran

2
seperti ujung jarum pentul hingga berukuran seperti biji jagung, berbatas tegas,
dan kering disertai gatal namun tidak disertai nyeri, baal, maupun lepuhan. Pasien
mengaku sering menggaruk bercak tersebut karena rasa gatal yang timbul dari
bercak tersebut. Keesokan harinya, pasien mengaku bercak tersebut semakin
terasa gatal dan mengalami perubahan yaitu semakin melebar, beberapa bercak
ukuranya berubah seperti koin logam yang berbentuk lonjong, beberapa bercak
ada yang menyatu, dan permukaannya agak menimbul dengan permukaan yang
menebal bersisik dan berlapis, dimana bila digaruk bercak tersebut berubah warna
menjadi memutih dan muncul serpihan putih seperti ketombe. Saat itu pasien
tidak langsung berobat ke dokter ataupun menggunakan obat-obatan, karena
pasien hanya mengira gatal biasa. Namun, selama 1 minggu kemudian, bercak
meluas, turun ke daerah kedua pipi, bertambah ke daerah kulit kepala, ke daerah
lengan kanan dan daerah lutut dengan gambaran bercak sama dengan perjalanan
gambaran bercak sebelumnya. Pasien mengaku bercak tersebut semakin dirasakan
gatal, dan bila digaruk bercak tersebut akan berubah warna memutih dan muncul
serpihan putih seperti ketombe, terkadang disertai dengan keluar darah hingga
nyeri bila pasien menggaruknya lebih lama dan dalam khususnya pada daerah
kulit kepala. Kemudian, pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas
terdekat. Dari Puskesmas, pasien tidak diberikan obat tetapi dirujuk ke Poli Kulit
di RSUD Kota Banjar. Saat pertama kali berobat ke Poli Kulit RSUD Kota
Banjar, pasien mengaku diberikan obat minum metilprednisolon tablet yang
dikonsumsi 2 kali dalam sehari selama 5 hari dan obat oles yang digunakan 2 kali
sehari setelah mandi (bermerk Clobetasol propionate, pasien menunjukkan
obatnya). Pasien kontrol ke Poli Kulit RSUD Kota Banjar sebanyak 2 kali, dan
diberikan obat yang sama. Selama pengobatan, pasien mengaku setelah diberikan
obat tersebut keadaannya semakin membaik, dimana gatalnya semakin
berkurang, bercaknya tidak bertambah, tampak mengering namun tidak
menghilang. Setelah keluhan membaik, pasien tidak berobat kembali ke dokter.

Sejak 5 hari kebelakang SMRS, pasien mengaku keluhannya muncul


kembali. Kali ini bercak awalnya muncul di tempat yang berbeda yaitu di
punggung. Bercak yang timbul di punggung awalnya berjumlah satu buah
berwarna kemerahan, berbatas tegas, berukuran seperti biji jagung, permukaan

3
rata tidak menimbul. Kemudian hingga pemeriksaan hari ini, bercak semakin
bertambah banyak. Dimana bercak sebelumnya mengalami perubahan yaitu
menjadi lebih lebar berbentuk agak lonjong dengan ukuran seperti uang logam,
berbatas tegas, sebagian bercak ada yang menimbul dengan permukaan tebal
bersisik berlapis warna putih, sebagian lagi ada yang tidak menimbul dengan sisik
halus transparan, sebagian bercak ada yang menyatu dan sebagian lagi memisah
dengan yang lain, serta bercak kering tidak basah/lepuh. Pasien mengaku bercak
yang saat ini terasa gatal, tidak nyeri dan tidak baal. Bila digaruk, bercak tersebut
akan berubah berwarna putih dengan sisik yang rontok seperti ketombe dan
terkadang permukaannya terdapat darah bila digaruk lebih dalam, serta terkadang
disertai nyeri bila terlalu dalam saat digaruk. Keluhan bercak kemerahan dengan
sisik tebal maupun halus dan disertai gatal ini juga timbul kembali di lokasi
sebelumnya yaitu di kulit kepala, lengan kanan dan kedua lutut. Hal ini terjadi
seiringan dengan timbulnya bercak baru di punggung.

Pasien menyangkal terdapat bercak di daerah lainnya seperti, leher, dada,


perut, kemaluan, dan daerah lipatan seperti pada ketiak maupun selangkangan.
Pasien juga menyangkal pada bercak terasa baal, panas, dan nyeri (kecuali bila
digaruk hingga berdarah). Pasien juga menyangkal terdapat perubahan warna dan
bentuk pada kuku tangan dan kakinya. Pasien menyangkal adanya gigi berlubang
maupun sakit gigi. Pasien juga menyangkal terdapat demam, nyeri kepala, tulang
terasa linu/pegal, lemas, lesu, nyeri sendi jari-jari tangan dan kaki, pergelangan
tangan, siku dan lutut.

Pasien mengaku pernah mengalami hal yang sama seperti saat ini yaitu
sejak 2 bulan yang lalu SMRS. Pasien mengaku sebelum timbulnya bercak hingga
saat ini, pasien sedang tidak sakit seperti batuk, pilek, sinusitis, sakit
tenggorokkan, sakit gigi, maupun sakit sendi dan tulang serta sedang tidak
konsumsi obat-obatan. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit seperti
kencing manis, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan sakit kuning. Pasien
menyangkal sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang
kecuali obat yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi penyakit kulitnya.

4
Pasien dirumah tinggal bersama kedua orang tuanya, satu istri dan ketiga
anaknya. Pasien mengaku orang tua, anak dan istrinya sedang tidak sakit dan tidak
memiliki gejala yang sama dengan pasien yaitu terdapat bercak kemerahan
disertai sisik tebal dan gatal pada kulit. Namun, pasien mengatakan bahwa ayah
kandungnya pernah mengalami hal yang sama dengan pasien sekitar tahun 2010 (
9 tahun yang lalu) dan sekarang sudah sembuh serta tidak pernah kambuh
kembali. Orang tua pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, darah
tinggi, kolesterol, penyakit kuning, asma maupun alergi.

Pasien mengatakan tidak pernah timbul reaksi gatal ataupun bercak


kemerahan saat mengonsumsi obat-obatan maupun makanan/minuman tertentu.
Pasien juga mengaku tidak pernah merasakan gatal maupun bercak kemerahan
saat terpapar sinar matahari, memakai benda tertentu (seperti jam tangan, sarung
tangan), terpapar bahan kimia seperti sabun, detergen, semen, minyak,
disinfektan, plastik, parfum. Pasien juga mengatakan tidak memelihara hewan
peliharaan dan tidak pernah digigit oleh serangga.

Pasien merupakan seorang perokok aktif yang bisa menghabiskan rokok ±


10 batang dalam sehari atau terkadang lebih. Pasien mengaku tidak pernah
mengonsumsi minuman berakohol. Sejak 4 bulan kebelakang, pasien mengaku
sedang memiliki masalah yang mengharuskan pasien untuk bolak balik Cianjur-
Jakarta. Dan sejak 1 minggu kebelakang, pasien mengalami kesulitan dalam
finansial sehingga membuat pasien harus berpikir keras untuk mendapatkan
penghasilan tambahan dalam mencukupi kebutuhannya.

Pasien saat ini bekerja di sebuah kantin sekolah dimana sudah bekerja
selama 10 tahun. Pasien berangkat bekerja tiap pukul 7 pagi dan pulang tiap jam 3
sore. Pasien menggunakan motor sebagai alat transportasi bekerja. Dalam
perjalanan, pasien membutukan waktu 15 menit untuk sampai ketempat kerjanya.
Setiap berangkat pasien menggunakan helm dan jaket. Pasien mengaku tempat
kerjanya cukup bersih, ruangan terbuka, lantainya beralaskan keramik dengan
atapnya baja ringan. Pasien mengaku mandi 2 kali dalam sehari. Mandi saat pagi
hari sebelum berangkat kerja dan setelah kerja kisaran sore hari. Sebelum timbul
bercak, pasien hanya membersihkan tubuh dan kepalanya tanpa membersihkan

5
wajahnya dengan sabun. Sabun yang digunakan yaitu sabun biasa tanpa
antiseptik. Pasien mengaku setiap 2 hari sekali membersihkan rambutnya dan
menggunakan shampoo (merk Zinc). Setelah timbul bercak di alis dan di wajah,
pasien mengaku mulai membersihkan seluruh badannya termasuk wajahnya
dengan sabun namun, tidak ada perbaikan. Pasien mengaku air dirumahnya
menggunakan air sumur, dimana air sumur dirumahnya tampak jernih tidak
berbau maupun kotor. Pasien mengatakan lingkungan rumahnya tampak bersih
rajin dibersihkan oleh istrinya setiap pagi dan sore. Pasien mengaku sprei kamar
rajin di ganti tiap 2 minggu sekali dan kasur rutin dijemur tiap 1 minggu sekali.
Dirumah, masing-masing kepala memiliki handuk pribadi dan rutin dijemur
sehabis pakai.

2.3. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


 Kesadaran : Composmentis
 Tanda Vital
o Tekanan darah : 150/100 mmHg
o Nadi : 83 x/menit, irama nadi regular kualitas cukup
o RR : 22 x/menit
o Suhu : 36,50C
 Antropometri
o Berat Badan : 68 kg
o Tinggi Badan : 165 cm
o IMT : 24,6 kg/m2 (ideal)
 Status Generalis

Normocephal, rambut bewarna hitam + uban, tidak mudah


Kepala
dicabut, lesi kulit (+)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
Hidung Deviasi septum (-), sekret (-/-), nyeri tekan (-/-), lesi kulit (+)
Telinga Normotia, otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), faring tidak hiperemis,
Mulut
pembesaran tonsil (-), geographic tongue (-)
Leher Pembesaran KGB (-), massa (-)
Thoraks Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi

6
(-/-), lesi kulit (-)
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), BJ I
dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Inspeksi : Perut datar, soepel, scar (-), lesi kulit (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Abdomen
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran
Ekstremitas Akral hangat, udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik, lesi kulit (-/+) ,
atas pitting nails (-/-), Onikolisis (-/-)
Ekstremitas Akral hangat, udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik, lesi kulit (+/+) ,
bawah pitting nails (-/-), Onikolisis (-/-)

 Status Dermatologis

Distribusi Generalisata
A/R Wajah, kulit kepala, lengan kanan, kedua lutut, punggung sebelah
kanan
Lesi Multipel, sirkumskrip, miliar – nummular, sebagian reguler dan
sebagian ireguler, sebagian diskret, sebagian konfluens, sebagian lesi
menimbul dengan ukuran terkecil 0,5 x 0,5 x 0,2 cm dan ukuran
terbesar 2 x 1 x 0,5 cm, sebagian lesi tidak menimbul dengan ukuran
terkecil 1 x 0,5 cm dan ukuran terbesar 2 x 1 cm, lesi kering
Efloresensi Makula eritematosa, plak eritematosa, skuama halus, dan skuama tebal

Gambar 1. Predileksi keluhan pada pasien

7
2.4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan fenomena titisan lilin


Dengan menggunakan benda yang ujungnya agak tajam seperti kaca
preparat.
Hasilnya : (+) skuama berubah warna menjadi putih pada goresan
seperti tetesan lilin.

b. Pemeriksaan auspitz sign

Dengan mengerok skuama


Hasilnya : (+) tampak titik-titik perdarahan pada permukaan kulit yang
skuamanya terkelupas.

8
c. Pemeriksaan koebner sign
Bila pada kulit sehat dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang
maka setelah kurang lebih 3 minggu , ditempat goresan atau garukan
akan muncul lesi yang serupa dengan lesi asal.
Namun pada pemeriksaan ini, pemeriksa memiliki kendala karena
tidak dapat menilai langsung munculnya lesi baru saat dilakukan
goresan atau garukan.

d. Pemeriksaan Histopatologi
Dalam pemeriksaan ini, pemeriksaan histopatologi tidak dilakukan
karena keterbatasan alat.

2.5. Resume
Laki laki 49 tahun, datang ke Poli Kulit RSUD Banjar dengan keluhan
terdapat bercak kemerahan pada kulit dengan sisik tebal berlapis berwarna putih
disertai rasa gatal pada kulit kepala, lengan kanan, lutut, dan punggung kanan 5
hari yang lalu SMRS. Keluhan awalnya dirasakan 2 bulan yang lalu SMRS.
Awalnya bercak kemerahan muncul beberapa dengan seukuran jarum pentul di
daerah alis, lalu lama kelamaan bercak menjadi melebar dan menyebar sehingga
membentuk bercak kemerahan yang bersisik halus di bagian pipi hingga dagu,
kulit kepala, lengan kanan, dan kedua lutut. Pasien telah berobat dan diberi obat
minum metilprednisolon, obat oles bermerk Clobetasol propionate dan membaik.
Saat ini, sejak 5 hari SMRS pasien kembali mengeluhkan muncul bercak baru di
daerah punggung dengan gambaran lesi yang sama dengan sebelumnya serta
timbul kembali bercak kemerahan bersisik tebal pada daerah bercak sebelumnya.
Bila digaruk, bercak tersebut akan berubah berwarna putih dengan sisik yang

9
rontok seperti ketombe Faktor genetik yaitu, pada ayah kandung (+), faktor
pencetus (+).
Pemeriksaan fisik: status dermatologis, distribusi generalisata pada daerah
wajah, kulit kepala, lengan kanan, kedua lutut, dan punggung sebelah kanan,
dengan lesi multipel, sirkumskripta, miliar – nummular, sebagian regular dan
sebagian ireguler, sebagian diskret dan sebagian konfluens, sebagian lesi
menimbul dengan ukuran terkecil 0,5 x 0,5 x 0,2 cm dan ukuran terbesar 2 x 1 x
0,5 cm, sebagian lesi tidak menimbul dengan ukuran terkecil 1 x 0,5 cm dan
ukuran terbesar 2 x 1 cm, lesi kering.

2.6. Diagnosis Kerja

Psoriasis vulgaris

2.7. Penatalaksanaan

 Non Medikamentosa
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit tidak menular, namun
bersifat kronik dan berulang dan pengobatan yang diberikan hanya
bersifat menekan keluhan kulit bukan menyembuhkan
- Menghindari faktor pencetus (infeksi, obat – obatan, merokok, dan
stress)
- Kontrol secara teratur dan patuh terhadap pengobatan
- Menghidari garukan untuk mencegah lesi baru
 Medikamentosa
- Kortikosteroid topikal - Clobetasol propionate krim 0,05%
- Obat sitostatik – Methotrexate
Dosis diberikan 3 x 2,5 mg yang diminum setiap 12 jam, dan hanya
berlaku untuk 3 kali pengulangan setiap minggunya.

2.8. Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam :dubia ad malam

10
BAB III
ANALISA KASUS

3.1. Analisa Diagnosis Kasus

Diagnosis psoariasis vulgaris pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala
klinis, dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

 Pasien adalah laki – laki usia 49 tahun. Dimana pada teori dijelaskan psoriasis
dapat terjadi dimulai pada usia berapa pun, tetapi tidak umum terjadi sebelum usia
10 tahun. kemungkinan besar akan muncul antara usia 15 dan 30 tahun. Tidak ada
perbedaan prevalensi pada wanita dan pria.6,7
 Keluhan berupa bercak kemerahan yang menebal dan bersisik putih disertai
rasa gatal pada kulit bagian kepala, lengan kanan, lutut kanan dan punggung
serta terkadang disertai bintik darah bila digaruk lebih lama dan dalam. Pada
teori, Psoriasis memiliki gambaran plak eritematosa diliputi skuama putih, disertai
titik – titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai
dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simteris. Penyakit ini
dapat menyerang kulit, kuku, mukosa, dan sendi tetapi tidak mengganggu
rambut.2,6,7 Lokasi predileksi psoriasis pada umumnya terdapat pada siku, lutut,
skalp, umbilikus, dan intergluteal.3,6,7
 Ayah pasien juga pernah mengeluhkan keluhan yang sama 9 tahun yang lalu.
Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, maka risiko mendapat psoriasis yaitu
12%. Sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis, maka risiko
mendapat psoriasis yaitu 34%-39%.2 Hal yang dapat menyokong adanya factor
genetik ialah psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal
dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan
dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan
lambat non familial dan berguhungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan psoriasis
Pustulosa berkolerasi dengan HLA-B27. Temuan ini didukung oleh Henseler dan
Christophers dimana dikatakan terdapat dua bentuk psoriasis yang berbeda yaitu :
tipe I, dengan usia onset sebelum 40 tahun dan HLA terkait, dan tipe II, dengan usia
onset setelah 40 tahun. Pengamatan lain menunjukkan paparan sinar ultraviolet (UV)

11
mungkin merupakan faktor lingkungan utama yang berinteraksi dengan faktor
genetik dalam psorias.5,7,9
 Pasien mengatakan sejak 4 bulan terakhir sedang memiliki masalah yang
mengaruskan pasien untuk bolak-balik Ciamis- Jakarta dan sejak 1 minggu
kebelakang, pasien sedang mengalami kesulitan finansial. Dalam penyelidikan
klinik, sekitar 30 - 40% kasus terjadi perburukan oleh karena stress. Stress bisa
merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien tidak
stabil. Terdapat tiga teori yang potensial dapat menjelaskan efek negative stress
psikologis pada kulit: 1) disfungsi psikoneuroimunoendokrin (terjadi peningkatan
neuropeptide pro inflamasi dan produksi sitokin dengan atau tanpa jalur hipotalamus
– hipofisis – adrenal, 2) peningkatan kadar glukortikoid endogen plasma yang
disebabkan aktivasi jalur hipotalamus – hipofisis – adrenal, 3) sistem steroidogenik
kulit, melalui produksi local corticotropin releasing factor (CRF) yang merupakan
mediator terhadap timbulnya efek lebih lanjut stress psikologis pada kulit.6
 Pasien merupakan perokok aktif, dapat menghabiskan 10 batang sehari.
Merokok (lebih dari 20 batang rokok setiap hari) juga dikaitkan dengan peningkatan
risiko psoriasis parah lebih dari dua kali lipat. Tidak seperti obesitas, merokok
tampaknya memiliki peran dalam timbulnya psoriasis. Baru-baru ini, interaksi gen-
lingkungan telah diidentifikasi antara aktivitas rendah gen sitokrom P450 CYP1A1
dan merokok pada psoriasis.6
 Pasien sering menggaruk lokasi bercaknya. Menurut teori, selain itu trauma
(fenomena Kobner, garukan) dapat menyebabkan terjadinya lesi psoriasis di tempat
yang terkena.7

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan didapatkan generalisata dalam batas normal. Status
dermatologis yaitu distribusi lesi generalisata, di area/regio kulit wajah, kepala, lengan kanan,
kedua lutut, dan punggung. Dengan efloresensi makula eritematosa, plak eritematosa, skuama
halus, dan skuama tebal. Dengan lesi multipel, sirkumskrip, miliar – nummular, sebagian
regular dan sebagian ireguler, sebagian diskret, sebagian konfluens, sebagian lesi menimbul
dan sebagian lesi tidak menimbul, lesi kering. Hal ini sesuai dengan teori dimana psoriasis
memiliki gambalan klasik berupa plak eritematosa disertai skuama tebal, berlapis serta daerah
predileksinya adalah pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal.2,6,7

12
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien didapatkan hasil fenomena tetesan lilin yang positif dan tes auspitz
positif, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan koebner sign. Hal ini sesuai
dengan teori dimana, pemeriksaan penunjang pada psoariasis yaitu dengan melakukan tes
fenomena tetesan lilin, tes auspitz dan tes koebner dimana bila di nyatakan psoariasis maka
didapatkan hasil positif pada ketiga tes tersebut.6,7,8

3.2. Analisa Penatalaksanaan


Jenis pengobatan psoriasis yang tersedia bekerja menekan gejala dan memperbaiki
penyakit. Tujuan pengobatan adalah menurunkan keparahan penyakit sehingga pasien
dapat beraktivitas dalam pekerjaan, kehidupan sosial dan sejahtera untuk tetap dalam
kondisi kualitas hidup yang baik, tidak memperpendek masa hidupnya karena efek
samping obat. Kebanyakan pasien tidak dapat lepas dari terapi untuk mempertahankan
keadaan remisi.5
Prinsip pengobatan yang harus dipegang adalah:

- Sebelum memilih pengobatan harus dipikirkan evaluasi dampak penyakit


terhadap kualitas hidup pasien. Dikategorikan penatalaksanaan yang berhasil bila
ada perbaikan penyakit, mengurangi ketidaknyamanan dan efek samping.
- Mengajari pasien agar lebih kritis menilai pengobatan sehingga ia mendapat
informasi sesuai dengan perkembangan penyakit terakhir. Diharapkan pasien
tidak tergantung dokter, dapat mengerti dan mengenal obat dengan baik termasuk
efek sampingnya. Menjelaskan bahwa pengobatan lebih berbahaya dari
penyakitnya sendiri.6

Penetapan keparahan psoriasis penting dilakukan untuk menentukan pengobatan,


diperkirakan 40 cara dipakai untuk penilaian tersebut. Pengukuran keparahan psoriasis
yang biasa dilakukan di lapangan antara lain: luas permukaan badan (LPB), psoriasis
area severity index (PASI), dermatology life quality index (DLQI). Dinyatakan psoriasis
dengan keparahan ringan bila Body Surface Area (BSA) kurang dari 3% sedangkan bila
BSA lebih dari 10% dinyatakan psoriasis berat. Selain pengobatan topical yang diberikan
secara runtun ataupun berpola rotasi dan sekuensial, tersedia pula pengobatan sistemik
konvensional bahkan terapi biologik yang menawarkan penanganan lebih mengarah ke
sasaran patofisiologik psoriasis.6,7,8

13
Terdapat banyak cara untuk mengevaluasi derajat keparahan psoriasis. Metoda
yang paling awal dan praktis digunakan pada praktek sehari-hari adalah dengan menilai
luas permukaan tubuh yang terlibat, dikenal dengan body surface area (BSA), dengan
menggunakan rule of nine7 atau dengan menghitung dengan luas tangan pasien.
Diperkirakan luas 1 tangan pasien mewakili 1% dari total luas permukaan tubuhnya.
Derajat keparahan psoriasis dikatakan ringan jika BSA 10%.10

Metoda baku emas untuk menilai derajat keparahan psoriasis adalah dengan cara
psoriasis area and severity index (PASI). Metoda ini memperkirakan derajat keparahan
psoriasis melalui kombinasi penilaian terhadap luas permukaan tubuh, derajat eritema,
deskuamasi, serta ketebalan/indurasi lesi. Komponen yang dinilai adalah eritema (E),
indurasi (I), dan deskuamasi (D) pada 4 regio tubuh, yaitu kepala/head (H), batang
tubuh/trunk (T), ekstremitas atas/upper extremities (U), dan ekstremitas bawah/lower
extremities (L). Derajat keparahan dan luas permukaan tubuh yang terkena dinilai
dengan cara sebagai berikut. Nilai dari setiap regio dinilai dan dijumlahkan untuk
mendapatkan skor PASI yang memiliki rentang nilai 0-72 dengan rumus sebagai berikut.

PASI = 0,1 (Eh + Ih + Dh) Ah + 0,2 (Eu + Iu + Du) Au + 0,3 (Et + It + Dt) At +
0,4 (El + Il + Dl) Al

Derajat ringan bila skor PASI < 7, sedang 7 – 12 , berat > 12.10

Namun, pemilihan pengobatan tidak semudah yang tersebut di atas karena ada
faktor lain yang memengaruhi: lokasi lesi, umur, aktivitas, waktu, dan kesehatan pasien
secara umum juga menentukan terapi psoriasis.5,6

14
Terapi psoriasis mengikuti algoritma sebagai berikut:

 Apakah psoriasis ringan (<3%)?


Tidak
 Apakah pasien menjadi tak berdaya
karena psoriasis? (semua) Terapi Topikal
 Apakah psoriasis mempunyai akibat
buruk yang bermakna atas kualitas
hidupnya?

Ya (satu diantaranya)

Tidak
 Apakah fototerapi kontraindikasi?
- Fototerapi
 Apakah lesi resisten terhadap (semua)
- Terapi
fototerapi?
Sistemik
Ya (satu diantaranya)

Terapi Sistemik

Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pengobatan psoriasis ada 2


macam meliputi pengobatan topikal dan sistemik.1,2 Pengobatan Topikal diindikasikan
pada psoriasis ringan dan sedang. Sediaan topikal yang digunakan antara lain:

1. Preparat ter
2. Kortikosteroid ; Clobetasol Propionat cream 0,05%
Mekanisme obat ini sebagai anti inflamasi, anti proliferasi, dan vasokontriktor. Bila
dalam 4-6 minggu lesi tidak membaik, pengobatan sebaiknya di hentikan, dan di
ganti dengan terapi jenis lain. Karena kortikosteroid superpoten hanya di
perbolehkan 2 minggu. Potensi dan vehikulum bergantung pada lokasinya.
3. Ditranol
4. Fototerapi
5. Tazaroten
6. Emolien
7. Kalsipotriol krim1

15
Pengobatan sistemik :

1. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan terutama bila sudah terjadi eritroderma
atau psoriasis pustulosa generalisata. Dosis setara dengan 40 – 60 mg prednisone
perhari, kemudian diturunkan perlahan – lahan. Tujuan pemberian kortikosteroid
sistemik adalah untuk dapat mengontrol lesi psoriasis. Pemberian kortikosteroid
harus dalam pengawasan selain memberikan efek yang cepat, kortikosteroid sistemik
juga cepat menimbulkan gejala relaps dari psoriasis, maka disarankan pemberiksan
kortikosteroid ini tidak diberikan pada jangka waktu lama.3,6
2. Obat Sitostatik ; Metrotreksat 2,5mg6,7
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan
lesi kulit dan psoriasis eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 3x2,5
mg dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak
tampak perbaikan dosis dinakikkan 2,5 mg-5 mg per minggu. Biasanya dengan
dosis 3x5 mg per minggu telah tampak perbaikan.
Kerja metrotreksat adalah penghambat sintesis DNA dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilakn kerja antimitotic pada
epidermis. MTX juga dapat menghambat proliferasi dan siklus sel epidermis,
menekan kemotaksis netrofil. Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metrotreksat 10-
100 kali lebih efektif dalam menghambat sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietic,
kehamilan, penyakit infeksi aktif (tuberculosis), ulkus peptikum, colitis ulserosa,
dan psikosis. Efek samping metrotreksat berupa nyari kepala, alopesia, kerusakan
kromosom, aktivasi tuberculosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum
tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri
lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis
hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia,
trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis portal dan
sirosis hepatik.
Meskipun dikatakan bersifat hepatotoksik tetapi aman digunakan pada
sebagian besar penderita jika sesuai dengan ketentuan. Pasien psoriasis
diberikan metrotreksat 7,5 mg sekali seminggu yang terbagi dalam 3 dosis.
3. Levodopa

16
4. DDS (diaminodifenilsulfon)
5. Etretinat dan Asitretin
6. Siklosporin1
Pengobatan sistemik dapat dikombinasi dengan fototerapi dengan
menggunakan narrow band UVB atau broad band UVB atau menggunakan
fotokemoterapi memakai psoralen (PUVA).5

Antihistamin; Loratadin dapat diberikan untuk pengobatan simptomatik yakni


untuk mengurangi rasa gatal.4

Selain itu dilakukan juga eksplorasi untuk mencari infeksi lokal atau sistemik.
Apabila ditemukan maka infeksinya diobati. Pasien juga perlu diedukasi untuk
mengurangi stress atau mengurangi trauma fisik dengan mengenakan bantalan pada
daerah yang sering terbentur atau mengalami truma tekan.4

3.3. Analisa Prognosis

 Quo Ad Vitam : Ad Bonam


Saat ini tidak ada gejala atau tanda yang mengarah kepada ancaman kematian.
Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital pasien dalam batas normal.8
 Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Pada kasus ini lesi yang muncul tidak menganggu fisiologis kulit secara
bermakna.8
 Quo Ad Sanactionam : Dubia ad Malam
Psoriasis memang dapat remisi, namun karena sifatnya yang kronik dan
cenderung residif maka selama pasien tidak mampu menghindari faktor pencetus,
kekambuhan dari psoriasis dapat terjadi.8

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Kim WB, Jerome D, Yeung J. Diagnosis and management of psoriasis. Can


Fam Physician. 2017;63(4):278–85.

2. Jacoeb TNA. Dermatosis Eritromukosa. In: Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Edisi ketu. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2017. p. 213–22.

3. Aprilliana KF, Mutiara H. Psoriasis Vulgaris in 46 year-old Male Case


Report. J Agromed UNILA. 2017;4:160–6.

4. Elewski BE. Clinical diagnosis of common scalp disorders. J Investig


Dermatol Symp Proc. 2005;10(3):190–3.

5. Koca TT. A short summary of clinical types of psoriasis. North Clin


Istanbul. 2016;3(1):79–82.

6. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Fitzpatrick’s Dermatology In


General Medicine. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014. p.
457-497.

7. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. In: Menaldi SLS, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 109–16.

8. Perdoski. Psoriasis. In: Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit


dan Kelamin Indonesia. Jakarta: Sekretariat Perdoski; 2011. p. 96–8.

9. Henseler T, Christophers E. Psoriasis of early and late onset:


characterization of two types of psoriasis vulgaris. J Am Acad Dermatol.
1985;13(3):450-456.
10. Ganjardani, Mardianti. Korelasi Kadar Prolaktin Serum Dengan Derajat
Keparahan Psoariasis Vulgaris Pada Pasien Laki- Laki. Tesis. Jakarta :
FKUI

18

Anda mungkin juga menyukai