2019
Harvizan, Kevin
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15921
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERSEPSI KENYAMANAN PEJALAN KAKI
OLEH
KEVIN HARVIZAN
11040608
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
2019
SKRIPSI
KEVIN HARVIZAN
11040608
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
2019
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-
bitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Penulis
Kevin Harvizan
Puji dan Syukur saya (penulis) ucapkan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, karena
dengan rahmat-Nya akhirnya saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi Sarjana
ini. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan kepada saya, diantaranya :
1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S. selaku dosen pembimbing. Beliau merupakan dosen
pembimbing yang sangat baik. Segala pengetahuan dan masukan dari beliau sangat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Hajar Suwantoro, ST, MT dan Bapak Rudol Sitorus, Ir., MLA. selaku dosen
penguji. Saran dan kritikan bapak ibu memberikan pandangan berbeda bagi saya.
3. Seluruh dosen dan staff arsitektur yang telah membimbing mulai dari awal
perkuliahan sampai saya bisa menyelesaikan kuliah
4. Seluruh Responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner dan
wawancara di Pajak Ikan Lama.
5. Kedua orang tua saya yang telah melahirkan dan menyekolahkan saya sampai ke
jenjang ini. Dukungan mereka sangat luar biasa.Terutama kepada Mama saya IR. Vivi
Savitri.
6. KepadaTeman-teman saya yang telah membantu dan mensuport saya dalam poroses
pengerjaan skripsi ini.
7. Dan kepada teman – teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu disini da-
lam segala hal.
Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan
aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Namun
terkadang kebutuhan akan jalur pedestrian tersebut kurang memadai baik dari luasannya
maupun yang dicapai kenyamananya. Metode yang campuran kualitatif dan kuantitatif
berupa aspek fisik dan non fisik. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas fisik pada
jalur pedestrian berdasarkan persepsi pengunjung rata – rata, sebagaimana di temukan
hasil yang berada di studi kasus menyatakan tidak aman dan tidak nyaman yang
disebabkan gangguan aktivitas pedagang dan bongkar muat barang di atas pedestrian
tersebut..
ii
Pedestrian path is a container or space for pedestrian activity and to provide services to
pedestrians so as to improve the smoothness, safety, and comfort for pedestrians. But
sometimes the need for the pedestrian path is inadequate both from the extent and
which is achieved convenience. Methods that are qualitative and quantitative in the
form of physical and non aspects physical . This study found that the physical quality
of the pedestrian pathway was based on the average perception of visitors , as found in
the case study, it was stated that it was unsafe and uncomfortable due to disruption of
merchant activity and loading and unloading of goods on the pedestrian.
Keywords: Perception of comfort, sidewalk, pedestrian
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................ii
ABSTRACT ...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1) .AksesMasukPajakIkan Lama…………………………………… 27
2) . SirkulasiPejalan Kaki……………………………………………. 28
3) . SirkulasiParkir…………………………………………………… 30
4) . SirkulasiTrasnportasiUmum……………………………………. 32
4.2.KuaitasJalurPejalan Kaki…………………………………….……… 33
a. PenempatanTrotoar .................................................................................... 33
b. DimensiTrotoar .......................................................................................... 35
c. LapisanPermukaan ..................................................................................... 37
d. Zebra Cross ................................................................................................ 39
e. Drainase ..................................................................................................... 41
f. Penerangan ................................................................................................. 43
g. Rambu – rambu .......................................................................................... 45
h. Jalur Taman................................................................................................ 47
i. Kebersihan ................................................................................................. 49
LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
Kuisioner............................................................................................................... 66
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
2.5. Proporsi dimensi pejalan kaki dengan kereta dorong dan berpapasan............ 13
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi pedestrian adalah sebagai wadah bagi manusia dalam hal pejalan
kaki untuk dapat beraktifitas dalam ruang koridor secara bebas. Menurut Salfira
(1995), fungsi pedestrian seperti juga jalan merupakan ruang bebas untuk
kendaraan, pedestrian merupakan ruang koridor untuk orang beristirahat,
bergerak, berteduh, penyegar yang pertamakali dirasakan bila orang mulai
melangkah keluar dari bangunan kantor atau bangunan lainnya. Namun seringkali
fungsi dari pedestrian banyak bergeser dari peran utamanya, terutama di kota-kota
sedang berkembang.
Pedestrian dalam penelitian kali ini akan fokus pada trotoar di jalan Perni-
agaan kota Medan. Trotoar yang ada terlihat didesain tanpa memperhitungkan
faktor keamanan dan kenyamanan, sehingga pejalan kaki seringkali tidak
memanfaatkan fasilitas ini, berdasarkan amatan awal didapati pejalan kaki lebih
memanfaatkan bagian bahu jalan untuk berjalan dan bahkan terlihat juga ada yang
terjatuh diatas trotoar ketika pejalan kaki memanfaatkan fasilitas tersebut, padahal
pejalan kaki di Pajak Ikan Lama membutuhkan keamanan dan kenyamanan dalam
memanfaatkan fasilitas tersebut.
Disamping itu pada amatan awal terlihat banyak pejalan kaki berdesak-
desakan di atas trotoar yang ada sehingga kesannya trotoar tersebut sempit atau
kurang lebar. Pada desain trotoar seringkali standart lebar ideal trotoar sering
diabaikan dalam perencanaan pedestrian, sehingga dalam kenyataannya ketika
trotoar ini difungsikan rasa aman dan nyaman dalam pemanfaatan jalur pedestrian
tidak dirasakan oleh pejalan kaki. Malahan juga ruang trotoar sering dijadikan
area bagi pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan yang tentu saja hal ini
mengakibatkan terganggunya fasilitas publik yang dapat di akses oleh pejalan
kaki. Menjadi penting untuk diketahui melalui penelitian ini, apa yang
1
Universitas Sumatera Utara
2
Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari perkotaan sehingga peranan jalur
pejalan kaki sangat penting di suatu kota akan tetapi seiring dengan
perkembangan jaman, peran jalur pejalan kaki semakin tergeser. Namun demikian
berjalan kaki akan selalu menjadi moda transportasi yang paling penting
manakala moda lain tidak memungkinkan diperankan (Spreiregen, 1965). Karena
hampir setiap kegiatan manusia dilakukan dengan berjalan kaki untuk bergerak
dari satu tempat ke tempat lain
Jalur pejalan kaki yang nyaman merupakan bentuk pelayanan utama untuk
pejalan kaki sehingga seharusnya kenyamanan pada jalur pejalan kaki menjadi
prioritas utama. Menurut Unterman (1984) bahwa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kenyamanan jalur pejalan kaki ialah tingkat kenyaman, dan
kapasitas ruang pejalan kaki. Sedangkan fasilitas pada jalur pejalan kaki
merupakan faktor tambahan yang mendukung kenyamanan pejalan kaki. Tingkat
kenyamanan berhubungan dengan kapasitas dan kesesakan ruang pejalan kaki.
Kapasitas pejalan kaki berhubungan erat dengan fungsi kawasan yang terdapat
disekitaran jalur pejalan kaki tersebut.
Kerangka Berfikir
Tingkat kenyamanan
Jalur pedestrian
pengunjung
analisa
1.7. istematika
Secara garis besar pembahasan ini terbagi dalam empat bab meliputi,
pendahuluan, tinjauan pustaka, metoda penelitian, dan wilayah penelitian. Yang
masing – masing bab diuraikan sebagai berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pedestrian
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani pedos yang berarti kaki. Pedestrian juga
berasal dari bahasa Latin pedester- pedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau
pejalan kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang
berjalan kaki.Pejalan kaki adalah orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat
asal (origin) tanpa kendaraan, untuk mencapai tujuan atau tempat (destination) atau
dengan maksud lain. Jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan manusia
dalam tujuan berjalan, maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai asal (origin) ke tempat lain
sebagai tujuan (destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992).
8
Universitas Sumatera Utara
9
Gambar 2.1 Jarak Ruang yang Dibutuhkan Pejalan Kaki Sesuai Lokasi
(Harris dan Dines, 1988)
Pejalan kaki membutuhkan sebuah ruang pada jalan yang dibentuk secara fisik
agar dapat melakukan aktivitas. Aktivitas ini diharapkan aman dan terlindung dari
unsur lain dari jalan itu sendiri, yaitu kendaraan bermotor cukup jelas bahwa jalur
pejalan kaki sebagai ruang transisi ini bukanlah sekedar sebuah jalur pejalan kaki
ditepi jalan, meski lengkap dengan utilitasnya, yang tidak mendukung langsung
aktivitas secara langsung, melainkan sebagai wujud fisik. Atau dengan kata lain jalur
pejalan kaki harus memenuhi kriteria fisik sebuah jalur pejalan kaki atau trotoar.
Fungsi jalur pejalan kaki di sepanjang jalan arteri menurut Untermann (1984), ber-
fungsi sebagai:
a) Penghubung seluruh fasilitas umum dan sosial seperti sekolah, taman, rumah iba-
dah, dan lain-lain yang menjadi daya tarik pejalan kaki.
b) Penghubung seluruh layanan masyarakat diantaranya termasuk pusat perbelanjaan,
perkantoran, dan pusat hiburan atau rekreasi.
c) Penghubung seluruh tempat yang menarik dan menyenangkan, misalnya
pemandangan, hutan, pantai, bila ada. Keragaman dan kegiatan bisnis atau rekreasi
harus merupakan bagian yang terintegrasi dengan baik dengan jalur pejalan kaki.
Berjalan kaki memiliki keuntungan dalam urban design, yaitu manusia memiliki
waktu untuk melihat visual kota dalam melakukan aktivitasnya, sehingga membuat
masyarakat lebih mengenali kotanya. Dengan hal itu, berjalan kaki merupakan suatu
Sebagai moda angkutan berjalan kaki menjadi lebih penting khususnya pada jalur-
jalur yang tidak memungkinkan untuk dilalui oleh moda angkutan lainnya. sedangkan
sebagai bagian dari system transportasi kota, moda tersebut memerlukan keterpaduan
dengan system jaringan jalan, sehingga terjadi kesinambungan dengan berbagai moda
transpotasi. Dengan berjalan kaki bebas mengatur langkah, berhenti, berbelok, dan
bebas mengatur kontak dengan lingkungan sekitarnya, sehingga berjalan kaki bukan
sekedar moda transportasi, tetapi sarana interaksi dan komunikasi sosial masyarakat
kota.
aman dan efisien. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenyamanan
bagi pejalan kaki dilihat dari bentuk dan kualitas trotoar (lebar baik dan bebas
gangguan) sehingga dapat memberikan rasa senang dan aman bagi pejalan kaki.
2.3. Kenyamanan
Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati
oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas di dalam suatu ruang. Kenyamanan
dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksa-
nakan kegiatannya (Sukoco, Eko. 2002). Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain : Fisik dan Non Fisik, bahwa trotoar atau jalur pejalan kaki
seharusnya memenuhi kriteria bisa digunakan oleh kelompok masyarakat, termasuk
warga yang sudah lanjut usia, penyadang cacat, perempuan (yang sedang
mengandung) dan anak-anak.
Menurut Shirvani (1985) kriteria perancangan ruang untuk pejalan kaki yang baik
adalah ruang pejalan kaki yang memenuhi tuntutan kenyamanan pejalan kaki.
Kenyamanan adalah kondisi dimana pejalan kaki harus memiliki jalur yang mudah
untuk dilalui terkait pula dengan kapasitas dan kesesakan ruang pejalan kaki. Jalur
yang mudah dan tidak sesak ini berarti juga memiliki lebar yang ideal untuk dapat di
lalui oleh pejalan kaki.
Namun untuk mendapatkan jalur pejalan kaki yang baik, menurut Utterman, 1984,
jalur pejalan kaki harus mempunyai beberapa kriteria penting, yaitu :
berikut beberapa gambar proporsi dan dimensi manusia dan beberapa proporsi yang
mendukung. :
Gambar 2.4 Proporsi dan Dimensi pejalan kaki dengan kereta dorong
Sumber : http://nyobarsitek.blogspot.co.id
Gambar 2.5 Proporsi dan Dimensi jalur pejalan kaki dengan kereta dorong dan pejalan kaki
berpapasan
Sumber : : http://nyobarsitek.blogspot.co.id
Perubahan fisik yang dapat terjadi dapat mempengaruhi pola tingkah laku
manusia dan kenyamannya, hal mana lingkungan fisik ini dapat (Lynch, 1986);
Sedangkan pada penyediaan sirkulasi pedestrian, terdiri dari beberapa elemen pedestrian
meliputi :
1. Penempatan Trotoar
Penempatan trotoar yang tepat menjadi salah satu syarat trotoar yang baik
(Petunjuk perencanaan trotoar yang baik Dinas Bina Marga). Penempatan trotoar
yang baik menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan antara lain :
2. Dimensi trotoar
Menururt Rubenstein (1987) ukuran dan lebar trotoar tergantung pada kapasistas
skala dan hubungan yang dikelompoan:
Sidewalk1,5 meter diharapkan bisa untuk kursi roda. Sidewalkdibedakan
dari 2,4 ke3,6 diluar peruntukan untuk kendaraan, dan volume pemakaian
digunakan seperlunya.
Plaza atau mall diperluka 12meter atau lebih untuk menampung sirkulasi.
Tinggi tuang bebas trotoar tidak kurang dari 2.5 meter dan kedalam kurang dari 1
meter dari permukaan trotoar. Kebabasan samping ruang trotoar tidak kurang dari
0.3 meter.
3. Lapisan Permukaan
Paving adalah trotoar atau bahan hamparan yang rata (Echols. J.M 1983). Dalam
hal ini sangat pelu memperhatikan skala, pola, warna , tekstur dan daya serap air.
Material paving meliputi: beton, batu bata, aspal. Pemilihan ukuran, pola, warna
dan tekstur yang tepat akan mendukung susksesnya sebuah desain jalur pedestrian
di kawasan perdagangan maupun plaza (Rubenstain, 1972).
4. Zebra Cross
Zebra crooz adalah fasilitas penyebrangan yang ditandai dengan garis – garis
berwarna putih searah arus kendaraan yang dibatasi dengan garis melintang lebar
jalan.zebra cross ditempatkan di jalan dengan jumlah aliran penyebrangan jalan
atau arus yang relative rendah. Sehingga penyebrang masih mudah memperoleh
6. Penerangan
Lampu yang digunakan sebagai penerangan di waktu malam hari, ada beberapa
tipe lampu yang merupakan elemen pendukung penerangan kota (Chiara, 1978) :
Lampu tingkat rendah ketinggian dibawah pandangan mata dan
berpola terbatas dengan daya kerja rendah.
Lampu mall dan pejalan kaki ketinggian 1 – 1.5 meter, serba guna
berpola dan berkemapuan daya kerja yang cukup.
Lampu dengan maksud khusus yaitu ketinggian rata – rata 2- 3 meter
yang digunakan untuk daerah rekreasi, perumahan dan industry.
Lampu parkir dan jalan rayaketinggian antara 3 – 5 meter yang
digunakan untuk daerah komersil jalan raya atau perumahan.
Lampu dengan tiang tinggi ketinggian 6 – 10 meter diguakan untuk
penerangan bagi daerah yang luas, parkir dan jalan laying.
7. Rambu – rambu
Merupakan sifatnya yang memberi suatu identitas informasi maupun larangan.
Posisi rambu tidak boleh tertutup atau terhalangpepohonan atau benda lain yang
8. Jalur taman
Berfungsi sebagai estetika dan menjaga kualitas kondisi di kawasan jalan. Pohon
– pohon yang dapat ditanam adalah pohon yang mempunya nilai estetika seperti
cemara dan lainnya. (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan).
9. Kebersihan
2.4. Persepsi
Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda, karena latar belakang budaya
yang berbeda, namun dimungkinkan beberapa latar belakang tertentu. Tujuan utamanya
adalah untuk memahami keragaman persepsi lingkungan agar perbendaharaan tentang
persepsi lingkungan semakin bertambah.
Dalam skema tersebut terlihat bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia
dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek di
lingkungannya. Objek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing sedangkan
individu datang dengan sifat-sifat individunya, pengalaman masa lalunya, bakat, minat,
sikap dan berbagai ciri pribadi masing-masing (social background).
a. Proses fisik
b. Proses psikologis
Proses pengolahan data pada syaraf sensoris otak akan menyebabkan reseptor
menyadari apa yang dilihat, didengan serta apa yang diraba
o Setting perilaku, yang berada pada berbagai ruang kota yang dapat dibagi
menjadi beberapa sub setting. Setian sub setting dipengaruhi oleh
kecendrungan upaya pelaku dalam merespon aktifitas sekitarnya.
BAB III
METODA PENELITIAN
Mengamati fenomena
Menganalisi data
Menarik kesimpulan
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :
19
Universitas Sumatera Utara
20
Pendekatan studi merupakan metode atau cara yang untuk mencapai tujuan dan
sasaran studi. Studi ini melakukan beberapa pendekatan yang dapat mendukung dalam
setiap kajian yang terkait dalam penelitian.
Pendekatan kualitatif
Data merupakan bahasa dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh
umum dan menggambarkan objek yang berupa suatu kenyataan apa adanya (raw facts).
Agar data tersebut dapat diambil arti dan maknanya, maka data tersebut harus
dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga data terkonveksi menjadi sebuah
informasi
Studi ini menggunakan bahan sampel dengan alasan bahwa peneliti tidak
memungkingkan untuk mengamati seluruh populasi, dan juga untuk menghemat
waktu, biaya, dan tenaga. Sebelum dilakukan pengambilan sampel tentunya
jumlah populasi telah di perhitingkan terlebih dahulu.
Sedangkan tingkat kepercayaan yang diambil adalah 95% sehingga nilai z(derajat
kecermatan) yang didapat adalah 1,96, dengan besarnya jumlah toleransi
penyimpangan 5%. Dengan ini sampel ini menggunakan rumus nilai P (rasio) =
0,5 menurut sugiarto. Jika proporsi <50 maka terjadinya bias , karena nilai yang
diharapkan dari statistik lebih besar daripada parameternya.
Jumlah sampel yang diambil sebagai responden penelitian adalah rata – rata
jumlah pengunjung dan pedagang dengan asumsi persentase sebagai berikut :
Responden 80 orang
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan Data
pengolahan data. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan tahapan
sebagai berikut :
Tabulasi, proses akhir dalam penyusunan data agar data mudah dibaca
Dalam subbab metoda analisis ini akan dijelaskan mengenai rangkaian metoda
analisis yang terintegrasi untuk mengetahui kenyamanan pejalan kaki terhadap kawasan
yang dikunjungin. Berikut adalah metode analisis yang digunakan sebagai berikut :
Analisis Deskriptif
Setelah didapatkan persepsi jalur pejalan kaki yang mengganggu, maka tahapan
selanjutnya adalah menganalisis masalah yang berpengaruh pada tingkat kenyamanan
pengunjung terhadap kawasan pajak ikan lama.
angket yang diberikan. Oleh karena itu ditentukan penetapan hasil skornya.(
Sudjana,Nana.1996)
1. Menjumlah skor yang telah diperoleh dari tiap-tiap responden.
2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan keterangan :
n = Jumlah skor responden
N = Jumlah skor maksimal
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Pertumbuhan penduduk Kota Medan sekarang ini dirasakan sangat pesat dikare-
nakan pengaruh tingkat urbanisasi maupun kemajuan teknologi. Pertumbuhan Kota Me-
dan ini sendiri pada dasarnya tumbuh secara alami, sehingga akan mempersulit penga-
lokasian suatu kegiatan-kegiatan yang homogen, dikarenakan land use yang berkembang
tidak beraturan.
Jaringan jalan dianggap urat nadi, dan dapat dikatakan juga sebagai penghubung
antar lokasi atau tempat-tempat tertentu. Jika salah satu jaringan jalan terputus, maka
akan terganggu seluruh kegiatan pergerakkan manusia. Pola jaringan jalan di setiap kota-
kota besar selalu terdapat perbedaaan, hal ini dikarenakan pembentukan pola intensitas
tata guna lahan (land use) dan kondisi geografisnya.
Trotoar merupakan bagian daripada rekayasa jalan raya, dengan maksud untuk
membagi jalur yang tertib antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki.Mengingat fungsi
trotoar adalah jalur jalan yang khusus dipergunakan untuk lalu lintas pejalan kaki (pedes-
trian), maka dapat diartikan bahwa trotoar merupakan hak jalur lalu lintas yang di-
pergunakan hanya untuk pejalan kaki.
Penelitian ini secara umum dilaksanakan di dalam Kota Medan, dengan mengam-
bil lokasi penelitian di Persimpangan Jalan Perniagaan dan Jalan perdagangan, sebagai
bahan studi kasus dalam spesifikasi pengambilan data penelitian. Sebagai salah satu pusat
komersi yang terdapat di dalam Kota Medan, dengan tingkat aktifitas kawasan yang ter-
24
Universitas Sumatera Utara
25
masuk kategori cukup tinggi, Jalan Perniagaan dan Jalan Perdagangan dianggap repre-
sentatif untuk dijadikan pilihan lokasi sebagai bahan studi kasus dalam melakukan
penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan di Jalan Perniagaan dan Jalan perdagangan
ini, yaitu dimulai dari bagian jalan Perniagaan dan dengan bagian Jalan
Perdagangan.Panjang perlintasan Jalan Pandanaran kurang lebih 500 meter.
4.1.1. Akses
Gambar4.1 : sirkulasi jalur utama menuju Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Pada beberapa titik-titik, Koridor Jalan Perniagaan masih belum memiliki jalur khusus pejalan kaki yang baik, namun pemanfaatan
ruang jalur pejalan kaki ini malah digunaakan oleh pedagang kaki lima sehingga pejalan kaki harus mengunakan badan jalan untuk
berjalan kaki.
Adapun kondisi eksisting jalur pedestrian pada koridor jalan Pajak ikan lama Medan dapat dilihat dari gambar :
3
Gambar 4.2 : sirkulasi jalur pejalan kaki di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi di koridor jalan Perniagaan jalur pedestrian di koridor ini masih sangat cukup memprihatinkan. Hanya pada
beberapa bagian saja terdapat jalur pedestrian yang berkondisi baik salah satunya Namun pada beberapa lokasi masih terdapatnya
banyak aktivitas pedagang kaki lima yang menganggu kelancaran sirkulasi jalur pedestrian serta jalur pedestrian yang dipenuhi barang-
barang pertokoan sehingga pejalan kaki harus menggunakan badan jalan.
Tidak seperti yang kita ketahui bahwa di Belanda memiiki kawasan yang semi pedestrian seperti contohnya di Dam Square, Amsterdam
yang memiliki semi pedestriannya disini benar-benar memanjakan masyarakatnya.Disana kita bisa bersantai menkmati makan siang,
melukis bahkan sekedar memberi makan burung-burung.
3. Sirkulasi Parkir
Sirkulasi kendaraan di koridor Jalan Perniagaan terbilang cukup padat, dapat dilihat pada gambar. Hanya pada jam-jam tertentu saja
mengalami kemacetan. Puncak kemacetan pada koridor ini yaitu antara jam 07.00-08.00 dan 14.00-17.00 yang disebabkan oleh
banyaknya pengunjung dan bongkar muat barang. Hal ini merupakan puncak aktivitas masyarakat.
1 2
4
Gambar4.3 : sirkulasi parkir di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, tempat parkir mobil di koridor jalan Perniagaan yaitu pada sisi kiri badan jalan. Di samping itu, deretan
ruko pada lokasi studi tidak menunjukkan adanya tempat parkir pengunjung sendiri, sehingga pengunjung harus memarkirkan
kendaraannya di badan jalan. Beberapa pegawai toko juga ada yang memarkirkan kendaraannya sampai dengan trotoar Hal ini akan
menganggu kenyamanan pejalan kaki yang melewati area tersebut.
Transportasi umum yang ada di koridor jalan ini berupa angkutan umum dan becak bermotor. Namun, tidak adanya aturan atau tempat
pemberhentian khusus pada koridor jalan ini, membuat transportasi umum memberhentikan penumpang di sembarang tempat.
Gambar 4.4 : sirkulasi angkutan umum di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, tempat perhentian angkutan umum jalan Perniagaan yaitu berada pada Jl. Kereta Api. Di samping itu, pada
lokasi studi tidak menunjukkan adanya tempat perhentian angkutan umum, sehingga para pengemudi angkutan harus memberhentikan
kendaraannya di sembarang jalan tersebut. Hal ini akan menganggu kenyamanan dan keamanan para pejalan kaki yang melewati area
tersebut.
a. Penempatan Trotoar
Penempatan trotoar disepanjang persimpangan jalan Perniagaan sampai dengan
Jalan Perdagangan yaitu zona A dan B. Pada lokasi studi penempatan trotoar
umunya sudah dilengkapi dengan trotoar, sehingga tidak ditemui kesalahan dalam
aspek ini..
Berdasarkan hasil observasi penempatan trotoar dilokasi studi sudah memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku, yaitu trotoar berada
pada sisi luar bahu jalan atau di luar jalur lalu lintas, dan dibuat sejajar dengan jalan dan hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran
drainase terbuka atau di atas saluran drainase yang telah ditutup, serta pada tempat pemberhentian angkutan umum harus ditempatkan
secara berdampingan/ sejajar dengan jalur perhentian.
Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb.
Perlu atau tidaknya trotoar disediakan tergantung bagi volume pedestrian dan volume lalu lintas pema- kai jalan tersebut (Sukoco, 2002)
b. Dimensi Trotoar
Masalah utama yang ditemui dalam studi ini adalah terjadinya penyempitan ruang gerak bagi pejalan kaki pada trotoar. Hal tersebut
terutama di sebabkan oleh 2 hal yaitu :
-fungsi lain.
berada di ruang gerak bebas pejalan kaki.
Berdasarkan hasil observasi ditemukannya masalah dikarenakan penyempitan trotoar oleh pedagang kaki lima dan kendaraan roda dua yang
parkir diatas trotoar ini serta penempatan rambu yang kurang pas.
Kondisi dimensi trotoar yang ada di lokasi studi sudah sesuai namun ditemukannya masalah seperti yang di atas menyebabkan factor ken-
yaman untuk berjalan kaki di trotoar tidak didapatkan sehingga para pejalan kaki lebih sering bejalan di bahu jalan.
Dalam hal ini ukuran dan lebar trotoar tergantung kapasitasnya, tinggi ruang bebas lebih kurang 2.5 meter dengan kedalaman kurang dari
satu meter diatas trotoar dan kebebasan samping ruang 0.3 meter (Rubenstein 1897)
c. Lapisan Permukaan
Masalah yang ditemui adalah kerusakan pada lapisan permukaan trotoar, yaitu permukaan yang bergelombang, ditemui di sepanjang
jalan Perniagaan pada zona A. sedangkan di zona B hampir sama dengan zona A permukaan bergelombang dan pecah. Hal ini disebab-
kan beratnya beban yang diterima trotoar akibat tingginya intensitas pengunaan trotoar oleh pedagang untuk meletakan barang bongkar
muatnya diatas trotoar.
Gambar 4.6 :tampak permukaan trotoar di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, tampak permukaan di lokasi masih belum terlihat nyaman dan aman untuk para pejalan kaki yang disebab-
kan karena beberapa permukaan masih ada yang bergelombang dan licin hal ini justru tidak sesuai dengan persyaratan kondisi per-
mukaan trotoar yang baik yang seharusnya permukaan didesain dengan mementingkan factor kenyamanan dan keamanan untuk pejalan
kaki.
Dalam hal ini sangat perlu untuk memperhatikan pola dak tekstur, pemilihan pola dan tekstur yang tepat akan mendukung suksesnya se-
buah desain pedestrian di suatu kawasan (rubenstain, 1992)
d. Zebra cross
Selain trotoar, salah satu faslitas yang diperuntukkan bagi pejalan kaki adalah fasilitas penyeberangan. Fungsi utama dari fasilitas
penyebrangan adalah untuk mengkonsentrasikan pejalan kaki yang akan menyeberang.
Berdasarkan hasil observasi, tempat penyebrangan yang ada di lokasi studi sudah memudar seharusnya zebra cross tersebut di cat kem-
bali agar dapat digunakan sebagai mana mestinya.
Dipasang dikaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau diruas jalan.Apabila persimpangan diatur dengan lampu penga-
tur lalu lintas, pemberian waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpan-
gan.Dan jika persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah <
40 km/jam.(Lampiran No.10 keputusan Dirjen Bina Marga)
e. Drainase
Permasalahan yang ditemui pada struktur drainase adalah tidak terlihatnya saluran drainase tersebut, dikarenakan penutup saluran drain-
ase yang tersumbat dan tertutup.Kondisi ini mereduksi kualitas trotoar dalam faktor kenyamanan, keselamatan dan kenikmatan berjalan.
Kedua masalah tersebut disebabkan karena kondisi yang sudah rapuh akibat tidak ada perbaikan..
Gambar 4.8 :saluran drainase yang penuh dengan sampah serta kecilnya pipa saluran
di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, drainase yang ada di lokasi studi cukup akan tetapi tersumbatnya drainase akibat pembuangan sampah
secara sembarangan. Yang adan berdampak dapat tergenang atau banjir di lokasi studi. Dan hal yang paling penting adalah untuk men-
jaga kebersihan saluran drainase, dengan lancarnya saluran drainase maka fungsinya sebagai sauran dapat berjaan dengan maksimal.
Kedua masalah tersebut disebabkan karenakondisi yang sudah rapuh akibat tidak adaperbaikan.Hal ini terjadi karena tidak adanyape-
mantauan terhadap pembenahan dari dinasyang bertanggung jawab terhadap trotoar. Olehkarena itu, perlunya tindakan yang serius ole-
hpemerintah dalam perbaikan struktur drainase
Menurut Menurut Dr. Ir. Suripin M. Eng drainase adalah, mengalirkan, membuang menguras atau mengalihkan air, namun yang terjadi
dilapangan tidak sesuai dengan apa yang ada di teori ini.
f. Penerangan
Masalah yang ditemui adalah tidak terawatnya lampu trotoar disepanjang trotoar dilokasi studi. Tidak terawatnya lampu penerangan
dikarenakan dinas penerangan jalan umum kurang terlibat dalam pemeliharaan lampu trotoar.Sehingga lampu yang berada di lokasi ini
banyak yang mati.
Berdasarkan hasil observasi, untuk penerangan sendiri masih kurang baik dikarenakan ada beberapa fasilitas lampu yang tidak terawat
atau mati sehingga hal ini berdampak pada keamanan di lokasi studi ketika malam hari yang bisa menimbulkan tindak kejahatan dikare-
nakan minimnya penerangan.
System penerangan yang ditetapkan di lokasi studi adalah system menerus dan jenis yang digunakan di lokasi adalah lampu gas merkuri
yang itensitasnya tinggi. Dan untuk tata letak lampu yang ada di lokasi sudah sesuai dengan standart yaitu dengan masing – masing ja-
rak 10meter, yang diletakan secara selang seling di kiri dan kanan bahu jalan.
Lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar lampu yaitu 10 meter, lampu penerangan dibuat
dengan tinggi maksimal 4 meter serta menggunakan material yang durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak. (Kementrian Peker-
jaan Umum)
g. Rambu – rambu
Masalah yag ditemui adalah tidak memadainya rambu-rambu untuk pejalan kaki termasuk pejalan kaki dengan keterbatasan fisik di-
sepanjang trotoar lokasi studi. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian dan pemantuan terhadap kondisi dan kebutuhan in-
formasi pengguna trotoar.
Gambar 5.0 :fasilitas rambu yang ada di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, Masalah yag ditemui adalah tidak memadainya rambu-rambu untuk pejalan kaki termasuk pejalan kaki
dengan keterbatasan fisik disepanjang trotoar lokasi studi.Sementara itu, didepan pertokoan Pajak Ikan penempatan rambu tidak tepat
(terhalang oleh ranting pohon).
Marka, perambuan, dan papan informasi terletak diuar ruang bebas jalur pejalan kaki, dengan arus yang padat. Marka, perambuan dan
papan informasi disediakan sesuai kebutuhan , serta menggunakan material yang durabilitasnya tinggi serta tidak silau. (Pedoman
perencanaan Perkotaan)
h. Jalur taman
Gambar5.1 :minimnya pepohonan yang ada di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, minimnya tanaman atau pepohonan yang ada dilokasi ini berdampak pada factor kenyamanan dan kea-
manan para pejalan kaki. Dapat di ketahui pada factor kenyamanan adanya pepohonan dapat mengurangi paparan sinar matahari secara
langsung dan bisa sebagai vegetasi penyerapan air agar tidak terjadinya genangan di lokasi ini, sedangkan factor keamanan dapat
melindungin pejalan kaki dari gangguan kendaraan yang melintas di lokasi ini.
Jenis tanaman yang akan ditaman sebaiknya tidak mempunyai satu manfaat melainkan ada manfaat lain seperti ekologis, estetika, ken-
yamanan dan keamanannya.Selain itu kriteria tanaman juga harus diperhatikan berdasarkan tujuan penanaman dan lokasi penanaman.
Serta jarak atur tanaman minimal 4 meter untuk dalam perkotaan, dan tanaman tidak boleh ebih tinggi dari kabel yang ada di tiang
listrik atau menutupi rambu – rambu yang ada (Peraturan Kementrian PU)
i. Kebersihan
Masalah yang ditemui adalah kurangnya penyediaan tempat sampah, dalam penyedian sarana tempat sampah pada daerah studi sangat
jarang di temui, hanya ada di beberapa tempat yang menyediakan tempat pembuangan sampah..
1
3
4
Gambar 5.2 :minimnya penyediaan tempat sampah sehingga banyak sampah yang berserakan
di Pajak Ikan Lama./ doc. Pribadi
Berdasarkan hasil observasi, Masalah yang ditemui adalah kurangnya penyediaan tempat sampah, dalam penyediansarana tempat sam-
pah pada daerah studi sangat jarang di temui, hanya ada di beberapa tempat yang menyediakan tempat pembuangan sampah.hal tersebut
mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah dibeberapa tempat yang dapat menyumbat mengalirnya air pada drainase, ini disebab-
kan karenakurangnya perhatian pemerintah dalampenyediaan sarana tempat sampah.
Daerah yang terjaga kebersihannya akan menjaga dan menambah daya tarik khusus, selain menciptakan rasa nyaman serta
menyenangkan para pengguna trotoar itu sendiri. Untuk memenuhi kebersihan suatu ingkungan perlunya disediakan bak – bak sampah
Trotoar merupakan jalur utama bagi pejalan kaki, atau terkadang juga digunakan oleh
pengguna sepeda. Memang tidak semua jalan memiliki trotoar bagi pejalan kaki.
Setidaknya trotoar harus ada di perkotaan yang padat akan penduduk yang cukup
tinggi, dan yang memliki aktifitas kontinyu yang tinggi.
Alih fungsi trotoar ini merupakan perampasan hak para pejalan kaki, sehingga
dirugikan dari segi kenyamanan dan keamanannya. Untuk menghindari kerugian
berbagai pihak, pemerintah pusat maupun daerah peru membuat peraturan perundang-
undangan serta diberikan denda bagi pelanggar peraturan itu.
b. Pengguna
Pejalan kaki
Jalur pejalan kaki sudah memiliki peran aktif sebagai mana fungsinya
sebagai ruang publik dan jalur bersama.Faktor-faktor yang perlu lebih
diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya antara lain kebersihan dan
kelengkapan fasilitas kebersihan trotoar yang belum memadai, fasilitas
penerangan yang belum merata, ketersediaan fasilitas bagi oang
berkebutuhan khusus yang belum memadai, penyediaan pagar pembat-
as dengan jalan, serta aktivitas kendaraan yang berhenti / parkir di tepi
jalur pedestrian Jl. Perniagaan yang relatif masih mengganggu.
Karakteristik kawasan Jl. Perniagaan, yang merupakan kawasan dengan
fungsi sebagai salah satu pusat perdagangan jasa dan niaga yang utama
di kotaMedan.Secara detail, fungsi kegiatan pada kawasan Jl. Perniag-
Parkir
Perlu adanya penertiban parkir kendaraan bermotor sehingga kendaraan
yang parkir tidak melebihi daya tampung (melarang kendaraan untuk
parkir di badan jalan/tepi jalan jalur pedestrian) sehingga sirkulasi ken-
daraan masyarakat setempat maupun pengguna kendaraan lain dapat
lancar (tidak mengalami kemacetan).
Perempuan 58 80%
20%
Perempuan
Laki - Laki
80%
Berdasarkan hasil tabulasi data yang dipaparkan pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa mayoritas Pejalan kaki berjenis kelamin Perempuan, dapat dikatakan bahwa
kedua sektor responden didominasi oleh pejalan kaki dengan jenis kelamin
perempuan.
Maka dari itu, peneliti mentabulasi hasil pendataan usia responden pada setiap
segmen. Adapun komposisi responden berdasarkan pengelompokkan usia dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Pejalan Kaki di Pajak Ikan Lama
Rentang Usia
Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)
< 21 - - 2 5%
> 50 4 10% 2 5%
17
15
12
11
10
5
4
2 2
0
Berdasarkan tabel dan diagram diatas bisa dilihat bahwa umur 21 – 40 cender-
ung mendominasi dikarenakan merekala sebagai komsumen yang produktif un-
tuk mengunjungi lokasi ini.
SD - - - -
SMP - - - -
SMA - - - -
28
23
15
4
2
0 0 0 0 0 0
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, dapat dilihat bahwa pejalan kaki dengan
pendidikan S1 cenderung mendominasi di lokasi studi.
Adapun hasil tabulasi data mengenai kepemilikan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Ya 0 0%
Tidak 80 100%
Total 80 100%
80
Ya Tidak
Dari Tabel di atas dapat dikatakan bahwa kebanyakan pejalan kaki menjawab
bahwa kenyamanan pejalan kaki tidak didapatkan. Dikarenakan di lokasi ini
terlalu banyak aktifitas yang di lakukan di atas trotoar yaitu dengan berjualan
dan meletakan barang-barang stock toko mereka diatas trotoar dan PKL se-
hingga mengganggu aktifitas pejalan kaki yang haknya di rampas oleh pkl dan
barang toko.
59% 58%
37%
34%
7% 5%
59%
53%
29%
24%
19% 17%
Dari hasil kuisioner dalam tabel dan diagram diatas untuk parameter
keamanan, responden menjawab tinggi kereb kurang tinggi, dan untuk
parameter permukaan tekstur material menjawab baik. Menurut responden
yang pertama kali datang tinggi kereb juga dijawab kurang tinggi dan pada
bagian permukaan material penutup responden juga menjawab baik.
76%
54%
29%
17% 19%
5%
59% 58%
26% 25%
17%
14%
88%
53%
30%
18%
8%
3%
rang melewati lokasi studi menjawab kurang lebar sempit dan kurang meng-
hambat dikarenakan mereka berkunjung hanya sesekali dan tidak membawa
barang yang terlalu banyak.
2 Faktor Kea- Nyaman Kurang Tidak Nya- Nyaman Kurang Tidak Nya-
manan Nyaman man Nyaman man
17%
12%
7%
3%
57% 56%
36%
21% 22%
8%
Dari sisi kenyamanan pada trotoar di bagian dapat ini disimpulkan Tidak nyaman, ka-
rena dari 3 (tiga) parameter yang ada, 2 (dua) diantaranya yaitu lebar trotoar dan
keberadaan fasilitas street furniture tidak sesuai dengan standart kenyamanan yang
ditetapkan.
Berdasarkan tabel diatas dan hasil observasi terlihat kondisi trotoar pada bagian
keamanan disimpulkan Kurang Aman, karena dari dua parameter yang ada
pada permukaan dan tekstur material hasil pengamatan licin mengakibatkan
tidak sesuai dengan standart aman yang ditetapkan dan dapat membahayakan
para penggunanya. Dikatakan tidak aman karena pada lokasi ini masih ter-
dapat beberapa permukaan yang licin serta bergelombang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil evaluasi terhadap trotoar yang ada di jalan Pajak Ikan Lama berdasarkan parameter
keamanan dan kenyamanan disimpulkan Kurang Aman dan Tidak nyaman. Sehingga secara
khusus trotoar Pajak Ikan disimpulkan tidak sesuai dengan standart yang disyaratkan.
Persepsi pejalan kaki terhadap kondisi trotoar yang ada di Pajak Ikan Lama dalam penelitian
ini menurut pejalan kaki yang rutin lewat dan yang baru pertama kali datang disimpulkan
kurang aman dan kurang nyaman dan bahkan kesimpulannya akan mengarah ke tidak nyaman
jika hanya berdasarkan persepsi menurut responden yang baru pertama kali datang. Bagi
responden yang rutin lewat mungkin sudah terbiasa dan dapat menyesuaikan dengan kondisi
trotoar yang ada. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan trotoar di Pajak Ikan Lama
pada lokasi berdasarkan hasil persepsi adalah kurang aman dan tidak nyaman. Ini terlihat hasil
evaluasi masih sejalan dengan persepsi masyarakat.
Saran
b. permukaan jalan mengalami penambahan tebal aspal dan tekstur material penutup
trotoar sebaiknya lebih memperhatikan fungsi dari pedestrian bagi pejalan kaki dengan
fokus pada manfaat penggunaan material yang ada dibanding dengan lebih
mengkedepankan desain pedestrian yang muluk-muluk, namun pada akhirnya tidak
memberikan rasa aman bagi pejalan kaki. Lebih baik semuanya dari bahan paving
stone ataupun tegel anti slip yang lebih aman.
66
Universitas Sumatera Utara
67
b. Ruang bebas trotoar juga sebaiknya minimal 2,5 m apapun bentuk penghalang
dan penutup diatasnya apakah lampu penerang, cabang pohon dan penutup
atap/overstek sebaiknya diatur dan mengacu dari nilai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Edy. 2003. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang
Hakim, Rustam dan H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap Prinsip
Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta.
Iswanto, Danoe. 2006. Pengaruh Elemen- Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap
Kenyamanan Pejalan Kaki (Studi Kasus: Penggal Jalan Pandanaran, Dimulai dari
Jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda).ENCLOSURE, 5 (1): 21-29.
Lynch, Kevin. 1975. The Image of The City, Massachusetts Institute of Technology, USA.
Lang, Jon. 1987. Pengkajian Lingkungan Perilaku (terj), dalam Pengantar Asitektur, Editor
Snyder dan Catanesse, Erlangga, Jakarta.
Mouden Anne (ed). 1987. Public Street for Public Use, New York, Van Noetrand Reinhold
Co.
Pemanfaatan trotoar sebagaimana fungsinya menjadi sangat penting bagai TEKNIK SIPIL &
PERENCANAAN, Nomor Volume 1 – Januari , hal: – JURNAL
Rapoport, Amos. 1977. Human Aspect of Urban Form. Pergamor Press. Oxford.
Rubenstein, Harvey, M. 1987. Central City Malls. John Willey & Sons, New York.
. 1992. Pedestrian Mall, Stretscapes and Urban Scapes, John Willey & Sons, New
York
Utterman, RK. 1984. Accommodating The Pedestrian. Van Nostrand Rainhord Company,
New York.
http://www3.pu.go.id/uploads/services/infopublik20140617140609
LAMPIRAN
KUISIONER
Nama :
Usia :
Etnis :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tujuanberbelanja :
Dengansiapaandaseringberjalankaki ?
a. Sendiri
b. Berdua
c. Bertiga
d. Lebihdaritiga
Datangdenganmenggunakankendaraan ?
a. Mobil/Motor Pribadi
b. Angkutan Online
c. AngkutanUmum
d. Becak Motor
JarakdarikendaraankeTokotujuan ?
a. ± 50 meter
b. ± 150 meter
c. ± 200 meter
d. Lebihdari 200 meter
Seberapaseringandakepajakikanlama ?
a. 1 – 2 kali
b. > 3 kali
c. Sering kali
d. Tidakpernah
Kenyamanan
Keamanan
Penerangan
Pepohonan
Kondisi
Lebar
Akses
Drainase
PKL
TempatSampah