Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH BANGKITNYA ISLAM

disusun oleh :

Aidil Fikriadi (180102066)

Fajrul Azis (180102072)

Hayzir Muhdi (180102052)

Prodi:

Hukum ekonomi syariah

dosen pembimbing :

Dr. Abdul Hadi, S.Pd.I, M.ag.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam dengan
judul “Sejarah Bangkitnya Islam”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah


Peradaban Islam program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas syariah dan
hukum UIN Ar-raniry Banda Aceh. Kami menulis makalah ini untuk membantu
mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai Islam
dimasa rasulullah.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman


yang telah berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini
sehingga memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat
kekurangan.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat


memberikan sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari
semua pihak.

Banda aceh, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................... 2

Daftar isi ......................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan .........................................................................................

A. Latar belakang .................................................................................... 3

BAB II pembahasan

A. Sebelum masa kerasulan .................................................................... 5


B. Sesudah masa kerasulan ..................................................................... 6
C. Dakwah periode mekah ...................................................................... 7
D. Dakwah periode madinah ................................................................. 10

BAB III penutup

A. Kesimpulan ...................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................ 21

Daftar pustaka .............................................................................................. 22


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara esensial kehadiran Islam pada masyarakat Arab adalah terjadinya


kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segalah
aspek kehidupan masyarakat, termaksut hukum-hukum yang digunakan pada
masa itu. Keberhasilan Islam dalam memenangkan kepercayaan Bangsa Arab
relative singkat. Islam juga mengubah kebiasaan buruk orang Arab yang di kenal
dengan jahiliyyah dan islam juga menunun perilaku ke yang lebih baik.

Islam datang dengan damai, islam disampaikan oleh Nabi Muhammad


tidak hanya menggunakan aspek kenabiannya dengan menggunakan tablik namun
juga menggunakan strategi politik dengan memunculkan aspek-aspek
keteladanannya dalam menyelesaikan persoalan. Seperti, dakwah di Mekkah yang
terbagi menjadi dua yaitu dakwah secara diam-diam dan dakwah secara terbuka.
Disini dapat kita lihat adanya strategi Nabi dalam menyeruh umat manusia untuk
beribadah kepada Allah SWT. Walaupun dalam menjalankan perintah Allah, Nabi
mendapat banyak tantangan yang besar dari berbagai pihak namun atas izin Allah
segalah hal yang dilakukan Nabi dapat berjalan lancar.

Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi semakin besar pula tantangan


yang harus di hadapi Nabi, mulai dari cara diplomatik disertai bujuk rayu hingga
tindakan kekerasan dilancarkan orang-orang quraisy untuk menghentikan dakwah
Nabi. Namun Nabi tetap pada pendirian untuk menyiarkan agama Islam.

Sistem pemerintahan dan strategi politik Nabi dapat kita lihat jelas setelah
terbentuknya negara Madinah. Di sini Islam semakin kuat dan berkembang karena
bersatunya visi misi masyarakat Islam. Peradabannya salah satunya yaitu Piagam
Madinah. Melalui Piagam Madinah Nabi Muhammad memperkenalkan konsep
negara ideal yang di warnai dengan wawasan, transparansi, partisipasi, adanya
konsep kebebasan dan tanggung jawab sosial politik secara bersama.
BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH BANGKITNYA ISLAM

A. Sebelum Masa Kerasulan

Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun Gajah, tahun dimana ketika


pasukan Gajah Abraham menyerang Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Namun pasukan Abraham mengalami kehancuran. Peristiwa itu kira-kira terjadi
pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Nabi Muhammad di percayakan kepada
Halimah dari suku BanuSa’ad untuk diasuh dan di besarkan. Asuhan Halimah
hingga sampai nabi berusia 6 tahun.

Ketika Nabi Muhammad masih tiga bulan dalam kandungan ayahnya


meninggal saat pergi berniaga ke yastrib, sementara ibunya aminah wafat di
Abwa sewaktu pulang dari menzarahi makam Abdullah, ketika ia berusia 6
tahun. Setelah Aminah ibu Nabi meninggal, Abdul Muthalib kakek Nabi
mengambil tanggung jawab merawat Nabi. Namun dua tahun kemudia Abdul
Muthalib meninggal dunia karena rentan. Tanggung jawab selanjutnya beralih
kepada paman Nabi, Abu Thalib. Sang paman sangat di segani dan di hormati di
kalangan oarng quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia
miskin. Dalam usia mudah, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala
kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan
pengembala ini Nabi menemukan tempat untuk berpikir dan merenung.
Kegiatan ini membuatnya jauh dari segalah nafsu duniawi, sehingga dia
terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena
itu sejak mudah Nabi sudah dijuluki al-amin (orang yang terpercaya ).

Bukan hanya di juluki sebagai al-amin nabi juga adalah seorang yang
bijaksana. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi
Muhammad terjadi pada usianya yang ke 35 tahun. Waktu itu bangunan
ka’bah rusak berat. Perbaikan ka’bah di lakukan secara gotong royong. Para
penduduk Mekkah membantu pekerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat
terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan HajarAswad di
tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan
tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak namun,
akhirnya para pemimpin quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk
Ka’bah melalui pintu Shafa akan di jadikan hakim untuk memutuskan perkara
ini, ternyata orang yang pertama masuk adalah Nabi Muhammad. Ia pun
akhirnya di percaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan
meletakkan hajar aswad di tengah-tegah, lalu meminta kepada seluruh kepala
suku memegang tepi kain dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai
pada ketinggian tertentu, Nabi Muhammad kemudian meletakan batu itu pada
tempat semula. Dengan demikian perselisihan dapat di selesaikan dengan
bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti
itu.

Pada usia baru beranjak 12 tahun Nabi Muhammad melakukan perjalanan


(usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang ke siria (syam). Khafilah itu
di pimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini di Bushra sebelah Selatan
Siria ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad sesuai dengapentunjuk cerita-cerita
Kristen.

Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria


membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama
menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Nabi Muhammad memperoleh
laba yang sangat besar. Khadijah kemudian melamar Nabi, ketika itu Nabi
Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun . Khadijah adalah wanita
pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan
menyebar Islam. Perkawinan Nabi dengan khadijah dikaruniai enam orang anak
dua putra dan empat orang putri ialah: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah,
UmmuKulsumdan Fatimah. Dua putranya meninggal waktu kecil. Setelah
Khadijah binti Khuwailid meninggal Nabi Muhammad saw. menikah
lagi dengan sebelas orang wanita. Kesebelas istri Nabi itu disebut Ummul
Mukminin (ibu orang- orang yang beriman), masing-masing sebagai
berikut;
1. Khadijah binti Khuwailid,
2. Saudah binti Sam’ah,
3. Aisyah binti Abu Bakar
4. Zainab binti Huzaimah,
5. Juwairiyah binti Haris,
6. Sofiyah binti Hay,
7. Hindun binti Abi Umaiyah,
8. Ramlah binti Abi Sofyan,
9. Hafsah binti Umar ibn Khaththab,
10. Zainab bnti Jahsy dan;
11. Maimunah binti Haris.

B. Setelah Kerasulan
Beberapa kilometer di Utara Mekkah, pada tanggal 17 ramadhan 611 M,
Di Gua Hira malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi Muhammad untuk
menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Pada usia Nabi yang menjelang 40
tahun itu Allah telah memilih Muhammad sebagai Nabi. Pada wahyu kedua Nabi
di perintahkan untuk menyeru manusia kepada satu agama.

1. Periode Mekkah
a. Tahap-Tahap Dakwah
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap. Pertama secara
diam diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Diterima
oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin
Hãritsah, serta sahabat dekatnya Abu Bakar. Melalui Abu Bakar, masuk
Islam pula Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Saad bin Abi
Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin
Jarrah, dan beberapa budak dan fakir miskin. Dakwah ini berlangsung
selama tiga tahun.

Kedua, dakwah kepada keturan Abdul Muthalib. Hal ini


dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, surah Al- Syu’ara’ (ayat
214). Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman.
Akan tetapi Abu Lahab beserta istrinya mengutuk Nabi, sehingga
turun surah Al-Masad(ayat 1-5).

Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah sûrah


al-Hijir (ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua
lapisan masyarakat, tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah
saja, tetapi juga termasuk orang- orang yang mengunjungi kota itu.

b. Tantangan Kaum Quraisy.


Kaum Quraisy menentang dakwah Nabi dengan bertahap.
Pertama, membujuk Abu Thalib memilih satu di antara dua: Yaitu
mememerintahkan Muhammad agar berehenti dari dakwaknya atau
menyerahkannya untuk dibunuh. Abu thalib menginginkan
Muhammad, namum ditolak oleh Nabi Muhammad s.a.w. Merasa
gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin
Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang
gagah dan tampan untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad
s.a.w. Uul ini dengan tegas ditolak oleh Abu Thalib. Kecewa dengan
jawaban Abu Thalib itu, mereka langsung kepada Nabi Muhammad
s.a.w. membujuknya dengan menawarkan tahta, wanita dan harta asal
Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua ditolak Nabi dengan
tegas.

Kedua, Mengintimidsi para pemimpin Quraisy melakukan


tindakan- tindakan kekerasan lebih intensif. Untuk menghindarkan
kaum muslim dari tindakan kekerasan ini, Nabi memerintahkan
mereka hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rombongan pertama, pada
tahun kelima dari kerasulannya, di bawah pimpinan Usman bin
Affan diikuti 15 orang (10 pria dan 5 wanita) berangkat ke Habasyah,
termasuk isteri Usman, Rukayah bintiMuhammad.

Rombongan kedua, di bawah pimpinan JA’far bin Abi Thalib


diikuti 81 orang (80 pria dan 1 wanita, yaitu Ummu Habibah, puteri Abu
Sofyan). Mereka diterima raja Ethiopia, Negus. Rombongan kedua, di
bawah pimpinan JA’far bin Abi Thalib diikuti 81 orang (80 pria dan 1
wanita, yaitu Ummu Habibah, puteri Abu Sofyan). Mereka diterima raja
Ethiopia, Negus. Mengetahui hal itu Pimpinan Quraisy mengirim Amr
bin Ash dan Abdullah bni Abi Rabi’ untuk membujuk raja Negus agar
menolak kehadiran umat Islam di sana, tetapi Raja menolak permintaan
mereka . Di tengah kekejaman pemimpin Quraisy terhadap umat Islam
meningkat, dua orang kuat kaum Quraisy masuk Islam, Hamzah dan
Umar bin Khaththab yang membuat posisi umat Islam semakin kuat.

Ketiga, memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Untuk


melumpuhkan kekuatan kaum muslimin, pemimpin Quraisy
melakukan pemboikotan terhadap seluruh keluarga Bani Hasyim.
Hanya karena kasihan beberapa pemimpin Quraisy, pemboikotan
ini dihentikan. Tindakan pemboikotan ini dimulai pada tahun ke-7
dari kenabian hingga tahun ke-10.

c. Tahun Duka Cita dan Isra’ Mi’raj


Tidak lama setelah pembaikotan itu dihentikan, pada tahun ke-
10 dari kenabian, Nabi Muhammad s.a.w. berganti menghadapi tiga
peristiwa yang menyedihkan pula sehingga tahun itu disebut dengan
tahun duka cita. Adapun tiga peristiwa tersebut; Pertama, pamannya,
Abu Thalib, pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun.
Kedua, tiga hari setelah itu, meninggal dunia pula istrinya,
Khadijah, dalam usia 65 tahun. Ketiga, ketika Nabi berdakwah di Thaif,
beliau diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di
bagian kepala dan badannya.
Dalam situasi berduka cita di tahun duka cita yang dialami
Nabi secara beruntun, mengisra’ mi’rajkan Nabi Muhammad.
tujuannya adalah untuk menghibur hati Nabi yang sedang berduka
cita tersebut. Berita Isra’ Mi’raj itu menggemparkan masyarakat
Makkah. Nabi yang kesulitan mengumpulkan orang Makkah untuk
menyampaikan berita isra’ mi’raj ini dapat dibantu Abu Jahal dengan
harapan kaumnya mendustakan Nabi, sedang bagi orang beriman,
peristiwa ini merupakan ujian keimanan. Melalui isra’ mi’raj itu,
kewajiban sholat lima kali sehari semalam mulai dilaksanakan.
Ternyata setelah peristiwa Isra miraj, muncul
perkembangan besar bagi dakwah Islam. Karena sejumlah penduduk
Yatsrib yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj yang berhaji ke
Makkah, mereka menemui Nabi dan masuk Islam dalam tiga
gelombang, yaitu:
1. Pada tahun ke-11 kenabian, 6 orang dari suku Khazraj menemui
Nabi dan menyatakan diri masuk Islam.
2. Pada tahun ke-12 kenabian, terdiri dari 10 orang laki-laki suku
Khazraj, 2 orang laki-laki suku Aus dan seorang wanita
3. Pada tahun ke-13 kenabian, sebayak 73 orang dari Yatsrib meminta
kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib.
Setelah kaum Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi
dan orang-orang Yatsrib itu, mereka semakin gila melancarkan
intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi segera
memerintahkan semua sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Hanya Ali
dan Abu Bakar yang tinggal bersama Nabi di Makkah. Keduanya
menemani dan membela Nabi sampai Nabi hijrah ke Yatsrib karena
kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.
2. Periode Madinah
a. Hijrah ke Yastrib

Segera setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt.


Rasulullah menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga
menemui Ali dan meminta kepadanya agar tidur di kamarnya
guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Senin
malam Selasa itu, Nabi ditemani Abu Bakar dalam perjalanan
menuju Yatsrib.
Keduanya singgah di Gua Tsur, arah selatan Makkah untuk
menghindar dari pengejaran orang kafir Quraisy. Mereka
bersembunyi di situ selama tiga malam, dan putera puteri Abu Bakar,
Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta hamba sahayanya Amir bin
Fuhairah mengirim makanan setap malam kepada mereka dan
menyampaikan kabar pergunjingan orang Makkah tentang
Rasulullah.

Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya


dan melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib bergerak ke arah barat
menuju laut merah melawati jalan yang tidak biasa dilewati qabilah
dagang ketika itu. Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi
Muhammad s.a.w, dan Abu Bakar sampai di Quba. Ketika tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar 10 Km dari Yatsrib, Nabi
istirahat beberapa hari lamanya. Ia menginap di rumah Kalsum bin
Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid
yang dikenal dengan mesjid quba

Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13 Kenabian / 24 September


622 M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di
perkampungan Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at pertama di
dalam sejarah Islam. Sementara itu, penduduk Yastrib telah menunggu
kedatangan nabi. Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib ini beliau
melepaskan tali kekang untanya dan membiarkannya berjalan
sekehendaknya. Unta itu berhenti di sebidang kebun korma milik dua
anak yatim bernama Sahl dan Suhail yang diasuh oleh Abu Ayyub.
Kebun itu dijual dan di atasnya dibangun masjid atas perintah
Rasulullah. Sejak itu nama kota Yatsrib ditukar menjadi
“Madinatun Nabi”, tetapi dalam kehidupan sehari-hari biasa
disebut “Madinah” saja.

b. Membangun Masyarakat Islam


Guna membina masyarakat yang baru itu, Nabi meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam. Pertama,pembangu-
nan mesjid. Setiap kabilah sebelum Islam datang, mereka memiliki tempat
pertemuan sendiri-sendiri. Nabi menginginkan agar seluruh umat Islam hanya
memiliki satu tempat pertemuan. Maka beliau membangun sebuah mesjid yang
diberi nama “Baitullah”
Kedua, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin
(muslim asal Makkah) dan kaum Ansar (muslim Madinah).
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari
tiga kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-muslim
dan orang Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga
kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian yang disebut “Piagam
Madinah”, yang isinya antara lain:
1. Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan
suatu bangsa.
2. Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok lain
wajib untuk membelanya.
3. Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian
dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
4. Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya
tanpa campur tangan kelompok lain.
5. Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-
Muslim, ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril
dan materiil.
6. Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah
dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antara kelompok.

c. Permusuhan Kafir Quraisy dengan Nabi


Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah,
tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena jika
Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan
mereka tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah berada di jalur dagang
mereka ke Syam.
Maka tidak mengherankan jika terjadi peperangan antara umat
Islam dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali
pertempuran. Yang terpenting di antaranya adalah:

Perang Badar
Perang Badar, terjadi pada bulan Ramadhan tahun 2 H (624 M),
di dekat sebuah sumur milik Badr. Penyebabnya adalah karena umat
Islam berencana mencegat kabilah dagang yang dipimpin oleh Abu
Sofyan yang kembali dari Syam. Jumlah pasukan orang Quraisy saat
itu adalah 1000 orang yang dipimpin oleh Abu Jahl sedang umat
Islam hanya 314 orang saja.

Sebelum diadakan peperangan terlebih dahulu dilakukan


perang tanding, tampil 3 orang pahlawan quraisy, semuanya dari
keluarga Bani Umaiyah, Yaitu; Utban ibn Rabiah dan putranya Al-
Walid ibn Utbah serta saudara sepupunya Sya’ibah ibn Muawiyah.
Dari pihak Islam dipilih 3 orang pahlawan Bani Hasyim, Yaitu
‘Ubaidah ibn Harits, paman beliau Hamzah dan Ali ibn Abi Thalib.
Ke tiga pahlawan Quraisy tewas, Hamzah berhasil menewaskan
Sya’ibah, Ali berhasil menewaskan al- Walid serta ‘Utbah tewas di
tangan mereka bertiga. Adapun ‘Ubaidah karena terkena luka parah
hgugur sebagai mujahidin.
Dalam perang ini kaum muslimin keluar sebagai pemenang,
di pihak Islam gugur 14 orang dan pihak Quraisy gugur pula 70
orang, termasuk Abu jahl, dan beberapa orang lainnya tertawan.
Perang Uhud

Perang Uhud terjadi pada tahun 3 H (625 M). Penyebabnya


adalah sebagai balas karena kekalahan kaum Quraisy pada perang
Badr. Jumlah pasukan Quraisy saat itu adalah 3000 orang dibawah
pimpinan Abu Sufyan. Mendengar berita itu, Nabi bermusyawarah
dengan para sahabat dan disepakati menyongsong musuh ke luar
kota. Nabi Muhammad dengan pasukan 1000 orang meninggalkan
kota Madinah. Tetapi baru saja melewati batas kota, Abdullah bin
Ubay seorang munafiq dengan 300 orang Yahudi membelot dan
kembali ke Madinah. Meskipun dengan 700 pasukan, Nabi tetap
melanjutkan perjalanan.
Di Bukit Uhud kedua pasukan itu bertemu. Nabi memilih 50
orang pemanah ahli di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir untuk
menjaga garis belakang pertahanan. Mereka diperintahkan Nabi agar
tidak meninggalkan tempat tersebut, apapun yang terjadi, menang atau
kalah.
Perang dasyat pun berkobar. Pertama-tama prajurit Islam dapat
memukul mundur tentara musuh yang lebih besar itu. Pasukan
berkuda yang dipimpin Khalid bin Walid gagal menembus benteng
pasukan pemanah Islam. Sayangnya kemenangan yang sudah
diambang pintu itu tiba- tiba gagal karena godaan harta gonimah.
Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa
menhiraukan gerakan musuh. Termasuk di dalamnya anggota
pasukan pemanah yang diperingatkan Nabi agar tidak
meninggalkan pos-nya apapun yang terjadi.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan oleh Khalid bin
Walid untuk melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan
musuh yang tadinya sudah kalah berbalik menyerang pasukan Islam.
Akibatnya satu per satu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri
terluka dan terperosok jatuh ke dalam sebuah lubang, dengan
bercucuran darah. Melihat kejadian itu, seorang Quraisy meneriakkan
bahwa Nabi telah tewas. Karena yakin bahwa Nabi telah terbunuh, kaum
Quraisy menghentikan perang. Di pihak Islam lebih dari 70 orang
gugur, termasuk paman Nabi, Hamzah.
Penghianatan Abdullah bin Ubay dan pasukan Yahudi yang
membelot diganjar dengan tindakan tegas. Mereka itu terdiri dari
Yahudi Bani Nadir, salah satu suku Madinah, mereka diusir ke luar
kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan Yahudi
lainnya, yaitu bani Quraizah masih tetap di Madinah.

Perang Khandaq
Perang Ahzab, terjadi pada bulan Syawal 5 H (627 M). di pihak
musuh membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari orang-orang
Quraisy, suku Yahudi yang mengungsi ke Khaibar, dan beberapa suku
Arab lainnya. Mereka berjumlah 10.000 tentara di bawah pimpinan Abu
Sofyan.
Menghadapi pasukan sebanyak itu, Nabi memutuskan bertahan,
setelah mendengar usul Salman Al-Farisi, agar umat Islam menggali
parit (Khandaq) dibagian utara kota. Di pihak Islam ada 3000 prajurit.
Namun orang kafir mengepung Madinah dengan mendirikan kemah
selama hampir sebulan, dalam masa kritis itu Yahudi Bani Quraizah
dibawah pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat.
Hal ini membuat umat Islam semakin terjepit, Namun angin dan
badai turun merusak kemah-kemah pasukan kafir yang membuat mereka
terpaksa untuk mundur.
Perjanjian Hudaibiyah
Ketika ibadah haji sudah disyariatkan. Nabi memimpin 1000 kaum
muslimin berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibdah umrah. Sebelum
tiba di Mekkah meraka berkemah di Hudaibiyah, tiba-tiba utusan dari kota
Mekkah Suhail bin Amr menemui nabi dan menyampaikan pesan agar umrah
ditunda tahun depan. Akhirnya diadakan perjanjian yang dikenal sebagai “
Perjanjian Hudaibiya” pada tahun 6 H. Yang isinya:
(1) Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini, tetapi
ditunda sampai tahun depan.
(2) Orang kafir Makkah yang ingin masuk Islam tanpa izin walinya
harus ditolak umat Islam.
(3) Orang Islam yang ingin kembali ke Makkah (murtad) tidak boleh
ditolak orang Quraisy.
(4) Gencatan senjata antara kedua belah pihak selama 10 tahun.

Masa Genjatan Senjata

Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai dengan rencana,


banyak orang Quraisy yang masuk islam saat itu diantaranya Khalid bin Walid
dan Amr bin Ash. Masa genjatan senjata telah memberi kesempatan kepada Nabi:

Pertama mengiri utusan dan surat kepada kepala-kepala negara saat itu
untuk mengajak mereka memeluk Islam. Diantara raja-raja yang dikirim utusan
dan surat adalah raja Ghassan, Mesir, Abesinian Persia, dan Romawi. Nmun tak
seorangpun yang masuk Islam, ada yang menolaknya secara kasar sepeti yang
dilakukan oleh raja Ghassan yang membunuh utusan Nabi, Harits bin Umair.
Adapula yang menolaknya secara halus seperti yang dilakukan raja Mesir
Maqaqis.

Untuk Membalas perlakuan Raja Ghassan itu, Nabi mengirim pasukan


sebanyak 3000 orang, maka terjadilah perang Mut’ah pada tahun 8 H. Umat islam
harus mundur menerima kekalahan saat itu karena raja Ghassan mendapat bantuan
dari Romawi. Dan gugur saat itu tiga pimpinan pasukan Islam, masing-masing
Zzaid bin Haritsah, Abdullah bin rawahah dan Ja’far bin Abi Thalib.

d. Permusuhan Yahudi dengan Nabi

Bani Nadhir

Yahudi Bani berencana membunuh Nabi dengan menugaskan Amru


ibnu Jihasy, namun rencan pembunuhan tersebut gagal. Dari peristiwa tersebut
kaum muslimin mengepung perkampungan Bani Nadhir selama enam hari
enam malam.

Bani Quraizah

Bani Quraizah berkhianat dalam perang Khandaq, setelah perang


Khandang selesai kaum muslimin bergerak cepat mengepung Bani quraizah.
Zsiang malam selama dua puluh lima hari, mereka dikepung kaum Muslimin,
akhirnya nereka menyerah dan menyerahkan nasib mereka kepada Sa’ad bin
Mu’az.

Perang Khaibar

Pada tahun ke-7 H, di saat Nabi sedang mengadakan perjanjian


dengan Quraisy, kaum Muslimin menyerang kota Khaibar. Setelah lama
terkepung akhirnya penduduk Khaibar menyerah kepada kaum Muslimin.

e. Penaklukan Kota Mekkah

Dua tahun setelah terjadi Perjanjian Hudaibiyah, ternyata


dilanggar oleh kaum Quraisy. Pada tahun 8 Hijrah mereka membantu
sekutunya Bani Bakr yang berperang dengan Bani Khuza’ah sekutu
umat Islam. Nabi menegur Abu Sofyan tentang bantuan yang mereka
berikan kepada Bani Bakr. Dijawab Abu Sofyan bahwa perjanjian
Hudaibiyah telah mereka batalkan.

Oleh karena mereka telah membatalkan perjanjian Hudaibiyah


secara sepihak Maka Nabi bersama 10.000 pasukan bertolak ke
Makkah untuk melawan mereka. Menjelang sampa di Makkah pasukan
Islam berkemah di pinggiran kota Makkah. Abu Sofyan, Pemimpin
Quraisy dan anaknya Muawwiyah dan juga paman nabi, Abbas
menemui Nabi dan menyatakan masuk Islam.

Dengan demikian pemimpin-pemimpin Quraisy sudah


semuanya masuk Islam menjelang penaklukan Kota Makkah, maka
pasukan Islam memasuki kota Makkah tanpa perlawanan sama sekali.
Berhala-berhala yang selama ini ada di Ka’bah berjumlah 360 mereka
hancurkan.

Setelah itu, Nabi berkhutbah menjanjikan ampunan Tuhan


terhadap kafir Quraisy. Kemudian mereka datang bebondong-
bondong memeluk agama Islam. Dengan takluknya kota Makkah,
maka patahlah sudah perlawanan orang Quraisy terhadap orang Islam
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Nashr.
f. Permusuhan Orang Arab Lainnya dengan Nabi

Sekalipun Makkah sudah dapat dikalahkan masih ada lagi dua


suku Arab yang masih menentang Nabi, yaitu Bani Tsaqif di Thaif dan
Bani Hawazin di antara Thaif dan Makkah. Kedua suku ini bergabung
membentuk pasukan untuk memerangi Islam. Mereka menuntut bela
atas berhala-berhala mereka yang dihancurkan Nabi dan umat Islam di
Ka’bah.
Nabi mengerahkan 24.000 pasukan menuju Hunain untuk
menghadapi mereka. Pasukan ini dipimpin langsung oleh Nabi,
sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani
Hawazin pada tahun 8 H, seluruh Jazirah Arab telah berada di bawah
kekuasaan Rasulullah.
Pada tahun 9 H, Nabi ingin membalas kekalahan Islam dalam
perang Mu’tah dengan mengerahkan pasukan besar sebanyak 70.000
orang. Melihat besarnya pasukan Islam yang dipimpin Nabi, tentara
Romawi terpaksa menarik mundur pasukannya. Nabi tidak ingin
menyerang pasukan yang mundur itu.
Nabi tinggal sebentar di Tabuk dan mengadakan perjanjian
dengan penduduk yang ada di perbatasan Jazirah Arab itu. Dengan
demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan
Islam. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti
Rasulullah Saw.

g. Tahun Perutusan/Delegasi

Pada tahun 9 dan 10 H (630-632) disebut tahun delegasi karena


berbagai suku dari pelosok-pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
menytakan tunduk dibawah kekuasaan Islam.

h. Haji wada’

Pada tahun 10 H Nabi menunaikan ibadah Haji yang dikenal dengan


“Haji Wada”. Didepan kurang lebih 100.000 orang Nabi berkhutbah, yang
isinya:

1) Jangan menumpahkan darah kecuali dengan hak.


2) Jangan mengambil harta orang lain dengan bathil.
3) Jangan riba dan menganianya.
4) Jangan balas dendam dengan tebusan dosa.
5) Memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut.
6) Perintah memnjauhi dosa.
7) Perintah saling memaafkan atas semua pertengkaran antara mereka di
zaman jahiliyah.
8) Tegakkan persaudaraan dan persamaan antara manusia.
9) Perintah memperlakukan haba sahaya dengan baik.
10) Perintah harus berpegang teguh kepada ndua sumber yang ditinggalkan
Nabi, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

i. Nabi Wafat

Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita sakit.


sanggup melakukannya. Sakit Nabi itu berlangsung selama 14 hari.
Akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin, 12
Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya ‘Aisyah.
Kaum muslimin yang diberitahukan atas wafatnya Nabi itu
dicekam kebingungan, tetapi Abu Bakar tampil membacakan ayat al-
Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 144, dan berpidato: “wahai manusia,
barang siapa memuja Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad telah
wafat. Tetapi barang siapa memuja Allah Swt. maka Allah Swt. hidup
selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai