Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “Konflik” secara etimologi berasal dari Bahasa latin “con” yang berarti
bersama dan”fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dalam pengertian Sosiologis,
konflik dapat dipahami sebagai suatu “proses social” dimana dua orang atau dua
kelompok orang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau
membuatnya tidak bedaya. Konflik adalah perselisihan; pertempuran; bentrokan. Levis
Coser sebagaimana disitir oleh veeger, mendefinisikan konflik sebagai perselisihan
mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-
sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang
berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang diinginkan, melainkan juga
memojokkan, merugikan, dan menghancurkan lawan mereka.
Konflik merupakan gejala social yang serba hadir dalam kehidupan sosial,
sehingga konflik bersifat intheren, artinya konflik akan senan tiasa ada dalam setiap
ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini masyarakat
merupakan arena konflik atau arena pertentangan atau integrasi yang senantiasa
berlangsung.
Perubahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perubahan pada
berbagai lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial masyarakat
termasuk nilai-nilai, sikap, pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Perubahan
sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan prilaku manusia dalam masyarakat dari
keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Menurut Selo Sumarjan perubahan social adalah
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosisalnya, termasuk dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola
prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dalam
penelitian ini adalah perubahan tatanan masyarakat yang saling mempengaruhi atau
timbal balik antar individu yang mencakup interaksi sosial yang terjadi di dalam
masyarakat.
Dari dua pengertian yang telah dipaparkan diatas maka yang dimaksud dengan
konflik dan perubahan social dalam masyarakat merupakan suatu pertentangan yang
terjadi di masyarakat, pertentangan yang terjadi baik secara individu maupun kelompok

1
dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi penyebab terjadinya perubahan social
dalam suatu kelompok masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahu tentang konflik dan perubahan serta tentang teori-
teori perubahan.

2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian konflik
b. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian perubahan
c. Agar mahasiswa mengetahui tentang teori-teori perubahan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Konflik dan Perbahan


1. Konflik
a. Pengertian
Konflik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pertentangan alamiah yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda etnik (suku, ras, bangsa,
agama, golongan), karena diantara mereka memiliki perbedaan dalam sikap,
kepercayaan, nilai atau kebutuhan. Sering kali konflik ini dimulai dengan
hubungan pertentangan antara dua atau lebih etnik (individu atau kelompok)
yang memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran tertentu namun diliputi
pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan. Bentuk pertentangan
alamiah dihasilkan oleh individu atau kelompok etnik, baik intraetnik maupun
antaretnik, yang memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai-nilai atau
kebutuhan.Pertentangan atau pertikaian antaretnik itu muncul karena ada perbedaan
kebutuhan, nilai, dan motivasi pelaku yang terlibat di dalamnya.
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan
dibawanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat, dan tidak satu pun masyarakat yang tidak
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dapat disebut juga dengan pertentangan adalah suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Perbedaan
pandangan mengenai berbagai persoalan kehidupan diantara banyak pihak dengan
meletakkan pandangan sendiri sebagai negasi dari pihak lain merupakan akar konflik.
3
Alo Liliweri merumuskan definisi konflik sosial ini menjadi lima
pengertian yakni sebagai berikut :
1) Bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok yang
terlibat karena adanya perbedaan sikap, kepercayaan, nilai dan kebutuhan.
2) Hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang memiliki, merasa,
sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi perasaan, pemikiran atau perbuatan yang
tidak sejalan.
3) Pertentangan atau pertikaian karena adanya perbedaan dalam kebutuhan.
4) Suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak
lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang membuat orang lain terganggu.
5) Bentuk pertentangan yang bersifat fungsional, karena pertentangan semacam ini
mendukung tujuan kelompok dan membarui tampilan, namun difungsional karena
menghilangkan tampilan kelompok.

Dari beberapa definisi diatas tersebut, dapat dilihat bahwa dalam setiap
konflik sosial terdapat empat unsur yakni:
1) Ada dua pihak atau lebih yang terlibat
2) Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik sosial
3) Ada perbedaan pikiran, sasaran serta tindakan yang terlibat untuk mendapatkan
atau mencapai tujuan tersebut.
4) Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan.

b. Penyebab
Konflik dapat memberikan akibat yang merusak terhadap diri seseorang,
terhadap anggota kelompok lainnya, maupun terhadap masyarakat. Sebaliknya,
konflik juga dapat membangun kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok.
Konflik sejatinya ialah dampak yang ditimbulkan dari hubungan yang tidak dialogis
antara kelompok atau golongan, yaitu :
1) Perbedaan individu
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok
4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

4
c. Manajemen Konflik
Menurut Williqm Hendricks, lima cara manajemen konflik dalam
menyelesaikan suatu konflik sosial dalam masyarakat yakni :
1) Cara penyelesaian konflik dengan mempersatukan (integrating) yakni salah satu
cara penyelesaian konflik yang secara tipikal diasosiasikan dengan pemecahan
masalah, hal ini efektif jika isu konflik tersebut kompleks. Penyelesaian konflik
dengan cara ini mendorong tumbuhnya kreatif dalam berpikir. Penyelesaian
konflik dengan cara ini menekankan diri sendiri dan orang lain dalam
mentesiskan informasi dari perspektif yang berbeda.
2) Cara penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk membantu (obliging), yakni
cara penyelesaian konflik yang menempatkan nilai yang tinggi terhadap orang
lain sementara dirinya sendiri dinilai rendah. Cara ini dapat dipakai sebagai
strategi yang sengaja digunakan untuk mengangkat atau menghargai orang lain,
membuat mereka merasa lebih baik dan senang terhadap suatu isu. Strategi ini
berperan dalam menyempitkan perbedaan antar kelompok dan mendorong
mereka untuk mencari kesamaan dasar.
3) Cara penyelesaian konflik dengan mendominasi (dominating) yang merupakan
gaya penyelesaian strategi yang efektif jika suatu keputusan yang cepat
dibutuhkan atau jika persoalan tersebut kurang penting.
4) Cara penyelesaian konflik dengan menghindar (avoiding) merupakan gaya
penyelesaian yang efektif dengan jalan untuk menangguhkan atau mendinginkan
konflik. Namun dilain pihak, gaya ini dapat membuat frustasi orang lain karena
jawaban penyelesaian konflik sangat lambat.
5) Cara penyelesaian konflik dengan kompromi (compromising), yakni gaya
penyelesaian konflik yang efektif jika isu konflik tersebut kompleks atau bila ada
keseimbangan kekuatan. Kompromi dapat menjadi pilihan jika metode atau gaya
penyelesaian jalan tengah. Kompromi hampir selalu dijadikan sarana oleh semua
kelompok yang berselisih untuk memberikan sesuatu untuk mendapatkan jalan
keluar atau pemecahan.
Lima cara manajemen konflik tersebut diatas memberikan suatu struktur untuk
bertindak. Pengetahuan tentang gaya penyelesaian konflik meningkatkan pemahaman
terhadap konflik.

5
2. Perubahan
a. Pengertian
Perubahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perubahan pada
berbagai lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial masyarakat
termasuk nilai-nilai, sikap, pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Perubahan
sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan prilaku manusia dalam masyarakat
dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Menurut Selo Sumarjan perubahan social
adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosisalnya, termasuk dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan
pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dalam
penelitian ini adalah perubahan tatanan masyarakat yang saling mempengaruhi atau
timbal balik antar individu yang mencakup interaksi sosial yang terjadi di dalam
masyarakat
Menurut Wilbert More, perubahan sosial sebagai perubahan penting dari
struktur sosial yang dimaksudkan adalah pola-pola prilaku dan interaksi sosial.
Struktur sosial tersebut mencakup norma, nilai, dan fenomena cultural. Dimensi
dimensi perubahan sosial membicarakan cakupan dari perubahan itu sendiri.
Menurut Himes dan Moore perubahan sosial memiliki 3 (tiga) dimensi yaitu
dimensi struktural dan dimensi struktural melihat perubahan yang terjadi mengacu
dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan,
munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan
dalam lembaga sosial, sedangkan dimensi kultural mengacu pada perubahan
kebudayaan di tengah masyarakat seperti inovasi kebudayaan (komponen internal
yang memunculkan perubahan), dan integrasi (penyatuan unsur-unsur kebudayaan
yang saling bertemu untuk kemudian menghasilkan munculnya kebudayaan baru).
Serta dimensi interaksional mengacu pada perubahan hubungan sosial dalam
masyarakat seperti frekuensi dalam berinteraksi, jarak sosial, perantara interaksi, dan
perubahan bentuk interaksinya.
Perubahan yang dialami suatu masyarakat tidak terlepas dari adanya inovasi
yang terdapat itu sendiri. Menurut Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker,
perubahan sosial merupakan suatu proses yang terjadinya perubahan struktur dan
fungsi dalam sistem sosial. Struktur suatu system terdiri dari berbagai status baik
individu maupun kelompok-kelompok secara teratur. Struktur dalam sistem sosial
tersebut dapat dikatakan berfungsi apabila setiap individu atau kelompok yang
6
memiliki status-status tersebut menjalankan seperangkat peranan atau prilaku nyata.
Status dan peran saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Berhubungan dengan perubahan sosia, Rogers beranggapan bahwa perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat adalah sangat berkaitan dengan keberadaan
komunikasi dalam masyarakat.
Menurut EverettM. Rogers terdapat 3 (tiga) tahapan proses perubahan
diantaranya yaitu:
1) Invensi yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan.
2) Difusi ialah proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan kedalam sistem
sosial.
3) Konsekuensi yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai
akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan
atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Oleh karena itu perubahan sosial
merupakan akibat komunikasi sosial.

B. Teori-Teori Perubahan
Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak ( construct ) yang
sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsure-unsur dalam set tersebut
secara jelas pula. Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antarkonstak (construc)
sehingga pandangan yang sisitematik dan fenomena-fenomena yang diterangkan oleh
variabel dengan jelas kelihatan. Teori menerangkan fenomene dengan cara
menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.
Menurut pendapat Sztompka menguraikan perubahan sosial dapat dibayangkan
sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial, dengan penjelasan
adanya perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam waktu yang berlainan.Dengan
demikian teori perubahan sosial adalah pembahasan tentang sistem sosial yang dilakukan
secara sistematis, dengan melihat dalam kurun waktu yang berbeda dan secara jelas ada
perubahan dalam sistem sosial tersebut. Teori Perubahan Sosial dibedakan dalam : teori
evolusi, teori konflik, teori fungsional, teori siklus, dan teori pembangunan.
1. Teori Perubahan Sosial Evolusi
Teori Evolusi menjelaskan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap dan
dialami setiap masyarakat. Arah tetap yang dimaksud adalah perubahan sosial akan
terjadi bertahap, mulai dari awal sampai perubahan terakhir. Saat telah tercapai
perubahan terakhir maka tidak akan terjadi perubahan lagi. Pada dasarnya Teori

7
Evolusi Berpijak pada Teori Evolusi Darwin dan dipengaruhi Pemikiran Herbert
Spencer. Ada dua tokoh yang paling berpengaruh dalam Teori Evolusi Perubahan
Sosial, yaitu :
a) Emile Durkheim (1855-19170 )
Emile Durkhiem memiliki kesamaan dengan Ibnu Khaldun dan Comte. Apabila
Khaldun fokus pada Teori Deviation maka Emile Durkheim pada pembagian
kerja dengan memusatkan aspek solidaritas sosial dan proses evolusi sosial.
solidaritas sosial harus menjadi obyek utama dalam menjelaskan realitas sosial.
Pengamatan dilakukan pada masa revolusi industri, pada masyarakat primitif
(tradisional) menuju masyarakat industri, perhatianya pada aspek pembagian
kerja dengan perbedaanpada masyarakat primitif (tradisional) pembagian kerja
masih sangat sedikit, sedang masyarakat industri pembagian kerjanya sangat
kompleks. Faktor utama yang menyebabkan perubahan bentuk pembagian kerja
adalah pertambahan jumlah penduduk. Pembagian kerja dalam masyarakat
berhubungan langsung dengan kepadatan moral atau dinamika suatu
masyarakat. Kepadatan moral merupakan tingkat kepadatan interaksi anggota
masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk meningkatkan kepadatan moral yang
pada akhirnya diikuti semakin banyaknya hubungan diantara anggota
masyarakat. Begitu pula hubungan antar kelompok, berbagai bentuk interaksi
sosial baru akan terbentuk.
b) Ferdinand Tonnies (1855-1936)
Karya Tonnies paling terkenal adalah Gemeinschaft und Gesellschaft. Sedang
karya lainya adalah Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).
Masyarakat dibedakan menjadi dua yaitu masyarakat tradisional dan masyarakat
modern dengan konsep dan perbedaan sebagai berikut :
(1) Gemeinschaft
Diasosiasikan dengan konsep kelompok atau asosiasi. Merupakan situasi
yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memiliki peran dan terkadang sebagai
kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan sosial.
(2) Gesellschaft
Diartikan sebagai masyarakat. Merupakan sebuah konsep yang merujuk
pada hubungan anggota masyarakat yang memiliki ikatan yang lemah,
kadangkala antar individu tidak saling mengenal, nilai, norma dan sikap
menjadi kurang berperan dengan baik.
8
2. Teori Perubahan Sosial Konflik
Teori ini menjelaskan bahwa Perubahan Sosial dapat terbentuk dari konflik.
Konflik ini berasal dari pertentangan kelas antara kelompok penguasa dengan
kelompok masyarakat yang tertindas sehingga melahirkan sebuah perubahan sosial
yang dapat mengubah sistem sosial tersebut. Tokoh yang berpengaruh dalam teori
ini adalah:
a) Karl Marx (1818-1883)
b) Uraian tentang Marx ini sebagian besar disarikan dari buku Kapitalisme dan
Teori Sosial Modern yang ditulis oleh Anthony Giddens (1985). Pada dasarnya
sumber pemikiran dari filsafat Marx banyak terinspirasi dari Hegel dan Imanuel
Kant. Dari Kant, Marx berhutang mengenai prinsip bahwa hakikatnya manusia
berangkat dari kesempurnaan tetapi di dalam dunia dia masuk pada alam yang
serba terbatas, kotor dan tidak suci. Disini untuk mewujudkan kembali kebenaran
dan kesucian manusia menjadi tugasnya untuk memperjuangkan nilai-nilai hakiki
manusia dalam tatanan kehidupan. Sementara dari Hegel, Marx berhutang
mengenai falsafah dialektika. Bahwa hukum kebenaran selalu berangkat dari
proses dialektis (saling bertentangan untuk menyempurnakan).

3. Teori Perubahan Sosial Fungsional


Teori Fungsionalis menjelaskan bahwa, Perubahan Sosial merupakan suatu
yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Oleh karena itu perubahan sosial
bisa saja mengacaukan suatu keseimbangan dalam masyarakat. Jadi Teori
Fungsional hanya menerima perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat,
sedangkan perubahan yang tidak bermanfaat akan dibuang (tidak dipakai). Tokoh
yang berpengaruh dalam teori ini adalah William Ogburn. Menurutnya, biarpun
unsur–unsur masyarakat saling berkaitan satu sama lain, namun kecepatan
perubahan setiap unsur tidaklah sama. Ada Unsur yang berubah dengan cepat,
adapula yang perubahannya lambatWiliam Ogburn menyatakan bahwa ruang
lingkup perubahan sosial mencakup, unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat
materiil maupun yang tidak bersifat material (Immateriil) dengan menekankan
pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-
unsur immateriil.

9
4. Teori Perubahan Sosial Siklus
Teori siklus menjelaskan bahwa, Perubahan sosial terjadi secara bertahap
(sama seperti teori evolusi), namun perubahan tidak akan berhenti pada tahapan
“terakhir” yang sempurna, namun akan berputar kembali ke awal untuk peralihan ke
tahapan selanjutnya. Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus
artinya berputar melingkar. Menurut teori siklus, perubahan sosial merupakan
sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tertentu, tetapi
berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan teori siklus ini, yaitu perubahan
sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang.

5. Teori Perubahan Sosial Pembangunan


Teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu
teori modernisasi, tahap dependensi, teori sistem dunia.
a) Teori modernisasi
Modernisasi merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat
dihentikan. Jika Negara Dunia Ketiga sudah berhubungan dengan negara maju,
maka tidak akan dapat menolak untuk melakukan modernisasi. Modernisasi
memerlukan waktu yang panjang. Modernisasi adalah proses perubahan yang
bersifat evolusioner, bukan revolusioner sehingga memerlukan waktu yang
sangat panjang untuk dapat menikmati hasil serta mengetahui dampaknya.
Tokoh teori modernisasi antara lain :
1) David McClelland
2) Alex Inkeles
3) Walt Whiltman Rostow
b) Teori dependensi
Teori ketergantungan atau teori dependensia. Kritik terhadap modernisasi.
Kemunculan teori dependensia merupakan perbaikan sekaligus antitesis dari
kegagalan teori pembangunan maupun modernisasi dalam menjalankan tugasnya
mengungkap jawaban kelemahan hubungan ekonomi dua kelompok negara di
dunia.
Hubungan internasional dalam kontak dagang justru membantu negara-negara
tersebut, melalui pemberian modal, pendidikan dan transfer teknologi. Akan
tetapi teori dependensi menolak jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi.
Teori yang bersifat struktural ini berpendapat bahwa kemiskinan yang dialami
10
negara dunia ketiga (negara pertanian) akibat dari struktur perekonomian dunia
yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan penghisapan terhadap
yang lemah. Surplus yang seharusnya dinikmati negara dunia ketiga justru
mengalir deras kepada negara-negara industri maju. Perkembangan teori
ketergantungan selanjutnya sangat terkait dengan, upaya memahami lingkar
hubungan makro antar berbagai negara dalam proses pembangunan
masyarakatnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pertentangan alamiah yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda etnik (suku, ras, bangsa, agama,
golongan), karena diantara mereka memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai
atau kebutuhan. Sering kali konflik ini dimulai dengan hubungan pertentangan
antara dua atau lebih etnik (individu atau kelompok) yang memiliki, atau merasa
memiliki, sasaran-sasaran tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan
yang tidak sejalan.
Perubahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perubahan pada
berbagai lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial masyarakat
termasuk nilai-nilai, sikap, pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Perubahan
sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan prilaku manusia dalam masyarakat dari
keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Menurut Selo Sumarjan perubahan social adalah
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosisalnya, termasuk dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola
prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dalam
penelitian ini adalah perubahan tatanan masyarakat yang saling mempengaruhi atau
timbal balik antar individu yang mencakup interaksi sosial yang terjadi di dalam
masyarakat.
Dari dua pengertian yang telah dipaparkan diatas maka yang dimaksud dengan
konflik dan perubahan social dalam masyarakat merupakan suatu pertentangan yang
terjadi di masyarakat, pertentangan yang terjadi baik secara individu maupun kelompok
dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi penyebab terjadinya perubahan social
dalam suatu kelompok masyarakat

12
B. Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami dan menelaah maksud dari konflik
dan perubahan serta dapat memahami dasar teori-teori perubahan. Sehingga dapat bepikir
secara kritis terhadap masalah-masalah yang ada.

13

Anda mungkin juga menyukai