Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan
disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang
kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah
tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan
berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen
terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat
dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang
baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi
pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akanterwujud apabila
manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani dikarenakan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya
masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau
degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis besar komponen
lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik
(flora darat dan air, fauna darat dan air), kelompok abiotik
(sawah, air dan udara) dan kelompok kultur (ekonomi, sosial, budaya serta
kesehatan masyarakat).
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat
penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara
terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian
utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat
yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh
apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini
diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang
jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan
melainkan menimbulkan permasalahan seperti pencemaran air tanah,
udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak,
pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi
antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu
proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai
akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya dukung lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu,
masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau
dihadapi oleh negaranegara maju ataupun negara-negara miskin, tapi
masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan
masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita berpikir bahwa
pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting
agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan
tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus
dihadapi, kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak
menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat. Masalah lingkungan
hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan
dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industri kerajinan gerabah di Kasongan merupakan industri yang
melakukan kegiatan produksi sepanjang musim dan mengalami penurunan
produksi pada musim penghujan. Industri ini mengalami perkembangan
sejak direkomendasikan menjadi Desa Wisata pada Tahun 2000 dengan
mulai memproduksi gerabah seni. Bahan baku gerabah berupa tanah
sawah lapisan atas (topsoil). Cara mendapatkan tanah membeli kepada
warga yang memiliki sawah di wilayah desa setempat. Pengangkutan
tanah menggunakan mobil kijang. Sebagian besar masyarakat pengrajin
sudah menjadi pengrajin gerabah lebih dari 15 tahun dengan bekerja antara
6-7 jam/hari. Sebagian besar masyarakat pengrajin tidak memiliki tenaga
kerja. Sejumlah 63,2% masyarakat pengrajin gerabah memproduksi
gerabah tradisional dan 36,8% memproduksi gerabah seni dan tradisional.
Seluruh masyarakat pengrajin melakukan pembakaran gerabah secara
mandiri dan dilakukan setiap satu bulan sekali. Dalam satu kali
pembakaran gerabah membutuhkan kayu bakar 11-20 ikat kayu. Sebagian
besar masyarakat pengrajin menjual gerabah kepada pengepul.
Kondisi lingkungan industri kerajinan gerabah di Kasongan
menunjukkan adanya kerusakan lingkungan pada bekas galian bahan baku
di sawah yang diambil lapisan tanah atas (topsoil) dan pada hutan akibat
penebangan pohon yang dilakukan masyarakat pengrajin untuk
pemenuhan bahan bakar dalam proses pembakaran gerabah. Pecahan
gerabah tidak menyebabkan degradasi lingkungan tanah pada area yang
luas. Limbah gas karbonmonoksida yang dihasilkan dalam proses
pembakaran gerabah tidak menyebabkan pencemaran udara di sekitar
tempat pembakaran karena terbawa oleh angin.
Analisis resiko dampak kesehatan lingkungan (ADKL/ARKL)
Kerajinan Gerabah Kasongan dibuat agar dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di setiap tahapan
kegiatan operasionalnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengkaji analisis dampak kesehatan lingkungan di
Industri Gerabah ?
2. Apa saja dampak terhadap lingkungan yang dapat ditimbulkan dari
adanya kegiatan Industri Gerabah ?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui cara mengkaji analisis dampak kesehatan
lingkungan di Industri Gerabah.
2. Mampu mengetahui dampak terhadap lingkungan yang dapat
ditimbulkan dari adanya kegiatan Industri Gerabah.
D. Manfaat
a. Bagi Industri
Dengan adanya kajian analisis dampak kesehatan lingkungan ini dapat
memberikan informasi kepada Industri mengenai dampak-dampak
terhadap lingkungan yang dapat ditimbulkan akibat kegiatan Industri
Gerabah, sehingga dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan.
b. Bagi Mahasiswa
Kajian analisis dampak kesehatan lingkungan ini dapat melatih
mahasiswa untuk menganalisis dampak terhadap lingkungan yang
dapat ditimbulkan dari kegiatan Industri Gerabah, serta dapat
mengetahui alur dalam pembuatan gerabah yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gerabah
Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan
tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah
antara gerabah dan keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-
benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin
dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan
gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk,
belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari
beberapa sumber berikut ini : Menurut The Concise Colombia
Encyclopedia, copryght a 1995, kata “keramik” berasal dari bahasa
Yunanai (greeak) “keramikos” menunjuk pada pengertian gerabah;
”Keramos” menunjuk pada pengertian tanah liat. “Keramikos” terbuat dari
mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara
permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu
tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun
lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia
Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak
semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami dan telah
melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi. Beberapa teori lain tentang
ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya terkenal dengan “teori
keranjang”.
Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah Keranjang anyaman
digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor
keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah
terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang itu musnah
tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini
dihubngkan dengan ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif
hiasannya dibagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984
:20) Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa
benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan
benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya
gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah
salah satu bagian dari benda-benda keramik. Di Indonesia istilah ‘gerabah’
juga dikenal dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan
kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun
temurun.
Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri
pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana
(Oka, I.B., 1979:9). Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain
gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan
tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan
periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di
tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar
yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu)
berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil
dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas,
Excerpted from Campton’s Interactive Encyclopedia dalam „Pottery and
Porcelain‟, Copyright © 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau
pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di
dunia, seperti kutipan berikut : “The craft of ceramics, or making clay
vassels, is one of the oldest arts in the world.”
B. Sejarah
Sejarah desa wisata Kasongan berawal dari kematian seekor kuda
milik Reserse Belanda di atas persawahan milik seorang warga di sebuah
desa di selatan Kota Yogyakarta. Karena si pemilik tanah takut akan
dijatuhi hukuman oleh Belanda yang waktu itu sedang menjajah, maka
pemilik tanah tersebut melepaskan hak kepemilikan tanahnya yang diikuti
oleh warga lainnya yang juga takut akan dijatuhi hukuman. Sejumlah
tanah persawahan itu akhirnya diakui oleh warga desa lain. Penduduk
yang tidak memiliki tanah persawahan tadi akhirnya memulai kegiatan
baru di sekitar rumahnya, yaitu mengolah tanah liat yang ternyata tidak
pecah jika diempal-empalkan untuk perlengkapan dapur dan juga untuk
mainan.
f. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah
proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau
menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.
A. Waktu
1. Waktu perizinan lokasi : Juni 2016
2. Waktu pemeriksaan : Juni 2016
B. Lokasi
Desa Wisata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jika berangkat dari Kota
Yogyakarta, maka pergilah ke arah selatan hingga menemukan perempatan
Dongkelan (perempatan Ring Road Selatan - Jalan. Bantul). Pilih jalan ke arah
selatan melewati Jalan Bantul. Perjalanan dari perempatan Dongkelan ini
hanya memakan waktu sekitar 10 menit atau 20 menit dari pusat kota. Jika
telah sampai di desa wisata Kasongan, akan disambut oleh sebuah gerbang
masuk ke desa wisata tersebut.
C. Persiapan
1. Penentuan lokasi yang akan dianalisis dampak kesehatan lingkungannya.
2. Pengurusan izin pemilik Industri Gerabah di Desa Kasongan.
3. Pengambilan sampel udara Industri Gerabah.
4. Pemeriksaan sampel udara Industri Gerabah di laboratorium.
D. Pelaksanaan
1. Penentuan titik pengambilan sampel udara industri gerabah.
2. Pemeriksaan partikel debu, CO, CO2 udara industri batik di laboratorium.
E. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel
1. Pengukuran CO di udara
Alat dan Bahan
a. Alat tulis
b. Midget Empinger
c. Stopwatch
d. Air sampling pump
e. Komparator
f. Pipet ukur
g. Absorben CO
h. Aquades
Cara Kerja :
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Membilas midget impinge menggunakan aquades.
c. Menuangkan sebanyak 10 ml larutan penyerap COke dalam midget
impinger dengan menggunakan pipet ukur..
d. Menghubungkan midget impinger dengan air sampling pump dengan
benar.
e. Melakukan sampling selama 10 menit, dengan kecepatan aliran udara
2 lpm.
f. Setelah melakukan sampling selama 10 menit, memasukkan sampel
ke tabung sampel sebanyak 10 ml.
g. Memasukkan tabung sampel ke dalam komparator untuk mencocokan
warna sampel dengan indeks standar warna yang ada.
h. Mencatat hasil yang tertera di komparator.
Cara Kerja :
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menentukan lokasi pengukuran dalam ruangan dibagi menjadi
beberapa titik pengukuran.
c. Memasang out sensor connector pada termohygrometer.
d. Memaparkan termohygrometer di setiap sudut – sudut dan tengah
ruangan selama tiga samapai lima menit di setiap titik
e. Melihat hasil yang ditayangkan pada display termohygrometer.
f. Mencatat hasil pengukuran.
3. Pengukuran PDS
Alat dan Bahan
a. Alat tulis
b. LVAS
c. Stopwatch
Cara Kerja :
a. Mempersiapkan alat Low Volume Air Sampler (LVS)
b. Menimbang kertas filter pada timbangan elektrik
c. Mencatat berat kertas filter
d. Mengeringkan filter dengan menggunakan oven pada temperature
120 oC selama 10 menit, kemudian mendinginkan selama beberapa
menit menggunakan desikator
e. Menimbang filter kering dengan menggunakan timbangan elektrik
dengan teliti (A) dan catat berat filter yang ditimbang
f. Memasukan filter ke dalam filter holder dengan menggunakan filter
dengan pompa hisap
g. Menyalakan pompa hisap dan atur volume udara yang akan dihisap
selama 15 menit
h. Mematikan alat, melepas filter holder dan dengan hati-hati
mengeluarkan filter
i. Mengeringkan kembali filter dengan cara yang sama seperti
sebelum filter ditimbang
j. Menimbang kembali kertas filter (B), dan melakukan penghitungan
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pengukuran CO di udara
a. Hasil Pengukuran
Sampel = 33ppm
Blanko = 33 ppm
Rumus = Sampel – blanko
= 33ppm - 33ppm
= 0 ppm
2. Pengukuran Suhu
a. Hasil Pengukuran suhu
Perhitungan
a. Rata-rata pengukuran suhu dengan Hygrometer Digital
Diketahui :
Banyaknya Data = 5 buah data
Ditanya :
Rata-rata = ……?
Jawaban :
Rata-rata suhu
= Suhu 1 + suhu 2 + suhu 3+ suhu 4 + suhu 5
5
Perhitungan
b. Rata-rata pengukuran kelembaban dengan Hygrometer Digital
Diketahui :
Banyaknya Data = 5 buah data
Ditanya :
Rata-rata = ……?
Jawaban :
Rata-rata kelembapan
= Kelembaban 1 + kelembaban 2 + kelembaban 3+
kelembaban 4 + kelembaban 5
5
3. Pengukuran PDS
a. Hasil Pengukuran PDS
Pre (A) = 16,3725
Post (B) = 16,3729
Perhitungan :
Q = Volume udara yang terhisap (Liter/menit)
t = Waktu sampling (menit)
Berat B = Berat kertas saring dalam mg sesudah pengambilan
sampel udara (mg)
Berat A = Berat kertas saring dalam mg sebelum pengambilan
sampel udara (mg)
Rumus :
Kadar Debu = (Berat B-A)/(Q × t)
Diketahui :
Q = 1 Liter/menit
t = 15 Menit
Berat B = 16,3729 gr = 163.729 mg
Berat A = 16,3725 gr = 163.725 mg
Ditanya : Kadar Debu?
Perhitungan = (Berat B-A)/(Q × t)
= (163.729 mg – 163.725 mg) / (1 Liter/menit x 15
Menit )
= ( 0,27 mg/liter x 1000 )
= 266,6 mg/ m3 dalam waktu 15 Menit
Jadi, kadar debu yang diperoleh dari hasil pengukuran kualitas
debu di udara didapatkan 266,6 g/m3 dalam waktu 15 meni
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan COUdara
Pada pemeriksaan COudara yang kami lakukan Hari Jumat, 10 Juni
2016 di Kerajinan Gerabah Kasongan, Bantul. CO yang dihasilkan Pada
pemeriksaan CO diudara yang telah dilakukan dan membandingkan tabung
sampel dengan komperator, hasil warna yang di dapat menunjukkan pada
angka satu. Kemudian di cocokan dengan indeks standar warna data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan CO yang terdapat di area produksi
kerajinan gerabah kasongan di Bantul menggunakan Air sampling
pumpdiperoleh hasil blanko 33 ppm dan sampel 33 ppm, sehingga kadar
CO dalam udara 0 pmm.Dengan begitu keadaan CO di area proses
produksi dapat di katakan memenuhi nilai ambang batas yang di
persyaratkan menurut Kepmenkes 1405 / MENKES / SK / XI / 2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
2. Pemeriksaan Suhu
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan suhu yang terdapat di
area produksi kerajinan gerabah kasongan di Bantul menggunakan
Hygrometer digital diperoleh hasil 32,42 °C .Dengan begitu keadaan suhu
di area proses produksi dapat di katakan melebihi nilai ambang batas yang
di persyaratkan menurut Kepmenkes 1405 / MENKES / SK / XI / 2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
3. Pemeriksaan Kelembaban
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan suhu yang terdapat di
area produksi kerajinan gerabah kasongan di Bantul menggunakan
Hygrometer digital diperoleh hasil kelembaban sebesar 68,84 %.Dengan
begitu keadaan suhu di area proses produksi dapat di katakan melebihi
nilai ambang batas yang di persyaratkan menurut Kepmenkes 1405 /
MENKES / SK / XI / 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
4. Kadar Debu
menit. Dengan begitu keadaan kadar debu di area proses produksi dapat di
Terjadi penurunan
kualitas udara dan
dapat
menyebabkan
sesak nafas pada
a. Penumbukan Hasil
saat proses
bahan sampai
Partikel debu penumbukan hasil pemeriksaan
halus.
dari gumpalan- 266,6 g/m3
gumpalan tanah
kering yang hancur
dan terbentuk
butiran-butiran
tanah lebih kecil
Terjadi penurunan
kualitas udara dan
dapat menyebabkan
b. Pengayakan
sesak nafas pada Hasil
hasil
Partikel debu saat proses pemeriksaan
tumbukan
pengayakan hasil 266,6 g/m3
dari butiran-butiran
tanah yang agak
halus.
7. Tahap Finishin
2. Tabel Informasi Kegiatan Analisis Damapak Kesehatan Lingkungan
Kasongan di Bantul:
di udara.
terhadap industri dalam hal kesempatan kerja bagi penduduk lokal untuk
1. Asap
2. Udara
A. Sumber pencemar
3. Tanah liat
4. Suhu
Asap hasil pemebakaran dan
Media lingkungan dan
udara yang kemudian
mekanisme penyebaran
B. disebarkan dengan mekanisme
Adalah lingkungan dimana
penyebaran tertentu ke titik titik
pencemar dilepaskan
pemajanan
Titik pemajanan
1. Rumah – rumah warga
Adalah suatu area potensial atau
sekitar
C. real dimana terjadi kontak antara
2. Jalan raya yang berada di
manusia dengan media
depan tempat kerajinan
lingkungan tercemar.
gerabah
Cara Pemajanan
1. Kulit
Adalah cara pencemar masuk
D. 2. Paru – paru
atau kontak dengan tubuh
3. Mata
manusia :
Penduduk Beresiko
Masyarakat yang berada di
Adalah orang-orang yang
sekitar kerajinan gerabah dan
E. terpajan atau berpotensi
pekerja atau karyawan yang
terpajan oleh pencemar pada
membuat kerajinan.
titik-titik pemajanan
5. Perkiraan Dampak Kesehatan
No. Jenis Dampak Sumber Dampak Dampak Baku Mutu Lokasi Respon Masyarakat
Pematauan
1. Peningkatan emisi Transportasi bahan a. Penurunan Permen LH Di dalam Masyarakat sekitar
gas buang sumber baku dan kualitas udara No 05 Tahun lokasi pabrik merasa tergangu
emisi bergerak penyimpanan b. Gangguan pada 2006 Tentang dengan adanya
bongkar muat system Batas Emisi polutan udara yang
bahan baku pernafasan Gas Buang sampai ke lingkungan
Kendaraan mereka
Bermotor
Lama
2. Penurunan kualitas Proses a. Penurunan Kepmen LH Di dalam Masyarakat sekitar
udara ambien penghalusan san kualitas udara 1405 / lokasi pabrik merasa tergangu
(kadar debu) penyaringan tanah b. Gangguan pada MENKES/ dengan adanya debu
liat kering system SK/ yang sampai ke
pernafasan XI/2002 lingkungan mereka
Tentang
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan
Kerja
Perkantoran
dan Industri
3. Perubahan suhu Proses a. Peningkatan Kepmen LH Di dalam Masyarakat sekitar
dan kelembaban pengeringan suhu udara 1405 / lokasi pabrik merasa tergangu
dengan MENKES/ dengan adanya
pembakaran SK/ peningkatan suhu
XI/2002 yang ada di
Tentang lingkungan mereka
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan
Kerja
Perkantoran
dan Industri
4. Penurunan kualitas Proses a. Penurunan Kepmen LH Di dalam Masyarakat sekitar
udara (asap) pembakaran kualitas udara 1405 / lokasi pabrik merasa tergangu
gerabah b. Gangguan pada MENKES/ dengan adanya debu
system SK/ yang sampai ke
pernafasan XI/2002 lingkungan mereka
Tentang
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan
Kerja
Perkantoran
dan Industri
6. Pengelolaan Resiko
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/22371.
Diakses pada 16 Mei 2016, 14.49.
http://hafifahparwaningtyas.blogspot.co.id/2011/03/masalah-dan-dampak-
kesehatan-lingkungan.html. Diakses pada 16 Mei 2016, 14.59.
https://gudeg.net/direktori/582/desa-wisata-gerabah-kasongan
yogyakarta.html. Diakses pada 03 Juni 2016, 11.05.
http://saptaatpas.blogspot.co.id/2014/01/industri-gerabah-
banyuning.html. Diakses pada 03 Juni 2016, 11.17.
http://blogscgi.mywapblog.com/makalah-gerabah.xhtml.
Diakses pada 03 Juni 2016,11.17.
http://arikn.blogspot.co.id/2014/01/penelitian-ilmiah-tentang-polusi-
udara.html Diakses pada 23 Juni 2016