Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan

Latar Belakang

Sampai saat ini dipastikan bahwa semua negara melakukan berbagai cara untuk
mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi yang lambat
menimbulkan implikasi ekonomi dan sosial yang sangat merugikan masyarakat. Ahli-ahli
ekonomi yang tergolong dalam mazhab merkantilis berpendapat kekayaan emas dan perak
merupakan sumber kekayaan dan kemakmuran suatu negara. Keyakinan ini merupan salah
satu faktor yang mendorong pedagang-pedagang di negara Eropa menjelajahi dunia baru
(Amerika dan Australia) dan menjajah Asia dan Afrika.

Para ekonom dan politisi dari semua negara mengutamakan pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan
data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan
dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang
membesarkan hati. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program
pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya
tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.

Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan


pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin
tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi
pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per
kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

1
Daftar Isi

Pendahuluan ................................................................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................................................................... 1
Daftar Isi......................................................................................................................................... 2
Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Target dan Jokowi Diberi Peringatan World Bank ............ 3
Pemahaman dari Berita ................................................................................................................. 4
Teori Yang Berhubugan ...............................................................................................................10
Solusi Dari Masalah ......................................................................................................................12
Penutup ..........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 14
B. Analisis ............................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ..............................................................................................................................15

2
Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai
Target dan Jokowi Diberi
Peringatan World Bank
Adhyasta Dirgantara, Jurnalis · Jum'at 29 November 2019 03:36 WIB

Presiden Jokowi (Foto: Okezone.com/Giri)

JAKARTA - Jelang akhir tahun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan
Indonesia soal pertumbuhan ekonomi. Sebab, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia baru
mencapai 5,05%, jelas angka ini berada di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 5,2%.

"Saya kira pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mungkin 5,04% atau 5,05%," ujar Presiden
Jokowi di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta. Bahkan, dia mengaku juga mendapat
peringatan dari World Bank. Presiden Jokowi diminta hati-hati terhadap kondisi global yang
tidak stabil saat ini. "World Bank waktu ketemu dengan saya (bilang), ‘Presiden Jokowi hati-hati
kondisi global belum jelas jadi terutama fiskalnya, prudence saja’," ungkapnya

3
Meski ada perlambatan pertumbuhan ekonomi, Presiden Jokowi tetap bangga karena
ekonomi Indonesia mampu tumbuh. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh bersamaan
dengan dua negara lainnya.

Menurut Jokowi, alasan mengapa angka pertumbuhan ekonomi di bawah target, karena
kondisi perekonomian global masih belum pasti. Misalnya perang dagang yang masih belum
menemui titik terang hingga keluarnya Inggris dari Uni Eropa serta ancaman resesi ekonomi
global. Apalagi beberapa lembaga keuangan dunia juga memprediksi adanya penurunan angka
pertumbuhan ekonomi. Tak hanya Indonesia negara besar seperti Amerika Serikat (AS) hingga
China juga diprediksi mengalami perlambatan ekonomi.

"Kira-kira begitu tahun depan. Dengan kondisi ekonomi global yang menurut bank dunia,
IMF juga kemungkinan bisa turun lagi, karena kondisi yang ada belum bisa diselesaikan,"
jelasnya. Saat ini Indonesia berada diperingkat ketiga negara-negara G20 dengan pertumbuhan
ekonomi tertinggi. Indonesia hanya kalah dari China dan India yang masing-masing berada di
peringkat satu dan dua.

"Saya ingin menunjukkan Indonesia dibanding negara-negara lain jauh lebih baik
terutama dengan pertumbuhan ekonomi. Kita lihat di G20 pertumbuhan ekonomi Indonesia di
posisi ranking ketiga, perlu kita syukuri dan kita sering lupakan, nomor tiga di bawah India dan
China baru Indonesia," jelasnya.

Pemahaman dari Berita


Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan pendapatan yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi juga
bisa diartikan bertambahnya pendapatan nasional dalam periode tertentu misalnya dalam satu
tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi menunjukan peningkatan dari kapasitas produksi maupun
jasa dalam kurun waktu tertentu.

Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting di dalam kehidupan perekonomian.


Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
pesat yaitu : Output yang meningkat, Perkembangan teknologi, Penyesuaian dan inovasi dalam
bidang sosial. Dan berikut ini juga ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, diantaranya seperti di bawah ini:

 Sumber daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia adalah suatu faktor yang penting karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Karena SDM merupakan faktor yang penting dalam proses
pembangunan, cepat atau lambatnya proses dari pembangunan sangat tergantung pada sumber

4
daya manusianya yang selaku sebagai subjek pembangunan yang mempunyai kompetensi yang
baik dan cukup memadai untuk melaksanakan proses dari pembangunan tersebut.

 Sumber daya alam (SDA)

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembangunan ekonomi apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia.

Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut. Sumber daya alam tersebut harus diolah oleh sumber
daya manusia yang berkompeten sehingga dapat dimanfaatkan secara bijak untuk kepentingan
proses pembangunan.

 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin kesini semakin pesat khususnya di bidang


teknologi, hal tersebut dapat mempengaruhi pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu
negara misalnya penggantian dalam menproduksi barang yang asalnya menggunakan tenaga
manusia sekarang sudah banyak yang menggunakan mesin yang canggih dan modern yang
tentunya akan lebih efisien dan lebih cepat dalam menghasilkan produk yang pada akhirnya akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Negara-negara yang telah menggunakan pengembangan teknologi mampu tumbuh secara


pesat dibandingkan dengan negara-negara yang tidak menggunakannya. Pemilihan teknologi
secara tepat dan cermat dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

 Sumber Daya Modal

Untuk meningkatkan kompetensi dari sumber daya manusia dan menambah ilmu pengetahuan
serta teknologi, maka dibutuhkan sumber daya modal yang akan memperlancar proses
pembangunan karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Pembentukan modal dapat meningkatkan ketersediaan modal untuk tenaga kerja yang dapat
meningkatkan rasio modal atau tenaga kerja. Akibatnya, meningkatlah produktivitas tenaga kerja
yang dapat menghasilkan peningkatan output serta pertumbuhan ekonomi suatu negara.

 Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang


dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan
tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun

5
budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros,
KKN dan sebagainya.

 Tingkat Inflasi

Inflasi juga ialah salah satu gejala yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi
merupakan suatu kejadian dimana laju peredaran rupiah tidak terkendali dengan semestinya.

Dengan meningkatnya harga – harga, maka akan berpengaruh terhadap produktifitas bahan
baku. Dengan begitu akan menyebabkan adanya peningkatan biaya operasi perusahaan untuk
pemasokan bahan baku. Tidak hanya itu, adanya inflasi akan mempengaruhi akan gaji pegawai
suatu perusahaan tersebut.

Terdapat dua tipe inflasi yang bisa berpengaruh langsung terhadap bisnis perusahaan, ialah :
cos-push inflation & deman-pull inflation. Dimana cos-push inflation merupakan suatu harga
produk naik karena permintaan masyarakat meningkat dan deman-pull inflation merupakan suatu
kenaikan permintaan masyarakat sehingga menyebabkan kenaikan akan harga barang serta jasa.

Melemahnya rupiah juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi, Nilai tukar
Rupiah hingga saat ini masih staknat di angka Rp. 14.700 - 14.800, yang berdampak signifikan
terhadap perekonomian Indonesia, Pemerintah saat ini harus ekstra kerja keras untuk
mengembalikan nilai tukar Rupiah kembali normal agar dampak yang dirasakan tidak terlalu
besar dari penguatan Dollar terhadap Rupiah.

Harga impor yang terus mengalami kenaikan, perdangangan Internasional sebagaian


besar juga perdangangan luar negeri Indonesia dijalankan dengan menggunakan dollar AS,
akibatnya harga-harga dipasaran juga mengalami kenaikan yang signifikan, apalagi Indonesia
saat ini lebih besar Impor daripada ekspor.

Misalnya bagi industri tempe kenaikan harga impor ini sangat merugikan karena tempe
bahan bakunya dari kedelai sebagian besar masih dipenuhi impor. maka ketika melemahnya
rupiah, harga kedelai akan melonjak, ketika harga tempe dan tahu terus mengalami kenaikan
rakyat akan tercekik dan industri bisa bangkrut serta para pengawai akan diberhentikan dan
pengangguran meningkat akibatnya melambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini baru dari segi
usaha Tempe bagaimana dengan usaha - usaha yang lain yang selalu mengandalkan impor bahan
baku. Beberapa industri seperti tekstil, farmasi, besi baja yang sebagian besar bahan bakunya
bergantung impor akan terkena imbas paling besar.

Beban utang negara semakin berat, pemerintah dan swasta seringkali mengajukan utang
menjalankan pembangunan. hutang-hutang ini dilakukan dalam bentuk dollar AS, maka
pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama, saat ini banyak utang
negara jatuh tempo yang harus secepatnya dibayarkan.

6
Mentri Keuangan dan Bank indonesia serta lembaga yang terkait harus bersinergi agar
bisa menekan kenaikan dollar terhadap Rupiah untuk mengatisipasi dampak pelemahan Rupiah
pasa masa mendatang serta terus menjaga kondisi agar dinamikan itu tidak mengganggu
pelaksanaa APBN.

Untuk perbaikan kebijakan di pasar keuangan, BI harus mampu berkoordinasi dengan


Kementerian Keuangan serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar mampu mengurangi dana asing
di pasar keuangan (hot money), dan menggantikannya dengan dana asing berjangka panjang.

sejumlah penyebab kenapa nilai tukar rupiah melemah. Di bawah ini adalah sejumlah
faktor yang memengaruhi kurs mata uang sehingga nilai rupiah melemah atau menguat, yaitu :

1. Diferensiasi Inflasi

Inflasi merupakan salah satu faktor kenapa kurs berubah-ubah. Negara yang inflasinya
rendah atau stabil, nilai mata uangnya jarang sekali mengalami pelemahan terhadap mata uang
lain. Berbeda dengan negara yang inflasinya lebih sering naik ketimbang turunnya, nilai mata
uangnya lebih sering melemah dan sewaktu-waktu menguat (tidak stabil).

Kaitan antara inflasi dan kurs juga tampak bila nilai rupiah melemah, inflasi akan terkena
dampaknya. Angka inflasi akan cenderung naik karena beberapa produsen dalam negeri
mengandalkan bahan baku dari luar negeri untuk produksi. Harga bahan baku yang mahal
mengakibatkan harga produk juga mahal. Tentu saja ini mendorong naiknya inflasi.

2. Defisit Neraca Berjalan

Neraca berjalan diartikan sebagai keseimbangan dalam perdagangan antarnegara. Dalam


melakukan transaksi, mata uang yang disepakati secara luas yang dipakai sebagai alat tukar. Jika
suatu negara lebih sering membeli dari luar negeri ketimbang menjualnya ke luar negeri, neraca
berjalan akan mengalami defisit. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan akan mata uang asing
meningkat yang kemudian mengakibatkan pelemahan nilai mata uang dalam negeri.

3. Utang Publik

Pernah mendengar utang negara atau utang luar negeri? Di Indonesia adanya dana yang
didapat dengan mengutang ditujukan untuk pembangunan dalam negeri. Seperti yang sering kita
dengar, pembangunan infrastruktur yang kini gencar dilakukan negara. Dana yang dibutuhkan
tidak sedikit demi terealisasinya pembangunan ini.

Karena itu, meminjam dari luar negeri (berutang) menjadi pilihan. Besarnya nilai utang
berdampak pada perubahan kurs rupiah. Pembayaran cicilan utang beserta bunganya
menggunakan mata uang asing. Akibatnya, permintaan akan mata uang asing meningkat
ketimbang rupiah.

7
4. Ketentuan Perdagangan

Kegiatan ekspor dan impor dalam perdagangan memengaruhi kurs mata uang. Tingginya
ekspor daripada impor menandakan perdagangan sedang dalam kondisi baik. Sebaliknya,
tingginya impor daripada ekspor menandakan perdagangan sedang dalam kondisi kurang baik.

Lalu, mengapa bisa memengaruhi kurs mata uang? Dengan tingginya ekspor, permintaan
mata uang asing tidak besar. Sebaliknya, tingginya impor menyebabkan permintaan mata uang
asing meningkat. Akibatnya, rupiah bisa-bisa mengalami pelemahan.

5. Stabilitas Politik dan Ekonomi

Politik dan ekonomi saling terikat satu sama lain. Krisis politik menimbulkan krisis
ekonomi. Begitu juga sebaliknya, krisis ekonomi menimbulkan krisis politik. Dampaknya, nilai
mata uang bisa melemah dan terus melemah seperti yang pernah dialami Indonesia sewaktu
krisis politik dan ekonomi 1998. Karena itu, betapa pentingnya stabilitas politik dan ekonomi
tetap terjaga.

6. Faktor Eksternal atau Luar Negeri

Apa yang terjadi di luar negeri turut memicu perubahan nilai tukar rupiah. Adanya
rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve System atau Fed Amerika Serikat memengaruhi
kondisi perekonomian global. Imbasnya, dolar menguat, rupiah melemah. Di samping itu,
perubahan kebijakan fiskal dan perdagangan di Amerika Serikat juga memberi dampak bagi nilai
tukar rupiah.

Faktor lain yang sangat mempengaruhi bagi pertumbuhan ekonomi adalah dari sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan yang berdampak 14,10% karena musim panen dari bulan
Januari - Maret, kemudian disusul oleh jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,33%.

Lambatnya Investasi dan Ekspor

Investasi dan ekspor merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Melambatnya kinerja investasi dan ekspor membuat
pertumbuhan ekonomi nasional negatif (yoy). Adapun kinerja investasi pada kuartal I-2019
tumbuh melambat menjadi 5,03% dari yang sebelumnya tumbuh sekitar 7%. pada saat yang
sama, ekpor negara Indonesia negatif 2,08.

Melambatnya investasi ini dikarenakan pesta demokrasi Indonesia dalam kurun waktu
setengah tahun terakhir ini. Perhatian pemerintah begitu terfokus terhadap aktivitas politik dan
isu-isu yang berhubungan dengan sosial sehingga tidak menjadikan isu investasi dan ekspor
menjadi perhatian utama.

Lambatnya investasi ini disertai dengan lemahnya growth manufaktur yang bisa jadi
mengancam kualitas pertumbuhan perekonomian dalam jangka panjang. Pembangunan
8
infrastruktur yang memang harus diakui belum mampu memberikan multiplier effect terhadap
perekonomian nasional.

Kinerja ekspor juga patut menjadi perhatian utama yang tak bisa disepelekan begitu saja.
Menurun senilai 2,08 dari Kuartal IV tahun lalu, ini perlu menjadi perhatian serius sebab
pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan bakal melesu. IMF bahkan mengubah proyeksi
pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,5% menjadi 3,3% pada tahun ini.

Pada kuartal I tahun 2019, kinerja ekspor Indonesia sebesar US$ 40,51 Miliar lebih
rendah dari capaian ekspor kuartal I tahun 2018 yang menyentuh angka US$ 44,27 Miliar. Pada
sisi yang lain, kinerja eskpor yang menurun tak mampu mengimbangi kinerja impor pada kuartal
I tahun 2019 sebesar US$ 40,7 Miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia
mengalami defisit US$ 193,4 Juta pada kuartal 1 tahun 2019.

Kepastian Pasca Pemilu

Setelah pemilu selesai, pemerintah sudah bisa mengembalikan fokusnya dalam


peningkatan investasi, terutama dari sektor swasta dan luar negeri. Dengan adanya kepastian
tentang pemerintahan terpilih dan merendahnya suhu perpolitikan, investor memiliki kepastian
proyeksi ekonomi, politik dan regulasi yang jelas dalam menanamkan investasinya. Dengan
demikian, angka investasi bukan tidak mungkin akan bisa melampaui 7%.

Pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai angka cukup tinggi pada kuartal III/2019
dan kuartal IV/2019. Hal tersebut dipicu oleh adanya arus investasi yang masuk setelah
terbentuknya pemerintahan baru. Akselerasi ini dipicu oleh optimisme investor terhadap
penyelenggaraan pemilu di Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bisa
mencapai 5,1 hingga 5,3%.

Demikian juga dengan konsumsi rumah tangga, momentum Ramadhan dan Idul Fitri
akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan
dengan kuartal I tahun 2019. Hal yang sama juga akan meningkat disektor ritel dengan
momentum yang sama.

Ke depan, bauran kebijakan BI terus ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi


dan turut menopang pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan
otoritas terkait juga akan senantiasa diperkuat guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Soal ekspor, terutama komoditas utama kita seperti kelapa sawit, karet dan batu bara,
indonesia perlu mewaspadai pertumbuhan ekonomi dari mitra dagang utama seperti Tiongkok,
Jepang, India dan Singapura, serta perhatian terhadap berbagai sentimen yang mewarnai sektor
pedagangan kedepannya. Salah satunya adalah Indonesia perlu mewaspadai kampanye negatif
terhadap CPO (Crude Palm Oil/Minyak sawit mentah) yang diberikan oleh Eropa, Indonesia
perlu mendapatkan kepastian yang lebih baik lagi.

9
Iklim investasi yang baik bagi para investor, peningkatan ekspor kepada semua negara
mitra dan pencarian mitra dagang yang baru, konsumsi rumah tangga akan menjadi peluang
terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian terlebih pasca pesta demokrasi yang
sudah selesai pada April lalu.

Teori Yang Berhubugan

Salah satu indikator majunya sebuah Negara selain infrastrukturnya yang memadai
adalah kekuatan ekonomi negara tersebut. Ekonomi secara real-time berpengaruh dalam
keseharian masyarakat. Bisa dikatakan bahwa kemakmuran masyarakat diukur berdasarkan
kekuatan ekonomi mereka. Indonesia telah berhasil menurunkan angka kemiskinan
penduduknya, berarti itu merupakan indikasi adanya peningkatan dalam perekonomian di
Indonesia.

Adanya pertumbuhan ekonomi menghasilkan pertumbuhan dalam produksi barang dan


jasa dalam masyarakat yang dipandang akan terjadi dalam jangka panjang. Hal tersebut juga
telah menjadi peluang untuk mengurangi angka pengangguran. Tumbuhnya perekonomian
negara sekaligus merangsang percepatan pembangunan. Sehingga pembangunan akan terjadi
secara merata dan impian akan kehidupan masyarakat yang makmur akan terwujud.

Fenomena pertumbuhan ekonomi telah terjadi sejak jaman dahulu kala sehingga banyak
ahli-ahli yang telah merumuskan teori-teori seputar hal tersebut. Dan seiring berubahnya zaman,
teori-teori tersebut juga ikut berubah. Teori-teori tersebut mulai dari hasil pemikiran kuno lama -
-kelamaan menjadi modern. Berikut adalah teori-teori yang membahas tentang pertumbuhan
ekonomi.

1. Teori Basis Ekonomi


Menurut Tarigan (2005), teori ekonomi basis adalah laju pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah yang ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor di wilayah tersebut. Teori basis
ekonomi dibagi menjadi 2, yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor
perekonomian yang berhasil memenuhi kebutuhan pasar daerah sekaligus mengekspor hasil
produksinya. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya bisa memenuhi kebutuhan
pasar daerah saja. Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi mana sektor yang basis dan
yang non basis adalah analisis Location Quotient (LQ).

2. Teori Pertumbuhan Klasik


Para ahli ekonomi yang telah mengemukakan mengenai teori pertumbuhan klasik adalah
Adam Smith dan David Ricardo dengan T.R Malthus. Teori yang dikemukakan Adam Smith
berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo dan T.R Malthus. Adam Smith
mengemukakan bahwa dengan adanya pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi pertumbuhan

10
pada perekonomiannya pula. Di sisi lain, David Ricardo dan T.R Malthus mengemukakan bahwa
jika pertumbuhan penduduk terjadi secara berlebihan, maka upah dan bahan makanan tidak akan
mencukupi kebutuhan mereka sehingga perekonomian akan statis atau mengalami stagnasi.

3. Teori Pertumbuhan Neoklasik


Teori ini dibahas oleh Harry W Richardson (1973) dalam bukunya, Regional Economic
Growth. Richardson mengatakan bahwa pertumbuhan suatu wilayah tergantung pada faktor
tenaga kerja, faktor ketersediaan modal dan faktor kemajuan teknologi wilayah tersebut. Di
samping ketiga faktor tersebut, salah satu hal yang ditekankan pada teori ini adalah mobilitas
faktor produksi, terutama tenaga kerja dan investasi antar wilayah, dan negara. Hal ini
ditekankan karena akan menciptakan sebuah keseimbangan pertumbuhan antar wilayah.

4. Teori Keunggulan Komparatif


Pencetus teori ini adalah David Ricardo. Ricardo mendefinisikan keunggulan komparatif
sebagai suatu keuntungan yang dapat diperoleh oleh suatu negara yang memproduksi dan
mengekspor barang hasil produksinya yang unggul dan memiliki harga relatif (relative price)
lebih rendah daripada produk negara lain. Ia juga mengatakan bahwa dengan adanya perbedaan
keunggulan komparatif maka hubungan perdagangan internasional akan muncul.

5. Teori Ekonomi Geografi Baru


Teori ini berhubungan dengan tarikan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah. Yang
mengemukakan teori ini adalah Krugman (1998). Menurut Krugman, yang biasanya
berspesialisasi dalam hal perindustrian adalah kota-kota. Ia mengatakan bahwa pekerja
cenderung bermigrasi ke wilayah yang memiliki pusat pekerja terbesar sehingga akan
menghasilkan variasi produk yang beragam. Dengan kata lain, kegiatan produksi dalam hal
barang dan jasa akan terkonsentrasi lokasi pembuatannya.

6. Teori Baru Pertumbuhan Wilayah


Teori baru pertumbuhan wilayah ini adalah teori yang percaya bahwa faktor terbesar
yang berperan dalam pertumbuhan wilayah adalah tingkat kekuatan teknologi dan inovasi yang
ada pada wilayah tersebut. Selain itu, kedua hal tersebut perlu didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga perlu adanya investasi terhadap pengembangan sumber daya
manusia. Menurut teori ini, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dibagi menjadi 2,
yaitu faktor ekonomi (seperti sumber daya alam, kemajuan teknologi, dll) dan faktor non
ekonomi (seperti sumber daya manusia, faktor sosial, dll).

11
Solusi Dari Masalah

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam hal mengstabilkan
ekonomi Indonesia, antara lain :

 Peningkatan Ekspor

Untuk mengatasi permasalahan ini, terdapat dua hal utama yang dilakukan pemerintah,
yakni meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor baik barang maupun jasa. Dalam upaya
memperkuat daya saing produk dan jasa nasional di tingkat dunia, pemerintah melakukan
perbaikan di berbagai sektor. Misalnya, sektor pendidikan dengan memberi beasiswa hingga
pendidikan tinggi, pembangunan infrastruktur khususnya di bidang kelistrikan,
mempermudah perizinan, dan perbaikan layanan kepabeanan. Usaha lain yang ditempuh
pemerintah adalah melalui instrument fiskal dan pembiayaan, kemudian kebijakan di bidang
perindustrian, pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan perdagangan. Semua itu
dilakukan untuk mendukung eksportir dari dalam negeri. Namun, hasil dari semua upaya ini
tidak dapat diperoleh dalam sekejap, untuk itu kebijakan yang sedang dijalankan harus
dilanjutkan secara konsisten.

 Pengendalian impor

Untuk mengendalikan impor barang dan jasa, pemerintah menerapkan pajak pada barang-
barang tertentu, mengurangi impor minyak dengan cara penggunaan biodiesel B20 sebagai
pengganti solar, menggunakan komponen lokal pada berbagai proyek infrastruktur, dan
menunda beberapa proyek yang menggunakan konten impor dalam skala besar.

Selain itu, pemerintah juga menggunakan insentif fiskal (tax holiday dan tax allowance)
untuk investasi dalam negeri guna membangun instrumen hulu dan substitusi impor. Upaya-
upaya ini perlu dilakukan sesegera mungkin, karena peningkatan impor di Indonesia ada di
angka 13,4 persen,lebih besar dibanding peningkatan ekspor yang hanya di angka 5 persen.

 Peningkatan arus modal

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan defisit keuangan negara adalah
dengan meningkatkan arus modal yang masuk ke Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri, sehingga investor-investor
tertarik, bersedia, dan menanamkan modalnya di Indonesia.

12
Semua upaya ini, jika dilakukan dan dilanjutkan secara konsisten, akan terlihat hasilnya
pada periode-periode yang akan datang. Hal ini tentu sangat membawa dampak bagi reputasi
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang sehat dan kompetitif. "Inilah komitmen
kenegarawanan dan kecintaan bagi negara di luar kepentingan sesaat," ujar mantan Direktur
Pelaksana Bank Dunia ini.

Dalam menghadapai perlambatan ekonomi tersebut, Pemerintah mengambil beberapa


langkah fundamental. Pertama, melakukan realokasi belanja subsidi secara besar-besaran,
untuk dialihkan pada belanja yang lebih produktif, yaitu untuk pembangunan infrastuktur,
pendidikan dan kesehatan.

Kedua, pemerintah fokus dalam melakukan pembangunan infrastuktur sebagai upaya


untuk mengatasi ketimpangan sosial. Ketiga, deregulasi kebijakan, yang antara lain meliputi
cara berinvestasi, izin usaha, memulai usaha, hingga soal ekspor. "Dari paket paket kebijakan
yang dikeluarkan, kita menyederhanakan 204 regulasi. 202 sudah selesai, jadi sudah
mencapai 99 persen capaiannya," ungkapnya.

Selain itu, Pemerintah juga membentuk beberapa task force besar, yang melibatkan
berbagai kementerian/lembaga, dengan empat kelompok kerja di dalamnya. Pertama, Task
Force Satuan Tugas Efektivitas Percepatan Kebijakan Ekonomi, yang melakukan kampanye
dan deseminasi kebijakan. Kedua, Task Force Percepatan dan Penuntasan Regulasi. Ketiga,
Task Force Evaluasi dan Analisis Dampak, yang beranggotakan lembaga-lembaga non-
pemerintah. Keempat, Task Force Penanganan dan Penyelesaian Kasus.

Dan juga masih ada beberapa factor lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk
pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a) Pertama, yaitu menjaga ketersediaan bahan makanan pokok. Hal ini bertujuan
agar stabilitas harga bahan kebutuhan pokok terjaga sehingga tidak semakin
memberatkan masyarakat.
b) Kedua, dengan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Hal ini dinilai ikut
berdampak pada kemampuan masyarakat berbelanja. "Kemudian menjaga
kestabilan nilai rupiah yang berdampak pada daya beli rumah tangga,
c) Dan ketiga, mendorong masyarakat untuk giat menabung. Dengan banyaknya
ketersediaan modal di lembaga perbankan, diharapkan bisa membantu
permodalan proyek infrastruktur. "Memupuk tabungan sehingga perlu upaya
besar financial inclusion untuk menggiatkan menabung,"

13
Penutup

A. Kesimpulan

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah permasalahan setiap negara. Pertumbuhan


ekonomi merupakan suatu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi baik dinegara maju
maupun berkembang. Semakin baik pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin baik pula
pembangunan ekonomi di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Terdapat banyak faktor yang mendorong dan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Diperlukan usaha untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber-
sumber daya di Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

B. Analisis

Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik pemerintah bersama rakyat
Indonesia harus dapat mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber daya yang ada di Indonesia
yang sangat banyak dan berlimpah bahkan banyak sumber daya Indonesia yang tidak dimiliki
oleh negara lain. Pemerintah harus dapat memberantas korupsi yang merupakan faktor utama
penghambat pertumbuhan ekonomi dan ilegaloging serta penyelundupan sumber daya alam
Indonesia ke negara lain, selain itu pemerintah haruslah mengembangkan infrastruktur,
meningkatkan taraf pendidikan masyarakat agar kualitas sumber daya manusia Indonesia
meningkat sehingga mampu mengelola sumber daya alam Indonesia secara optimal bukan
dikeloka oleh negara lain, agar sumber daya yang dimiliki Indonesia dapat digunakan dan
dimanaatkan oleh rakyat kita sendiri , bukan untuk negara lain.

14
Daftar Pustaka

Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi Teori Pengantar.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan, cetakan ke-2, Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Kamaluddin, Rustian, 1998. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LPFE UI.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar – Dasar Ekonomika Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: LPP AMP YPKN.

15

Anda mungkin juga menyukai