Tubuh belum
BBLR
mature
Kebutuhan
nutrisi
pengendalian
dan Pencegahan
pemeliharaan Infeksi
suhu
Kebutuahan Pembentukan
pemeliharaan dasar Hub. Ortu &
pernafasan Neonatus Bayi
klasifikasi bayi resiko
tinggi/BBLR
Bayi berat
(BBLR) (BBLER) lahir sangat
rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
yang berat badannya kurang dari 2500 gram,
tanpa memperhatikan usia gestasi.
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi
yang berat lahirnya kurang dari 1500 gram
Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER)
adalah bayi yang berat badannya kurang dari
1000 gram
Premature
berdasarkan
usia gestasi
Sangat Prematur
BorderLine
prematur sedang (31-
37 -38 mggu
(24-30 Mggu) 36 Mggu)
Penyakit
Keadaan sosial
Faktor janin
ekonomi
Faktor
penyebab BBLR
Faktor
Plasenta
Faktor
Lingkungan
Faktor ibu
a. Penyakit
-Mengalami komplikasi khamilan, seperti
anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
-Menderita penyakit seperti malaria, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH, penyakit jantung.
-Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi
alkohol.
b. Ibu
- Angka kejadian prematitas tertinggi adalah
kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
-Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau
pendek (kurang dari 1 tahun).
-Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom,
infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh :
hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini
Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
Sistem pernafasan
Sistem neurologi (susunan saraf pusat)
Sistem kardiovaskuler
Sistem gastrointestinal
Sistem termoregulasi
Sistem hematologi
Sistem imunologi
Sistem perkemihan
Sistem Integument
Sistem Pengelihatan
BBLRumumnya mengalami kesulitan untuk
bernafas segera setelah lahir oleh karena
jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan
antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan
hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat
(SSP) yang diakibatkan karena kekurangan
oksigen dan kekurangan perfusi.
BBLR paling sering mengalami gangguan/
kelainan janin, yaitu paten ductusarteriosus,
yang merupakan akibat intra uterine ke
kehidupan ekstra uterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi
seperti bayi yang cukup bulan, hal ini
disebabkan antara lain karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai
usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya
cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein.
BBLR merupakan bayi resiko tinggi terjadi
hipotermia (suhu kurang dari 36,5oC). Stres
dingin dapat meningkatkan kematian dan dan
menghambat pertumbuhan. Hipotermia
disebabkan oleh produksi panas kurang dan
kehilangan panas yang tinggi. Hipotermia
dapat menyebabkan komplikasi jangka
pendek berupa asidosis, hipoglikemia,
gangguan pembekuan darah dan peningkatan
resiko untuk distres pernafasan. Apabila
berkepanjangan hipotermia dapat
menyebabkan edema, perdarahan hebat dan
ikterus (Wong, 2009).
Kehilangan panas karena perbandingan luas
permukaan kulit dengan berat badan lebih
besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
Kurangnya lemak subkutan (brown fat/ lemak
cokelat )
Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh
darah kapiler kulit.
. Faktor-faktor berikut ini meningkatkan
masalah pengaturan suhu pada BBLR (Reeder,
2011) :
Penurunan insulasi lemak
Pengurangan cadangan lemak cokelat
Perbandingan antara area permukaan yang
luas terhadap berat badan
Asupan kalori yang tidak adekuat
Postur ekstremitas ekstensi
Kemampuan yang tidak efektif untuk
meningkatkan konsumsi oksigen
Kemampuan pengaturan suhu yang belum
sempurna
Peningkatan kehilangan cairan yang tidak
disadari
Peningkatan kandungan air tubuh.
BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi
yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain
adalah:
Usia sel darah merahnya lebih pendek.
Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
Hemolisis dan berkurangnya darah akibat
dari pemeriksaan laboratorium yang sering.
BBLRmempunyai sistem kekebalan tubuh
yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi
tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut
belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, lektrolit, asam–basa, tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan
obat – obatan dengan memadai serta tidak
mampu memekatkan urin.
BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat
tipis dan transparan sehingga mudah terjadi
gangguan integritas kulit.
Bayidengan BBLR dapat mengalami
retinopathy of prematurity (ROP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
Bayi tidak mau minum atau muntah
Bergerak jika hanya dirangsang
Nafas cepat lebih dari 60 kali permenit
Nafas lambat kurang dari 30 kali permenit.
Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
Merintih
Teraba demam (suhu tubuh lebih dari 37,50 C)
Teraba dingin (suhu tubuh kurang dari 360 C)
Nanah yang banyak dimata
Pusar kemerahan meluas kedinding perut
Diare
Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
Pritasari, 2010
Menjaga
Perlindungan termoregulasi
dari infeksi (kehangatan)
bayi
Menjaga Pemenuhan
status kebutuhan
respirasi nutrisi bayi
Bayimemerlukan oksigen dan bantuan
ventilasi. Pada umumnya sistem pencernaan
BBLR belum berkembang dengan baik, ini
merupakan suatu masalah yang serius.
Refleks menghisap pada bayi tidak diiringi
dengan perkembangan refleks menelan
sehingga kontraksi esofagus belum
terkoordinasi. Akibatnya bayi mudah
mengalami aspirasi dan hal berbahaya bagi
bayi (Wong, 2009). Untuk mencegah
terjadinya aspirasi ibu harus memperhatikan
beberapa hal, salah satunya adalah
bagaimana cara nya untuk mengatasi gumoh.
Hilangnya panas pada tubuh bayi merupakan
akibat faktor fisiologis dan anatomi BBLR.
Kemampuan memproduksi panas pada BBLR
rendah karena memiliki sedikit jaringan
lemak. Rendahnya jaringan lemak tubuh
pada BBLR memungkinkan sulitnya bayi
meningkatkan suhu tubuh. Bahaya yang
mengancam bayi bila mengalami stres dingin
atau suhu yang rendah adalah terjadi
hipoksia, asidosis metabolik, dan hipoglikemi
(Wong, 2009).
BBLR perlu ditempatkan pada linkungan yang
hangat untuk mencegah suhu tubuh rendah,
karena bayi mudah kehilangan panas. Bayi
kehilangan panas tubuh dengan cara radiasi,
konduksi, evaporasi, dan kehilangan cairan tubuh
transepedermal.
Cara untuk menjaga kehangatan bayi juga dapat
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit.
Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact
atau metode kanguru, metode praktis sebagai
alternatif pengganti inkubator yang secara
ekonomis cukup efisien dan efektif (Rukiyah,
2010).
BBLR membutuhkan nutrisi yang optimal.
Kebutuhan pada BBLR lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi normal karena
bayi diharapkan mencapai berat badan yang
optimal. ASI memiliki manfaat yang sangat
besar bagi BBLR.
Pemberian ASI dpt dilakukan dg Oral Feedeng
(pemberian air susu ibu dengan sendok,
cawan atau botol), Breast Feedeng.
BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh
yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi
tersebut lebih rentan terhadap infeksi oleh
sebab itu, ibu perlu cermat dan teliti pada
saat melakukan kontak dengan BBLR (Reeder,
2011).
EX : selalu cuci tangan sebelum dan setelah
memegang bayi,
Salah
satu
penyebab •RDS
utama
kematian
pada bayi
Respiratory
Gangguan
Distress
Gagal Nafas
Syndrome (RDS)
Acute RDS
RDS pada dewasa (dulu
Adult RDS)
Macam RDS
Semakin
besar
kemungkinan
terjadi RDS
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan
alveoli terbuka.
2. Alveoli masih imatur sehingga mengalami kesulitan
berkembang dan pengembangan kurang sempurna.
Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong
alveoli tetap berkembang dan berisi udara,
sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan
masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas.
3. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis
yang tertangkap dalam proteinaceous filtrat serum
(saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
4. BBLR.
5. kelainan di dalam dan di luar paru
6. Bayi prematur atau kurang bulan
Bayi laki-laki
Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
Persalinan Sectio Caesaria
Asfiksia perinatal
Stress dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan
produksi surfaktaan)
Infeksi perinatal
Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar
biasanya prematur)
Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu
banyak insulin dalam sistem tubuh bayi yang disebabkan
karena diabetes pada ibu dapat memperlambat produksi
surfaktan)
Bayi dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus
Arteriosus)
Bayi Prematur
Produksi surfaktan masih sedikit (defisiensi
surfaktan). Komponen utama surfaktan adalah
lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate
cholin (C.D.P cholin) dan phosphatidyldimethy
etanolamine (P.M.D.E).
Surfaktan diproduksi oleh sel ponemosit tipe II
yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu,
mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-
36 minggu
Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.
Terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang
disebabkan kurangnya zat yang disebut
surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang
diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel
pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada
minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%)
dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah
merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu
menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir
expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis.
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik
dengan penimbunan asam laktat asam
organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus
alveolaris, transudasi kedalam alveoli, terbentuk
fibrin, fibrin dan jaringan epitel nekrotik, lapisan
membrane hialin.
3. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan
terganggunya jantung, penurunan aliran darah
keparu, dan mengakibatkan hambatan
pembentukan surfaktan, yang menyebabkan
terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada
bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan
kematangannya dipacu dengan adanya stress
intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan
kembar
1. Mencegah kelahiran < bulan (premature).
2. Mencegah tindakan seksio sesarea yang
tidak sesuai dengan indikasi medis.
3. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil
yang memiliki riwayat DM.
4. Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
5. Obat-obat tocolysis
adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah
lahir, yang ditandai dengan takipnea, pernafasan cuping
hidung, retraksi dinding dada, dan sianosis,.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4
stadium RDS yaitu
1. terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara,
2. bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan
paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih
jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru.
3. alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan
paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir
tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
4. seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga
jantung tak dapat dilihat.
Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi
adekuat.
Mempertahankan keseimbangan asam basa.
Mempertahankan suhu lingkungan netral.
Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
Mencegah hipotermia.
Mempertahankan cairan dan elektrolit
adekuat.
Resusitasi
Upnea
Neonatus
Frekuensinafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress
pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpa tanda
lain berupa distress pernafasan merupakan
usaha kompensasi terhadap terjadinya
asidosis metabolik seperti pada syok, diare,
dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum,
keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal
kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat
dan ireguler sering terjadi pada hipotermi,
kelelahan dan depresi SSP yang merupakan
tanda memburuknya keadaan klinik.
Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan
respirasi cuping hidung, retraksi dinding
dada, yang sering dijumpai pada obtruksi
jalan nafas dan penyakit alveolar, merintih,
stridor dan ekspansi memanjang menandakan
terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan hipoksemia, warna kulit tubuh
terlihat berbercak (mottled), tangan dan kaki
terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Pemeriksaan CRT
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
Gangguan Pola Nafas