Anda di halaman 1dari 20

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN

INDONESIA

Disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Aulia Rizki

Farah Nabila

Melda Hikmah

Wulya Nafisah

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM AR-RANIRY


KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang konstitusi dan tata perundang-undangan Indonesia.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi


Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya.

Ucapan terima kasih kami kepada Bapak Rahmat Junaidi, M.Pd. selaku dosen
yang telah mendidik dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua khususnya bagi penulis sendiri.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang.

Darussalam, 10 November 2019

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... I


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... II
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2
1. Pengertian Konstitusi ............................................................................................................ 2
2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi ................................................................................................ 3
3. Sejaarah Perkembangan Konstitusi....................................................................................... 3
4. Sejarah dan Perkemabangan Konstitusi di Indonesia ........................................................... 5
5. Perubahan Konstitusi di Indonesia........................................................................................ 6
6. Konstitusi Sebagai Peranti Kehidupan Negara yang Demokratis .......................................... 7
7. Lembaga Konstitusi Setelah Amandemen UUD 1945 ........................................................... 8
8. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia ..................................................................... 14
BAB III .......................................................................................................................................... 16
PENUTUPAN ................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 16

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam arti yang paling luas Hukum Tata Negara yaitu keseluruhan aturan dan
ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Contoh :
istilah Constitutional Law dalam bahasa inggris yaitu Hukum Tata Negara. Dalam arti
sempit , yaitu Undang-Undang Dasar, berarti atu atau beberapa dokumen yang memuat
aturan-aturan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok.

Konsitusi merupkan seperangkat aturan kehidupan yang mengatur hak dan


kewajiban warga negara dan negara. konstitusi negara biasa disebut dengan Undang-
Undang Dasar (UUD). Keberadaan konstitusi Negara sangatlah penting dalam
pembangunan negara dan warga negara yang demokratis. Dengan kata lain, konstitusi
demokratis lahir dari negara yang demokratis. Namun demikian, tak ada jaminan
konstitusi yang demokratis akan melahirkan sebuah negara yang demokratis. Hal itu
disebabkan oleh penyelewengan atas konstitusi oleh penyelenggara Negara.

Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar dan sekaligus hukum tertinggi


dalam suatu negara. Konstitusi menjadi dasar sumber peraturan bagi perundangan lain
yang ada dalam suatu negara.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konstitusi

Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan. Kedua istilah ini adalah konstitusi dan Undang-Undang
Dasar. Konstitusi berasal dari bahasa perancis, contituer, yang berarti membentuk.
Maksud dari istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu
Negara. Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume,
berarti “bersama dengan…” dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau
“mendirikan, menetapkan sesuatu.” Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan
terjemahan dari istilah Belanda, grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet
berarti undang-undang.

Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa inggris memiliki makna yang lebih
luas dari Undang-Undang Dasar, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis atau yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Konstitusi, menurut Miriam
Budiardjo, adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa.1 Adapun Undang-Undang Dasar merupakan bagian
yang tertulis dalam konstitusi.

Dari pengertian diatas, konstitusi dapat disimpulkan sebagai berikut ;

a) Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa.


b) Dokumen tentang pembagian tugas dan kewewenangannya dari system politik
yang diterapkan.
c) Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia

1
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu politik

2
2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,


menjamin hak-hak rakyat yang di perintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat.

Adapun menurut Sri Soemantri menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan
pokok dalam konstitusi yaitu:

a) Jaminan hak-hak asasi manusia


b) Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
c) Pembagian dan pembatasan kekuasaan

Dalam paham konstitusi demokrasi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi :

a) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum


b) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia
c) Peradilan yang bebas dan mandiri
d) Pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai pokok utama dari kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi diatas merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan
yang konstitusional.

3. Sejaarah Perkembangan Konstitusi

Konstitusi sebagai suatu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal sejak
zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hukum. Kota Athena mengartikan
tentang “konstitusi” hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat
kebiasaan semata-semata.

Pada masa kekaisaran Roma pengertian konstitusi (contitutionnes) mengalami


perubahan makna : ia merupakan suatu kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat
oleh para kaisar, pernyataan dan pendapat ahli hukum, negarawan serta adat kebiasaan
setempat selain undang-undang.

3
Selanjutnya pada abad VII (zaman klasik) lahirlah Piagam Madinah atau Kontitusi
Madinah, yang merupakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah yang dihuni
oleh bermacam kelompok dan golongan : Yahudi, Kristen, Islam, dan lain-lain. Kontitusi
Madinah berisikan tentang hak bebas berkeyakinan, kebebasan berpendapat, kewajiban
dalam hidup kemasyarakatan dan mengatur kepentingan umum dalam kehidupan.
Konstitusi Madinah merupakan satu bentuk konstitusi pertama di dunia yang telah memuat
materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului konstitusi-
konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia.

Menurut catatan Ahmad Sukardja, sebagaimana disarikan oleh Jimly Asshiddiqie,


terdapat 13 kelompok masyarakat yang secara eksplisit terikat dalam piagam madinah.
Pada pasal 44 ditegaskan bahwa “Mereka (para pendukung piagam) saling bahu-
membahudalam menghadapi penyerang atas kota mereka yakni Ytsrib (Madinah).”
Semangat saling membantu sebagai sebuah komunitas umat yang plural tampak terlihat
pada bunyi pasal 24 yang menjelaskan bahwa “kaum Yahudi memikul biaya bersama
kaum mukminin selama dalam perperangan.” Ikatan persatuan ini semakin diperjelas
dalam pasal 25 yang menegaskan bahwa “kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat
dengan kamu mukminin .“ Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum mukminin
agama mereka. Kebebasan beragama ini juga berlaku bagi sekutu-kutu mereka dan diri
mereka sendiri.2

Hal yang menarik untuk dicermati dalam konteks toleransi beragam diatas adalah
perkataan”mereka” yang digunakan secara seragam baik bagi kelompok Yahudi maupun
pengikut Nabi Muhammad SAW di Madinah. Prinsip kebersamaan yang terkenal tentang
toleransi keyakinan yaitu ”lakum diinukum walya diin” (bagimu agamamu, dan bagiku
agamaku) yang menggunakan subjek ”aku” atau “kami” versus “kamu”. Dalam Piagam
Madinah digunakan kata “mereka” baik untuk orang Yahudi maupun orang Mukmin
dalam jarak yang sama. Sebuah semangat dan praktik toleransi yang sangat tinggi yang
pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, selain menginklusifkan makna “ummat”
yang tidak sebatas pengikutnya semata. Semangat menjunjung hidup bersama dalam
kemajemukan yang tercermin dalam Piagam Madinah inilah yang menjadi penilaian ahli

2
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan undang-undang

4
agama-agama Robert N. Bellah sebagai contoh pertama bentuk “Negara bangsa modern”
(modern nation state) di masa Nabi Muhammad SAW.

Pada paruh kedua abab XVII, kaum bangsawan Inggris yang menang dalam
revolusi istana telah mengakhiri absolutism kekuasaan raja dan menggantikannya dengan
system parlemen sebagai pemegang kedaulatan. Akhir-akhir revolusi ini pada 1789
meletus revolusi di Perancis, kekacauan sosial di Perancis memunculkan perlunya
konstitusi. Maka pada 14 September 1791 dicatat sebagai peristiwa diterimanya konstitusi
Eropa pertama oleh Louis XVI. Sejak peristiwa inilah sebagian besar negara-negara di
dunia, baik monarki maupun republik, negara kesatuan maupun federal, sama-sana
mendasarkan prinsip ketatanegaraannya pada sandaran konstitusi.

Konstitusi tertulis model amerika tersebut kemudian diikuti oleh berbagai Negara
dieropa, seperti Spanyol (1812), Norwegia (1814), dan Belanda (1815). Hal yang perlu
dicatat adalah bahwa konstitusi pada waktu itu belum menjadi hokum dasar yang penting.
Konstitusi sebagai UUD, atau sering disebut dengan “konstitusi modern” baru muncul
bersamaan dengan perkembangan system demokrasi perwakian. Demokrasi perwakilan
muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan lembaga perwakilan (legislatif).
Lembaga ini dibutuhkan sebagai pembuat undang-undang untuk mengurangi dan
membatasi dominasi para raja. Alas an inilah yang menempatkan konstitusi tertulis
sebagai hokum dasar yang posisinya lebih tinggi dari pada raja.

4. Sejarah dan Perkemabangan Konstitusi di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali


pergantian baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Perjalanan sejarah
konstitusi Indonesia antara lain :

a) Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 - 27


Desember 1949
b) Konstitusi Republik Indonesia Serikat-lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RS-
dengan masa berlakunya 27 Desember 1949-17 Agustus 1950.
c) Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa
berlakunya sejak 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.

5
d) Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi
pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sampai sekarang.

5. Perubahan Konstitusi di Indonesia

Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua model perubahan konstitusi


yaitu renewal (pembaruan) dan amandemen (perubahan). Renewal adalah sistem
perubahan konstitusi dengan model perubahan konstitusi secara keseluruhan, sehingga
yang diberlakukannya adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Adapun
amendemen adalah perubahan konstitusi yang apabila suatu konstitusi diubah, konstitusi
asli tetap berlaku. Dengan kata lain, perubahan pada model amendemen tidak terjadi
secara keseluruhan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal.

Menurut Budiarjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi baik
dalam model renewal dan amendemen, yaitu :

a) Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat.


b) Referendum yaitu pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak
usulan perubahan undang-undang.
c) Negara-negara bagian dalam Negara federal harus menyetujui.
d) Perubahan yang dilakukan suatu konveksi atau dilakukan oleh suatu lembaga
khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tata cara perubahan undang-
undang. Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa :

a) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam


sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
MPR.
b) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alannya.
c) Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

6
d) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota MPR.

Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD
1945. Sejak Proklamasi 1945, telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD Negara
Indonesia yaitu:

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)


2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 ( 17 Agustus 1950 –
5 Juli 1959)
4. UUD 1945 ( 5 Juli 1959- 19 Oktober 1999)
5. UUD 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000)
6. UUD 1945 dan Perubahan I dan II ( 18 Agustus 2000 – 9 November 2001)
7. UUD 1945 dan Perubahan I, II dan III ( 9 November 2001 – 10 Agustus 2002)
8. UUD 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV ( 10 Agustus 2002)

6. Konstitusi Sebagai Peranti Kehidupan Negara yang Demokratis

Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar


hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. A. Hamid S. Attamimi berpendapat bahwa konstitusi Undang-Undang Dasar
adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana
kekuasaan Negara harus dijalankan. Adapun menurut A. G. Pringgodigdo berpendapat
bahwa adanya keempat unsur pembentukan negara belumlah cukup menjamin
terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang
mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah konstitusi atau UUD. Dengan demikian
keberadaan konstitusi atau UUD dalam kehidupan kenegaraan menjadi sangat penting,
karena ia menjadi acuan dan penentu arah dalam penyelenggaraan Negara.

Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi


seluruh warga negara. Dengan kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai sistem
ketatanegaraan, maka konstitusi merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya

7
demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang
demokratis.

Prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bernegara, yaitu:

a) Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan


b) Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas
c) Adanya jaminan penghargaan terhadap hak-hak individu warga Negara dan
penduduk Negara, sehingga dengan demikian entitas kolektif, tidak dengan
sendirinya menghilangkan hak-hak dasar orang
d) Pembatasan pemerintahan
e) Adanya jaminan terhadap keutuhan Negara nasional dan integritas wilayah
f) Adanya jaminan keterlibatan rakyat dalam proses bernegara melalui pemilihan
umum yang bebas
g) Adanya jaminan berlakunya hokum dan keadilan melalui proses peradilan yang
independen
h) Pembatasan dan pemisahan kekuasaan Negara yang meliputi : a) Pemisahan
wewenang kekuasaan berdasarkan trias politica dan b) Kontrol dan
keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa tatanan dan praktik kehidupan


kenegaraan mencerminkan suasana yang demokratis apabila konstitusi atau UUD Negara
tersebut memuat rumusan tentang pengelolaan kenegaraan secara demokratis dan
pengakuan hak asasi manusia.

7. Lembaga Konstitusi Setelah Amandemen UUD 1945

Dalam konteks perubahan UUD 1945 terdapat lima unsure penting yang disepakati
oleh panitian ad hoc perubahan UUD 1945 yaitu:

a) Tidak melakukan perubahan atas pembukaan UUD 1945 yang meliputi


sistematika, aspek kesejarahan dan orisinalitasnya
b) Tetap mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
c) Mempertegas system Pemerintahan Presidensial

8
d) Meniadakan penjelasan UUD1945 dan hal-hal normative dalam penjelasan di
masukkan dalam pasal-pasal
e) Perubahan dilakukan dengan cara penambahan (adendum)

Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan Negara dalam UUD 1945
adalah Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK dan Kekuasaan Kehakiman.
Setelah amendemen secara keseluruhan disebut dengan lembaga tinggi Negara menjadi
delapan lembaga yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY dan BPK. Posisi
masing-masing lembaga setara yaitu sebagai lembaga tinggi Negara yang memiliki kaitan
satu sama lain dalam menjalankan fungsi check and balances antarlembaga tinggi
tersebut.

Fungsi lembaga tersebut yang dikelompokkan dalam kelembagaan legislative,


eksekutif dan yudikatif yaitu :

1. Lembaga Legislatif

Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga legislatif ada tiga lembaga yaitu MPR, DPR,
dan DPD.

a. MPR

Dari ketiga lembaga legislatif posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat khas
Indonesia, karena keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis yang cenderung dilihat
secara tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan
dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam system ketatanegaraan kita yang
justru dianggap perlu di lestarikan. Salah satu keberadaan pihak yang mempertahankan
keberadaan MPR ini beragumentasi bahwa jika MPR ditiadakan atau hanya sekedar
dianggap nama dari parlemen dua kamar (bicameral), maka sila ‘kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan’ menjadi berubah . prinsip
permusyawaratan tecermin dalam kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan
dianggap tecermin dalam kelembagaan DPR.

b. DPR

DPR adalah lembaga Negara dalam system ketatanegaraan Republik Indonesia


yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk

9
undang-undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Tugas dan
wewenang DPR antara lain :

a) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat


persetujuan bersama.
b) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang
c) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
d) Menetapkan APBN bersama presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD
e) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU,APBN, serta kebijakan
pemerintah
f) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan Negara yang disampaikan oleh BPK
g) Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain.
h) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjutin aspirasi masyarakat

c. DPD

DPD adalah lembaga Negara dalam system ketatanegaraan Republik Indonesia


yang merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum.

Memiliki fungsi antara lain :

a) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang


berkaitan dengan bidang legislasi tertentu
b) Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu

2. Lembaga Eksekutif

Di Negara-negara demokratis, lembaga eksekutif terdiri dari kepala Negara, seperti


raja, perdana menteri atau presiden beserta menteri-menterinya. Dalam system
presidensial (seperti Indonesia) menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan

10
langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam parlementer para menteri dipimpin oleh
seorang perdana menteri.

Tugas utama lembaga eksekutif adalah menjalankan undang-undang. Kekuasaan


eksekutif mencangkup beberapa bidang :

a) Diplomatik, yaitu menyelenggarakan hubungan diplomatic dengan Negara-negara


lain
b) Administratif, yaitu melaksanakan undang-undang serta peraturan-peraturan lain
menyelenggarakan administrasi Negara
c) Militer yaitu mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, serta
keamanan dan pertahanan Negara
d) Yudikatif yaitu member grasi, amnesty dan sebagainya.
e) Legislatif yaitu membuat rancangan undang-undang yang diajukan ke lembaga
legislatif dan membuat peraturan-peraturan.

Sebagai kepala Negara, presiden adalah symbol resmi Negara Indonesia di dunia.
Sebagai kepala pemerintahan, presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet,
memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-
hari.

Adapun wewenang, kewajiban dan hak presiden antara lain :

a) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.


b) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
c) Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Presiden melakukan
pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
d) Menetapkan peraturan pemerintah.
e) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
f) Membuat perjanjian internasioanal lainnya dengan persetujuan DPR.
g) Mengangkat duta dan konsul serta menerima penempatan duta Negara lain dengan
memerhatikan pertimbangan DPR
h) Member grasi, rehabilitasi, amnesty dan abolisi
i) Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.

11
3. Lembaga Yudikatif

Kekuaaan yudikatif berpuncak pada kekuasaan kehakiman yakni, mahkamah


agung dan mahkamah kontitusi. Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hokum dan keadilan
berdarasarkna pancasila, demi terselenggaranya Negara hokum republic Indonesia.

Amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan


kehidupan bertatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Berdasarakan
perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh :

a) Mahkamah Agung dan peradilan yang ada dibwahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan
peradilan tata usaha Negara .
b) Mahkamah kontitusi

MA, MK, dan KY

Mahkamah agung (MA) adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.


Sesuai dengan UUD 1945 (perubahan ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahakamah Konstitusi.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA antara lain :

a) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan


dibawah undang- undang, dan mempunyai wewenang lainya yang diberikan oleh
undang-undang.
b) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c) Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

Adapun Mahkama Kontitusi (MK) merupakan lembaga baru yang diperkenalakan


oleh perubahan ketiga UUD 1945. Bila terjadi persengketaan antara lembaga tinggi,
diperlukan sebuah lembaga khusus yang menangani sengketa tersebut yang disebut
mahkamah konstitusi (MK). Kewajiban dan wewenang Mahakamah Konstitusi antara
lain:

12
a) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terahir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan
sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan UUD 1945,
memutus pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
b) Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan atau wakil presiden menurut UUD 1945.

Adapun Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga Negara yang bersifat mandiri dan
dalam pelaksanaanya wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan
lainnya.

Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Yudisial melakukan pengawasan terhadap :

a) Hakim Agung di Mahkamah Agung


b) Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada dibawah
Mahkamah Agung seperti Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer
dan badan peradilan laiinya.
c) Hakim Mahkamah Konstitusi.

4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK adalah lembaga Negara Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. BPK memiliki tugas dan wewenang
yaitu :

a) Memeriksa tanggungjawab keuangan Negara dan memberitahun hasil pemeriksaan


kepada DPR, DPRD, dan DPD.
b) Memeriksa semua pelaksanaan APBN
c) Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara

Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

a) Fungsi operatif yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penelitian atas


penguasaan dan pengurusan keuangan Negara.

13
b) Fungsi yudikatif yaitu melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi
terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hokum atau melalaikan
kewajibannya serta menimbulkan kerugian bagi Negara.
c) Fungsi rekomendatif yatitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
pengurusan keuangan Negara.

8. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia

Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi atau UUD 1945 bahwa Indonesia ialah
Negara yang berdasar hukum (rechsstaat). Konsep rechsstaat mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut :

a) Adanya perlindungan terhadap HAM


b) Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin
perlindungan HAM
c) Pemerintah berdasarkan peraturan
d) Adanya peradilan administrasi

Tata Urutan (hierarki) perundang-undangan perlu diatur untuk menciptakan


keteraturan hokum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di awal 1966, melalui
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan hierarki peraturan
perundang-undangan Indonesia sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang
4. Peraturan pemerintah
5. Keputusan presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksananya ‘ seperti :
a) Peraturan menteri
b) Instruksi menteri

14
Berdasarkan ketetapan MPR No. III Tahun 2000 tata urutan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang
5. Peraturan pemerintah
6. Keputusan presiden
7. Peraturan daerah

Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana diatur


dalam pasal 7 sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang-Undang/ Peraturan pemerintah pengganti undang-undang
3. Peraturan pemerintah
4. Peraturan presiden
5. Peraturan daerah, meliputi :
a) Peraturan daerah provinsi
b) Peraturan daerah kabupaten/kota
c) Peraturan desa

Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan maka segala peraturan dalam


hierarki perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan diatasnya tidak bisa
dilaksanakan dan batal demi hukum.

15
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

1. Konstitusi merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan


pemerintahan, pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan diantara keduanya.
2. Tunjuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuaaan
yang berdaulat. Adapun fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat
membentuk system politik dan sistem hukum negaranya.
3. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sebelum perubahan UUD 1945 alat alat
kelengkapan Negara dalam UUD 1945 adalah lembaga kepresidenan, MPR, DPA,
DPR, BPK, dan kekuasaan kehakiman. Setelah amandemen secara keseluruhan
terhadap UUD 1945, alat kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi
negara menjadi delapan Negara, yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY dan
BPK. Posisi masing masing lembaga setara, yatu sebagai lembaga tinggi Negara yang
memiliki korelasi satu sama lain dalam menjalankan fungsi check and balances
antarlembaga tinggi tersebut.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh
warga negara. Dengan kata lain, negara memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka
konstitusi demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi
di negara tersebut sehingga menghasilkan kekuasaan atau pemerintahan yang
demokratis pula. Kekuasaan demokratis dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi
perlu dikawal oleh masyarakat sebagai pemegang kedaulatan.
5. Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan yang
benrtentangan dengan peraturan diatasnya batal demi hukum dan tidak bisa
dilaksanakaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, Prof. Dr.S.H. 2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
kekuasaan dalam UUD 1945. Cetakan ke-2 . Yogyakarta. UII Press.

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo
Pustaka Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,


HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

17

Anda mungkin juga menyukai