INDONESIA
Oleh :
Aulia Rizki
Farah Nabila
Melda Hikmah
Wulya Nafisah
Ucapan terima kasih kami kepada Bapak Rahmat Junaidi, M.Pd. selaku dosen
yang telah mendidik dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua khususnya bagi penulis sendiri.
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam arti yang paling luas Hukum Tata Negara yaitu keseluruhan aturan dan
ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Contoh :
istilah Constitutional Law dalam bahasa inggris yaitu Hukum Tata Negara. Dalam arti
sempit , yaitu Undang-Undang Dasar, berarti atu atau beberapa dokumen yang memuat
aturan-aturan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konstitusi
Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan. Kedua istilah ini adalah konstitusi dan Undang-Undang
Dasar. Konstitusi berasal dari bahasa perancis, contituer, yang berarti membentuk.
Maksud dari istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu
Negara. Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume,
berarti “bersama dengan…” dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau
“mendirikan, menetapkan sesuatu.” Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan
terjemahan dari istilah Belanda, grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet
berarti undang-undang.
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa inggris memiliki makna yang lebih
luas dari Undang-Undang Dasar, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis atau yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Konstitusi, menurut Miriam
Budiardjo, adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa.1 Adapun Undang-Undang Dasar merupakan bagian
yang tertulis dalam konstitusi.
1
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu politik
2
2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi
Adapun menurut Sri Soemantri menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan
pokok dalam konstitusi yaitu:
Keempat cakupan isi konstitusi diatas merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan
yang konstitusional.
Konstitusi sebagai suatu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal sejak
zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hukum. Kota Athena mengartikan
tentang “konstitusi” hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat
kebiasaan semata-semata.
3
Selanjutnya pada abad VII (zaman klasik) lahirlah Piagam Madinah atau Kontitusi
Madinah, yang merupakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah yang dihuni
oleh bermacam kelompok dan golongan : Yahudi, Kristen, Islam, dan lain-lain. Kontitusi
Madinah berisikan tentang hak bebas berkeyakinan, kebebasan berpendapat, kewajiban
dalam hidup kemasyarakatan dan mengatur kepentingan umum dalam kehidupan.
Konstitusi Madinah merupakan satu bentuk konstitusi pertama di dunia yang telah memuat
materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului konstitusi-
konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia.
Hal yang menarik untuk dicermati dalam konteks toleransi beragam diatas adalah
perkataan”mereka” yang digunakan secara seragam baik bagi kelompok Yahudi maupun
pengikut Nabi Muhammad SAW di Madinah. Prinsip kebersamaan yang terkenal tentang
toleransi keyakinan yaitu ”lakum diinukum walya diin” (bagimu agamamu, dan bagiku
agamaku) yang menggunakan subjek ”aku” atau “kami” versus “kamu”. Dalam Piagam
Madinah digunakan kata “mereka” baik untuk orang Yahudi maupun orang Mukmin
dalam jarak yang sama. Sebuah semangat dan praktik toleransi yang sangat tinggi yang
pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, selain menginklusifkan makna “ummat”
yang tidak sebatas pengikutnya semata. Semangat menjunjung hidup bersama dalam
kemajemukan yang tercermin dalam Piagam Madinah inilah yang menjadi penilaian ahli
2
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan undang-undang
4
agama-agama Robert N. Bellah sebagai contoh pertama bentuk “Negara bangsa modern”
(modern nation state) di masa Nabi Muhammad SAW.
Pada paruh kedua abab XVII, kaum bangsawan Inggris yang menang dalam
revolusi istana telah mengakhiri absolutism kekuasaan raja dan menggantikannya dengan
system parlemen sebagai pemegang kedaulatan. Akhir-akhir revolusi ini pada 1789
meletus revolusi di Perancis, kekacauan sosial di Perancis memunculkan perlunya
konstitusi. Maka pada 14 September 1791 dicatat sebagai peristiwa diterimanya konstitusi
Eropa pertama oleh Louis XVI. Sejak peristiwa inilah sebagian besar negara-negara di
dunia, baik monarki maupun republik, negara kesatuan maupun federal, sama-sana
mendasarkan prinsip ketatanegaraannya pada sandaran konstitusi.
Konstitusi tertulis model amerika tersebut kemudian diikuti oleh berbagai Negara
dieropa, seperti Spanyol (1812), Norwegia (1814), dan Belanda (1815). Hal yang perlu
dicatat adalah bahwa konstitusi pada waktu itu belum menjadi hokum dasar yang penting.
Konstitusi sebagai UUD, atau sering disebut dengan “konstitusi modern” baru muncul
bersamaan dengan perkembangan system demokrasi perwakian. Demokrasi perwakilan
muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan lembaga perwakilan (legislatif).
Lembaga ini dibutuhkan sebagai pembuat undang-undang untuk mengurangi dan
membatasi dominasi para raja. Alas an inilah yang menempatkan konstitusi tertulis
sebagai hokum dasar yang posisinya lebih tinggi dari pada raja.
5
d) Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi
pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sampai sekarang.
Menurut Budiarjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi baik
dalam model renewal dan amendemen, yaitu :
Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tata cara perubahan undang-
undang. Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa :
6
d) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota MPR.
Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD
1945. Sejak Proklamasi 1945, telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD Negara
Indonesia yaitu:
7
demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang
demokratis.
Dalam konteks perubahan UUD 1945 terdapat lima unsure penting yang disepakati
oleh panitian ad hoc perubahan UUD 1945 yaitu:
8
d) Meniadakan penjelasan UUD1945 dan hal-hal normative dalam penjelasan di
masukkan dalam pasal-pasal
e) Perubahan dilakukan dengan cara penambahan (adendum)
Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan Negara dalam UUD 1945
adalah Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK dan Kekuasaan Kehakiman.
Setelah amendemen secara keseluruhan disebut dengan lembaga tinggi Negara menjadi
delapan lembaga yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY dan BPK. Posisi
masing-masing lembaga setara yaitu sebagai lembaga tinggi Negara yang memiliki kaitan
satu sama lain dalam menjalankan fungsi check and balances antarlembaga tinggi
tersebut.
1. Lembaga Legislatif
Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga legislatif ada tiga lembaga yaitu MPR, DPR,
dan DPD.
a. MPR
Dari ketiga lembaga legislatif posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat khas
Indonesia, karena keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis yang cenderung dilihat
secara tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan
dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam system ketatanegaraan kita yang
justru dianggap perlu di lestarikan. Salah satu keberadaan pihak yang mempertahankan
keberadaan MPR ini beragumentasi bahwa jika MPR ditiadakan atau hanya sekedar
dianggap nama dari parlemen dua kamar (bicameral), maka sila ‘kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan’ menjadi berubah . prinsip
permusyawaratan tecermin dalam kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan
dianggap tecermin dalam kelembagaan DPR.
b. DPR
9
undang-undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Tugas dan
wewenang DPR antara lain :
c. DPD
2. Lembaga Eksekutif
10
langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam parlementer para menteri dipimpin oleh
seorang perdana menteri.
Sebagai kepala Negara, presiden adalah symbol resmi Negara Indonesia di dunia.
Sebagai kepala pemerintahan, presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet,
memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-
hari.
11
3. Lembaga Yudikatif
a) Mahkamah Agung dan peradilan yang ada dibwahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan
peradilan tata usaha Negara .
b) Mahkamah kontitusi
12
a) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terahir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan
sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan UUD 1945,
memutus pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
b) Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan atau wakil presiden menurut UUD 1945.
Adapun Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga Negara yang bersifat mandiri dan
dalam pelaksanaanya wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan
lainnya.
Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK memiliki tiga fungsi pokok yaitu :
13
b) Fungsi yudikatif yaitu melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi
terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hokum atau melalaikan
kewajibannya serta menimbulkan kerugian bagi Negara.
c) Fungsi rekomendatif yatitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
pengurusan keuangan Negara.
Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi atau UUD 1945 bahwa Indonesia ialah
Negara yang berdasar hukum (rechsstaat). Konsep rechsstaat mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut :
14
Berdasarkan ketetapan MPR No. III Tahun 2000 tata urutan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut :
15
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly, Prof. Dr.S.H. 2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
kekuasaan dalam UUD 1945. Cetakan ke-2 . Yogyakarta. UII Press.
Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo
Pustaka Mandiri.
Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
17