BAB V (3 Files Merged) PDF
BAB V (3 Files Merged) PDF
BAB V
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan adalah suatu cara untuk mencapai
tujuan, sasaran jangka menengah, dan target kinerja hasil (outcome) program
prioritas RPJMD yang menjadi tugas dan fungsi Dinas Kesehatan.
Tabel 4.12
Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
116
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
117
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Peningkatan efektifitas
pengawasan pelayanan publik
118
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
119
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Penyusunan Peraturan
pengelolaan pendapatan daerah
Pelaksanaan pembinaan
pengelolaan keuangan daerah
Kabupaten/Kota yang sesuai
dengan peraturan perundangan
yang berlaku
120
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
121
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
BAB IV
Tabel 4.2
Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran dalam RPJMD 2016-2021
Misi Tujuan Sasaran
Misi 3 : Meningkatkan derajat Meningkatnya derajat
Meningkatkan sumber daya kesehatan masyarakat, kesehatan masyarakat
manusia yang cerdas, kualitas kependudukan dan secara merata
sehat, beriman, berkarakter kesetaraan gender serta
dan berkualitas tinggi pemenuhan hak anak
111
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
4.1.1. Tujuan
Dalam upaya mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan, dirumuskan suatu bentuk
yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran yang strategis organsisasi. Tujuan
dan sasaran adalah perumusan sasaran yang selanjutnya akan menjadi dasar
penyusunan kinerja selama lima tahun. Tujuan yang akan dicapai Dinas
Kesehatan adalah sebagi berikut:
1. Meningkatkan mutu dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai standar yang
didukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta mutu pelayanan
yang sesuai standar pelayanan.
2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya
preventif dan promotif kesehatan serta pencegahan dan pengendalian
penyakit.
3. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dengan pelayanan publik yang
prima, transparan, aspiratif dan partisipatif.
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam program jaminan kesehatan
nasional.
4.1.2. Sasaran
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan menggambarkan
hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai
melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Dinas Kesehatan menetapkan sasaran sebagai
berikut:
1. Dalam mewujudkan tujuan pertama “Meningkatkan mutu dan ketersediaan
SDM kesehatan sesuai standar yang didukung ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan serta mutu pelayanan yang sesuai standar pelayanan”,
maka ditetapkan sasaran :
112
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
113
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Tabel 4.3
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan
Dinas Kesehatan Sumatera Barat
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-
KONDIS
I AWAL
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN
(TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
2015)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
2 Meningkatkan upaya Meningkatnya 1 Prevalensi stunting % 31,58 30.7 30.5 29.2 28.0 26.8 25.6
kesehatan derajat kesehatan (pendek dan sangat
masyarakat melalui masyarakat pendek) pada anak
peningkatan upaya bawah dua tahun
preventif dan promotif
kesehatan dan 2 Persentase Ibu Bersalin % 76 77 79 82 85 87 90
pencegahan dan Mendapatkan
pengendalian Pelayanan Persalinan
penyakit. Sesuai Standar Di
Faskes (PF)
114
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
3 Persentase Kunjungan % 76 78 81 85 90 92 95
Neonatal Pertama (KN1)
Sesuai Standar
2 Meningkatnya 1 Jumlah Kabupaten % 7 8 9 12 14 16 18
pencegahan dan kota yang mencapai
pengendalian imunisasi dasar
penyakit lengkap pada anak
usia 0-11 bulan
menjadi 100 % pada
tahun 2021
115
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
116
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2011 - 2015 dan dituangkan lebih
lanjut pada Rencana Kerja Tahunan dan Penetapan Kinerja Tahunan.
Alokasi anggaran SKPD Dinas Kesehatan yang diprioritaskan pada kegiatan-
kegiatan yang digunakan untuk mencapai 7 (tujuh) sasaran strategis Dinas Kesehatan
yang tercantum dalam Renstra Dinas KesehatanTahun 2011-2015 yaitu:
1. Meningkatnya perilaku hidup sehat.
2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak.
3. Meningkatnya pelayanan kesehatan rujukan.
4. Menurunnya angka kesakitan dan kematian.
5. Meningkatnya penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan.
6. Menurunnya persentase prevalensi gizi kurang.
7. Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia kesehatan sesuai standar.
30
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Pencapaian Indikator UHH masing-masing kab/kota dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7
Umur Harapan Hidup (UHH) Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 – 2016 (Metoda Baru)
73.00
72.00 71.84
71.48 71.48
71.00 71.12 71.12
70.00
69.50
69.00 68.79
Target
68.32 68.66 68.73
68.00 68.00 68.21 Realisasi
67.59 67.79
67.00
66.00
65.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tabel : 2.8
Pencapaian Kinerja Pelayanan OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015
31
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
32
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik.2.2
Trend Cakupan Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
di Provinsi Sumatera Barat tahun 2011-2017
90
85.1
80 78.2 81
75.5
70 70.5 69.6 69.4
60
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tabel.2.9
Cakupan Balita yang ditimbang Berat badannya (D/S) di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011– 2017
Cakupan D/S
No Kabupaten Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kabupaten Mentawai 64.6 51.5 60.4 66.2 70,4 45.4 41.7
2 Kabupaten Pessel 69.8 68.8 85.0 81.4 88,6 84.7 85.9
3 Kabupaten Solok 79.6 76.2 76.1 81.1 82,1 63.3 66.2
4 Kabupaten Sijunjung 69.3 78.7 83.3 89.0 90,3 66.0 65.8
5 Kabupaten Tanah Datar 61.5 70.5 64.9 86.8 87,8 62.6 58.4
6 Kabupaten Pdg.Pariaman 81.9 74.7 81.4 87.2 90,0 80.1 79.5
7 KabupatenAgam 76.5 74.2 79.7 83.8 85,9 66.1 67.5
8 Kabupaten50 Kota 67.1 67.8 68.0 67.6 74,0 56.6 59.3
9 KabupatenPasaman 58.9 80.7 86.6 85.1 86,8 76.5 73.2
10 Kabupaten Solsel 61.1 75.7 83.8 89.5 91,4 79.3 74.1
11 KabupatenDharmasraya 81.5 83.2 82.9 80.1 81,3 64.9 58.5
12 KabupatenPasbar 76.0 84.7 86.0 87.6 88,3 71.2 70.7
13 Kota Padang 65.1 66.5 68.7 78.6 80,8 69.8 71.6
14 Kota Solok 89.3 79.4 78.0 93.2 96,0 66.0 70.1
15 Kota Sawahlunto 88.3 80.3 87.1 82.6 90,4 73.9 75.1
16 Kota Pd.Panjang 75.1 84.5 78.3 74.5 88,9 74.4 70.0
17 Kota Bukittinggi 71.3 73.7 70.1 66.8 84,0 50.9 55.1
18 Kota Payakumbuh 85.9 80.8 81.6 82.6 85,0 77.9 72.2
19 Kota Pariaman 86.2 82.2 84.6 83.9 96,8 81.1 82.7
Rata-rata 70.5 75.5 78.2 81.0 85,1 69.6 69.4
Sumber data: Laporan dari Kabupaten Kota Tahun 2010-2017
33
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
3.1.1.2. Analisis Pencapaian Indikator Penduduk yang memiliki akses air minum
yang berkualitas
Penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas adalah jumlah
penduduk yang menggunakan sarana air minum yang memenuhi syarat dibagi jumlah
keseluruhan penduduk pada jangka waktu tertentu dikali 100.
Di Provinsi Sumatera Barat capaian realisasi cakupan Penduduk yang memiliki
akses air minum yang berkualitas dari tahun ketahun menunjukan peningkatan secara
bermakna, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend peningkatan cakupan
penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas setiap tahunnya meningkat
34
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
mulai dari 69,79 % pada tahun 2011, menjadi 83.7% pada tahun 2015 dan pada tahun
2017 menjadi 80,58 % seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.3
Trend Cakupan Akses Air Minum di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011-2017
90
81.5 83.7
80 78.7 80.58
70 72.81
69.79 67.21
60
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Untuk kabupaten/kota pada umumnya akses air bersih didaerah perkotaan sudah
dilayani oleh PDAM dan didukung oleh lokasi Pamsimas. Untuk Kota Padang Panjang
dan Kota Bukittinggi tidak merupakan lokasi Pamsimas akan tetapi wilayahnya kecil
sehinga dapat terjangkau oleh PDAM Beberapa kabupaten yang wilayah daerahnya
sangat luas, akses air bersih untuk desa-desa yang jauh belum terjangkau oleh PDAM
maupun Pamsimas, dengan adanya alokasi Pamsimas ini akan dapat meningkatkan
akses air bersih dimana desa-desa pamsimas akan dilayani oleh sarana air bersih yang
dibangun oleh Dinas PU terutama untuk daerah kabupaten yang wilayah yang luas dan
banyak desa yang terpencil.
Sudah menjadi tekad pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan Pembangunan
Milenium, yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum
dan sanitasi dasar sebesar 50% pada tahun 2015. Dalam upaya masyarakat bisa
mendapatkan akses pelayanan air minum. pemerintah Indonesia masih memberikan
bantuan untuk pembangunan fisiknya. Sedangkan untuk akses sanitasi dasar, seperti
jamban keluarga, sudah tidak lagi dibantu, karena hal ini dimaksudkan menanamkan rasa
tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dari pencemaran kotoran manusia yang
dibuang secara sembarangan.
35
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
36
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik. 2.4
Trend Cakupan Penduduk yang Menggunakan Jamban Sehat
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2017
2017 73.64
2016 72.31
2015 80.05
2014 78.1
2013 73.56
2012 70.05
2011 62.48
0 20 40 60 80 100
Sumber data : Laporan Kabupaten/Kota
37
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
perhatian khusus, karena kecepatannya akses yang tidak sesuai dengan harapan. Dari
target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015, akses masyarakat pada jamban keluarga
yang layak pada tahun 2009 baru sebesar 34%. Terdapat ceruk 21% peningkatan akses
dari sisa waktu 6 tahun (2009-2015). Untuk mencapai sasaran sanitasi MDGs tersebut,
harus ditemukan cara untuk lebih mempercepat akses sanitasi baik di perdesaan maupun
di perkotaan. Di sisi lain dengan anggaran pemerintah yang terbatas maka perlu
dilakukan cara-cara yang lebih efektif dan inovatif.
Dalam kerangka tersebut, sesuai dengan Kepmenkes Nomor 852/MENKES/
SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang
menjadikan STBM sebagai Program Nasional dan merupakan salah satu sasaran utama
dalam RPJMN 2010 – 2014, maka Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat akan
memberikan peran sesuai tanggung jawab pemerintah propinsi dalam rangka
meningkatkan Umur Harapan Hidup dengan menetapkan Persentase penduduk yang
menggunakan Jamban Sehat yang berkualitas sebagai salah satu sasaran yang akan
dicapai dalam perencanaan strategik lima tahunan yang telah ditetapkan dengan
indikator kinerja dari 67% menjadi 75% pada tahun 2015.
Dinas Kesehatan telah berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dengan
melakukan berbagai kegiatan atau program yang ditujukan untuk persentase penduduk
yang menggunakan jamban sehat, yaitu melalui:
1) Orientasi Klinik Sanitasi bagi Petugas Kesehatan Lingkungan Kabupaten/Kota
2) Orientasi pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3) Capacity Building bagi Petugas Kabupaten/Kota
4) Pertemuan jejaring STBM
5) Pelatihan Peningkatan Supply Sanitasi
6) Pelatihan Monev STBM berbasis SMS
7) Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Limbah Medis Propinsi Sumbar
8) Pelatihan Monitoring STBM Regional I
9) Workshop Program Penyehatan Lingkungan Lainnya
10) Pertemuan Kemitraan dalam Pencapaian KPI Pamsimas Komponen B
11) Pertemuan Supervisi Fasilitasi Pengawasan Dan Pemantauan Hygiene Sanitasi
Lingkungan
12) Workshop Pengembangan Kabupaten/Kota Sehat Tingkat propinsi Sumatera Barat
13) Workshop Sanitasi Rumah Sakit
38
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
3.1.2. Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Dalam pencapaian sasaran strategis mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
diidentifikasikan dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama yaitu :
1) Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
2) Kunjungan Neonatal Pertama (KN1), pencapaian indikator dari sasaran strategis ini
terlihat pada tabel di bawah ini.
39
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik.2.5
Trend Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011-2016
92
90 90.02 90
89
88 88.25
86 86
84
83.24
82
80 80.3
78
76
74
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Meskipun Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 telah
mencapai target, namun dibandingkan cakupan tahun 2017 terlihat terdapat penurunan
hal ini disebabkan karena masih ada beberapa kabupaten kota yang pencapaiannya
dibawah target seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Pasaman Barat,
Sawahlunto, Sijunjung. Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan tertinggi adalah Kota
Padang (97,4%) dan terendah adalah kabupaten Mentawai (17,3%) seperti yang terlihat
pada grafik dan tabel dibawah ini :
Tabel.2.10
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2017
Cakupan Linakes
No Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kab. Mentawai 48.0 60.02 61.2 64.68 46.09 56.8 17.3
2 Kab. Pesisir Selatan 85.0 91.09 89.8 81.60 96.57 88.8 89.7
3 Kab. Solok 78.0 72.37 88.1 89.56 91.00 74.1 76.8
4 Kab. Sijunjung 94.0 95.52 100 99.70 93.31 74.6 74.6
5 Kab. Tanah Datar 88.0 76.24 88 89.57 78.25 71.8 70.4
6 Kab. Padang Pariaman 84.0 92.03 93 93.82 98.71 82.3 90.0
7 Kab. Agam 78.0 86.28 82.8 90.68 78.81 87.6 71.7
8 Kab. 50 Kota 88.0 76.7 77.3 83.72 91.55 75.3 77.1
9 Kab. Pasaman 83.0 99.37 87.4 90.78 90.38 79.5 69.8
40
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Cakupan Linakes
No Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
10 Kab. Solok Selatan 69.0 71.24 74.2 80.03 88.26 81.5 83.6
11 Kab. Dharmasraya 82.0 89.48 86 88.30 85.34 94.7 65.7
12 Kab. Pasaman Barat 84.0 97.12 98.3 89.36 90.76 77.2 75.1
13 Kota Padang 94.0 93.23 94.4 95.63 98.95 95.2 97.4
14 Kota Solok 98.0 100.08 91.8 95.13 93.42 88.6 92.9
15 Kota Sawahlunto 91.0 98.53 77.4 83.61 86.79 77.0 73.4
16 Kota Padang Panjang 96.0 101.15 95.8 91.25 91.08 100.4 96.0
17 Kota Bukit Tinggi 97.0 100.55 91.7 98.52 80.86 91.0 89.1
18 Kota Payakumbuh 98.0 93.32 94 96.51 87.82 92.3 95.4
19 Kota Pariaman 100.0 101.17 89 92.37 99.66 93.1 96.1
Provinsi 86.0 88.25 89 90.02 90.00 83.2 80.3
Sumber Data: Laporan Kabupaten Kota Tahun 2017
41
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Saat ini, jumlah dokter umum di Puskesmas dan Dinas Kesehatan se-Sumatera
Barat adalah 508 orang, di rumah sakit sebanyak 268 orang, tenaga bidan berjumlah
4968 orang, perawat 3462 orang, dokter spesialis anak 54 orang, dokter spesialis
Obgyn 65 orang Sedangkan tenaga kesehatan yang sudah dilatih adalah:
a. Bidan terlatih Asuhan Persalinan Normal sebanyak 974 orang.
b. Bidan, dokter dan perawat mampu PONED sebanyak 363 orang.
c. Bidan mampu PONEK sebanyak 58 orang.
5. Kemitraan bidan dukun.
Dengan kemitraan bidan dengan dukun diharapkaan dapat meningkatkan cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan, karena dengan kemitraan tersebut, dukun
diharapkan dapat memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan & melahirkan di fasilitas kesehatan dengan didampingi oleh dukun.
6. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
melibatkan seluruh unsur yang ada di masyarakat dalam perencanaan persalinan
bagi ibu hamil, terkait tempat Ibu akan melahirkan, perencanaan transportasi dan
alokasi dana jika si Ibu hamil akan dirujuk dll. Saat ini seluruh kabupaten/kota telah
melaksanakan program P4K.
7. Pembentukan Kelas Ibu hamil.
Kelas Ibu hamil sudah terbentuk di 264 Puskesmas di Sumatera Barat. Kelas ibu
hamil ini melibat suami/keluarga dengan tujuan supaya suami/keluarga dapat
memastikan ibu hamil telah mendapatkan pelayanan yang sesuai standar dan
melahirkan di fasilitas kesehatan
8. Pendampingan Ibu hamil Risti oleh Kader
Tahun 2015, pendampingan Ibu Hamil Risti difokuskan di 3 Kabupaten/Kota yaitu
Kota Padang, Kaabupaten Pesisir Selatan dan Pasaman Barat.
42
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
penyakit yang dapat berakibat terjadinya kematian. Indikator ini juga menunjukkan akses
atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.
Berdasarkan laporan rutin dari kabupaten/kota, cakupan pelayanan neonatus
yang pertama (KN1) telah mengalami peningkatan dari 87,32% pada tahun 2010,
menjadi 88% pada tahun 2011, namun tahun 2012 terjadi sedikit penurunan menjadi
87,95 % dan tahun 2013 kembali meningkat menjadi 91,14% kemudian tahun 2014
menjadi 91,59% dan tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 90.85 % serta pada tahun
2017 terjadi penurunan menjadi 84.0 %, namun jika dibandingkan dengan target yang
ditetapkan tahun 2017 capaian cakupan sudah melebih target tersebut, seperti terlihat
pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.6
Trend Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2017
95
91.14 91.59 90.85
90
88 87.95 88
85 86
84 84 Target KN1
82 81
80 80 80.5
KN1
78
75
70
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun 2011-2016
43
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat darurat pada ibu dan
bayi baru lahir (PONEK).
3. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan dan
pertemuan/seminar seperti Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Muda/Balita Sakit,
Pelatihan Asfiksia BBLR, Pelatihan Penanganan Bayi Baru Lahir, Pelatihan Neonatal
Essensia, Pelatihan Skrining Hypothiroid Kongenital, Pelatihan manajemen KIA dll.
4. Pembiayaan kunjungan neonatus melalui dana BOK
5. Pelaksanaan Kelas Ibu hamil
Pada kegiatan kelas Ibu Hamil, disamping pembelajaran tentang kesehatan ibu
selama hamil, juga memuat materi tentang perawatan bayi baru lahir dan neonatus.
Dengan meningkatnya pengetahuan tentang perawatan BBL tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga memeriksakan kesehatan bayinya.
6. Pemberian buku KIA bagi ibu hamil dan memanfaatkannya untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dari dalam kandungan sampai berusia
5 tahun.
7. Meningkatkan Peran serta Organisasi Profesi dalam pemantaun kualitas pelayanan
terhadap bayi baru lahir.
8. Peningkatan peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh masyarakat melalui
kader sahabat ibu dan lain-lain.
44
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
BOR (Bed Occupancy Rate) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indikator ini disamping memberikan tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan dengan nilai standar atau angka ideal yang
seharusnya dicapai. Persentase BOR 60% - 85% per tahun merupakan standar nilai dari
Departemen Kesehatan RI, Apabila rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah
60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% maka hal itu akan mengakibatkan
tempat tidur yang seharusnya bisa digunakan untuk kejadian luar biasa (KLB) akan terisi
penuh sehingga rumah sakit tidak akan mampu menampung pasien yang akan dirawat
dengan Kejadian luar biasa (KLB) tersebut. Selain itu juga untuk menghindari ketidak
adaan nya waktu untuk pembersihan kamar pasien yang dirawat karena hampir semua
tempat tidur per harinya lebih 85 persen sehingga dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan infeksi nosokomial.
Capaian realisasi BOR dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan dari
74,20% pada tahun 2011, menjadi 75.90% pada tahun 2012, namun tahun 2013 terjadi
sedikit penurunan menjadi 75,87 % dan tahun 2014 kembali meningkat menjadi 80.23%
kemudian tahun 2015 menjadi 81,00%, seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.7
Trend Bed Occupancy Rate ( (BOR) di 4 RS Milik Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011-2015
82 80.23 81
80
78 80
75.9 75.87
76 74.2 78
74 BOR
75
72 Target
73
70
71
68
66
2011 2012 2013 2014 2015
45
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
BOR sangat dipengaruhi oleh kepuasan pasien dan kepuasan pasien dipengaruhi
oleh baik buruknya pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kepuasan dan
kenyamanan menyebabkan yang bersangkutan menjadi langganan. diharapkan tidak
hanya yang bersangkutan, tetapi juga keluarga dan kerabatnya dapat ikut tertarik.
Beberapa kegiatan untuk mendukung pencapaian capaian target indikator, antara
lain :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan pengetahuan
danketerampilan petugas melalui pendidikan dan pelatihan baik petugas medis
maupun paramedis antara lain :
1) Pelatihan Penanganan Obstetri Neonatologi Dasar (PONED)
2) Pelatihan PPGD dan GELS (General Emergency Live Support).
2. Pemenuhan jumlah SDM sesuai kebutuhan dan kompetensi, melalui pemenuhan
SDM di Rumah Sakit terutama tenaga dokter Spesialis dan pemberi pelayanan
utama (core bisnis) seperti perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya melalui
tenaga kontrak karena rumah sakit telah BLUD.
3. Melakukan renovasi dan pengembangan fasilitas gedung untuk mengantisipasi
perkembangan jumlah pasien seperti :
- Renovasi Ruang Rawatan Neurologi, Interne dan Anak di RSUD Solok dan
penambahan jumlah tempat tidur di RSUD Pariaman dari 143 TT tahun 2014
menjadi 167 pada tahun 2015 serta renovasi ruangan dan penambahan
tempat tidur di RSJ HB Saanin dari 300 TT tahun 2014 menjadi 316 pada
tahun 2015.
46
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
4) Dukungan anggaran baik dari APBD dan APBN dalam pemenuhan sarana prasarana
fisik dan peralatan kesehatan.
47
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Jka dilihat dengan jumlah kematian ibu dari tahun ke tahun berdasarkan data dari
Kab/Kota terjadi penurunan, pada tahun 2011 jumlah kematian sebanyak 129 kasus,
pada tahun 2012 jumlah kematian menurun sebanyak 104 kasus, pada tahun 2013 turun
sebanyak 90 kasus, pada tahun 2014 jumlah kematian naik menjadi 116 kasus dan pada
tahun 2015 turun kembali menjadi 110 kasus dan pada tahun 2017 kembali naik menjadi
113 kasus seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.8
Trend Penurunan Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2016
140
129
120
116 113
110 108
100 104
90
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Upaya dalam menurunkan angka kematian Ibu dan bayi harus dilaksanakan
secara komprehensif dan saling berkaitan untuk itu penjelasan upaya-upaya yang
dilakukan Pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB dijelaskan pada analisis upaya
penurunan angka kematian Bayi sebagaimana analisa berikut ini.
48
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
AKB ditetapkan melalui survey yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting
untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang
baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal
dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi.
Disamping itu, AKB merupakan salah satu indikator yang berpengaruh terhadap
Umur Harapan Hidup yang nantinya akan menentukan derajat kesehatan dan merupakan
salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu
MDGs 4 yaitu mengurangi kematian Bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Indonesia dari tahun ke tahun sudah mengalami
penurunan, menurut hasil SDKI 2007 dari 34/1000 KH menjadi 32/1000 KH pada tahun
2012 (SDKI tahun 2012).
Sedangkan Angka Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat dibandingkan
Provinsi lain di Indonesia sudah memperlihatkan penurunan yang cukup bermakna yakni
dari 47/1000 KH pada tahun 2007 menjadi 27/1000 KH pada tahun 2012, meskipun
secara target yang telah ditetapkan hanya mencapai 85,19%.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan kematian ibu dan
bayi tersebut. Kebijakan teknis yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
dalam upaya menurunkan kematian ibu, bayi dan balita adalah:
1. Meningkatkan universal access dan coverage untuk pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)
2. Intervensi prioritas untuk mengatasi penyebab utama kematian ibu, bayi dan balita
3. Mendorong persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi PONEK (Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Komprehensif) dan PONED (Pelayanan Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Dasar)
5. Meningkatkan kualitas in service training dan distribusi tenaga kesehatan: bidan
PTT (Pegawai Tidak Tetap), perawat, dokter PTT (dokter dengan kewenangan
tambahan), dokter spesialis (tugas belajar, pengiriman residen, sister hospital)
6. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan: obat program dan bahan
habis pakai, sarana/alat PONED dan PONEK
7. Menerapkan standar pelayanan kesehatan di Poskesdes/Polindes, Pustu
(Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit).
8. Memberdayakan keluarga dam masyarakat dalam KIA untuk meningkatkan health
care seeking.
49
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
50
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
(Expanding Maternal dan Nonatal Survival). Penguatan sistem rujukan ini diperkuat
dengan adanya Peraturan Gubernur Nomor 29 tahun 2014.
5) Kerjasama dengan organisasi profesi, LSM dan Perguruan Tinggi melalui MoU
guna peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kegiatan Bhakti Sosila antara
lain :
1) POGI (perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia), IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IBI (Ikatan Bidan Indonesia) dan
PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
2) LSM antara lain PKK dan PKBI
3) Perguruan Tinggi Kesehatan antara lain, Poltekes, UNAND.
6. Kesehatan bayi baru lahir, bayi, balita juga merupakan fokus pelayanan kesehatan
yang perlu mendapat perhatian kita semua. Dinas Kesehatan PropinsiSumatera
Barat dan jajararan mempunyai program yang spesifik terhadap pemenuhan
kebutuhan hak anak, antara lain :
1) Program Kelangsungan Hidup Anak
2) Program Kualitas Hidup Anak
3) Program anak berkebutuhan khusus
Program kelangsungan hidup anak dilakukan dalam bentuk pelayanan
terhadap bayi baru lahir melalui kunjungan bayi baru lahir (Kunjungan Neonatus)
minimal 3 kali sampai bayi berumur 29 hari disertai dengan skrining kelainan
hipotiroid pada bayi baru lahir, pelayanan terhadap bayi usia 1- 11 bulan berupa
pemantauan tumbuh kembang, pemberian vitamin A, tatalaksana bayi sakit serta
pemberian imunisasi, dan pelayanan terhadap anak balita (usia 1- 5 tahun).
Disamping itu juga dibentuk kelas ibu balita di wilayah kerja Puskesmas di
Sumatera Barat. Kelas ibu balita ini akan memnberikan informasi kepada ibu
seputar kesehatan anak balitanya.
Program peningkatan kualitas hidup anak dilakukan melalui program UKS dan
PKPR,
Sedangkan program anak khusus dilakukan untuk anak-anak berkebutuhan
khusus termasuk anak di Lapas, anak korban kekerasan, adan anak dengan
disabilitas.
Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan dengan pendekatan Continuum
of Care yang dimulai sejak masa pra hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita,
hingga remaja (pria dan wanita usia subur) serta melakukan integrasi dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
51
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik.2.9
Trend Penemuan Kasus Baru TB di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011-2016
2016 87.5
2015 137.84
2014 82.28
2013 87.29
2012 88.36
2011 88.17
52
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Adapun kendala yang dihadapi dalam pengembangan program dan pencapaian target
indikator program adalah :
1) Penemuan kasus baru khususnya TB BTA positif diantara perkiraan jumlah suspek
masih rendah di beberapa kabupaten kota.
2) Pelaksanaan strategy DOTS di RS Pemerintah dan Swasta belum maksimal,
pelaksanaan protap belum berjalan secara utuh.
3) Belum semua penderita yang datang berobat ke RS Swasta dan DPS teregister
53
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
54
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
14) Pemberdayaan Masyarakat (LSM, Media Massa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,
Ninik Mamak, Kader dan lain-lain)
15) Bersama-sama dengan kebupaten/kota mengembangkan “Nagari peduli TB”
55
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik.2.10
Trend API di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015
0.35
0.29
0.3 0.27
0.25
0.25
0.2 0.18
0.15
0.15
0.1
0.05
0
2011 2012 2013 2014 2015
Secara epidemiologi, dengan API kita saat ini Provinsi Sumatera Barat berada
pada status daerah endemis ringan. Untuk dapat mencapai status epidemi sekarang ini
telah dilakukan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan vektor serta penguatan 3M
dan kelambunisasi di daerah endemis sedang dan diikuti dengan intensifikasi upaya
pengendalian malaria yang salah satu hasilnya adalah peningkatan cakupan
pemeriksaan sediaan darah atau konfirmasi laboratorium. Harapannya adalah API
Sumatera Barat bisa terus ditekan hingga mencapai status eliminasi malaria (API 0 per
1.000 penduduk) pada tahun 2020. Hanya 1 (satu) Kabupaten/Kota yang API nya masih
> 1 per 1.000 penduduk pada tahun 2015 yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai (5.06).
56
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
57
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
58
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Tabel.2.11
Trend Pencapaian Beberapa Indikator Proses
Untuk Memantau Keberhasilan Program Tahun 2011-2015
59
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Jumlah kasus AIDS pada satu sisi menggambarkan semakin baiknya sarana
diagnosis AIDS, tetapi pada satu sisi menggambarkan cepatnya manifestasi AIDS dari
kondisi mengidap HIV pada seseorang.
Distribusi kasus HIV dan AIDS tersebar di 19 kabupaten dan kota di Provinsi
Sumatera Barat. Distribusi terbesar terdapat di Kota Padang, diikuti oleh Kota Bukittinggi,
Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota
Payakumbuh dan Kabupaten Tanah Datar
Jika dilihat dari case rate (jumlah kasus dibanding jumlah penduduk), maka case
rate tertinggi adalah di Kota Bukittinggi (147.93), diikuti Kota Padang (64.48) dan Kota
Payakumbuh (40.94). Case rate ini menggambarkan tingginya infeksi AIDS di sebuah
wilayah. Jika dibandingkan dengan data case rate secara nasional, dimana Provinsi
Papua Papua 322.9, Provinsi Papua Barat 215.6, Provinsi Bali 100.2, Provinsi DKI
Jakarta 59,7 dan Provinsi Kalimantan Barat 34,2, maka terlihat bahwa Kota Bukittinggi
dan Kota Padang perlu perhatian khusus di dalam penanggulangan HIV-AIDS.
Faktor risiko penularan kasus AIDS didominasi oleh faktor risiko heteroseksual
sebesar 586 orang (42.37%), diikuti oleh IDU’s sebesar 412 orang (29.79%) dan
homoseksual sebesar 150 orang (10.85%).
Pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta 479 orang (34.63%) dan ibu rumah
tangga 220 orang (15,91%), hal ini menggambarkan bahwa populasi yang terkena sudah
semakin meluas, dilihat dari meningkatnya jumlah ibu rumah tangga yang terkena.
Jika dilihat dari faktor usia terbanyak adalah usia 20-29 tahun sebanyak 542
orang (39.19%), diikuti usia 30-39 tahun (38.90%) sebanyak 538 orang. Ini
menggambaran penularan telah terjadi di usia yang sangat muda sekali dan menjadi sakit
di usia produktif. Adanya 35 orang kasus AIDS pada Balita juga merupakan suatu hal
yang memerlukan perhatian khusus.
Data diatas menggambarkan tingginya potensi epidemi HIV dan AIDS di Provinsi
Sumatera Barat. Potensi epidemi ini akan menghasilkan epidemi yang sangat besar jika
tidak dilakukan upaya-upaya pengendalian epidemi HIV dan AIDS.
Berdasarkan data estimasi 2009, populasi kelompok risiko tinggi HIV-AIDS di
Sumatera Barat cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan data estimasi tersebut,
penemuan kasus HIV-AIDS saat ini masih di 20-30% dari jumlah kasus estimasi. Artinya
60
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
masih sangat besar kemungkinan masih banyaknya kasus HIV-AIDS yang belum
tertangkap oleh layanan. Yang menjadi catatan penting lainnya adalah, penemuan kasus
HIV/AIDS di Sumatera Barat 60% masih dalam stadium AIDS. Artinya penemuan dini
masih perlu ditingkatkan. Keterlambatan penemuan kasus bukan hanya menurunkan
kualitas hidup ODHA itu sendiri tetapi juga meningkatkan risiko penularan kasus di
masyarakat dan menghambat pemutuan rantai penularansehingga meHal ini harus
menjadi catatan penting bagi program HIV-AIDS bahwa masih banyak tindak lanjut yang
harus dilaksanakan untuk dapat memecahkan fenomena gunung es ini dengan terus
meningkatkan upaya-upaya pencegahan penularan.
Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Daerah yang dapat mengatur
penanggulangan HIV tersebut, yaitu Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Penanggulangan HIV-AIDS. Secara umum Program Penanggulangan AIDS terdiri dari
pengembangan kebijakan, program pencegahan, program perawatan, dukungan dan
pengobatan, serta program mitigasi.
Kegiatan di 2015 untuk mendukung capaian target indikator:
1) Kegiatan Pencegahan
Kegiatan pencegahan yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat adalah:
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) HIV-AIDS dan NAPZA pada
kelompok berisiko tinggi, petugas kesehatan, anak sekolah, Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP), tokoh masyarakat, Karang Taruna.
- Bekerja sama dengan Universitas (AISEC) untuk penyuluhan HIV pada
generasi muda.
- Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) pada pengguna Napza suntik.
- Penatalaksanaan IMS (Klinik IMS, Pengobatan dengan Pendekatan Sindrom
dan etiologi, pelatihan pendekatan sindrome pada Bidan koordinator).
- Skrining darah donor di UTDC PMI Padang, Bukittinggi, Solok, Pariaman.
- Kewaspadaan Universal pada setiap kegiatan medis.
- Peningkatan Penggunaan kondom pada perilaku seksual rawan tertular dan
menularkan.
- Terlaksananya PPIA (Program Pencegahan Penularan Ibu ke Anak) di RSUP
M. Jamil dan RSAM Bukittinggi sejak Tahun 2013 dan Pemberian Makanan
Bayi
2) Kegiatan Penanggulangan
61
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
62
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Salah satu indikator pencapaian MDG tujuan 6A (mengendalikan penyebaran HIV dan
mulai menurunkan kasus baru pada 2015) adalah tingkat pengetahuan komprehensif
tentang HIV dan AIDS pada orang muda (15-24 tahun). Untuk menyikapi hal tersebut
berbagai upaya dilakukan, diantaranya meningkatkan berbagai penyuluhan melalui
berbagai media dan penempelan stiker pengetahuan HIV/AIDS di rumah-rumah
penduduk.
63
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
2) Belum sama persepsi tentang unlink anonimous dan link confidential antar petugas
kesehatan sehingga masih sering terjadi oknum masyarakat dan petugas
mengharapkan ODHA dapat diketahui identitasnya untuk ditindak lanjuti.
3) Rasa malu keluarga korban untuk mendatangi sarana pelayanan kesehatan, karena
HIV dianggap aib keluarga.
4) Masih terbatasnya LSM penjangkau untuk membantu menjangkau populasi
berisiko.
5) Masih terbatasnya jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan yang dapat melayani HIV.
6) Belum optimal peranan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) dan Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD).
Upaya yang sudah dilakukan saat ini untuk memecahkan masalah yang ada adalah:
1) Fasilitasi untuk pengembangan kebijakan dan kesepakatan pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota dalam bentuk peraturan daerah untuk mendukung
implementasi program penanggulangan AIDS melalui pengembangan kebijakan
untuk mendukung beberapa intervensi pokok untuk penanggulangan AIDS antara
lain kebijakan pemakaian kondom, kebijakan penanganan penasun dan kebijakan
yang menyangkut perawatan, dukungan dan pengobatan dengan
mensosialisasikan dan menerapkan perda no.8 tahun 2012 tentang
penanggulangan HID-AIDS di Sumatera Barat.
2) Pengembangan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB HIV) secara
bertahap di seluruh Kab/kota sebagai salah satu strategi operasional untuk program
penjangkauan orang muda, strategi operasional penjangkauan di tempat kerja, dan
strategi untuk meningkatkan pencapaian target Universal Akses layanan HIV-AIDS.
3) Peningkatan cakupan Voluntary Conseling and Testing(VCT) dan Provider Inisiative
Testing and Counseling PITC serta peningkatan awareness pada kelompok risiko
tinggi dan rentan di lapas/rutan dengan mobile VCT berkala
4) Program untuk sub populasi muda dengan peningkatan Program KIE untuk
kelompok remaja dan mahasiswa bekerja sama dengan BKKBN melalui kegiatan
pembinaan kelompok konseling remaja (Pusat Informasi dan konseling
mahasiswa/PIGMA)
5) Peningkatan awareness di sektor layanan kesehatan untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi di kalangan petugas kesehatan
6) Melatih konselor HIV dari unit transfusi darah dalam rangka Program peningkatan
pengamanan darah donor terhadap Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
64
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
65
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
100
89 89 91
85.9 82.85
80 81.4
74.6
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Salah satu penyebab rendahnya pencapaian imunisasi lengkap ini adalah karena
kebijakan Kemenkes untuk menggunakan data Pusdatin sebagai pembagi (denominator)
sedangkan jumlah sasaran tersebut berbeda dengan pendataan kabupaten kota, jika
dibantingkan dengan pencapaian hasil pendataan adalah 80.5% (81.759 dari 102.040
anak terimunisasi lengkap).
Dalam mencapai indikator cakupan imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan,
terdapat indikator-indikator penilaian per antigen yaitu HbO, kontak pertama, dan kontak
lengkap.
Untuk cakupan imunisasi Hepatitis B0 diberikan pada bayi 0-7 hari, yang
memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B
mencapai 77,9% (target 80%).
Untuk cakupan imunisasi kontak pertama (target 95%), BCG: 81,2%, Polio 1:
82,0%, DPT-HB1: 84,0%. Untuk cakupan imunisasi kontak lengkap (Target 90%), Polio 4:
80,3%, DPT-HB3: 80,9%, Campak: 77,9%. Keenam cakupan antigen ini tidak mencapai
target disebabkan karena mitos bahwa anak kecil tidak boleh keluar rumah dan disuntik,
66
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
di samping itu isue halal-haram dan tidak efektifnya imunisasi masih menurunkan
mempengaruhi capaian imunisasi kontak pertama tahun ini. Namun jika dibandingkan
dengan capaian 2014 capaian tahun ini sudah jauh meningkat. Usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengcounter ise negatif imunisasi di masyarakat kita sepanjang tahun ini
sudah mulai menunjukkan hasil. Perlahan cakupan imunisasi Sumatera Barat mulai
berjalan mendekati target kembali.
Kegiatan dan inovasi dalam usaha pencapaian target indikator program di 2015:
1) Melaksanakan refreshing dan update informasi terkait imunisasi kepada jurim
koordinator dan bidan desa
2) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan coldchain imunisasi kepada DPS dan
pengelola RS swasta dalam upaya menjaga kualitas vaksin
3) Melakukan talkshow TV dan radio spot tentang pentingnya imunisasi, imunisasi
lanjutan dan vaksin pentavalen untuk memperluas jangkauan sosialisasi bagi
masyarakat umum.
4) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta melalui imunisasi
rutin dan terus menerus yang dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan
berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin pada
bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah
5) Mengadakan Pekan Posyandu Tingkat Provinsi Sumatera Barat untuk kembali
mengkampanyekan dan membangun kesadaran dan peran serta masyarakat akan
pentingnya posyanduu
6) Membangun kemitraan dan jejaring kerja
7) Menjamin ketersediaaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat
suntik
8) Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk menentukan
prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
9) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih
10) Pelaksanaan sesuai dengan standard
11) Memanfaatkan perkembangan methoda dan tekhnologi yang lebih efektif
berkualitas dan efisien
12) Advokasi, fasilitasi dan pembinaan program terutama dalam hal pemetaan masalah
capaian program dan kualitas data imunisasi per kab/kota melalui kegiatan Data
Quality Assesment (DQS), Efecttive Vaksin Supply Management (EVSM) dan
supervisi suportif imunisasi.
67
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
13) Sosialisasi dan advokasi penerapan kebijakan vaksin pentavalen (DPT –Hb-Hib)
dan imunisasi tambahan di 2015
Upaya yang sudah dilakukan saat ini untuk memecahkan masalah yang ada adalah:
1) Validasi data jumlah sasaran per Jorong/Desa/Kelurahan dan membandingkan
dengan pencapaian akhir tahun 2015 ( angka absolut).
2) Penyebaran luasan informasi lebih awal kepada orang tua murid tentang manfaat
Imunisaisi DT dan Campak dan TT sehingga pada saat pelaksanaan BIAS tidak
ada alasan orang tua murid menolak anaknya untuk diimunisasi.
3) Mengalokasikan dana swepping untuk imunisasi rutin dan BIAS.
4) Perencanaan program yang melibatkan Pemda Kab/Kota khusunya dalam
mengalokasikan anggaran.
5) Memprioritaskan kegiatan tambahan dan sekaligus memperkuat kegiatan rutin
6) Kesepakatan dengan program KIA agar pencatatan Status T bagi Bumil & WUS
agar mengacu ke pencatatan TT5 dosis.
7) Meningkatkan promosi tentang imunisasi
8) Refreshing kemampuan teknis petugas secara bertingkat
68
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
69
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik. 2.12
Trend Cakupan penduduk yang mempunyai Jamkes
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2017
80
73.52 75.55
70 70.16 69.27 69.14
65.07
60
53.8
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber Data: Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2017
Beberapa kendala yang ditemukan dalam pencapaian jaminan kesehatan antara lain :
1) Masih banyaknya badan usaha yang belum mendaftarkan pekerjanya sebagai
peserta jaminan kesehatan,
2) Kesadaran masyarakat sebagai peserta mandiri masih rendah.
3) Berkurangnya kepesertaan jaminan kesehatan sumatera barat sakato karena
duplikasi dan tidak tepat sasaran hasil rekonsiliasi data.
4) Perubahan definisi operasional cakupan jaminan kesehatan oleh pemerintah pusat
yaitu kepesertaan sistem jaminan sosial nasional, tentu berdampak pada perubahan
target dan sasaran cakupan jaminan kesehatan Sumatera Barat, karena tahun 2017
kepesertaan jaminan kesehatan sebagai peserta BPJS Kesehatan Sumatera Barat
baru 69,14%.
Hal-hal yang mendukung didalam pelaksanaan kegiatan jaminan kesehatan antara lain :
1) Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
terhitung 1 Januari 2015, badan usaha besar dan menengah wajib mendaftarkan
diri dan pekerja sebagai peserta jaminan kesehatan nasional.
71
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Tabel 2.12
Pembiayaan Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato
Tahun 2011 – 2017
72
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Untuk mengetahui status gizi pada Balita dilakukan dengan Pemantauan Status
Gizi (PSG). PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan
gizi berupa kegiatan penilaian status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri
untuk menggambarkan besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis.
Metodologi yang digunakan adalah Cross Sectional atau potong lintang dengan teknik
73
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
pengambilan sampel secara random/acak. PSG ini dilakukan oleh tenaga gizi yang sudah
dilatih oleh Tim Ahli dari Poltekes Kementerian Kesehatan Padang.
9
8 8.2
7.8
7.2 7.4
7 7
6.5 6.6 6.5 6.3
6 5.9
5 5.1
4.8
4.5 Target
4
Gizi Kurang
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
74
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan status gizi masyarakat antara lain
melalui pendekatan intervensi spesifik dan intervensi sensitive.
1. Intervensi Spesifik
Intervensi spesifik adalah Upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan
akibat permasalahan gizi secara langsung dengan pendekatan siklus kehidupan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan sasaran fokus pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
Bayi 0-11 bulan dan Anak 12-23 bln (1000 HPK). Intervensi ini diperkirakan dapat
meningkatkan status gizi masyarakat sebesar 30%. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
adalah:
1) Perbaikan Status Gizi Balita:
a. Pemberian ASI Esklusif pada bayi 0-6 bulan
Pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan sangat berguna untuk
meningkatkan kesehatan pada bayi sekaligus pada ibunya. Persentase bayi
0-6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif berdasarkan laporan
Kabupaten/Kota adalah 75,2 % angka ini memang masih berada dibawah
target yang ditetapkan yaitu 83 %, namun secara umum telah mengalami
peningkatan dari 72,5% pada tahun 2014. Beberapa kegiatan telah
dilaksanakan untuk peningkatan pencapaian ASI esklusif antara lain :
- Pelatihan Konselor ASI dengan dana APBN dan APBD . Saat ini
teradapat 355 tenaga konselor ASI yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota
dan 264 Puskesmas
- Pendistribusian poster-poster tentang pentingnya menyusui
b. Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan Balita setiap bulannya.
Untuk meningkatkan status gizi Balita dilakukan dengan memantau
pertumbuhan Balita melalui penimbangan balita yang dilaksanakan setiap
bulannya di semua posyandu. Kegiatan ini, disamping untuk mengetahui
status pertumbuhan balita juga untuk mendeteksi awal penjaringan kasus gizi
buruk. Indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan tersebut adalah
N/D’ yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N)
dibandingkan dengan seluruh balita yang datang & ditimbang dikurangi Balita
yang tidak datang pada bulan sebelumnya dan Balita baru ditimbang pertama
kali (D’) diwilayah Posyandu.
Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan untuk meningkatan cakupan
N/D’ adalah melalui Posyandu Paud terintegrasi serta pelaksanaan
Penimbangan Massal secara rutin 1 kali dalam setahun di seluruh
75
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
76
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
meningkatan daya tahan tubuh balita dari berbagai penyakit yaitu campak ,
diare bahkan kasus gizi buruk. Upaya-upaya yang telah dilakukan :
- Penyebaran barner, poster dan leaflet tentang kapsul Vit A
- Pengadaan Kapsul Vit A dari dana APBD I dan APBD II.
2) Perbaikan Status Gizi Anak Sekolah dan Remaja
3) Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan status gizi anak sekolah dan remaja
adalah:
4) Pemantauan Status Gizi pada kegiatan UKS
5) Pembrian tablet tambah darah (Tablet Fe) pada remaja putri
6) Perbaikan Status Gizi ibu Hamil, dan Menyusui .
Masa hamil, dan menyusui merupakan saat-saat yang menentukan terhadap
kualitas hidup anak pada 1000 hari pertama kehidupan. Kekurangan gizi pada ibu
hamil, dan menyusui. Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan status gizi ibu
hamil dan menyusui adalah:
a. Pemberian tablet tambah darah pada Ibu hamil. Selama kehamilan diberikan
tablet Tambah darah 90 tablet yang gunanya untuk mencegah anemia pada
ibu hamil.
b. Pemberian Vitamin A untuk ibu nifas sebanyak 2 kapsul yang diberikan pada
segera setelah melahirkan dan kapsul kedua pada hari berikutnya minimal 24
jam setelah melahirkan atau sebelum 42 hari pasca salin. Pemberian Kapsul
Vitamin A, disamping mencegah terjadinya defisiensi vitamin A, juga untuk
meningkat ketahanan tubuh ibu terhadap infeksi
c. Penyebaran poster dan leaflet
d. Melaksanakan penyuluhan dikelas ibu hamil dan ibu balita
77
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
6. Surveilance Gizi
Kegiatan surveilance gizi adalah kegiatan pengamatan yang teratur dan terus
menerus terhadap masalah gizi masyarakat & faktor-faktor terkait melalui kegiatan
pengumpulan data/informasi, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi
78
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
informasi yang diperoleh melalui laporan rutin dari kabupaten/kota yang merupakan
hasil rekapan laporan dari Puskesmas dan jejaringnya. Data yang telah dianalis
merupakan informasi yang jadi masukan bagi pengambil keputusan untuk
perumusan kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat, perencanaan program
perbaikan gizi masyarakat, penentuan tindakan penanggulangan serta evaluasi
terhadap pengelolaan program gizi.
2. Intervensi Sensitif
Intervensi sensitif adalah upaya perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan untuk
mencegah dan mengurangi gangguan akibat permasalahan gizi secara tidak langsung
dengan melibatkan lintas sektor, LSM, organisasi profesi,dan sektor no kesehatan
lainnya dengan sasaran keluarga dan masyarakat (masyarakat umum). Intervensi
sensitif ini diperkirakan apat meningkatkan status gizi masyarakat sebesar 70% .
Upaya yang telah dilakukan adalah:
1. Pembentukan Pos Pemulihan Gizi (CFC: Comunity Feeding Centre)
2. Pembentukan Kelompok Pendukung (KP-ASI) ASI di 7 Kabupaten/Kota yaitu
Dharmasraya, 50 Kota, Padang Pariaman, Pasaman Barat, tanah Datar,
Bukittinggi
3. Pembentukan Nagari Sadar Gizi di kabupaten Dharmasraya.
4. Pembentukan Desa Peduli Gizi di Kabupaten Solok Selatan
5. Program PMT AS untuk murid SD di daerah tertinggal
Untuk memperkuat pelaksanaan intervensi spesifik & sensitif, pemerintah Provinsi
Sumatera Barat juga melakukan upaya lain yaitu:
1. Menerbitkan Perda ASI Ekskusif No.15 tahun 2014
2. Rencana Aksi Daerah Pangan & Gizi 2011-2015
79
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
80
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Grafik. 2.14
Trend Peningkatan Rasio Dokter di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 - 2015
100 83.98 86.04
80 80
60.45 70
51.02 51.67
60 60 Persentase Rasio
50 dokter
40 40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Laporan SDMK Kabupaten Kota tahun 2011 - 2015
Grafik.2.15
Penyebaran Dokter di Kabupaten/Kota Provinsi
1000 845
800
600
400
200 56 27 35 77 61 43 67 70 60 45 69 50 51 55 54 44 52 2786.02
0
Kota Pada g…
Kab. Pada g…
Kab. Pesisir…
Kab. Pasa a …
Kab.…
Kab. Solok…
Kab. Kep.…
Kota Bukittinggi
Kota Solok
Kab. Solok
Kab. Pasaman
Kab. Sijunjung
Kab. Agam
Kota Sawahlunto
Kota Pariaman
Prov. Sumbar
Kota Padang
Kab. 50 Kota
81
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
82
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
83
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Data keberadaan jumlah tenaga medis bersumber dari data laporan SDMK Dinas
Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit.
Jumlah penduduk dihitung berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010
oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dengan asumsi pertumbuhan jumlah penduduk
pertahun 1,49%, maka diproyeksikan jumlah penduduk tahun 2015 berkisar 5.196.300
penduduk. Sedangkan jumlah Bidan di Provinsi Sumatera Barat per 31 Desember 2015
berjumlah 4.980 orang sehingga jika dibandingkan antara jumlah Bidan yang ada
dengan jumlah Bidan yang dibutuhkan berdasarkan hasil pembagian antara jumlah
penduduk dengan 1.300 penduduk (rasio 1 : 1.300), dengan realisasi mencapai 124.6%
artinya rasio 1 Bidan dengan 1.300 jumlah penduduk sudah terpenuhi bahkan sudah
melebihi.
Jika dilihat perkembangan keberadaan jumlah Bidan dari tahun 2011 sampai 2015
sudah terpenuhi bahkan melebihi dari 100 % namun jika dibandingkan pencapaian dari
tahun ke tahun terjadi fluktuasi, seperti tahun 2011 rasio bidan sudah mencapai 117.11%
dengan target 70%, namun pada tahun 2012 turun menjadi 112.59% dengan target 75%
dan tahun 2013 naik menjadi 118.4% dengan target 80% namun tahun 2014 turun
kembali menjadi 117.18 % dengan target 85% dan tahun 2015 naik kembali menjadi
124.60% dengan target 90%, seperti grafik dibawah ini :
Grafik.2.16
Trend capaian realisasi dibanding target Rasio Bidan
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2015
140 124.6
117.11 118.4 117.18
112.59
120
100 90
85
80
75
80 70
Target
60
Persentase Ratio Bidan
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber Data: Laporan SDMK Kabupaten Kota Tahun 2011-2015
84
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
85
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
Tabel.2.13
Jumlah Institusi dan Lulusan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015
86
Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
87