Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas,

maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya

keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada

pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan

secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan

menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB )

sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. Banyaknya anak-

anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita

(MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal

dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat

saluran tuba fallopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan

Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau

mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.

Angka prevalensi metode kontrasepsi jangka panjang khususnya tubektomi masih

sangat rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya. Mekanisme kerja Medis Operatif

Wanita (MOW) yaitu dengan mencapai tuba fallopi dan menutup atau mengoklusi tuba

fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat

bertemu dengan ovum.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MOW ( Tubektomi )

2.1.1 Pengertian.

 Pemotongan ( oklusi ) kedua tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak

dapat bertemu.Disebut juga tubektomi atautubal ligation.

 MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan terhadap

kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat

melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma

laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.

 Metode operasi wanita merupakan salah satu cara kontrasepsi diikuti dengan

tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi merupakan tindakan

medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba uterine dengan

maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang

sampai seumur hidup.

 Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang

mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan

lagi. Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan

bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan

kesehatan).

 MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan

sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur

kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur,

dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga
tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun

(BKKBN, 2006)

 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau

kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong

atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

(Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi

tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).

2.1.2 Keuntungan dan kerugian MOW.

1. Keuntungan.

Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:

1. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi

2. Tidak mengganggu kehidupan suami istri

3. Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri

4. Tidak mempengaruhi ASI

5. Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali

tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis

Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari kontrasepsi

mantap adalah sebagai berikut:

1. Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama

penggunaan).

2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).

3. Tidak bergantung pada faktor senggama.

4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang

serius.

5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.


6. Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon

ovarium)

2. Kerugian:

1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat

dipulihkan kembali.

2. Klien dapat menyesal dikemudian hari

3. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum

4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan

5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi

atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.

6. Tidak melindungi diri dari IMS.

2.1.3 Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.

1. Penyinaran

Penggunaan sinar laser untuk oklusi tuba.

Keuntungan:

a) Kerusakan tuba falopii terbatas

b) Morbiditas rendah

c) Dapat dikerjakan dengan laparoskopi histeroskopi atau laparatomi

Kerugian:

a) Memerlukan peralatan yang mahal

b) Memerlukan latihan khusus

c) Belum ditentukan standardisasi prosedur ini


d) Potensi reversibilitas belum diketahui

2. Operatif

Dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Abdominal

a. Laparotomi

Laparotomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena diperlukan

insisi yang panjang dan anestesi umum atau anestesi spinal.Laparotomi

hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya gagal atau

timbulkomplikasi sehingga sehingga memerlukaninsisi yang lebih besar.

Atau jika padakeadaan lain, jika kontap bukan meriupakan operasi utama,

tetapi sebagai pelengkapmisalnya padasectio sesaria, KET dll.

b. Mini- Laparatomi

1) Waktu operasi

 Post-partum

 Post-abortus

 Interval (dilakukan pada saat bukan post-partum atau post-abortus)

2) Tempat Insisi

 Sub-umbilikal / infra-umbilika

 Supra-pubis / Mini-Pfannenstiel

Keuntungan:

1. Mudah dipelajari

2. Dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar

ilmu bedah dan keterampilan bedah


3. Hanya memerlukan alat-alat sederhana dan tidak mahal, terutama alat-

alat bedahstandar

4. Komplikasibiasanya hanya komplikasi minor

5. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan

Kerugian:

1. Waktu operasi lebih lama

2. Sukar dilakuakn pada wanita yang sangat gemuk

3. Meninggalkan bekas luka kecil yang masih dapat terlihat

4. Nyeri singkat

5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi daripada laparoskopi

c. Laparoskopi

Adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga

peritoneum denganalat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding

anterior abdomen.

Keuntungan:

1. Komplikasi rendah

2. Cepat ( rata-rata 5-15 menit )

3. Insisi kecil sehingga luka parut rendah sekali

4. Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi

5. Kurang memnyebabkan rasa sakit bila dibanding dengan mini-

laparatomi

6. Sangat berguna jika jumlah calon akseptor banyak


Kerugian:

1. Risiko komplikasi bisa serius.

2. Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya

3. Lebih sukar dipelajari

4. Memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus dalam bedah abdomen

5. Harga peralatan mahal dan memerlukan perawatan yang teliti

6. Tidak dianjurkan untuk dilakukan segera post-partum.

2) Vaginal

a. Kolpotomi

Cara yang dikenal yaitu kolpotomi posterior dan kolpotomi anterior.

Kolpotomi posterior lebih sering dipakai.Tekniknya dengan membuka c

avum douglas yang terletak diantara dinding depan rectum dan dinding

belakang uterus melalui vagina untuk sampai ke tuba fallopii.Kolpotomi

anterior dilakukan dengan caraperitoneum diinsisi diantara kandung

kencing dan uterus, kemudian uterus diputar sehingga tuba fallopii

terlihat.

Keuntungan:

1. Dapat dilakukan dengan rawat jalan

2. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-15 menit

3. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal

4. Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara

kontap lainnya

5. Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka parut

eksternal
6. Peralatan yang dipakai sederhana, murah dan mudah

pemeliharaanya.

7. Morbiditas dan komplikasi mayor rendah

8. Angka kegagalan rendah ( kira-kira 1% )

b. Kuldoskop

Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop yang

dimasukkan melalui fornix posterior melalui cavum douglas, yaitu suatu

kantong peritoneum yang terletak diantara dinding depan rectum dan

dinding belakang uterus.Dengan adanya laparoskopi trans-abdominal,

maka kuldoskopi kurang mendapatkanminat sehingga sekarang jarang

dilakukan.Waktu operasi Kuldoskopi post-partum atau post-abortus

sebaiknya dikerjakan minimal 5 minggusetelah melahirkan atau 2-4

minggu setelah abortus.Sebagai prosedur interval, kuldoskopi paling baik

dikerjakan selama fase dini darisiklus haid ( tidak ada kehamilan).

Keuntungan:

1. Tidak meninggalkan luka parut eksternal

2. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal

3. Dapat dikerjakan secara rawat jalan

4. Peralatan lebih sederhana dan lebih murah bila dibandingkan

dengan laparoskopi.

5. Waktu operasi singkat

6. Komplikasi dan morbiditas rendah

7. Tidak memerlukan pneumo-peritoneum buatan

8. Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.


Kerugian:

Harus dilakukan dengan posisi knee-chest yang mungkin kurang

menyenangkan.

3. Transcervikal

Merupakan metode kontrasepsi dimana oklusi tuba fallopii dilakukan

melaui cervix uteri.Metode ini belum banyak dikerjakan dan pada umumnya

masih dalam tahap eksperimental.

a. Histeroskopi

Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi tidak

dipakai trocar,tetapi suatu vacum cervical adaptor untuk mencegah

keluarnya gas saat dilatasicervix/ cavum uteri.

Keuntungan:

1. Sederhana

2. Relatif murah

3. Mudah dipelajari

4. Anestesi minimal

5. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

6. Tidak diperlukan insisi

7. Dapat dilakukan secara rawat jalan karena prosedurnya

cepat/singkat

Kerugian:

1. Resiko perforasi uterus dan luka bakar


2. Angka kegagalan tinggi ( 11-35 % )

3. Risiko kehamilan ektopik/ kehamilan cornu

4. Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi orificium

tubae

5. Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif

b. Blind- delivery

Pada metode ini, operator tidak melihat langsung kedalam cavum uteri

untuk melokalisir orificium tubae. Alat-alat yang diperlukan hanya alat-

alat sederhana

c. Penyumbatan tuba mekanis

 Tubal clipsTubal clips dipasang pada isthmus tuba fallopii, 2-3 cm

dari uterus, melalui laparotomi,laparoskopi, kolpotomi atau

kuldoskopi.Tubal clips menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit

atau kecil pada tuba fallopiidiandingkan dengan cara-cara oklusi tuba

fallopii lainnya.

 Tubal ringDengan memasang cincin berdiameter 1 mm pada tuba

fallopii. Dapat dipakai pada minilaparotomi, laparoskopi dan cara

trans-vaginal, dipasang pada ampula tuba atauampulary-isthmic

junction, 2-3 cm dari uterus. Tubal ring merusak tuba fallopii

sepanjang1-3 cm.

d. Penyumbatan tuba kimiawi


Banyak zat-zat kimia yang saat ini dalam penelitian eksperimental untuk

oklusi tuba fallopii,terutama dilakukan pada hewan percobaan.

Sedangkan pada manusia baru beberapa zat kimiasaja yang telah diteliti.

Cara kerja :

 Tissue adhesiveZat kimia akan menjadi padat sehingga terbentuk

sumbat didalam tuba fallopii.

 Sclerosing agent

Zat kimia akan merusak saluran tuba fallopii dan menimbulkan

fibrosis.Zat kimia dalam bentuk cairan, pasta atau padat, diasukkan

melalui serviks kedalam utero-tubal junction, dapat dengan

visualisasi secara langsung yaitu dengan histeroskop, atau

tanpavisualisasi langsung ( blind-delivery ) dengan kateter, kanula

atau tabung suntik. Atau dapatdikerjakan juga melalui ujung

fimbriae, dengan melihat secara langsung melalui jalan trans-

abdominal atau trans-vaginal.Saat ini, zat-zat kimia yang telah diteliti

untuk kontap wanita yaitu :

phenol (carbolic acid)compounds, Quinacrine, dan Methyl-

cyanoacrylate (MCA).

Zat-zat kimia yang ideal untuk oklusi tuba fallopii harus :

1. Sedapatnya diberikan dalam 1 kali pemberian

2. Efektif 100%

3. Non-toksik

4. Murah

5. Tersedia setiap saat


6. Terbatas pada tuba fallopii, tidak boleh sapai ke rongga

abdomen.

7. Tidak menyebabkan rasa sakit

8. Stabil, dengan masa kerja tak terbatas

Keuntungan:

1. Mengerjakannya mudah

2. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

Kerugian:

1. Kebanyakan zat kimia kurang efektif setelah satu kali pemberian,

sehingga akseptor haruskembali untuk peberian berikutnya

(sampai tiga kali pemberian) dengan interval satu minggu atau satu

bulan.

2. Ada beberapa zat kimia yang sangat toksik, sehingga dapat

menyebabkan kerusakan jaringan sektarnya.

3. Beberapa zat kimia memerlukan alat khusus untuk aplikasinya.

4. Irreversibel

5. Dosis zat kimia sukar ditentukan sebelumnya.

2.1.4Teknik Melakukan Mow

1. Tahap persiapan pelaksanaan

a. Informed consent
b. Riwayat medis/ kesehatan

c. Pemeriksaan laboratorium

d. Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen

e. anesteri

2. Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi

antara lain:

a. Minilaparotomi

Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya

diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah

(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan

ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat

dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga

lebih aman dan efektif (Syaiffudin, 2006)

Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba

dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian

dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup

kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril serta bila

tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari.

(Syaiffudin,2006).

b. Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang

telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini

dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus

(tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien

yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya

cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan

dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah

pelayanan. (Syaiffudin,2006).

3. Perawatan post operasi

a. Istirahat 2-3 jam

b. Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu

c. Ambulasi dini

d. Diet biasa

e. Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu,

cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap,

perdarahan luka insisi.

2.1.5 Waktu Pelaksanaan Mow


Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat

dilakukan pada saat:

1. Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)

2. Pasca persalinan (post partum)

Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat

lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat

dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan

menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari

ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat

genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit,

mudah berdarah dan infeksi.

3. Pasca keguguran

Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi

4. Waktu opersi membuka perut

Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus

dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan

sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena

kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi

mantap.

2.1.6 Indikasi MOW

Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di

Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan

jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih,

umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun

dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30
tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh

pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)

Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:

1. Indikasi medis umum

Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini

hamil lagi.

a. Gangguan fisik

Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit

jantung, dan sebagainya.

b. Gangguan psikis

Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering

menderita psikosa nifas, dan lain lain.

2. Indikasi medis obstetrik

Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea

yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya.

3. Indikasi medis ginekologik

Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk

sekaligus melakukan sterilisasi.

4. Indikasi sosial ekonomi

Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang

sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.

a. Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu,

kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya

umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah

120.
b. Mengikuti rumus 100

Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang

Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang

Umur ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang

2.1.7 Kontraindikasi MOW

1. Kontra indikasi mutlak

a. Peradangan dalam rongga panggul

b. Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)

c. Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan

2. Kontraindikasi relative

a. Obesitas berlebihan

b. Bekas laparotomi

menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi

yaitu:

1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai

2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya

3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau

dikontrol

4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan

5. Belum memberikan persetujuan tertulis.

2.1.8 Komplikasi dan Penanganan Mow

KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan

antibiotik.

Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang

ditemukan

Luka pada kandung kemih. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.

Intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung kemih atau usus luka dan

diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi

primer. Apabila ditemukan pasca operasi,

dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.

Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab

ditempat tersebut.

Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan

laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan

intravena, resusitasi cardiopulmonary dan

tindakan penunjang kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati

berdasarkan apa yang ditemukan

Perdarahan superficial (tepi tepi Mengontrol perdarahan dan obati

kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.

2.2 MOP ( Vasektomi )

2.2.1.Pengertian
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi.Caranya ialah dengan memotong saluran

mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat, sehingga sel sperma tidak

dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi laki-laki termasuk operasi ringan,

tidak melakukan perawatan di rumahsakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual.

Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus terjadi pula

ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung

sperma.Kontap pria ini masih merupakan metode yang “terabaikan” dan kurang

mendapatkan perhatian.

2.2.2 Cara kerja MOP

Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak

didapatkan spermatozoa didalam semen/ejakulat.

2.2.3 Efektifitas MOP

a. Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 %

b. Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:

 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali

dari spermatozoa.

 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah

pembentukan granulomaspermatozoa

 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi

 Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens.

2.2.4 keuntungan dan kerugian MOP


1. Keuntungan:

 Efektif

 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas

 Sederhana

 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit

 Hanya memerlukan anestesi lokal saja

 Biaya rendah

 Secara kultural, sangat dianjrkan di negara-negara dimana wanita merasa malu

untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan

paramedis wanita.

2. Kerugian:

 Diperlukan suatu tindakan operatif

 Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi

 Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada

didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.

 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin

bertambah parahsetelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi

pria.

2.2.5 Teknik MOP

1. Operatif

a. Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan larutan prokain

lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin maka dilakukan irisan pada

kulit scrotum. Kulit dan otot-otot disayat,maka tampak vas deferens dengan
sarungnya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan

scrotum atau pada dua tempat di atas masing-masing vas deferensKedua vas

tampak sebagai saluran yang putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas

dapatdibedakan dari pembuluh-pembuluh darah, karena tidak berdenyut.

IdentifikasiVasterutaa sukar apabila kulit scrotumtebal.

b. Vasektomi

Tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor

kontap pria akantindakan operasi ( yang umumnya dihubungkam dengan

pemakaian pisau operasi ), danuntuk menggalakkan penerimaan kontap pria,

di Indonesia sekarang telah diperkenalkanmetode vasektomi tanpa pisau (

VTP ).Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan tanpa mengiris kulit, jadi

tanpa memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:

 Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan cara

mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah saluran mani.

 Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.

 Saluran mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum kauter halus

melalui kulit ke dalam saluran mani.

2. Penyumbatan vas deferens

Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :

 Vaso-clips

 Intra Vasal Thread (IVT)

 Reversible Intravas Device (R-IVD).

 Shug
 Phaser (Bionyx Control)

 Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)

3. Penyumbatan vas deferens kimiawi

dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat kimiawi

berupa :

1.Quinacrine

2.Ethanol

3.Ag-nitrat

2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi MOP

 Indikasi

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-

istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan

kontrasepsi dilakukan pada dirinya.

 Kontraindikasi

1. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular akibat tuma

gatal).

2. Infeksi traktus genetalia.

3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :

a. Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis korda spermatika,

yang membentuk benjolan skrotum yang terasa seperti ”kantong

cacing”).

b. Hydrocele besar

c. Filariasis.
d. Hernia inguinalis.

e. Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).

f. Luka parut bekas operasi hernia.

g. Skrotum yang sangat tebal.

4. Penyakit sistemik :

a. Penyakit-penyakit perdarahan.

b. Diabetes Mellitus.

c. Penyakit jantung koroner yang baru.

5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

2.2.7 Konseling pasca operasi

1. Menjaga daerah insisi agar tetap kering

2. Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang

dalam penyembuhan.

3. Memakai penahan skrotum (celana dalam).

4. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.

5. Klien boleh bersenggama sesudah tidak merasa sakit (hari ke 2-3), namun untuk

mencegah kehamilan,pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan

atau sampai ejakulasi15-20 kali.

6. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi

2.2.8 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi

Efek samping yang dapat timbul yang akan timbul adalah:

a. Timbul rasa nyeri.

b. Infeksi pada bekas luka.


c. Membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.

d. Belum ada efek samping jangka panjang.

e. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi.

f. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi


BAB III

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

3.1.1 MOW atau Tubektomi

MOW atau tubektomi merupakan alat kontrasepsi modern sterilisasi pada

wanita atau juga merupakan alat kontarsepsi mantap yaitu penutupan terhadap kedua

saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel

telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga

tidak terjadi kahamilan.

Adapun keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW ini salah satunya yaitu

Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi dan tidak dapat dipulihkan

kembali.

Sedangkan teknik melakukan kontrasepsi ini yaitu ada berbagai cara :

penyinaran, operatif, dan penyumbatan tuba secara kimiawi.

3.1.2 MOP atau Vasektomi

MOP atau vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap pada laki-laki yaitu

dengan memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,

sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra).


Kerugian dari kontrasepsi ini yaitu salah satunya yaitu Belum memberi

perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem

reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.

Teknik melakukan kontrasepsi ini ada berbagai cara yaitu : operatif,

penyumbatan vas deverens, dan penyumbatan vas deferens kimiawi.


DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika

Bari Abdul, Saifudin. 2006. Buku Panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka.

Notodiharjo, Riono. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana. Jakarta :

Yayasan bina pustaka

Wikhjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Proverawati atikah, dkk. 2010. panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : muha medika

Anda mungkin juga menyukai