Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi Antenatal Care (ANC)
Kehamilan memiliki pengertian yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu
trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester ke-2 dari bulan
keempat sampai 6 bulan, dan triwulan ke-3 dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Padila, 2014).
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan terbentuk zigot
yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum
dan sperma hingga masa dimana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ± 40
minggu (Masriroh, 2013).
Antenatal care adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif
care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar melalui
persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu
sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena kesehatan ibu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Antenatal
Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba, 2010).

2. Perubahan Fisik Dan Psikologi


1) Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran ini
dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
 Elastisitas vagina bertambah
 Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH : 3,5-6
 Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput
lendirnya berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).
c. Ovarium (Indung Telur)
Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal, dan
linea alba.

e. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan perobekan
selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie gravidarum.
d. Payudara
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli
puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae
melebar dan lebih tua warnannya.
f. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering ditemukan
pada kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan
kearah diafragma akibat pembesaran rahim, kapasitas paru meningkat sedikit
selama kehamilan sehingga ibu akan bernafas lebih dalam. Sekitar 20-25%.
g. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yangmembesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan pemberian ASI.

2) Perubahan Psikologis Ibu Hamil


a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam
tubuh maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual muntah , keletihan dan pembesaran pada
payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi seperti berikut ini.
a) Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan
b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
c) Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada
yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan.
Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
d) Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah
bagi keluarga.

b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa dengan
kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah
mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum terlalu
dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat
mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih kontruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu
mulai meraskaan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan
dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa
tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan
merasakan meningkatnya libido.

c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya
persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalu – kalau
bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan
bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa
saja yang dianggap membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Trimester juga saat
persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi orang tua.keluarga
mulai menduga – duga apakah bayi mereka laki – laki atau perempuan dan
akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama unutk bayi mereka
(Marjati dkk, 2010).

3. Jumlah Kunjungan Antenatal Care


Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan
yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke
fasilitas pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi
petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan
penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri
secara berkala selama kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000 : 129), berdasarkan standar pemeriksaan
kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi
sebagai berikut :
a. Minimal satu kali pada trimester I
b. Minimal satu kali pada trimester II
c. Minimal dua kali pada trimester III (Dep Kes RI, 2005 : 24)
Menurut Jumiarni (2004 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8
kali (7 – 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan
optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan
kegiatan sebagai berikut :
a. Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
 Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan
ginekologi.
 Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh,
bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
 Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ
(kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
 Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin,
leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
 Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB).
 Penilaian resiko kehamilan.
 KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
 Pemberian imunisasi TT 1.
b. Kunjungan III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh
ibu.
 Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu
dilakukan lagi).
 Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan),
aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta
keadaan plasenta.
 Penilaian resiko kehamilan.
 KIE tentang perawatan payudara.
 Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
 Anamnese keluhan dan gerakan janin.
 Pengamatan gerak janin
 Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi
kehamilan pertama)
 Penilaian resiko kehamilan.
 Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
 Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII
(40 minggu) (2 minggu 1 kali)
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan
pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
 Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
 Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
 Penilaian resiko kehamilan.
 USG ulang pada kunjungan 4.
 KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan
persalinan.
 Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi
trimester III.
 Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin
dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
 Pengamatan gerak janin.
 Pemeriksaan fisik dan obstetric.
 Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan
jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
 Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan
dan rencana untuk melahirkan.
 Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur
kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko
kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk
memeriksakan kehamilannya.

4. Manifestasi klinik
1) Tanda presumtif kehamilan
a. Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel
de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama kehamilan, dan perlu
diketahui hari pertama haid terrakhir untuk menentukan tuanya
kehamilan dan tafsiran persalinan.
b. Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi hari.
Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
c. Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
d. Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang
setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara menyebabkan rasa sakit
terutama pada kehamilan pertama.
f. Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi
setelah itu nafsu makan muncul lagi.
g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar keluar
rongga panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh
hormone estrogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
 Pipi : - Cloasma gravidarum
 Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
 Perut : - Striae livide
 Striae albican
 Linea alba makin menghitam
 Payyudara : - hipepigmentasi areola mamae
k. Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh
darah vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis erta
payudara.

2) Tanda Kemungkinan (Probability Sign)


a. Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat
kehamilan.
b. Tanda Hegar
Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uterus.
c. Tanda Goodel
Pelunakan serviks
d. Tanda Chadwiks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks.
e. Tanda Piskacek
Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi
pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih
dulu.
f. Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin didalam
otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya
timbul pada kehamilan 8 minggu.
g. Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam
cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
h. Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh
sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi diperedaran
darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu.
3) Tanda Pasti (Positive Sign)
a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan ini baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

b. Denyut jantung janin


Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf ( misalnya doppler)
c. Bagian bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan
dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua
(trimester akhir)
d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG (Marjati
dkk, 2010).

5. Pemeriksaan Leopold
a. Leopold I:
Tujuan untuk menentukan tua kehamilan dan bagian apa yang terdapat di
bagian fundus.

Gambar 1 : Pemeriksaan Leopold I


Caranya:
 Kaki klien difleksikan pada lutut dan lipat paha
 Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke arah muka
penderita
 Rahim di bawa ke tengah
 Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk
uterus
 Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk, ukuran
konsistensi dan gerakan janin
 Tentukan tinggi fundus uteri
 Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus.
 Bila kepala teraba bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen).
 Bila bokong teraba lunak, bentuk tidak spesifik, lebih besar dan lebih
lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan serta fundus terasa penuh.
 Bila letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.

Pemeriksaan usia kehamilan dari tingginya fundus uteri :


 Sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari luar
 Akhir bulan III (12 mg): tinggi fundus uteri 1 – 2 jari di atas symphisis
 Akhir bulan IV (16 mg): tinggi fundus uteri pertengahan symphisis
 Akhir bulan V (20 mg): tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
 Akhir bulan VI (24 mg): tinggi fundus uteri setinggi pusat
 Akhir bulan VII (28 mg): tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat
 Akhir bulan VIII (32 mg): tinggi fundus uteri pertengahan prosesus
xipoideus dan pusat
 Akhir bulan IX (36 mg): tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus
xipoideus
 Akhir bulan X (40 mg): tinggi fundus uteri pertengahan antara prosesus
xipoideus dan pusat.
Pusat

Symphisis

Gambar 2
Tinggi fundus menurut usia kehamilan normal dengan satu janin

Untuk mengikuti pertumbuhan anak dengan cara mengikuti pertumbuhan


rahim maka ukuran rahim ditentukan dalam cm, yang diukur ialah
tingginya fundus uteri dan perimeter umbilical (lingkaran perut setinggi
pusat). Adapun rumusnya dengan menggunakan aturan McDonald ialah:

Tinggi fundus (cm) x 2/7 (atau + 3,5) = durasi kehamilan dalam bulan

Tinggi fundus (cm) x 8/7 = durasi kehamilan dalam minggu

b. Leopold II
Tujuan: untuk menentukan di mana letaknya punggung anak dan di mana
letaknya bagian-bagian kecil

Gambar 3 : Pemeriksaan Leopold II


Caranya :
 Kedua tangan pindah ke samping
 Tentukan di mana punggung anak. Punggung anak terdapat di pihak yang
memberikan rintangan yang paling besar, carilah bagian-bagian kecil yang
biasanya terletak bertentangan dengan pihak rintangan yang terbesar.
 Kadang di samping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang.

c. Leopold III:
Tujuan: untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah
bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.

Gambar 4 : Pemeriksaan Leopold III

Caranya:
 Digunakan satu tangan saja
 Bagian bawah ditentukan antar ibu jari dan jari lainnya
 Cobalah apakah tangan bawah masih bisa digoyangkan
 Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi maka kepala sudah “enganged”
d. Leopold IV
Tujuan : untuk menentukan tua kehamilan dan bagian apa yang terdapat
di bagian fundus.

Gambar 5 : Pemeriksaan Leopold IV


Caranya:
 Pemeriksa menghadap ke arah kaki klien
 Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
 Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
untuk menekan ke arah pintu atas panggul
 Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul (PAP), dan berapa masuknya bagian bawah ke rongga panggul.
 Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
 Kedua tangan konvergen, hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam
rongga
 Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke rongga
panggul
 Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati
pintu atas panggul (PAP).
6. Perdarahan Antenatal Care
1) Perdarahan pada Kehamilan muda
a. Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Abortus biasanya disertai dengan
perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam
jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di
dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan
pengeluaran janin.
b. Kehamilan Ektopik
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan
yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan
desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya
bergantung pada beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya
dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan .
sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu.
1) Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi
2) Abortus ke dalam lumen tuba
3) Rupture dinding tuba. Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan
mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam prjalanannya menuju
kavum utei. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada
beberfapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
a) Kemungkinan “tubal abortion “, lepas dan keluarnyda darah dan
jaringan ke ujung distal (timbria) dan ke rongga abdomen. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar
dan kemudian masuk ke rongga peritoneum baisanya tidak begityu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Rupture dinding tuba sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hinggabanyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
2) Perdarahan pada kehamilan Lanjut
a. Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan.
b. Solusio Plasenta
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang
melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta
yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis
desi dua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan
lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya
janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh
darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan
Selaput ketuban.

7. Penatalaksanaan
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante
Natal Care (ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun
dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”10T” untuk pelayanan
Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas:
Pelayanan Antenatal Care (ANC) selengkapmya mencakup anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dan
intervasi khusus dengan tingkat resiko dengan peneraan operasional yang dikenal
dengan “10 T” untuk pelayanan antenatal yang terdiri dari :
1. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
masa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan
hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan
pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan menentukan ukuran
panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
>145 cm. Rekomendasi WHO pada wanita dinegara berkembang, kenaikan BB
selama kehamilan 5-9 kg atau minimal 1 kg setiap bulan selama 2 trimester terakhir
kehamilan.

2. Ukur Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC,
diharapkan tekanan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 / 80
mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi
peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan
dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa kehamilan) dan
dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin / bayinya. Hal yang juga
harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah (hipotensi), seringkali disertai
dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan
abdominal/perut secara seksama. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan
palpasi (sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan
pengukuran secara langsung untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur
kehamilan bertambah.
Usia Kehamilan TFU dalam cm Tinggi Fundus Uteri
28 Minggu 25 cm 3 Jari diatas pusat
Pertengahan pusat dengan processus
32 Minggu 27 cm
xyphoideus
36 Minggu 30 cm 1 jari dibawah processus xyphoideus
40 Minggu 33 cm 3 jari dibawah processus xyphoideus
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat indikator
kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.
4. Pemberian Tablet Zat Besi (min 90 tablet)
Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan
terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat
besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Anemia
pada kehamilan dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu
hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya
kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan
sebelumnya dan menstruasi.
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur,
pendarahan, rentan infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia,
tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai
penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi
folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam
mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu
tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25
mg asam folat.
5. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi atau neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan
kegiatan pemberian imunisasi TT.
Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia
kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan
tetanus neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).
Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc di
injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT
sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT
lengkap. TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di
berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak pemberian
(interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali
saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang
kedua diberikan 4 minggu kemudian.. akan tetapi untuk memaksimalkan
perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
Imunisasi TT 0,5 cc

Interval (Selang Waktu


Antigen Lama Perlindungan % Perlindungan
Minimal)
Pada kunjungan antenatal
TT 1 – –
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun* 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 99

6. Tes laboratorium
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan
adalah pemeriksaan Hb untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil.
Sebaiknya pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila
ditemukan kondisi anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat. Apabila
didapatkan resiko penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah tinggi/hipertensi
dan kencing manis/diabetes melitus, maka dapat dilakukan tes laboratorium lainnya
seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan globulin), kadar gula darah dan
urin lengkap.
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil
saat melakukan pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi risiko
penyakit lain selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat
berlangsung dengan aman dan sehat.
7. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu saluran
perkemihan dan reproduksi. Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas
adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi, dan konseling
untuk rujukan. Hal ini bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap adanya
PMS agar perkembangan janin berlangsung normal.

8. Status gizi ibu


Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa
pengukuran. Bidan / dokter saat pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).Pengukuran LILA dilakukan pada wanita
usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan
energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA. Saat
dilakukan pengukuran, dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung
siku lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal. Sebaliknya jika ibu
kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas,
bukan karena penimbunan lemak.
Dengan pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis
risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian
khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut :
a. Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibu hamil kurang,
misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau
anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
b. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti status gizi ibu hamil baik,
dan risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.

9. Letak presentase bayi dan DJJ


Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan / dokter akan
melakukan suatu pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat
trimester III atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan
pula pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) sebagai acuan untuk mengetahui
kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin dalam
rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-160 kali.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil, dan denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan.
Alat yang sering digunakan dalam menentukan posisi janin dan denyut
jantung janin saat ini adalah USG (Ultra Sono Grafi). USG adalah suatu alat dalam
dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik (gelombang yang
memiliki frekuensi yang tinggi yaitu 250 kHz – 2.000 kHz) yang kemudian hasilnya
ditampilkan dalam layar monitor. USG ini aman untuk janin dan sang ibu.

10. Temu wicara dan Tata Laksana Kasus


Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara, antara
lain :
a. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang
tepat.
b. Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
c. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil
rujukan
d. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
e. Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)
f. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
g. Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana
proses kelahiran
h. Persiapan dan biaya persalinan
B. KOSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengakjian
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu
hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai
keadaan panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga
bila terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek,
adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat
dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu
hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan
sang ibu memiliki panggul sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan
selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total
adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya
risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam
kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
 Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
 Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
 Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
 Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
 Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice pada sclera
 Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
 Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar
tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
g. Payudara
 Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar,
agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
 Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
 Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
 Retraksi akibat adanya lesi
 Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
 Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
 Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan >
12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
 Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
 Konsistensi uterus
Leopold II :
 Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
 Menentukan letak punggung janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
 Menentukan bagian terbawah janin
 Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV :
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
 Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP
i. Tangan dan kaki
 Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
 Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
 Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau
hiper
j. Pemeriksaan panggul
1) Panggul : genital luar
 Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus
vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada
(warna, konsistensi, jumlah, bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista

2) Panggul : menggunakan speculum


 Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi,
apakah serviks sudah membuka atau belum
 Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan
luka
3) Panggul : pemeriksaan bimanual
 Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri
goyang)
 Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di
dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi,
mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.
4) Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
a. Dari Janin :
 Djj pada bulan ke 4-5
 Bising tali pusat
 Gerakan dan tendangan janin
b. Dari ibu :
 Bising rahim
 Bising aorta
 Peristaltik usus
5) Pemeriksaan Dalam
a. Vaginal Toucher (VT)
b. Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai :
 Pembukaan serviks : berapa cm/ jari
 Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta posisinya
 Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge
2. Penyipangan KDM

3. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan untuk makan akibat mual dan muntah.
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
3) Ansietas berhubungan dengan konsep diri sekunder akibat kehamilan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, dispnea sekunder akibat
penekanan pembesaran uterus pada diafragama dan peningkatan volume
darah
5) Risiko terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan gusi
hiperemik sekunder akibat kadar estrogen dan progesterone
6) Risiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan
nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Resiko gangguan Setelah diberikan asuhan NIC: High Risk Pregnancy Care
hubungan Ibu – keperawatan selama ... x 24 jam
janin berhubungan diharapkan tidak terjadi gangguan 1. Kaji faktor medis yang berhubungan yang dapat
dengan penyulit ibu dan janin, dengan kriteria hasil: menyebabkan komplikasi kehamilan
kehamilan 2. Kaji riwayat obstetric yang berhubungan dengan
NOC : Fetal Status Antepartum kehamilan resiko tinggi
3. Kaji pengetahuan klien untuk mengidentifikasi faktor
 HR janin dalam batas normal resiko
(120-160x/menit) 4. Memberikan informasi mengenai faktor resiko,
 Frekuensi pergerakan janin pengawasan dan prosedur yang akan dilakukan
normal. 5. Ajarkan klien untuk memonitor keadaan sendiri (TTV,
 Pola pergerakan janin normal. monitor aktivitas uterin)
NOC : Maternal status 6. Berikan informasi terkait tanda dan gejala yang
Antepartum memerlukan penanganan medis segera (ex : perdarahan
pervagina, keluarnya cairan ketuban, edema, dll)
 Tanda-tanda vital dalam batas
7. Monitor status fisik dan psikososial selama kehamilan
normal.
8. Kaji ekspresi, perasaan dan ketakutan tentang proses
 Klien dapat mengidentifikasi
kehamilan dan keadaan klien
koping adaptif dari
ketidaknyamanan selama
kehamilan.
 Klien tidak melaporkan adanya
nyeri kepala,nyeri perut.
 Proteinuria (-)
 Oedema (-).
2. Kesiapan Setelah diberikan asuhan NIC: Prenatal Care
Meningkatkan keperawatan selama ... x 24 jam
Proses Kehamilan- diharapkan tidak terjadi 1. Intruksikan pasien pentingnya melakukan pemeriksaan
Melahirkan peningkatan proses kehamilan kehamilan secara teratur
melahirkan, dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan suami atau orang terdekat untuk berpartisipasi
dalam perawatan kehamilan
NOC: Perilaku Kesehatan 3. Anjurkan ibu untuk mengikuti kelas prenatal
Antepartum 4. Intruksikan pasien mengkonsumsi nutrisi selama
kehamilan
 Melakukan pemeriksaan 5. Monitor status nutrisi
prenatal 6. Monitir penambahan BB selama kehamilan
 Mempertahankan pola 7. Rujuk program suplemen makanan tambahan yang sesuai
peningkatan BB 8. Instruksikan pasien melakukan latihan fisik yang sesuai
 Mengikuti kelas edukasi dan istirahat selama kehamilan
persiapan persalinan 9. Instruksikan pasien untuk meningkatkan BB berdasarkan
 Mempertahankan intake BB sebelum hamil
nutrisi yang adekuat selama 10. Monitor penyesuaian psikososial pada pasien dan keluarga
kehamilan 11. Monitor Tekanan darah
 Berkonsultasi dengan tenaga 12. Monitor glukosa dan protein urin
kesehatan professional ttg 13. Monitor kadar Hb
obat yang tidak boleh 14. Monitor udem pada kaki, tangan dan wajah
dikonsumsi 15. Monitor reflek
16. Intruksikan pasien tanda bahaya yang harus dilaporkan
segera
17. Ukur tunggi fundus dan bandingkan dengan umur
kehamilan
18. Tentukan perasaan ibu pada kehamilan yang tidak
diinginkan
19. Tentukan apakah kehamilan tidak diinginkan disetujui
oleh keluarga
20. Bimbing untuk mengambil keputusan apakah janin
dipertahankan atau tidak
21. Konseling pasien ttg perubahan seksual dalam kehamilan
22. Tentukan system dukungan social
23. Bimbing pasien untuk mengembangkan dan menggunakan
system dukungn social
24. Konseling pasien untuk menyesuaikan antara pekerjaan
dan kebutuhan fisik selama hamil
25. Berikan bimbingan tentang perubahan fisik dan psikologis
selama kehamilan
26. Bimbing pasien untuk mengelola perubahan terkait
kehamilan
27. Diskusikan perubahan gambaran diri dengan pasien
28. Bimbing pasien pertumbuhan dan perkembangan janin
29. Monitor DJJ
30. Intruksikan pasien untuk memonitor gerak janin
31. Intruksikan pasien untuk mengatasi sendiri
ketidaknymanan selama kehamilan
32. Intruksikan pasien untuk menghindari lingkungan
teratogen selama kehamilan
33. Berikan kesempatan orang tua untuk mendengarkan bunyi
jantung janin sesegera mungkin
34. Berikan kesempatan orang tua untuk melihat janin melalui
USG
35. Pastikan sebelum bayi lahir apakah orang tua mempunyai
nama untuk bayi laki-laki atau perempuan
36. Rujuk pasien ke kelas persiapan persalinan
37. Rujuk pasien ke perawatan anak atau kelas parenting

3. Resiko Setelah diberikan asuhan NIC: High Risk Pregnancy Care


Ketidakefektifan keperawatan selama ... x 24 jam
Proses Kehamilan- diharapkan terjadinya keefektifan 1. Kaji faktor medis yang berhubungan yang dapat
Melahirkan proses kehamilan-melahirkan, menyebabkan komplikasi kehamilan
dengan kriteria hasil: 2. Kaji riwayat obstetric yang berhubungan dengan
kehamilan resiko tinggi
NOC: Fetal Status Antepartum 3. Kaji pengetahuan klien untuk mengidentifikasi faktor
resiko
 HR janin dalam batas normal 4. Memberikan informasi mengenai faktor resiko,
(120-160x/menit) pengawasan dan prosedur yang akan dilakukan
 Frekuensi pergerakan janin 5. Ajarkan klien untuk memonitor keadaan sendiri (TTV,
normal. monitor aktivitas uterin)
 Pola pergerakan janin normal. 6. Berikan informasi terkait tanda dan gejala yang
NOC: Maternal Status memerlukan penanganan medis segera (ex : perdarahan
Antepartum pervagina, keluarnya cairan ketuban, edema, dll)
7. Monitor status fisik dan psikososial selama kehamilan
 Tanda-tanda vital dalam batas
8. Kaji ekspresi, perasaan dan ketakutan tentang proses
normal.
kehamilan dan keadaan klien
 Klien dapat mengidentifikasi
koping adaptif dari
ketidaknyamanan selama
kehamilan.
 Klien tidak melaporkan adanya
nyeri kepala,nyeri perut.
 Klien tidak melaporkan
adanya perdarahan pervaginal.
DAFTAR PUSTAKA

Bartini, I. (2012). ANC: Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal (ASKEB I).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC),


Fifth Edition. St. Louis : Mosby – Year Book.

Guyton, A. C. & Hall, J. E,. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Manuaba, dkk., 2013., Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Edisi 2. Jakarta; EGC.

Manuaba. (2011). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan kb. Jakarta:
EGC.

Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year – Book.

Nanda. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T


Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prapti, N. K. G., Runiari, N., Suratiah, & Astuti, I. W. (2010). Skill Lab Guide Departement
Keperawatan Maternitas. Denpasar: PSIK-FK Unud.

Saifuddin, A.B. dan Rachimhadhi, T. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wilkison, judith M.2008. buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
NOC di terjemahkan oleh: widyawati, dkk. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai